Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru


melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21”
Surakarta, 22 Oktober 2016

PEMBUATAN PERAK NITRAT (AgNO3) TEKNIS DARI LIMBAH


PENYEPUHAN PERAK

Istiqomah Addiin1, Sri Yamtinah2


1,2
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 57126

Email korespondensi : istiqomahaddiin@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses pembuatan AgNO3 teknis dari limbah penyepuhan perak
dan mengetahui pengaruh luas penampang elektroda yang digunakan untuk proses elektrolisis terhadap
banyaknya logam perak yang terdeposisi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen di
laboratorium. Sampel berupa limbah penyepuhan perak. Teknik pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pembuatan AgNO3 teknis dimulai dari elektolisis
limbah penyepuhan perak menggunakan variasi luas penampang elektroda karbon 13,3136 cm2, 7,9128 cm2,
dan 5,5264 cm2 pada tegangan 3 V selama 60 menit. Logam perak yang terdeposisi direaksikan dengan
larutan asam nitrat pekat dilanjutkan dengan kristalisasi. Analisis pendahuluan kualitatif dan karakterisasi
XRD dilakukan terhadap senyawa AgNO3 yang dihasilkan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pembuatan senyawa AgNO3 teknis dari limbah penyepuhan perak dimulai dari elektrolisis
menggunakan elektroda karbon pada tegangan 3 V kemudian mereaksikan logam perak yang terdeposisi
dengan larutan asam nitrat pekat berlebih untuk selanjutnya dilakukan kristalisasi. Luas penampang elektroda
yang digunakan untuk proses elektrolisis berpengaruh pada banyaknya logam perak yang terdeposisi.
Karakterisasi XRD senyawa AgNO3 dari hasil penelitian diketahui bersesuaian dengan senyawa AgNO 3
(Gorbunova, 1984) dan senyawa Ag2O (Kabalkina, 1963).

Kata kunci : limbah penyepuhan perak, elektrolisis, luas penampang elektroda, kristalisasi

Pendahuluan Penyepuhan menjadi salah satu alternatif


yang dipilih oleh masyarakat jika terdapat
Logam mulia dalam ilmu kimia goresan pada perhiasan perak. Jasa–jasa
adalah logam yang tahan terhadap korosi penyepuhan perak biasanya tersedia di toko
maupun oksidasi. Contoh logam mulia adalah perak atau tempat penyepuhan perak di
emas, perak, platina, dan palladium. pinggir jalan salah satunya di kota Surakarta,
Umumnya logam-logam mulia memiliki tepatnya di daerah Pasar Klewer.
harga yang tinggi, karena sifatnya yang Usaha penyepuhan perak ini
langka dan tahan korosi (Chehade, et al., menghasilkan limbah yang masih
2012). Di antara ketiga logam mulia tersebut, mengandung perak (Ag) dan termasuk salah
perak merupakan salah satu logam yang satu sumber pencemaran Limbah B3
paling digemari oleh masyarakat karena berdasarkan lampiran daftar Limbah B3 dari
dapat dijual kembali sewaktu-waktu. sumber yang spesifik seperti industri
Walaupun begitu, saat akan menjual kembali Electroplating dan Galvanising. Biasanya
perak, seringkali penjual toko melihat para perajin perak membuang limbah
melalui sebuah alat kecil untuk mengetahui penyepuhan perak. Padahal dalam limbah
ada tidaknya goresan pada perak tersebut. penyepuhan perak tersebut masih
Sebuah lapisan perak, jika tergores mengandung perak yang dapat diambil dan
(tergores disini dalam arti mikro, bukan dimanfaatkan kembali oleh perajin. Proses
goresan yang kasat mata), atom-atom perak treatment limbah secara Kimia yaitu
ini akan benar-benar hilang, meninggalkan pengendapan konvensional, pengendapan
daerah kosong yang tidak ditempati oleh lanjut, metode lain,dan metode dengan
atom perak. Goresan mikro pada perak, jika peluang pemulihan (Eckenfelder, 2000: 139).
dibiarkan terlalu lama, akan menimbulkan Di antara berbagai teknik tersebut, teknik
efek kuning kumal yang kasat mata. yang paling sering digunakan adalah teknik

