Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

INDUSTRI GELAS
Disusun oleh :

Nia Rahmawati ( 1167040049 )

Rajib Pramana Putra ( 1167040058 )

Rita Iman ( 1167040063 )

Tri Subekti ( 1167040081 )

Tria Sartika ( 1167040082 )

KIMIA 6-B

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
A. Sejarah
Gelas atau kaca merupakan benda yang akrab dengan kita
sehari-hari dan benda produksi industri kimia ini sangat
dibutuhkan. Kebutuhan kaca sangat banyak dikalangan
masyarakat, misalnya kebutuhan kaca untuk jendela rumah,
kaca mata, cermin, bahkan benda yang sering kita gunakan
setiap waktu yaitu gelas. Akan tetapi sebagian masyarakat luas
banyak yang belum mengerti tentang senyawa unik ini.
Siapa yang tidak mengenal benda atau material ini. Boleh
dibilang kaca selalu ada dan telah menjadi bagian yang melekat
kuat dengan keseharian kita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaca adalah
benda yang keras, biasanya bening dan mudah pecah.
Sedangkan secara teknis kaca diartikan sebagai produk
anorganik yang dilakukan dengan cara dilebur lalu didinginkan
dengan cepat tanpa terjadi pengkristalan.
Kaca memiliki sejarah yang panjang. Sejak zaman batu,
bahan ini telah menjadi bagian dari peradaban sebagai alat
untuk mengiris. [1] Orang-orang telah menggunakan kaca
alami yaitu obsidian (gelas vulkanik) sebelum mereka belajar
membuat kaca. Obsidian dapat digunakan untuk membuat
berbagai macam benda tajam seperti pisau dan panah serta
perhiasan dan uang.
Sejarawan Romawi kuno Pliny menyatakan bawa
pedagang Fenisia telah membuat gelas pertama di wilayah
Suriah sekitar 5000 SM. Tetapi menurut bukti arkeologis, kaca
buatan manusia pertama berada di Mesopotamia Timur dan
Mesir sekitar 3500 SM dan kaca pertama dibuat sekitar 1500
SM di Mesir dan Mesopotamia. Selama 300 tahun ke depan,
industri kaca meningkat pesat kemudian menurun. Di
Mesopotamia dihidupkan kembali pada tahun 700 SM dan di
Mesir pada tahun 500 SM. Selama 500 tahun berikutnya,
Mesir, Suriah, dan negara-negara lain di sepanjang pantai Laut
Mediterania adalah pusat pembuatan kaca.
Awalnya memang sangat sulit dan begitu lambat untuk
membuat gelas. Tungku yang dibuat untuk peleburan kaca
kecil dan panas tidak kuasa untuk melelehkan kaca. Tetapi
pada abad ke-1 SM, pengrajin Suriah menciptakan pipa tiup.
Penemuan revolusi ini membuat pembuatan kaca lebih cepat,
mudah dan tidak mahal. Sampai pada akhirnya berkat
kekaisaran Romawi produksi kaca berkembang dari Italia ke
semua negara dibawah kekuasaannya. [2]

B. Manfaat
Kaca atau gelas adalah bahan yang tidak terbatas dan
inovatif yang memiliki banyak aplikasi. Ini adalah komponen
penting dari banyaknya produk yang kami sering digunakan
setiap hari. Jelas bahwa kehidupan modern tidak akan mungkin
tanpa kaca. Kaca adalah bahan yang sangat serbaguna dapat
digunakan setiap hari dalam berbagai aplikasi, kebanyakan dari
kita tidak menyadarinya.
Kami menggunakannya untuk minum, untuk menyimpan
makan dan sebagai jendela di rumah, tetapi kaca juga
digunakan dalam banyak aplikasi yang tidak terlihat. misalnya,
komponen kaca digunakan dalam peralatan diagnostik, medis,
elektronik, insulasi bangunan dan sebagai bahan penguat
dalam hal-hal seperti papan selancar, turbin angin, dan gips
ortopedi. [3]

C. Sumber Gelas
Gelas umumnya terdiri atas silikon (SiO2) yang secara
kimia sama dengan kuarsa. [1] Sumber gelas tidak hanya dari
pasir silika tetapi ada juga bahan baku lainnya yang paling
utama yaitu abu soda (soda ash) dan kapur atau gamping. [4]
Tekik pembuatannya melibatkan proses kimia antara kuarsa
dengan unsur kimia lain (seperti magnesium), bisa juga
ditambahi zat pewarna untuk mendapatkan gelas dengan
karakteristik yang diinginkan. Gelas ini dihasilkan dengan
bahan mentah nya sehingga cair, kemudian dalam keadaan
setengah kental dituangkan kedalam cetakan. Kekerasannya
dicapai karena didinginkan kembali. Karena bahan utama dari
gelas ini adalah bahan silikat dan proses pembuatannya melalui
peleburan pada suhu tinggi. [5] Gelas ini merupakan material
dapat di daur ulang karena ramah lingkungan. [1]

