Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses pembuatan AgNO3 teknis dari limbah penyepuhan perak
dan mengetahui pengaruh luas penampang elektroda yang digunakan untuk proses elektrolisis terhadap
banyaknya logam perak yang terdeposisi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen di
laboratorium. Sampel berupa limbah penyepuhan perak. Teknik pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pembuatan AgNO3 teknis dimulai dari elektolisis
limbah penyepuhan perak menggunakan variasi luas penampang elektroda karbon 13,3136 cm2, 7,9128 cm2,
dan 5,5264 cm2 pada tegangan 3 V selama 60 menit. Logam perak yang terdeposisi direaksikan dengan
larutan asam nitrat pekat dilanjutkan dengan kristalisasi. Analisis pendahuluan kualitatif dan karakterisasi
XRD dilakukan terhadap senyawa AgNO3 yang dihasilkan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pembuatan senyawa AgNO3 teknis dari limbah penyepuhan perak dimulai dari elektrolisis
menggunakan elektroda karbon pada tegangan 3 V kemudian mereaksikan logam perak yang terdeposisi
dengan larutan asam nitrat pekat berlebih untuk selanjutnya dilakukan kristalisasi. Luas penampang elektroda
yang digunakan untuk proses elektrolisis berpengaruh pada banyaknya logam perak yang terdeposisi.
Karakterisasi XRD senyawa AgNO3 dari hasil penelitian diketahui bersesuaian dengan senyawa AgNO 3
(Gorbunova, 1984) dan senyawa Ag2O (Kabalkina, 1963).
Kata kunci : limbah penyepuhan perak, elektrolisis, luas penampang elektroda, kristalisasi
Elektrolisis
Hasil Penelitian dan Pembahasan Elektolisis telah banyak diterapkan
dalam proses pengolahan limbah (Taha,
Penentuan Massa Cawan Penguap
2011; Aier, 2014; Kowalska, et al., 2015).
Cawan penguap digunakan pada
Pembuatan senyawa AgNO3 teknis
tahap kristalisasi untuk membentuk senyawa
menggunakan metode elektrolisis dipilih
AgNO3 teknis. Penentuan massa AgNO3
karena sebagian besar perajin penyepuhan
teknis yang terbentuk diketahui dari selisih
perak sudah mempunyai alat-alat yang
massa cawan penguap awal dengan massa
digunakan dalam elektrolisis. Sehingga, jika
cawan penguap akhir kristalisasi. Massa awal
perajin ingin memulai usaha pembuatan
cawan penguap ditetapkan melalui metode
AgNO3 teknis, mereka tidak perlu lagi
gravimetri. Cawan penguap kemudian
membeli banyak peralatan baru karena
dipanaskan selama 10 menit di atas kompor
sebagian besar peralatan yang diperlukan
listrik, kemudian didinginkan untuk
sudah mereka miliki. Elektrolisis merupakan
selanjutnya ditimbang menggunakan neraca
salah satu metode pengolahan limbah yang
analitik. Cara ini dilakukan sebanyak tiga kali
mempunyai kesempatan untuk pembaruan
kemudian diambil dua hasil penimbangan
(Eckenfelder, 2000). Pembaruan yang
yang mempunyai kemiripan hasil untuk
dimaksud adalah zat yang diperoleh dari
kemudian dihitung rata-rata massa awal tetap
elektrolisis mempunyai kesempatan untuk
cawan penguap sesuai dengan Tabel 1.
dimanfaatkan lagi menjadi sesuatu yang baru.
Kondisi sampel sebelum
Tabel 1. Massa Cawan Penguap
dielektrolisis berwarna putih keruh. Warna
Massa pemanasan ke- (g) Massa putih ini berasal dari warna perak yaitu putih,
Elektroda
I II III Tetap (g) Kondisi sampel setelah dielektrolisis adalah
berwarna bening, menandakan kandungan
Besar 70,102 70,091 70,102 70,102
perak telah berkurang dalam limbah karena
Sedang 27,912 27,903 27,912 27,912 menempel pada elektroda atau mengendap
Kecil 16,954 16,949 16,954 16,954 setelah elektrolisis.