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 429


adsorpsi dengan penggunaan adsorben dari menggunakan senyawa AgNO3 sangat
berbagai bahan yang mempunyai potensi dibatasi bahkan dihilangkan. Biasanya
dapat menyerap logam berat sumber penggunaan bahan praktikum pun sering
pencemaran. Namun, penelitian yang sudah dibatasi karena mahalnya harga bahan
dilakukan hanya berhenti sampai penyerapan praktikum, terutama bahan praktikum Kimia,
logam. Penelitian tentang pemanfaatan salah satunya adalah AgNO3.
logam–logam berat yang dapat diserap Bila dipelajari lebih lanjut, senyawa
tersebut belum banyak dilakukan. Hal ini AgNO3 merupakan senyawa logam yang
dapat disebabkan karena pemilihan proses berasal dari logam perak (Ag) yang
pengambilan logam dari limbah yang kurang direaksikan dengan larutan asam nitrat pekat
memperhatikan metode yang mempunyai (HNO3 8 M) yang bereaksi menurut
kesempatan pembaruan terhadap logam yang persamaan reaksi berikut (Vogel, 1990: 217).
diambil dari limbah. 6Ag(s) + 8HNO3(aq) → 6AgNO3(aq)
Elektrolisis menjadi salah satu proses + 4H2O(l) + 2NO(g)
pengolahan limbah yang mempunyai Secara teori, sebenarnya limbah penyepuhan
kesempatan pembaruan (Eckenfelder, 2000: perak dari industri penyepuhan perak dapat
139). Elektrolisis merupakan salah satu dimanfaatkan sebagai bahan untuk
penerapan elektrokimia di mana arus menyintesis senyawa kimia, yaitu Perak
langsung mengalir melalui larutan yang Nitrat (AgNO3) melalui proses elektrolisis
banyak mengandung perak diterapkan antara dan kristalisasi. Maka setelah perak dapat
dua elektroda, katoda dan anoda (Masebinu, diambil dari limbah melalui proses
et al., 2014). Elektrolisis menjadi metode elektrolisis, perak tersebut dapat
pengolahan perak yang paing banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat
digunakan, hal ini disebabkan metode ini senyawa AgNO3 teknis.
dapat memproduksi perak dengan tingkat
kemurnian lebih besar dari 98% (Masebinu, Penelitian in bertujuan untuk :
et al., 2014;Kowalska, et al., 2015). 1. Menjelaskan proses pembuatan AgNO3
Terdapat ketidaksamaan aliran listrik teknis dari limbah penyepuhan perak.
di dalam sebuah penghantar. Ketidaksamaan 2. Mengetahui pengaruh luas penampang
ini disebabkan oleh penghantar yang selalu elektroda yang digunakan untuk proses
memiliki hambatan. Hambatan dari suatu elektrolisis terhadap banyaknya logam
penghantar mempengaruhi arus listrik yang perak yang terdeposisi.
melewatinya, sehingga dapat dikatakan juga
mempengaruhi banyaknya logam yang
terdeposisi pada proses elektrolisis. Besar Metode Penelitian
hambatan suatu bahan atau penghantar
Tempat dan Waktu Penelitian
nilainya berbeda–beda tergantung pada
Penelitian ini dilaksanakan di
hambatan jenis (𝜌), panjang (l), dan luas
Laboratorium Kimia Program Studi
penampang (A). Melalui hubungan ini
Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP
diketahui luas penampang juga merupakan UNS, dan karakterisasi XRD dilakukan di
salah satu faktor yang mempengaruhi
Laboratorium Terpadu FMIPA UNS
banyaknya logam terdeposisi pada proses Surakarta pada bulan Oktober 2013 -
elektrolisis. Pada penelitian ini akan
Desember 2013 menggunakan metode
diketahui pengaruh luas penampang
eksperimen di laboratorium yaitu dengan
elektroda berupa elektroda karbon dari batu melakukan penelitian di laboratorium.
baterai.
Perak Nitrat atau biasa dikenal
Populasi dan Sampel Penelitian
