INDUSTRI GELAS
Disusun oleh :
KIMIA 6-B
JURUSAN KIMIA
BANDUNG
2019
A. Sejarah
Gelas atau kaca merupakan benda yang akrab dengan kita
sehari-hari dan benda produksi industri kimia ini sangat
dibutuhkan. Kebutuhan kaca sangat banyak dikalangan
masyarakat, misalnya kebutuhan kaca untuk jendela rumah,
kaca mata, cermin, bahkan benda yang sering kita gunakan
setiap waktu yaitu gelas. Akan tetapi sebagian masyarakat luas
banyak yang belum mengerti tentang senyawa unik ini.
Siapa yang tidak mengenal benda atau material ini. Boleh
dibilang kaca selalu ada dan telah menjadi bagian yang melekat
kuat dengan keseharian kita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaca adalah
benda yang keras, biasanya bening dan mudah pecah.
Sedangkan secara teknis kaca diartikan sebagai produk
anorganik yang dilakukan dengan cara dilebur lalu didinginkan
dengan cepat tanpa terjadi pengkristalan.
Kaca memiliki sejarah yang panjang. Sejak zaman batu,
bahan ini telah menjadi bagian dari peradaban sebagai alat
untuk mengiris. [1] Orang-orang telah menggunakan kaca
alami yaitu obsidian (gelas vulkanik) sebelum mereka belajar
membuat kaca. Obsidian dapat digunakan untuk membuat
berbagai macam benda tajam seperti pisau dan panah serta
perhiasan dan uang.
Sejarawan Romawi kuno Pliny menyatakan bawa
pedagang Fenisia telah membuat gelas pertama di wilayah
Suriah sekitar 5000 SM. Tetapi menurut bukti arkeologis, kaca
buatan manusia pertama berada di Mesopotamia Timur dan
Mesir sekitar 3500 SM dan kaca pertama dibuat sekitar 1500
SM di Mesir dan Mesopotamia. Selama 300 tahun ke depan,
industri kaca meningkat pesat kemudian menurun. Di
Mesopotamia dihidupkan kembali pada tahun 700 SM dan di
Mesir pada tahun 500 SM. Selama 500 tahun berikutnya,
Mesir, Suriah, dan negara-negara lain di sepanjang pantai Laut
Mediterania adalah pusat pembuatan kaca.
Awalnya memang sangat sulit dan begitu lambat untuk
membuat gelas. Tungku yang dibuat untuk peleburan kaca
kecil dan panas tidak kuasa untuk melelehkan kaca. Tetapi
pada abad ke-1 SM, pengrajin Suriah menciptakan pipa tiup.
Penemuan revolusi ini membuat pembuatan kaca lebih cepat,
mudah dan tidak mahal. Sampai pada akhirnya berkat
kekaisaran Romawi produksi kaca berkembang dari Italia ke
semua negara dibawah kekuasaannya. [2]
B. Manfaat
Kaca atau gelas adalah bahan yang tidak terbatas dan
inovatif yang memiliki banyak aplikasi. Ini adalah komponen
penting dari banyaknya produk yang kami sering digunakan
setiap hari. Jelas bahwa kehidupan modern tidak akan mungkin
tanpa kaca. Kaca adalah bahan yang sangat serbaguna dapat
digunakan setiap hari dalam berbagai aplikasi, kebanyakan dari
kita tidak menyadarinya.