D. Bahan Baku Gelas


Dalam pembuatan produk gelas, terdapat komponen utama
serta komponen pendukung. Komponen utama yang digunakan
pada umumnya adalah pasir kuarsa (SiO2), Soda ash (Na2O)
dan CaCO3 atau Limestone, sedangkan untuk komponen
pendukungnya yaitu boraks, feldspar, kerak garam, dan cullet.
Setiap produk gelas yang diproduksi, memiliki komposisi
bahan yang berbeda. Berikut ini uraian dari masing-masing
bahan baku dalam pembuatan gelas:

a. Pasir Kuarsa (SiO2); disebut juga glass former


Pasir kuarsa atau disebut juga dengan pasir silika
termasuk bahan baku utama dalam proses produksi gelas.
Bahan ini mengandung 99,5% silika yang tersedia dari
pasir silika dan komponen sisanya dari kalsium karbonat
atau krom. Kuarsa adalah suatu bentuk lain dari batuan
silika yang 100% murni. [5]
Bahan ini merupakan bahan galian industri yang
tersusun atas mineral-mineral silika (SiO2). Warna putih dari
pasir tersebut dihasilkan dari komposisi SiO2 yang
dominan. Silika atau kuarsa tersebut mempunyai kekerasan
7 (skala mosh) dengan berat jenis 2,65 gr/cm3 dan bentuk
kristal heksagonal. [6]
Pasir kuarsa yang digunakan dalam produk gelas harus
dalam keadaan hampir murni. Titik lebur bahan baku ini
adalah 1715°C dan konduktivitas panasnya 12-100°C.
Kandungan pasir kuarsa dalam produk gelas sekitar 70-
75%. Selain itu, pasir kuarsa mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
b. Soda Ash (Na2O)
Bahan baku ini didapatkan dari Na2CO3 hasil
pembakaran pada suhu tinggi yang berfungsi dalam
menurunkan titik lebur dari bahan baku lainnya ketika
proses peleburan, mempercepat proses pembakaran,
mempermudah pembersihan gelembung dan mengoksidasi
besi.

c. Limestone (CaCO3)
Limestone atau batu kapur memiliki fungsi dalam
mempercepat proses pendinginan dan peleburan serta
mencegah devitrifikasi pada produk gelas. Batu kapur
mengandung CaCO3 dan Mg yang jika pada produk gelas
atau kaca akan membentuk CaO dan MgO.

d. Kerak garam (salt cake)


Kerak garam, sudah digunakan sejak lama sebagai
campuran tambahan pada pembuatan gelas, demikian juga
beberapa sulfat lain seperti ammonium sulfat dan barium
sulfat, dan sering digunakan pada berbagai jenis kaca. [7]
Kerak garam juga bisa digunakan sebagai sumber natrium
dan akselerator leleh dalam kombinasi abu soda. [8] Kerak
garam dapat membersihkan tanur tangki dari gelembung
gas yang mengganggu. Sulfat harus digunakan bersama
dengan karbon agar tereduksi menjadi sulfite. Arsen
trioksida bisa juga ditambahkan untuk menghilangkan
gelombang dalam kaca. Nitrat, baik dari natrium maupun
kalium digunakan untuk mengoksidasi besi hingga tak
nampak pada kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat
dipakai pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, serta
kaca optik. [7]

e. Cullet
Cullet merupakan bahan baku yang berasal dari
pecahan-pecahan kaca yang tidak terpakai atau dari produk
gelas yang gagal pada saat proses produksi. Cullet dapat
digunakan 10%-80% dari muatan bahan baku.

f. Feldspar
Feldspar termasuk ke dalam grup mineral dengan
jumlah paling besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60%
batuan terrestrial. Feldspar yang tersedia berupa potassium
feldspar, sodium feldspar atau feldspar campuran. [9]
Feldspar memiliki rumus umum R2O.Al2O3.6SiO2,
dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran
keduanya. Feldspar adalah sumber Al2O3 yang memiliki
keunggulan yaitu cukup murah dan dapat dilebur. Alumina
dalam bahan baku ini dapat mencegah terjadinya
devitrifikasi dan menurunkan titik lebur kaca dengan cara
memperluas temperatur daerah kerja.