dengan AgNO3 merupakan senyawa Kimia
Populasi
yang cukup mahal harganya. Harga 25 g
Populasi yang digunakan dalam
senyawa ini adalah Rp 1.255.000,00 atau Rp penelitian ini adalah limbah emas dan perak
50.200,00/g (www.merckmolipore.com).
dalam usaha penyepuhan emas dan perak di
Mahalnya harga senyawa AgNO3 Pasar Klewer, Surakarta.
mengakibatkan kegiatan praktikum yang
430 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Sampel d. Elektrolisis dilakukan selama 60
Sampel yang diteliti adalah limbah menit.
perak dalam usaha penyepuhan emas dan e. Mengulangi elektrolisis secara duplo.
perak di Pasar Klewer, Surakarta. 2. Kristalisasi Hasil Elektrolisis Limbah
Penyepuhan Perak
Teknik Pengambilan Sampel Kristalisasi hasil elektrolisis
Teknik pengambilan sampel dalam dilakukan dalam cawan porselen sehingga
penelitian ini adalah random sampling, sebelum kristalisasi dilakukan terlebih
karena pada penelitian ini tidak memerlukan dahulu penentuan massa tetap cawan
karakteristik limbah penyepuhan perak porselen dengan metode gravimetri.
dengan spesifikasi tertentu untuk tujuan Selanjutnya dapat dilakukan tahap
tertentu. kristalisasi.
a. Menimbang kertas saring yang akan
Prosedur Kerja digunakan untuk menyaring.
Alat b. Menyaring larutan sampel hasil
a. Adaptor j. Klem elektrolisis dengan kertas saring.
b. Penjepit k. Statif c. Mengeringkan kertas saring dibawah
Buaya sinar matahari.
c. Gelas l. Erlenmeyer d. Menimbang kertas saring setelah
Beker dikeringkan.
d. Spatula m. Labu Ukur e. Menimbang elektroda setelah
e. Kaca Arloji n. Pencatat Waktu elektrolisis.
f. Corong o. Mortir dan Alu f. Mencuci elektroda dan kertas saring
Kaca menggunakan larutan HNO3 8M.
g. Pipet Tetes p. Neraca Analitik g. Menguapkan hasil cucian tersebut
h. Gelas Ukur q. Kompor Listrik hingga semua larutan menguap dan
i. Buret r. Pengaduk Kaca diperoleh kristal AgNO3.
h. Menimbang cawan porselen setelah
Bahan kristalisasi.
a. HNO3 8 M f. Kertas Saring i. Mengulangi kristalisasi secara triplo.
b. HCl 2 M g. Fe(NO3)3 0,05 M 3. Analisis Pendahuluan
c. NH3 2 M h. NH4SCN Analisis pendahuluan dilakukan
d. Aquades i. HNO3 0,1 M untuk mengetahui apakah kristal yang
e. Indikator j. Limbah diperoleh berupa AgNO3. Analisis
Universal Penyepuhan Perak pendahuluan dapat dijabarkan sebagai berikut
(Vogel, 1990: 217 – 218).
Cara Kerja a. Melarutkan hasil kristalisasi ke dalam
Penelitian ini dibagi menjadi empat larutan HCl 2 M. Akan terbentuk
bagian dengan beberapa tahap yang dapat endapan putih.
dijabarkan sebagai berikut. b. Menambahkan larutan NH3 2 M. Jika
1. Elektrolisis Limbah Penyepuhan Perak endapan putih larut, maka hasil
a. Membersihkan elektroda karbon kritalisasi dapat dipastikan adalah
dengan tisu kemudian menimbang AgNO3.
masing- masing elektroda sehingga c. Menambahkan larutan asam sulfat
diketahui massa awal elektroda pekat pada tabung reaksi lain yang
sebelum elektrolisis. telah berisi sampel.
b. Menuangkan masing-masing 50 ml d. Memanaskan larutan tersebut hingga
limbah penyepuhan perak ke dalam terbentuk uap coklat kemerahan.
tiga gelas beker 50 ml. e. Mengulangi analisis pendahuluan
c. Elektrolisis menggunakan elektroda secara triplo.
C/C dengan luas penampang 13,31360 4. Karakterisasi XRD
cm2 ; 7,91280 cm2 ; dan 5,52640 cm2 Setelah melakukan analisis
pada potensial tetap 3 volt. pendahuluan, selanjutnya dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 431