Kami menggunakannya untuk minum, untuk menyimpan
makan dan sebagai jendela di rumah, tetapi kaca juga
digunakan dalam banyak aplikasi yang tidak terlihat. misalnya,
komponen kaca digunakan dalam peralatan diagnostik, medis,
elektronik, insulasi bangunan dan sebagai bahan penguat
dalam hal-hal seperti papan selancar, turbin angin, dan gips
ortopedi. [3]
C. Sumber Gelas
Gelas umumnya terdiri atas silikon (SiO2) yang secara
kimia sama dengan kuarsa. [1] Sumber gelas tidak hanya dari
pasir silika tetapi ada juga bahan baku lainnya yang paling
utama yaitu abu soda (soda ash) dan kapur atau gamping. [4]
Tekik pembuatannya melibatkan proses kimia antara kuarsa
dengan unsur kimia lain (seperti magnesium), bisa juga
ditambahi zat pewarna untuk mendapatkan gelas dengan
karakteristik yang diinginkan. Gelas ini dihasilkan dengan
bahan mentah nya sehingga cair, kemudian dalam keadaan
setengah kental dituangkan kedalam cetakan. Kekerasannya
dicapai karena didinginkan kembali. Karena bahan utama dari
gelas ini adalah bahan silikat dan proses pembuatannya melalui
peleburan pada suhu tinggi. [5] Gelas ini merupakan material
dapat di daur ulang karena ramah lingkungan. [1]
c. Limestone (CaCO3)
Limestone atau batu kapur memiliki fungsi dalam
mempercepat proses pendinginan dan peleburan serta
mencegah devitrifikasi pada produk gelas. Batu kapur
mengandung CaCO3 dan Mg yang jika pada produk gelas
atau kaca akan membentuk CaO dan MgO.
e. Cullet
Cullet merupakan bahan baku yang berasal dari
pecahan-pecahan kaca yang tidak terpakai atau dari produk
gelas yang gagal pada saat proses produksi. Cullet dapat
digunakan 10%-80% dari muatan bahan baku.
f. Feldspar
Feldspar termasuk ke dalam grup mineral dengan
jumlah paling besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60%
batuan terrestrial. Feldspar yang tersedia berupa potassium
feldspar, sodium feldspar atau feldspar campuran. [9]
Feldspar memiliki rumus umum R2O.Al2O3.6SiO2,
dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran
keduanya. Feldspar adalah sumber Al2O3 yang memiliki
keunggulan yaitu cukup murah dan dapat dilebur. Alumina
dalam bahan baku ini dapat mencegah terjadinya
devitrifikasi dan menurunkan titik lebur kaca dengan cara
memperluas temperatur daerah kerja.
g. Boraks
Boraks merupakan campuran Na2O dan boron oksida
pada gelas, dimana bahan ini lebih sering digunakan untuk
kaca pengemas. Fungsi dari boraks yaitu dapat menurunkan
koefisien ekspansi dan meningkatkan ketahanan terhadap
reaksi kimia. [2]
a. Komponen Sekunder
Timah Phospat
Komponen Sekunder Kegunaan
Seng Phospat
(Zn3(PO4)2)
Kalsium Phospat
(Ca3(PO4)2)
Tabel 1. Unsur yang digunakan untuk memberikan warna
pada gelas
Bahan
Kegunaan
Stabilizer
3. Limestone (CaCO3)
Limestone merupakan sebutan dari bahan industri yang
biasa kita kenal dengan batu kapur atau batu gamping.
Selain digunakan pada industri semen, industri kertas,
industri cat dan industri baja, limestone atau kalsium
karbonat ini digunakan juga pada industri gelas.
Pada proses penangananya menurut PT.Niraku jaya
abadi, pada limestone dilakukan dengan proses
pembakaran hingga mencapai 1300oC yang selanjutnya
dilakukan penghalusan dengan menggunakan mesin mill
hingga kehalusannya mencapai 100 mesh. [14]
4. Cullet
Cullet atau kulet biasa dikenal dengan kaca yang berasal
dari pecahan-pecahan beling atau limbah kaca. Cullet ini
berguna dalam pencegahan terjadinya gelembung udara
serta untuk proses pengontrolan dalam pelemburan pada
pengolahan industri gelas. [15]
Salah satu keuntungan penggunaan kulet yaitu bisa
menghemat bahan baku. Bahkan, menurut hasil dari
beberapa penelitian dikemukakan bahwa dengan
penggunaan kulet dapat menggantikan 1200 kilogram
bahan baku jika digunakan kulet 1000 kilogram.