g. Boraks
Boraks merupakan campuran Na2O dan boron oksida
pada gelas, dimana bahan ini lebih sering digunakan untuk
kaca pengemas. Fungsi dari boraks yaitu dapat menurunkan
koefisien ekspansi dan meningkatkan ketahanan terhadap
reaksi kimia. [2]

Selain bahan-bahan yang telah diuraikan diatas, terdapat


bahan tambahan lainnya, yaitu:

a. Komponen Sekunder

Komponen Sekunder Kegunaan


Refining agent Menghilangkan gelembung-
gelembung gas pada saat
pelelehan bahan baku
Penghilang warna: Dapat menghilangkan warna
 Mangan Dioksida karena kehadiran senyawa besi
(MnO2) oksida yang masuk bersama
 Logam Selenium (Se) bahan baku
 Nikel Oksida (NiO)
Pewarna: lihat Tabel.1 Membuat gelas khusus sesuai
dengan warna yang diinginkan
Opacifiers: Kaca akan bersifat buram atau
 Fluorite (CaF2) tidak dapat ditembus
 Kriolit (Na3AlF6) gelombang elektromagnetik,
 Sodium Fluorosilika walaupun kaca gelas tersebut
(Na2SiF6) transparan

 Timah Phospat
Komponen Sekunder Kegunaan
 Seng Phospat
(Zn3(PO4)2)
 Kalsium Phospat
(Ca3(PO4)2)
Tabel 1. Unsur yang digunakan untuk memberikan warna
pada gelas

Unsur Ion Warna


Tembaga Cu2+ Biru muda
Kromium Cr3+ Hijau
Cr6+ Kuning
Mangan Mg3+ Violet
Besi Fe3+ Coklat kekuningan,
Fe2+ Hijau kebiruan
Kobalt Co2+ Biru pekat
Co3+ Hijau
Nikel Ni2+ Coklat keabu-abuan, kuning,
hijau, biru hingga ungu,
tergantung pada matriks kaca
Vanadium V3+ Hijau dalam gelas silikat; coklat
dalam gelas borat
Titanium Ti3+ Violet
Neodimium Nd3+ Ungu kemerahan
Kadmium Cd3+ Kuning, jingga, merah
Praseodimium Pr3+ Biru muda
a. Bahan Stabilizer

Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu


menurunkan kelarutan dalam air. Bahan yang dapat
digunakan dalam industri gelas antara lain:

Tabel 2. Bahan Stabilizer [10]

Bahan
Kegunaan
Stabilizer

Barium Meningkatkan berat spesifik dan


Karbonat indeks bias

Timbal Oksida Produk menjadi transparan, mengkilat


serta memiliki indeks bias yang tinggi

Seng Oksida Gelas tahan terhadap panas yang


mendadak dan meningkatkan indeks
bias

Alumunium Meningkatkan viskositas gelas,


Oksida (Al2O3) kekuatan fisik dan ketahanan terhadap
bahan kimia

Salt Cake Bahan pemurni kaca dari bubble

Arsen Trioksida Menghilangkan gelombang-


gelombang pada kaca
Bahan
Kegunaan
Stabilizer

Nitrat Mengoksidasi besi sehingga tidak


terlalu tampak pada kaca produk

E. Penanganan Bahan Baku Gelas


Pada proses pembuatan gelas sangat diperlukan
penanganan bahan baku gelas. Sehingga, dapat diketahui
secara detail bagaimana proses penanganan pada masing-
masing bahan baku, yaitu :

1. Pasir Kuarsa (SiO2)


Selain digunakan sebagai bahan baku pada industri
optik dan keramik, pasir kuarsa juga dapat digunakan
sebagai bahan baku pada industri gelas. Pasir kuarsa ini,
ketika melalui proses pengendapan akan membawa kristal
pada silika serta senyawa-senyawa pengotor yang
merupakan hasil bahan dari galian.
Pada proses penanganannya, pasir kuarsa didapatkan
dari hasil pelapukan pada batuan yang didalamnya
mengandung bahan mineral utama yaitu feldspar dan
kuarsa. Kemudian, hasil pelapukan tersebut akan tercuci
dan akan terbawa melalui angin atau air yang telah terendap
pada bagian tepi sungai, danau ataupun laut. Setelah dilalui
proses pelapukan, dilakukan transportasi alam pada batuan
yang mengandung banyak bahan mineral kuarsa (SiO2)
yaitu dengan terbawanya melalui media transportasi
(es/air) yang selanjutnya akan terendapkan atau
terakmulasi pada cekungan-cekungan (pantai, danai dan
sebagainya). Selanjutnya dilakukan konsolidasi menjadi
batu pasir dengan kandungan silika yang cukup tinggi yang
kemudian dapat digunakan sebagai berbagai macam bahan
baku, salah-satu nya yaitu pada bahan baku gelas. [11]