karakterisasi XRD pada sampel elektroda Ket : m1 = massa cawan penguap sebelum
sedang (Es) di Laboratorium Terpadu FMIPA kristalisasi
untuk mengetahui kristalinitas senyawa yang m2 = massa cawan penguap setelah
dihasilkan melalui proses kristalisasi. kristalisasi

Elektrolisis
Hasil Penelitian dan Pembahasan Elektolisis telah banyak diterapkan
dalam proses pengolahan limbah (Taha,
Penentuan Massa Cawan Penguap
2011; Aier, 2014; Kowalska, et al., 2015).
Cawan penguap digunakan pada
Pembuatan senyawa AgNO3 teknis
tahap kristalisasi untuk membentuk senyawa
menggunakan metode elektrolisis dipilih
AgNO3 teknis. Penentuan massa AgNO3
karena sebagian besar perajin penyepuhan
teknis yang terbentuk diketahui dari selisih
perak sudah mempunyai alat-alat yang
massa cawan penguap awal dengan massa
digunakan dalam elektrolisis. Sehingga, jika
cawan penguap akhir kristalisasi. Massa awal
perajin ingin memulai usaha pembuatan
cawan penguap ditetapkan melalui metode
AgNO3 teknis, mereka tidak perlu lagi
gravimetri. Cawan penguap kemudian
membeli banyak peralatan baru karena
dipanaskan selama 10 menit di atas kompor
sebagian besar peralatan yang diperlukan
listrik, kemudian didinginkan untuk
sudah mereka miliki. Elektrolisis merupakan
selanjutnya ditimbang menggunakan neraca
salah satu metode pengolahan limbah yang
analitik. Cara ini dilakukan sebanyak tiga kali
mempunyai kesempatan untuk pembaruan
kemudian diambil dua hasil penimbangan
(Eckenfelder, 2000). Pembaruan yang
yang mempunyai kemiripan hasil untuk
dimaksud adalah zat yang diperoleh dari
kemudian dihitung rata-rata massa awal tetap
elektrolisis mempunyai kesempatan untuk
cawan penguap sesuai dengan Tabel 1.
dimanfaatkan lagi menjadi sesuatu yang baru.
Kondisi sampel sebelum
Tabel 1. Massa Cawan Penguap
dielektrolisis berwarna putih keruh. Warna
Massa pemanasan ke- (g) Massa putih ini berasal dari warna perak yaitu putih,
Elektroda
I II III Tetap (g) Kondisi sampel setelah dielektrolisis adalah
berwarna bening, menandakan kandungan
Besar 70,102 70,091 70,102 70,102
perak telah berkurang dalam limbah karena
Sedang 27,912 27,903 27,912 27,912 menempel pada elektroda atau mengendap
Kecil 16,954 16,949 16,954 16,954 setelah elektrolisis.
Variabel bebas dalam penelitian ini
Selanjutnya setelah kristalisasi, adalah ukuran luas penampang elektroda
cawan penguap ditimbang kembali sehingga yang dibedakan menjadi elektroda besar (Eb),
diperoleh massa AgNO3 teknis yang elektroda sedang (Es), dan elektroda kecil
terbentuk sesuai dengan Tabel 2. (Ek). Elektrolisis dilakukan pada tegangan 3
V untuk tiap elektroda selama 60 menit.
Pemilihan tegangan ini didasarkan pada
Tabel 2. Massa AgNO3 Teknis yang Terbentuk tegangan yang ada pada batu baterai yang
m %
Elektroda m1 (g) m2 (g) AgNO3 AgNO3 berkisar antara 1,5-9 V. Kondisi elektroda
(g) (g/ml) setelah elektrolisis dapat dilihat pada Gambar
Eb I 70,1673 0,0652 0,1304 % 1.
70,1021
Eb II 0,0890 %
70,1466 0,0445
Es I 27,9381 0,0256 0,0512 %
27,9125
Es II 27,9422 0,0297 0,0594 %
Ek I 16,9718 0,0171 0,0342 % Gambar 1. Kondisi Elektroda Setelah Elektrolisis ; dari
16,9547 Kanan Elektroda Besar (Eb), Elektroda Sedang (Es), dan
Ek II 16,9727 0,0180 0,0360 %
Elektroda Kecil (Ek)