Pada proses penanganannya, menurut perusahaan
ICL digunakan treatment melalui proses pembakaran
dengan menggunakan bahan bakar batu bara. Selanjutnya,
uap atau gas yang dihasilkan dari batu bara tersebut
digunakan untuk proses penyulingan pada sebuah wadah
hingga bersih. Pelemburan pada pasir silika dan soda ash
dilakukan pada uap panas disuhu 13000 C. Hal inilah yang
membuat kualitas silika menjadi lebih baik, dikarenakan
melalui batu bara, kulet ini berfungsi dalam meleburkan
bahan baku. [16]
5. Feldspar
1. Limbah Gas
Dalam proses pembakaran dalam furnace limbah yang
dihasilkan berupa limbah gas. Pada proses penanganan
limbah gas digunakan cerobong asap. Cerobong yang
digunakan untuk limbah gas yang dialirkan memiliki
tinggi 90 meter, ini berfungsi untuk menghindari
pencemaran pada lingkungan dan udara di sekitar. Tim
dari Laboratorium selalu memantau dari monitor untuk
mengetahui kandungan limbah gas yang akan dihasilkan,
cerobong yang digunakan seperti pada Gambar 2. Gas
yang dihasilkan dari pembakaran dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam yang dapat mengionkan
molekul-molekul dalam udara. Partikel asap dari ion-ion
yang dihasilkan akan di adsorpsi (diserap) dan akan
menjadi partikel yang bermuatan. Kemudian akan terjadi
proses penarikan partikel sehingga bisa terikat pada
elektroda lainya. Pengendapan melalui proses ini
dilakukan untuk pencegahan adanya pembuangan yang
beracun. Limbah yang dihasilkan yaitu O2, CO, CO2, NO,
dan NO2. Lihat Gambar 2. [23]
Gambar 2. Cerobong Asap [24]
2. Limbah Padat
Proses dari limbah padat ini berasal dari proses yang
tidak kontinyu, butiran yang terlalu halus pada saat
pemindahan dan pencampuran ini menyebabkan banyak
butiran yang hilang dan beterbangan yang merupakan
salah satu kesalahan yang berasal dari proses yang tidak
kontinyu. Pada proses penanganan limbah padat ini
dilakukan dengan alat yang khusus yaitu dust collector,
dust collector yang digunakan ini seperti pada Gambar 3
yang dilakukan dengan cara menguburkan kedalam tanah
dengan memasukkan kedalam air sehingga dapat
menyebabkan pengendapan kemudian endapannya
dibuang menjadi pasir biasa. Lihat Gambar 3.
Gambar 3. Dust Collector
3. Limbah Cair
Limbah cair tidak terlalu membahayakan bagi
lingkungan karena hanya dihasilkan dari proses sanitasi.
Proses ini menghasilkan 2 jenis limbah cair yaitu air
pendingin peralatan dan air pencucian dari kaca. Hasil
produksi kaca/gelas sebelum dibuang ke sungai terlebih
dahulu dilakukan pengecekan untuk uji kelayakan-nya.
Limbah yaitu hasil dari proses produksi yang
merupakan bahan buangan. Proses pada produksi kaca
tidak semuanya dapat di proses menjadi suatu produk.
Limbah yang dihasilkan dapat mengandung bahan-bahan
yang berbahaya, limbah yang dihasilkan ini dapat
menyebabkan pencemaran pada lingkungan serta
membahayakan untuk kehidupan makhluk hidup
termasuk pada manusia. Tetapi, tidak semua limbah yang
dihasilkan mengandung bahan-bahan yang berbahaya.
Maka pengolahan limbah dilakukan dengan cara baik dan
benar sehingga akan menghasilkan limbah yang baik.
Salah satu tujuan dari pengolahan yang dapat
mengurangi dari bahan limbah yaitu dapat mengurangi
dan mencegah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
dari pembuangan limbah, misalnya saja tercemarnya air
tanah karena adanya polutan yang masuk kedalam tanah.
[23]
DAFTAR ISTILAH
[12] F. f. polli, "utilazation of ash extract coir (soda ash)," journal riset
teknologi industri, p. 137, 2006.
[13] "jual soda ash food grade," PT. Samiraschem indonesia, 2019.
[Online]. Available: http://samiraschem.biz/jual-soda-ash/.
[Accessed 12 maret 2019].
[16] "memproduksi kaca dengan bahan baku atau cullet, lebih untung
mana?," PT Indo Chemica Lestari (ICL), 2018. [Online].
Available: http://indolestari.com/2018/03/19/memproduksi-kaca-
dengan-bahan-dasar-atau-cullet-lebih-untung-mana/. [Accessed
13 Maret 2019].
[25] I. Akmal, Majalah Seri Rumah Ide Kaca dan Fiberglass, PT.
Gramedia Pustaka Utama.