2. Soda Ash (Na2O)


Seperti yang dijelaskan pada bahan baku gelas, bahwa
soda ash atau yang biasa dikenal dengan soda abu ini
didapatkan dari natrium karbonat. Namun, berdasarkan
salah satu dari jurnal riset teknologi industri dijelaskan
bahwa soda abu ini merupakan campuran yang berasal dari
natrium karbonat dan kalium karbonan dengan
perbandingan 1 : 1. [12]
Soda ash sering dikenal oleh masyarakat sebagai kristal
soda, soda abu ataupun soda pencuci yang biasanya berupa
garam natrium yang dapat larut didalam air yang berasal
dari asam karbonat.
Pada proses penanganannya, pada proses pembuatan
gelas atau kaca natrium karbonat ini akan bertindak sebagai
fluks untuk silika dan juga dapat berperan dalam
menurunkan titik leleh pada suatu campuran. Pada
beberapa campuran natrium karbonat yang dicampurkan
dengan campuran leleh akan membuat gelas hasil produksi
tidak akan larut, hal ini disebabkan karena soda ash hanya
akan sedikit larut dalam air. [13]

3. Limestone (CaCO3)
Limestone merupakan sebutan dari bahan industri yang
biasa kita kenal dengan batu kapur atau batu gamping.
Selain digunakan pada industri semen, industri kertas,
industri cat dan industri baja, limestone atau kalsium
karbonat ini digunakan juga pada industri gelas.
Pada proses penangananya menurut PT.Niraku jaya
abadi, pada limestone dilakukan dengan proses
pembakaran hingga mencapai 1300oC yang selanjutnya
dilakukan penghalusan dengan menggunakan mesin mill
hingga kehalusannya mencapai 100 mesh. [14]

4. Cullet
Cullet atau kulet biasa dikenal dengan kaca yang berasal
dari pecahan-pecahan beling atau limbah kaca. Cullet ini
berguna dalam pencegahan terjadinya gelembung udara
serta untuk proses pengontrolan dalam pelemburan pada
pengolahan industri gelas. [15]
Salah satu keuntungan penggunaan kulet yaitu bisa
menghemat bahan baku. Bahkan, menurut hasil dari
beberapa penelitian dikemukakan bahwa dengan
penggunaan kulet dapat menggantikan 1200 kilogram
bahan baku jika digunakan kulet 1000 kilogram.
Pada proses penanganannya, menurut perusahaan
ICL digunakan treatment melalui proses pembakaran
dengan menggunakan bahan bakar batu bara. Selanjutnya,
uap atau gas yang dihasilkan dari batu bara tersebut
digunakan untuk proses penyulingan pada sebuah wadah
hingga bersih. Pelemburan pada pasir silika dan soda ash
dilakukan pada uap panas disuhu 13000 C. Hal inilah yang
membuat kualitas silika menjadi lebih baik, dikarenakan
melalui batu bara, kulet ini berfungsi dalam meleburkan
bahan baku. [16]

5. Feldspar

Feldspar atau biasa disebut dengan alumina silikat ini


berasal dari mineral sebagai pembentuk pada batuan beku.
Pada industri gelas feldspar ini digunakan sebagai
penurunan titik leleh pada gelas. [17]
Pada proses penanganannya, feldspar ini merupakan
salah-satu kelompok mineral yang berasal dari batu karang
yang ditumbuk, sehingga dapat menghasilkan fluks sampai
sekitar 25%. Selanjutnya, dilakukan proses pembakaran.
Pada proses pembakaran ini, feldspar akan meleleh atau
melebur sehingga terbentuklah leburan gelas. Pada
umumnya, feldspar cenderung tidak larut pada air. Sebab,
feldspar ini mengandung alumina, silika dan flux yang akan
berfungsi sebagai gelasir pada suhu tinggi. [18]
6. Boraks
Boraks memiliki fluks yang kuat, sehingga dapat
digunakan dalam pembuatan kaca pengemas. Hal ini,
dikarenakan boraks memiliki sifat tahan terhadap bahan
kimia. Asam boraks pada industri gelas dapat membantu
dalam mempercepat pada proses peleburan dan juga dapat
mengikat pada bahan yang lain. [19]