432 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Perbedaan kondisi elektroda usaha pembuatan senyawa AgNO3 teknis.
sebelum dan sesudah elektrolisis diketahui Namun, dalam skala besar, elektroda karbon
dari bagian salah satu elektroda ada yang kurang efektif digunakan dalam proses
berwarna putih. Warna putih ini merupakan elektrolisis. Salah satu elektroda yang dapat
perak yang menempel pada elektroda saat digunakan dalam proses industri skala besar
elektrolisis. Perak hanya menempel pada antara lain elektroda platina, gelas, dan
salah satu elektroda yang berperan sebagai kalomel.
katode dengan asumsi bahwa anion dalam
sampel merupakan sisa asam oksi (air
teroksidasi) atau sisa asam lain (anion 3.3. Kristalisasi
teroksidasi) maka reaksi yang terjadi saat Kristalisasi adalah proses
elektrolisis di katode maupun anode adalah pembentukan kristal padat dari suatu larutan
sebagai berikut. induk yang homogen. Proses ini adalah salah
satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat
Katode : Ag+(aq) + e → Ag(s) penting dalam industri, karena dapat
Anode : 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g)+ 4e menghasilkan kemurnian produk hingga
4Ag + (𝑎𝑞) + 2H2O(𝑙) → 4Ag(𝑠) + 100% (Dewi, 2012). Pada penelitian ini,
4H + (𝑎𝑞) + O2(𝑔) larutan induk yang dimaksud merupakan
larutan AgNO3 yang berasal dari reaksi
Dari reaksi tersebut diketahui antara perak yang diperoleh dari elektrolisis
bahwa ion Ag+ mengalami reduksi menjadi dengan HNO3 8 M.
Ag pada katode sehingga perak hanya Sebelum kristalisasi dilakukan, perlu
menempel pada katode. Dari proses ditetapkan terlebih dahulu banyaknya HNO3
elektrolisis diperoleh massa perak yang 8 M yang harus ditambahkan melalui
berbeda-beda pada tiap electrode. Secara perhitungan, namun pada percobaan volume
berurutan, massa perak elektroda besar, HNO3 8 M yang direaksikan dengan Ag tidak
sedang, dan kecil yaitu 0,20570 g, 0,13005 g, sesuai dengan perhitungan. Hal ini
dan 0,0740 g. didasarkan pada banyaknya perak yang
Diketahui bahwa massa perak paling terdeposisi pada elektroda dan kertas saring.
banyak dihasilkan pada elektroda besar. Hasil Jika hanya ditambahkan beberapa tetes sesuai
percobaan ini menunjukkan pengaruh luas dengan kesetimbangan reaksi antara perak
penampang elektroda pada hasil elektrolisis dengan asam nitrat, maka perak pada
sesuai dengan penurunan hukum Ohm. elektroda dan kertas saring tidak bisa
Pengaruh panjang elektroda yang tercelup dikristalisasi seluruhnya. Sehingga pada
dalam penelitian ini dikontrol sebisa mungkin percobaan, volume HNO3 8 M yang
sehingga hasil analisis hanya berpusat pada ditambahkan adalah 3 ml.
pengaruh luas penampang elektroda. Belum Karbon yang digunakan sebagai
banyak penelitian yang mempelajari tentang elektroda pada proses elektrolisis bersifat
pengaruh luas penampang elektroda terhadap inert sehingga tidak bereaksi dengan perak
hasil elektrolisis, namun hasil pada penelitian maupun dengan larutan asam nitrat pekat
ini sesuai dengan hasil penelitian Rizal pada saat pelarutan perak yang terdapat pada
(2013) yang menyimpulkan bahwa luas elektroda. Massa AgNO3 yang terbentuk
penampang elektroda paling bagus untuk dapat dihitung secara teoritis berdasarkan
elektolisis air dengan jumlah sel 8 buah, atau reaksi berikut.
semakin besar jumlah sel semakin banyak 6Ag(s) + 8HNO3(aq) → 6AgNO3(aq) +
hasil elektrolisis. 4H2O(l) + 2NO(g)
Pada industri skala kecil, elektroda Diketahui perbandingan massa
karbon sebagai elektroda inert cukup berguna AgNO3 yang terbentuk dari percobaan
dalam proses elektrolisis. Selain mudah maupun secara perhitungan teori pada Tabel
diperoleh, harganya juga dapat dijangkau 3.
oleh para perajin jika mereka ingin memulai