Variabel bebas dalam penelitian ini
Selanjutnya setelah kristalisasi, adalah ukuran luas penampang elektroda
cawan penguap ditimbang kembali sehingga yang dibedakan menjadi elektroda besar (Eb),
diperoleh massa AgNO3 teknis yang elektroda sedang (Es), dan elektroda kecil
terbentuk sesuai dengan Tabel 2. (Ek). Elektrolisis dilakukan pada tegangan 3
V untuk tiap elektroda selama 60 menit.
Pemilihan tegangan ini didasarkan pada
Tabel 2. Massa AgNO3 Teknis yang Terbentuk tegangan yang ada pada batu baterai yang
m %
Elektroda m1 (g) m2 (g) AgNO3 AgNO3 berkisar antara 1,5-9 V. Kondisi elektroda
(g) (g/ml) setelah elektrolisis dapat dilihat pada Gambar
Eb I 70,1673 0,0652 0,1304 % 1.
70,1021
Eb II 0,0890 %
70,1466 0,0445
Es I 27,9381 0,0256 0,0512 %
27,9125
Es II 27,9422 0,0297 0,0594 %
Ek I 16,9718 0,0171 0,0342 % Gambar 1. Kondisi Elektroda Setelah Elektrolisis ; dari
16,9547 Kanan Elektroda Besar (Eb), Elektroda Sedang (Es), dan
Ek II 16,9727 0,0180 0,0360 %
Elektroda Kecil (Ek)
432 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Perbedaan kondisi elektroda usaha pembuatan senyawa AgNO3 teknis.
sebelum dan sesudah elektrolisis diketahui Namun, dalam skala besar, elektroda karbon
dari bagian salah satu elektroda ada yang kurang efektif digunakan dalam proses
berwarna putih. Warna putih ini merupakan elektrolisis. Salah satu elektroda yang dapat
perak yang menempel pada elektroda saat digunakan dalam proses industri skala besar
elektrolisis. Perak hanya menempel pada antara lain elektroda platina, gelas, dan
salah satu elektroda yang berperan sebagai kalomel.
katode dengan asumsi bahwa anion dalam
sampel merupakan sisa asam oksi (air
teroksidasi) atau sisa asam lain (anion 3.3. Kristalisasi
teroksidasi) maka reaksi yang terjadi saat Kristalisasi adalah proses
elektrolisis di katode maupun anode adalah pembentukan kristal padat dari suatu larutan
sebagai berikut. induk yang homogen. Proses ini adalah salah
satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat
Katode : Ag+(aq) + e → Ag(s) penting dalam industri, karena dapat
Anode : 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g)+ 4e menghasilkan kemurnian produk hingga
4Ag + (𝑎𝑞) + 2H2O(𝑙) → 4Ag(𝑠) + 100% (Dewi, 2012). Pada penelitian ini,
4H + (𝑎𝑞) + O2(𝑔) larutan induk yang dimaksud merupakan
larutan AgNO3 yang berasal dari reaksi
Dari reaksi tersebut diketahui antara perak yang diperoleh dari elektrolisis
bahwa ion Ag+ mengalami reduksi menjadi dengan HNO3 8 M.
Ag pada katode sehingga perak hanya Sebelum kristalisasi dilakukan, perlu
menempel pada katode. Dari proses ditetapkan terlebih dahulu banyaknya HNO3
elektrolisis diperoleh massa perak yang 8 M yang harus ditambahkan melalui
berbeda-beda pada tiap electrode. Secara perhitungan, namun pada percobaan volume
berurutan, massa perak elektroda besar, HNO3 8 M yang direaksikan dengan Ag tidak
sedang, dan kecil yaitu 0,20570 g, 0,13005 g, sesuai dengan perhitungan. Hal ini
dan 0,0740 g. didasarkan pada banyaknya perak yang
Diketahui bahwa massa perak paling terdeposisi pada elektroda dan kertas saring.
banyak dihasilkan pada elektroda besar. Hasil Jika hanya ditambahkan beberapa tetes sesuai
percobaan ini menunjukkan pengaruh luas dengan kesetimbangan reaksi antara perak
penampang elektroda pada hasil elektrolisis dengan asam nitrat, maka perak pada
sesuai dengan penurunan hukum Ohm. elektroda dan kertas saring tidak bisa
Pengaruh panjang elektroda yang tercelup dikristalisasi seluruhnya. Sehingga pada
dalam penelitian ini dikontrol sebisa mungkin percobaan, volume HNO3 8 M yang
sehingga hasil analisis hanya berpusat pada ditambahkan adalah 3 ml.