F. Proses Kimia Dalam Industri Gelas

1. Proses pencampuran bahan baku


Terdapat dua tahap pencampuran bahan bakar, yaitu:
a. Pencampuran antara material menjadi mixed batch
Material yang dimaksud antara lain silika sand,
dolomite, soda ash, lime stone, feldspar, salt cake,
colorant dan bahan lain sesuai dengan jenis kaca yang
diinginkan. Material ini dicampur dengan menggunakan
batch berbentuk turbin.
b. Pencampuran antara mixed batch dengan cullet
Selanjutnya mixed batch ini diangkut
menggunakan belt conveyer dan diangkut oleh bucket
elevator masuk ke mixed batch tank. Setelah itu batch
dan cullet diangkut dengan belt conveyer menuju tungku
untuk proses peleburan.
2. Proses peleburan (Melting)
Disini merupakan tahap dimana cullet dan mixed batch
dilebur dalam tungku pemanasan. Fase ini merupakan
fase yang alamiah dimana penambahan energi dari luar
membuat atom pembentuk molekul memiliki energi
untuk melepaskan diri. Energi untuk melebur batch dan
cullet berasal dari pembakaran natural gas. [20] [21]
Terdapat empat tahap dalam proses peleburan, yaitu:
a. Primary Melting Stage
Pada tahap ini, material mulai dipanasi dan melebur
dan diperlukan energi yang sangat tinggi, karena untuk
merubah bentuk material mentah menjadi lelehan butuh
energi yang besar. Di fase ini reaksi inti dan penguraian
komposisi material menjadi oksida terjadi. Dari semua
oksida melebur menjadi satu kemudian komponen gas
yang terbentuk akan terlepas dan ada yang larut.
Primary melting dibatasi oleh gelembung yang
membentuk gelombang permukaan ke segala arah. Karena
susunan gelembung melintang di sepanjang pelebur, maka
arah gelombang secara umum ke arah hulu dan hilir.
Sehingga ada arus balik ke hulu pada primary melting. [21]
b. Fining Stage
Tahap yang kedua merupakan tahap dimana gas-gas
hasil reaksi melting utama (primary melting) yang
terkandung di dalam lelehan gelas dilepaskan. Pada tahap
ini temperatur lelehan gelas dinaikkan agar kaca menjadi
makin encer dan mudah untuk melepaskan gas-gas
tersebut. Gas-gas hasil reaksi primer membentuk benih-
benih gelembung yang banyak, namun dengan ukuran
yang kecil. Gas-gas ini mengandung CO2 yang dapat
dilepaskan dengan membuat gelembung yang lebih besar
dari ukuran CO2, yaitu dengan menambahkan gas SO2 dan
O2. Gas SO2 dan O2 ini berasal dari salt cake. [22]
Mekanisme-nya adalah gelembung yang berukuran
kecil akan menyatu dengan gelembung yang berukuran
besar, sehingga gelembung ini akan semakin mudah
menguap. Gas yang berdiameter besar diperoleh dari yang
berasal dari salt cake. Temperatur pada tahap ini di naik
an sampai 1450˚C
c. Pengadukan dan pemisahan
Pada tahap ini lelehan kaca di lewatkan pada celah
kemudian dilakukan pengadukan. Pengadukan bertujuan
untuk mencampur lelehan kaca yang berat dan ringan,
agar berat jenisnya homogen.
Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan
menggunakan rangkaian pipa berair pendingin. Dengan
prinsip pemisahan berdasarkan berat jenis, hanya lelehan
kaca yang ringan yang dapat melewati pipa ini. Yang
artinya lelehan tersebut memiliki suhu yang tinggi.
Selanjutnya lelehan kaca kaya yang berat akan diolah
kembali di pengadukan. Tahap ini berguna untuk
meminimalisir lelehan kaca yang berat. [22]
d. Refining
Pada tahap ini temperatur lelehan kaca diatur
sehingga tidak dihasilkan lelehan kaca yang berat akibat
penurunan temperatur yang drastis. Lelehan kaca yang
dingin dan berat akan diam di bagian paling bawah.
Menyebabkan kaca tidak homogen sehingga terbentuk
kaca dengan gangguan optik dan distorsi pandang pada
kaca. Temperatur pada tahap ini berkisar pada 1150-
1200˚C
Setelah proses peleburan dari furnace ini hasil lelehan
kaca yang diinginkan adalah lelehan kaca yang
homogen/berat jenis yang merata. Hal ini bergantung
pada pengaturan temperatur lelehan kaca.
Di dalam proses peleburan terjadi beberapa reaksi
diantara material. Berdasarkan temperatur-nya reaksi
tersebut dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a. Solid state reaction (300-
800˚C)