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 433


Tabel 3. Perbandingan Massa AgNO3 Antara Percobaan dengan Teori
m AgNO3 (g) % AgNO3 (g/ml)
Elektroda
Teori Percobaan Teori Percobaan
Eb I 0,4165 0,0652 0,8330 % 0,1304 %
Eb II 0,2312 0,0445 0,4624 % 0,0890 %
Es I 0,2941 0,0256 0,5882 % 0,0512 %
Es II 0,1156 0,0297 0,2312 % 0,0594 %
Ek I 0,1105 0,0171 0,2210 % 0,0342 %
Ek II 0,1020 0,0148 0,2049 % 0,0360 %
antara lain kondisi lewat dingin larutan, suhu,
Perbedaan hasil tersebut dapat sumber inti kristal, viskositas, kecepatan
disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi pendinginan, kecepatan agitasi, bahan
saat proses elektrolisis maupun kristalisasi. tambahan dan pengotor, dan densitas massa
Pada proses elektrolisis diketahui terdapat kristal (Dewi, 2012). Selain itu, dari
pengaruh pH (Basuki, 2009) serta konsentrasi penelitian Normah (2013) juga diketahui
elektrolit (Widodo, 2009). Kedua faktor pengaruh waktu dalam proses kristalisasi
tersebut pada penelitian ini diabaikan karena minyak kelapa. Adanya bahan tambahan
hasil penelitian diharapkan dapat pengotor serta suhu juga mungkin menjadi
memberikan gambaran untuk sampel yang salah satu faktor yang berpengaruh, karena
langsung berasal dari para penyepuh perak. pada limbah penyepuhan perak yang
Pada proses kristalisasi sendiri perlu mengandung banyak anion dan kation selain
memperhatikan beberapa prinsip seperti perak menjadi salah satu sumber pengotor
Perilaku fase atau fase asal, nukleasi, yang menghambat pertumbuhan inti kristal.
pertumbuhan kristal, dan rekristalisasi Suhu yang kurang dikontrol pada saat
(Hartel, 2001). Pada tahap nukleasi sekunder penelitian sehingga bisa terbentuk Ag2O
terjadi pada kondisi di bawah supersaturasi, menjadi salah satu faktor kurang
kristal tumbuh karena ada kontak antar kristal terbentuknya AgNO3.
dan larutan. Dibutuhkan bibit atau kristal Pada penelitian ini, kristalisasi
yang sudah jadi untuk merangsang dilakukan dari larutan cair, sehingga
pertumbuhan kistal yang baru. Bibit yang pembuatan senyawa AgNO3 dapat dilakukan
ditambahkan biasa disebut dengan seed pada suhu rendah. Oleh karena itu,
material. Seed material ini bisa berupa apa kristalisasi dijaga pada suhu yang stabil pada
saja disesuaikan dengan kristal yang akan ketiga sampel sehingga tidak terbentuk zat
dibentuk. Seed material berfungsi sebagai lain yang tidak diinginkan misalnya seperti
tempat penumbuhan kristal, dengan Ag2O. Senyawa AgNO3 teknis yang
menggunakan seed material, kondisi yang terbentuk berwarna abu-abu. Endapan yang
sesuai untuk kristalisasi tak mesti harus dihasilkan juga tidak hanya berwana abu-abu,
supersaturasi, sehingga kemungkinan namun terdapat warna lain seperti coklat atau
terjadinya kristalisasi lebih besar. hitam. Warna endapan selain abu-abu ini
Pada penelitian ini, dimungkinkan menunjukkan terdapat pengotor dalam
larutan belum mencapai tahap supersaturasi, endapan perak yang diperoleh dari
sehingga tahap nukleasi yang dialami adalah elektrolisis, sehingga mempengaruhi produk
nukleasi sekunder yang membutuhkan seed dari kristalisasi. Senyawa AgNO3 yang
material. Tidak ditambahkannya seed dihasilkan pun berbentuk powder yang sangat
material pada larutan saat proses kristalisasi halus.
karena belum adanya penelitian mengenai Zat-zat yang normalnya mudah larut
adanya seed material yang bisa membantu dapat diturunkan selama pengendapan zat
proses kristalisasi AgNO3. yang diinginkan dengan suatu proses yang
Faktor lain yang dapat disebut kopresipitasi (Day dan Underwood,
mempengaruhi terbentuknya inti kristal 2002: 74). Adanya kopresipitasi dalam proses