pengaruh luas penampang elektroda. Belum Karbon yang digunakan sebagai
banyak penelitian yang mempelajari tentang elektroda pada proses elektrolisis bersifat
pengaruh luas penampang elektroda terhadap inert sehingga tidak bereaksi dengan perak
hasil elektrolisis, namun hasil pada penelitian maupun dengan larutan asam nitrat pekat
ini sesuai dengan hasil penelitian Rizal pada saat pelarutan perak yang terdapat pada
(2013) yang menyimpulkan bahwa luas elektroda. Massa AgNO3 yang terbentuk
penampang elektroda paling bagus untuk dapat dihitung secara teoritis berdasarkan
elektolisis air dengan jumlah sel 8 buah, atau reaksi berikut.
semakin besar jumlah sel semakin banyak 6Ag(s) + 8HNO3(aq) → 6AgNO3(aq) +
hasil elektrolisis. 4H2O(l) + 2NO(g)
Pada industri skala kecil, elektroda Diketahui perbandingan massa
karbon sebagai elektroda inert cukup berguna AgNO3 yang terbentuk dari percobaan
dalam proses elektrolisis. Selain mudah maupun secara perhitungan teori pada Tabel
diperoleh, harganya juga dapat dijangkau 3.
oleh para perajin jika mereka ingin memulai
434 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
kristalisasi ini memang sulit untuk dihindari
mengingat dalam limbah penyepuhan perak AgCl(s)+2NH3(aq)→[Ag(NH3)2]+(aq)+Cl-
tidak hanya mengandung perak namun juga (aq)
mengandung zat lain yang berpotensi
menjadi kopresipitan. Kopresipitasi ini dapat Pada analisis pendahuluan anion
diminalisir menggunakan beberapa cara, nitrat juga diketahui bahwa sampel
salah satunya pengendapan kembali atau menunjukkan hasil positif adanya uap coklat
lebih dikenal dengan rekristalisasi. kemerahan sebagai tanda adanya anion nitrat
Metode pengendapan kembali ini dalam sampel. Sedikitnya sampel yang diuji
dapat digunakan untuk meminimalisir menyebabkan uap coklat kemerahan tersebut
kopresipitan karena endapan bisa langsung hanya sedikit dihasilkan.
dilarutkan kembali (seperti garam dari asam Berdasarkan hasil analisis
lemah dalam asam kuat), dapat disaring, pendahuluan, dapat disimpulkan sampel yang
dilarutkan kembali, dan diendapkan kembali. terbentuk merupakan senyawa AgNO3.
Ion yang mencemarkan akan ada dalam suatu Untuk lebih memastikan bahwa senyawa
konsentrasi yang rendah selama pengendapan yang terbentuk merupakan AgNO3, maka
kedua, dan karenanya jumlah yang lebih kecil perlu dilakukan analisis menggunakan
akan dikopresipitasi. instrumen lain seperti X-Rays Diffraction
(XRD).
Analisis Pendahuluan
Untuk memastikan bahwa senyawa Karakterisasi XRD
yang terbentuk merupakan AgNO3 maka Karakterisasi XRD hanya pada
perlu adanya analisis pendahuluan secara sampel dari elektroda sedang (Es). Pemilihan
kualitatif. Hasil analisis pendahuluan ini sampel ini didasarkan pada adanya
menunjukkan kandungan secara mikro dari kemungkinan pada sampel elektroda besar
zat yang dianalisis. Analisis kualitatif untuk (Eb) terdapat banyak pengotor dari logam lain
AgNO3 didasarkan pada analisis ion Ag+ karena besarnya luas permukaan sehingga
yang diawali dengan mereaksikan sampel memungkinkan logam lain juga ikut
dengan HCl 2 M (Vogel, 1990: 217). menempel pada elektroda. Sedangkan pada
Diketahui bahwa terbentuk endapan putih sampel dari elektroda kecil (Ek) karena luas
setelah sampel direaksikan dengan HCl 2 M. permukaannya yang kecil dan logam perak
Endapan putih tersebut diindikasikan yang terdeposisi sedikit sehingga jumlah
merupakan AgCl yang terbentuk menurut sampel yang dibutuhkan sedikit sehingga
reaksi berikut. karakterisasi kurang maksimal.