Pada temperatur ini reaksi padatan terjadi diantara


permukaan partikel campuran bahan-bahan padatan yang
utama-nya terjadi pada karbonat dan pasir silika.
Na2CO3 + MgCO3 → Na2Mg(CO3)2 (300 – 500˚C)
Na2CO3 + CaCO3 → Na2Ca(CO3)2 (550 – 850˚C)
Na2Ca(CO3)2+SiO2 → Na2SiO3 + CaSiO3 +2CO2 (600–800˚C)
Na2CO3 + SiO2 → Na2SiO3 + CO2 (700 – 850˚C)
2CaCO3 + SiO2 → Ca2SiO4 + 2CO2 (600 – 900˚C)

b. Pembentukan fase pelelehan pertama (700-900˚C)


Pada temperatur ini alkali yang mengandung
karbonat akan meleleh. Fase melt utama adalah sebagai
berikut:
T (Na2CO3) = 850ºC
T (Na2Ca(CO3)2) = 820ºC
T (K2CO3) = 890ºC
Selain itu beberapa fase melt yang mungkin juga terjadi,
seperti:
T (Na2CO3.KCO3) = 700ºC
T (Na2Ca(CO3)2+ Na2CO3) = 740ºC.
c. Reaksi disosiasi
Karbonat yang mengandung Ca dan Mg
berdisosiasi sebelum oksida nya bergabung menjadi
lelehan kaca. Pada proses ini dihasilkan CO2.
CaCO3 → CaO + CO2 (910ºC, 1 atm)
Na2Ca(CO3)2 → CaO + Na2O + 2CO2 (600ºC, 1 atm)
CaCO3 → CaO + CO2 (540ºC, 1 atm)
CaCO3 → CaO + CO2 (650ºC, 1 atm)
e. Dissolving reaction SiO2
Pada temperatur di atas 800ºC silika akan bereaksi
dengan alkali kaya karbonat menjadi silikat cair Na2CO3 +
SiO2 → Na2SiO2 + CO2 (T > 800ºC) [8]

3. Proses Pembentukan Kaca


Proses pembentukan kaca dilakukan pada saat kaca
masih dalam bentuk lelehan. Sehingga pembentukan
mudah dilakukan sesuai dengan keinginan. Kaca yang
berbentuk lelehan dituangkan pada kolam timah yang
permukaannya rata kemudian ditraik oleh deretan rol.
Kaca menyambung membentuk seperti pita. Pada proses
ini, kaca yang ingin dibentuk adalah kaca lembaran.

4. Proses Pemotongan (Cutting)


Pada tahap pemotongan kaca mengalami proses
pemotongan secara horizontal. Saat lembaran kaca
berjalan, sudut pisau pemotong dan kecepatan gerak
pisau sudah diatur sedemikian rupa sehingga
mendapatkan potongan secara horizontal dan lurus..
Proses pematahan ini sangat sederhana yaitu rol pematah
dibuat sedikit lebih tinggi dari rol lainnya sehingga kaca
akan patah. Agar kaca tidak bersinggungan maka
kecepatan kaca dibuat dua kali kecepatan leher sehingga
kaca yang sudah terpotong lebih cepat terpisah.

G. Penanganan Limbah Industri Gelas/Kaca

Limbah yang dihasilkan pada industri kaca biasanya tidak


menimbulkan masalah yang terlalu berat karena adanya sisa
proses produksi yang sebagian besar berupa gas dan dibuang
ke udara melalui cerobong asap di setiap industri. Tetapi, pada
industri gelas ini menghasilkan limbah berupa limbah gas,
limbah cair, dan limbah padat.