434 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
kristalisasi ini memang sulit untuk dihindari
mengingat dalam limbah penyepuhan perak AgCl(s)+2NH3(aq)→[Ag(NH3)2]+(aq)+Cl-
tidak hanya mengandung perak namun juga (aq)
mengandung zat lain yang berpotensi
menjadi kopresipitan. Kopresipitasi ini dapat Pada analisis pendahuluan anion
diminalisir menggunakan beberapa cara, nitrat juga diketahui bahwa sampel
salah satunya pengendapan kembali atau menunjukkan hasil positif adanya uap coklat
lebih dikenal dengan rekristalisasi. kemerahan sebagai tanda adanya anion nitrat
Metode pengendapan kembali ini dalam sampel. Sedikitnya sampel yang diuji
dapat digunakan untuk meminimalisir menyebabkan uap coklat kemerahan tersebut
kopresipitan karena endapan bisa langsung hanya sedikit dihasilkan.
dilarutkan kembali (seperti garam dari asam Berdasarkan hasil analisis
lemah dalam asam kuat), dapat disaring, pendahuluan, dapat disimpulkan sampel yang
dilarutkan kembali, dan diendapkan kembali. terbentuk merupakan senyawa AgNO3.
Ion yang mencemarkan akan ada dalam suatu Untuk lebih memastikan bahwa senyawa
konsentrasi yang rendah selama pengendapan yang terbentuk merupakan AgNO3, maka
kedua, dan karenanya jumlah yang lebih kecil perlu dilakukan analisis menggunakan
akan dikopresipitasi. instrumen lain seperti X-Rays Diffraction
(XRD).
Analisis Pendahuluan
Untuk memastikan bahwa senyawa Karakterisasi XRD
yang terbentuk merupakan AgNO3 maka Karakterisasi XRD hanya pada
perlu adanya analisis pendahuluan secara sampel dari elektroda sedang (Es). Pemilihan
kualitatif. Hasil analisis pendahuluan ini sampel ini didasarkan pada adanya
menunjukkan kandungan secara mikro dari kemungkinan pada sampel elektroda besar
zat yang dianalisis. Analisis kualitatif untuk (Eb) terdapat banyak pengotor dari logam lain
AgNO3 didasarkan pada analisis ion Ag+ karena besarnya luas permukaan sehingga
yang diawali dengan mereaksikan sampel memungkinkan logam lain juga ikut
dengan HCl 2 M (Vogel, 1990: 217). menempel pada elektroda. Sedangkan pada
Diketahui bahwa terbentuk endapan putih sampel dari elektroda kecil (Ek) karena luas
setelah sampel direaksikan dengan HCl 2 M. permukaannya yang kecil dan logam perak
Endapan putih tersebut diindikasikan yang terdeposisi sedikit sehingga jumlah
merupakan AgCl yang terbentuk menurut sampel yang dibutuhkan sedikit sehingga
reaksi berikut. karakterisasi kurang maksimal.
Ag+(aq) + Cl- (aq) → AgCl (s) Analisis difraktogram XRD sampel
Sampel direaksikan dengan HCl 2 M Es menggunakan JCPDS dengan
atau HCl encer karena jika sampel yang membandingkan difraktogram sampel dan
mengandung ion Ag+ direaksikan dengan difraktogram dari beberapa senyawa yang
HCl pekat, maka tidak akan terjadi endapan. mungkin terbentuk dari reaksi antara logam
Setelah cairan didekantasi dari atas endapan, perak dengan asam nitrat. Berdasarkan
ia akan larut dalam asam klorida pekat, difraktogram sampel, diketahui bahwa
dimana terbentuk kompleks dikloroargentat : terdapat lima puncak. Setelah dibandingkan
AgCl (s) + Cl- (aq) [AgCl2]- (aq) dengan difraktogram dalam JCPDS diketahui
Dengan mengencerkan dengan air, puncak pertama sampel pada sudut 29,3452
kesetimbangan bergeser kembali ke kiri dan bersesuaian dengan puncak dari senyawa
endapan akan muncul lagi. AgNO3 pada sudut 29,617 (Gorbunova,
Selanjutnya, ditambahkan NH3 2 M 1984). Puncak kedua sampel pada sudut
pada larutan larutan tersebut diketahui 38,115 bersesuaian dengan puncak senyawa
endapan AgCl yang terbentuk larut kembali Ag2O pada sudut 38,397 (Kabalkina, 1963),
setelah direaksikan dengan NH3 2 M. Larutan sedangkan puncak ketiga, keempat, serta
amonia encer melarutkan endapan, karena kelima sampel secara berturut-turut pada
ion kompleks diaminaargentat terbentuk sudut 44,241; 64,36; 77,3213 bersesuaian
melalui reaksi berikut. dengan puncak logam Ag pada sudut 44,139;

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 435


64,674; 78,3 (Jung, 1926). Berdasarkan hasil sampel yang dikarakterisasi diambil dengan
analisis menggunakan JCPDS diketahui menggunakan spatula sehingga
sampel merupakan AgNO3 yang masih dimungkinkan Ag2O yang ada pada sampel
mengandung senyawa Ag2O dan logam Ag. terbawa saat analisis dilakukan.
Pola melebar dimungkinkan adanya pengotor Munculnya Ag2O juga dapat
dalam bentuk amorf. disebabkan pada saat proses pembentukan
Senyawa Ag2O berwarna coklat, kristal yang sebagian besar tahapnya
sedangkan AgNO3 yang terbentuk berwarna dipengaruhi oleh suhu. Suhu pada saat
abu-abu. Adanya senyawa Ag2O pada sampel kritalisasi mempengaruhi pembentukan
dapat disebabkan karena lama waktu proses kristal, sedangkan suhu optimum
kristalisasi yang kurang serta konsentrasi dari pembentukan kristal AgNO3 cukup sulit
larutan asam nitrat yang digunakan kurang ditentukan. Jika kristalisasi menggunakan
pekat. Konsentrasi larutan asam nitrat yang oven, maka gas yang dihasilkan akan
digunakan dalam penelitian ini sebenarnya membahayakan sampel lain yang ada pada
sudah sesuai dengan referensi yang oven, sedangkan oven yang ada dalam
digunakan, namun faktor lain seperti kualitas laboratorium program studi pendidikan kimia
bahan yang digunakan bisa menjadi salah masih kurang memadai karena suhu yang
satu penyebab.Berikut hasil analisis tidak bisa diatur. Oleh karena itu, suhu
difraktogram sampel dengan JCPDS. menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya senyawa Ag2O.
Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan rumus Debye-Scherrer
diketahui sudut pada intensitas tertinggi yaitu
38,115 dengan FWHM 20,49455 dan panjang
gelombang 0,1541 nm diperoleh ukuran
kristal senyawa AgNO3 yang terbentuk yaitu
0,0086 nm.