Ag+(aq) + Cl- (aq) → AgCl (s) Analisis difraktogram XRD sampel
Sampel direaksikan dengan HCl 2 M Es menggunakan JCPDS dengan
atau HCl encer karena jika sampel yang membandingkan difraktogram sampel dan
mengandung ion Ag+ direaksikan dengan difraktogram dari beberapa senyawa yang
HCl pekat, maka tidak akan terjadi endapan. mungkin terbentuk dari reaksi antara logam
Setelah cairan didekantasi dari atas endapan, perak dengan asam nitrat. Berdasarkan
ia akan larut dalam asam klorida pekat, difraktogram sampel, diketahui bahwa
dimana terbentuk kompleks dikloroargentat : terdapat lima puncak. Setelah dibandingkan
AgCl (s) + Cl- (aq) [AgCl2]- (aq) dengan difraktogram dalam JCPDS diketahui
Dengan mengencerkan dengan air, puncak pertama sampel pada sudut 29,3452
kesetimbangan bergeser kembali ke kiri dan bersesuaian dengan puncak dari senyawa
endapan akan muncul lagi. AgNO3 pada sudut 29,617 (Gorbunova,
Selanjutnya, ditambahkan NH3 2 M 1984). Puncak kedua sampel pada sudut
pada larutan larutan tersebut diketahui 38,115 bersesuaian dengan puncak senyawa
endapan AgCl yang terbentuk larut kembali Ag2O pada sudut 38,397 (Kabalkina, 1963),
setelah direaksikan dengan NH3 2 M. Larutan sedangkan puncak ketiga, keempat, serta
amonia encer melarutkan endapan, karena kelima sampel secara berturut-turut pada
ion kompleks diaminaargentat terbentuk sudut 44,241; 64,36; 77,3213 bersesuaian
melalui reaksi berikut. dengan puncak logam Ag pada sudut 44,139;
Uji Hipotesis
Dilihat dari urgensi penelitian, maka
taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%.
Uji statistik menggunakan Aplikasi SPSS 20.
Gambar 2. Hasil Karakterisasi XRD Sampel Uji statistik yang digunakan menggunakan
uji statistik nonparametrik mengingat jumlah
Pembentukan AgNO3 sendiri dapat sampel kurang dari 30 dan tidak bergantung
dijelaskan melalui reaksi berikut. pada asumsi-asumsi yang kaku atau bersifat
khusus (Westriningsih, 2012: 114). Sebelum
2 HNO3 (aq) → H2O (l) + 2 NO2 (g) +On.........(1) dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan
2 HNO3 (aq) → H2O (l) + 2 NO (g) + 3On.......(2)
uji prasyarat analisis berupa uji normalitas
Ag (s) + O (g) → Ag2O(s).................................(3)
Ag2O (s) + HNO3 (aq) → AgNO3 (s) + H2O (l)(4)
dan homogenitas (Budiyono, 2013: 168).
Uji normalitas menggunakan berupa
Reaksi (1) menunjukkan peruraian uji Kolmogorov-Smirnov.Hasil uji normalitas
dari larutan asam nitrat pekat sedangkan menunjukkan signifikansi = 0,984 atau > α =
reaksi (2) menunjukkan peruraian dari larutan 0,05, maka H0 diterima dan sampel
asam nitrat encer. Perbedaan dapat diketahui berdistribusi normal, namun variansi tidak
pada saat perak direaksikan dengan HNO3 homogen, sehingga dilakukan uji hipotesis
dari gas yang dihasilkan. Gas NO2 berwarna menggunakan uji Mann – Whitney U untuk
coklat seperti yang dihasilkan pada saat pengaruh luas penampang terhadap
kristalisasi, artinya konsentrasi larutan bukan banyaknya logam perak yang terdeposisi.
menjadi penyebab utama melainkan proses Hipotesis dalam penelitian ini dapat
kristalisasi yang belum sempurna sehingga dirumuskan sebagai berikut.