1. Limbah Gas
Dalam proses pembakaran dalam furnace limbah yang
dihasilkan berupa limbah gas. Pada proses penanganan
limbah gas digunakan cerobong asap. Cerobong yang
digunakan untuk limbah gas yang dialirkan memiliki
tinggi 90 meter, ini berfungsi untuk menghindari
pencemaran pada lingkungan dan udara di sekitar. Tim
dari Laboratorium selalu memantau dari monitor untuk
mengetahui kandungan limbah gas yang akan dihasilkan,
cerobong yang digunakan seperti pada Gambar 2. Gas
yang dihasilkan dari pembakaran dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam yang dapat mengionkan
molekul-molekul dalam udara. Partikel asap dari ion-ion
yang dihasilkan akan di adsorpsi (diserap) dan akan
menjadi partikel yang bermuatan. Kemudian akan terjadi
proses penarikan partikel sehingga bisa terikat pada
elektroda lainya. Pengendapan melalui proses ini
dilakukan untuk pencegahan adanya pembuangan yang
beracun. Limbah yang dihasilkan yaitu O2, CO, CO2, NO,
dan NO2. Lihat Gambar 2. [23]
Gambar 2. Cerobong Asap [24]

2. Limbah Padat
Proses dari limbah padat ini berasal dari proses yang
tidak kontinyu, butiran yang terlalu halus pada saat
pemindahan dan pencampuran ini menyebabkan banyak
butiran yang hilang dan beterbangan yang merupakan
salah satu kesalahan yang berasal dari proses yang tidak
kontinyu. Pada proses penanganan limbah padat ini
dilakukan dengan alat yang khusus yaitu dust collector,
dust collector yang digunakan ini seperti pada Gambar 3
yang dilakukan dengan cara menguburkan kedalam tanah
dengan memasukkan kedalam air sehingga dapat
menyebabkan pengendapan kemudian endapannya
dibuang menjadi pasir biasa. Lihat Gambar 3.
Gambar 3. Dust Collector

Limbah padat yang dihasilkan adalah cullet, cullet


merupakan sumber bahan baku yang utama yang
digunakan pada limbah gelas. Cullet memiliki kelebihan
yaitu dapat menghemat sumber daya, menghemat energi
serta mencairkan kaca dengan suhu yang lebih rendah dari
bahan baku sehingga pada proses manufaktur energi yang
diperlukan lebih sedikit.

3. Limbah Cair
Limbah cair tidak terlalu membahayakan bagi
lingkungan karena hanya dihasilkan dari proses sanitasi.
Proses ini menghasilkan 2 jenis limbah cair yaitu air
pendingin peralatan dan air pencucian dari kaca. Hasil
produksi kaca/gelas sebelum dibuang ke sungai terlebih
dahulu dilakukan pengecekan untuk uji kelayakan-nya.
Limbah yaitu hasil dari proses produksi yang
merupakan bahan buangan. Proses pada produksi kaca
tidak semuanya dapat di proses menjadi suatu produk.
Limbah yang dihasilkan dapat mengandung bahan-bahan
yang berbahaya, limbah yang dihasilkan ini dapat
menyebabkan pencemaran pada lingkungan serta
membahayakan untuk kehidupan makhluk hidup
termasuk pada manusia. Tetapi, tidak semua limbah yang
dihasilkan mengandung bahan-bahan yang berbahaya.
Maka pengolahan limbah dilakukan dengan cara baik dan
benar sehingga akan menghasilkan limbah yang baik.
Salah satu tujuan dari pengolahan yang dapat
mengurangi dari bahan limbah yaitu dapat mengurangi
dan mencegah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
dari pembuangan limbah, misalnya saja tercemarnya air
tanah karena adanya polutan yang masuk kedalam tanah.
[23]
DAFTAR ISTILAH

 Pelapukan : Proses aliterasi dan fragsinasi batuan dan material


tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan
karena proses fisik, kimia dan biologi. Hasil dari
pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil).
 Konsolidasi : Kkegiatan yang dikerjakan untuk memperkuat,
memperteguh,
mempersatukan atau menghubungkan beberapa
hal menjadi satu.
 Fluks : Suatu bahan tambahan yang digunakan dalam
membantu proses
pelelehan dalam memhasilkan bahan padat.
 Penyulingan : proses pemisahan campuran zat cair yang
didasarkan pada
perbedaan titik didih zat.
 Mesin mill : Satu jenis mesin gemiling atau mesin gerinding
yang berfungsi
dan digunakan untuk menggiling suatu bahan
material keras untuk menjadi bubuk yang sangat
halus.
DAFTAR PUSTAKA

[1] "http://www.historofglass.com," [Online]. [Accessed 29 Februari


2019].

[2] 04 09 2012. [Online]. Available:


https://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-
kaca/. [Accessed 05 Maret 2019].

[3] c. Thomsen, A Medium Company [US], 5 September 2016.


[Online]. Available: https://medium.com/@christiantn/the-uses-
of-glass-in-daily-life-b9cb0936551a.

[4] Anonim, "Thesis Binus," January 2008. [Online]. Available:


http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00455-TISI-
Bab%202.pdf. [Accessed 19 March 2019].

[5] A. Astuti, Pengetahuan Keramik, Yogyakarta: Universitas Gajah


Mada, 1997.

[6] M. Arifin and S. , Bahan Galian Industri, Bandung: Pusat Penlitian


dan Pengembangan Teknologi Mineral, 1997.

[7] Anonim, "Bahan-bahan Dasar Pembuat Kaca," 4 September 2012.


[Online]. Available: https://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-
bahan-dasar-pembuat-kaca/2/. [Accessed 19 March 2019].

[8] L. F. Francis, "Starting Materials," Materials Processing, pp. 21-


103, 2016.

[9] N. A. K. U. Eva Indiani, Keramik Porselen Berbasis Felspar


Sebagai Bahan Isolator Listrik, Semarang, Indonesia: Jurusan
Fisika Universitas Diponegoro.
[10] Anonim, "Indonesia Dokumen," 01 October 2015. [Online].
Available: https://dokumen.tips/documents/proses-pembuatan-
kaca-560d786139daa.html. [Accessed 19 March 2019].

[11] Adywater, "bagaimana sih proses pembentukan pasir silika/kuarsa


itu?," ady water bekasi, 2012. [Online]. Available:
https://www.pasirkuarsa.org/2018/01/proses-pemebentukan-pasir-
silika-atau-pasir-kuarsa.html. [Accessed 12 maret 2019].

[12] F. f. polli, "utilazation of ash extract coir (soda ash)," journal riset
teknologi industri, p. 137, 2006.

[13] "jual soda ash food grade," PT. Samiraschem indonesia, 2019.
[Online]. Available: http://samiraschem.biz/jual-soda-ash/.
[Accessed 12 maret 2019].

[14] "kelebihan & kegunaan kalsium karbonat (CaCO3) di berbagai


macam jenis industri," PT.Niraku jaya abadi, 2018. [Online].
Available: https://plus.google.com/117394163666930201333.
[Accessed 11 maret 2019].

[15] "bahan baku kaca," indoarchitect, 2014. [Online]. Available:


https://indoarchitect.wordpress.com/2014/02/25/kaca/. [Accessed
13 maret 2019].

[16] "memproduksi kaca dengan bahan baku atau cullet, lebih untung
mana?," PT Indo Chemica Lestari (ICL), 2018. [Online].
Available: http://indolestari.com/2018/03/19/memproduksi-kaca-
dengan-bahan-dasar-atau-cullet-lebih-untung-mana/. [Accessed
13 Maret 2019].

[17] nuryanto and f. edwin, "optimasi pemamfaatan feldspar


banjanegara jawa tengah," journal riset industri, pp. 87-96, 2012.
[18] "peralatan beneficiasi feldspar," PT GBM, 2017. [Online].
Available: https://www.casinanova.it/Nov/20_peralatan-
beneficiasi-feldspar.html. [Accessed 12 Maret 2019].

[19] "boraks test kit," PT Purnama Raboratory, 2019. [Online].


Available: http://purnamalab.com/products/rapid-test-kit-for-
food-safety/boraks-test-kit/. [Accessed 13 Maret 2019].

[20] G. Austin, Sherve's Chemical Process Industries, 5th ed, New


York: McGraw-Hill Book Co, 2005.

[21] D. R. H., Glaass of Science Second Edition, New York: A Wiley


Interscience Publication, 1994.

[22] M.A. L and M. O. Haldiman, Structural Use Of Glass, Switzerland:


International Association for Bridge and Structural Engineering,
2008.

[23] M. A. L, Pengolahan Limbah Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan


dan Aplikasi di Tempat Kerja, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016.

[24] "Aerodyn Enviromental," Dust Collector, 2019. [Online].


Available: https://www.dustcollectorhq.com/fibrous-dust-
control.html. [Accessed 13 March 2019].

[25] I. Akmal, Majalah Seri Rumah Ide Kaca dan Fiberglass, PT.
Gramedia Pustaka Utama.

[26] P. H. Jhon H Bulter, Glass Waste, Uniteed Kingdom: Chapter 11,


2011.

[27] Anonim, "http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/ie50722a005,"


[Online].

Anda mungkin juga menyukai