diperlukan waktu lebih lama lagi. Selain itu,
436 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
H0 : Tidak terdapat pengaruh luas 25.000,00/g. Berdasarkan harga jual tersebut
penampang elektroda terhadap diketahui bahwa usaha ini ini diketahui B/C
banyaknya logam perak yang Ratio usaha ini yaitu 1,66, artinya usaha ini
terdeposisi. layak dikembangkan dengan keuntungan Rp
H1 : Terdapat pengaruh luas penampang 1.967.499,60/tahun dan waktu pengembalian
elektroda terhadap banyaknya logam modal sekitar 0,33 tahun. Titik impas di
perak yang terdeposisi. mana penghasilan dalam usaha ini sama
Hasil uji hipotesis menunjukkan Pvalue atau dengan modal usaha akan tercapai pada
signifikansi = 0,046 atau < α = 0,05, maka H0 produksisenyawa AgNO3 sebanyak 42 g.
ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan Pada titik ini perajin perak tidak mengalami
bahwa terdapat pengaruh luas penampang untung maupun rugi. Artinya, dalam kurun
elektroda terhadap banyaknya logam perak waktu 0,33 tahun atau sekitar 4 bulan, perajin
yang terdeposisi. penyepuhan perak dapat memproduksi 42 g
senyawa AgNO3. Investasi usaha ini sebesar
Analisis Usaha Rp 66 setiap pembiayaan Rp 100. Hasil
Hasil dari penelitian ini diharapkan analisis aspek keuangan tersebut menyatakan
mampu memberikan manfaat bagi bahwa usaha pembuatan AgNO3 layak jual.
masyarakat, salah satunya dapat
meningkatkan pendapatan perajin perak
dengan usaha pembuatan AgNO3 teknis dari Simpulan, Saran, dan Rekomendasi
limbah penyepuhan perak. Sebelum memulai
Simpulan
suatu usaha, maka perlu dilakukan analisis
1. Pembuatan senyawa AgNO3 teknis dari
usaha untuk menentukan harga pokok
limbah penyepuhan perak dimulai dari
penjualan (HPP), keuntungan yang diperoleh,
elektrolisis menggunakan elektroda
serta kelayakan usaha sebagai berikut.
karbon pada tegangan 3 V kemudian
Dalam satu minggu, limbah yang
mereaksikan logam perak yang
dihasilkan dalam usaha penyepuhan perak
terdeposisi dengan larutan asam nitrat
±1750 ml. Pembuatan AgNO3 untuk usaha
pekat (8 M) berlebih untuk selanjutnya
ini masih dilakukan untuk skala kecil, maka
dilakukan kristalisasi.
setiap hari perajin dapat membuat AgNO3
2. Semakin besar luas penampang
teknis dari ±250 ml limbah perak untuk
elektroda yang digunakan untuk proses
sekali produksi. jika ingin memulai suatu
elektrolisis maka semakin banyak logam
usaha, maka perlu dilakukan suatu kegiatan
perak yang terdeposisi.
yang mempelajari secara mendalam tentang
suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
Saran
dalam rangka menentukan layak atau tidak
1. Melakukan rekristalisasi terhadap hasil
usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar,
kristalisasi AgNO3, sehingga diperoleh
2003: 6).
AgNO3 yang lebih murni.
Terdapat beberapa aspek yang perlu
2. Memperhatikan faktor-faktor lain yang
dilakukan dalam studi kelayakan bisnis yaitu
mempengaruhi elektrolisis dan
aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran,
kristalisasi.
aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek
3. Menentukan seed material yang cocok
manajemen/organisasi, aspek ekonomi sosial,
untuk kristalisasi AgNO3.
dan aspek dampak lingkungan. Pada
4. Menentukan konsentrasi perak dalam
penelitian ini hanya akan dibahas tentang
sampel sebelum dan sesudah elektrolisis
aspek keuangan, karena usaha pembuatan
agar diketahui dengan pasti banyaknya
AgNO3 yang akan dibuat ini merupakan
perak yang berhasil dielektrolisis.
usaha sampingan yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan perajin selain
Rekomendasi
pendapatan dari usaha yang sudah dijalankan
1. Dapat menjadi rekomendasi bagi para
yaitu penyepuhan perak.
penyepuh perak agar bisa memanfaatkan
Dalam satu minggu, bisa dihasilkan
limbah penyepuhan perak
0,55 g AgNO3 dengan harga jual Rp
438 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21