Uji Hipotesis
Dilihat dari urgensi penelitian, maka
taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%.
Uji statistik menggunakan Aplikasi SPSS 20.
Gambar 2. Hasil Karakterisasi XRD Sampel Uji statistik yang digunakan menggunakan
uji statistik nonparametrik mengingat jumlah
Pembentukan AgNO3 sendiri dapat sampel kurang dari 30 dan tidak bergantung
dijelaskan melalui reaksi berikut. pada asumsi-asumsi yang kaku atau bersifat
khusus (Westriningsih, 2012: 114). Sebelum
2 HNO3 (aq) → H2O (l) + 2 NO2 (g) +On.........(1) dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan
2 HNO3 (aq) → H2O (l) + 2 NO (g) + 3On.......(2)
uji prasyarat analisis berupa uji normalitas
Ag (s) + O (g) → Ag2O(s).................................(3)
Ag2O (s) + HNO3 (aq) → AgNO3 (s) + H2O (l)(4)
dan homogenitas (Budiyono, 2013: 168).
Uji normalitas menggunakan berupa
Reaksi (1) menunjukkan peruraian uji Kolmogorov-Smirnov.Hasil uji normalitas
dari larutan asam nitrat pekat sedangkan menunjukkan signifikansi = 0,984 atau > α =
reaksi (2) menunjukkan peruraian dari larutan 0,05, maka H0 diterima dan sampel
asam nitrat encer. Perbedaan dapat diketahui berdistribusi normal, namun variansi tidak
pada saat perak direaksikan dengan HNO3 homogen, sehingga dilakukan uji hipotesis
dari gas yang dihasilkan. Gas NO2 berwarna menggunakan uji Mann – Whitney U untuk
coklat seperti yang dihasilkan pada saat pengaruh luas penampang terhadap
kristalisasi, artinya konsentrasi larutan bukan banyaknya logam perak yang terdeposisi.
menjadi penyebab utama melainkan proses Hipotesis dalam penelitian ini dapat
kristalisasi yang belum sempurna sehingga dirumuskan sebagai berikut.
diperlukan waktu lebih lama lagi. Selain itu,

436 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
H0 : Tidak terdapat pengaruh luas 25.000,00/g. Berdasarkan harga jual tersebut
penampang elektroda terhadap diketahui bahwa usaha ini ini diketahui B/C
banyaknya logam perak yang Ratio usaha ini yaitu 1,66, artinya usaha ini
terdeposisi. layak dikembangkan dengan keuntungan Rp
H1 : Terdapat pengaruh luas penampang 1.967.499,60/tahun dan waktu pengembalian
elektroda terhadap banyaknya logam modal sekitar 0,33 tahun. Titik impas di
perak yang terdeposisi. mana penghasilan dalam usaha ini sama
Hasil uji hipotesis menunjukkan Pvalue atau dengan modal usaha akan tercapai pada
signifikansi = 0,046 atau < α = 0,05, maka H0 produksisenyawa AgNO3 sebanyak 42 g.
ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan Pada titik ini perajin perak tidak mengalami
bahwa terdapat pengaruh luas penampang untung maupun rugi. Artinya, dalam kurun
elektroda terhadap banyaknya logam perak waktu 0,33 tahun atau sekitar 4 bulan, perajin
yang terdeposisi. penyepuhan perak dapat memproduksi 42 g
senyawa AgNO3. Investasi usaha ini sebesar
Analisis Usaha Rp 66 setiap pembiayaan Rp 100. Hasil
Hasil dari penelitian ini diharapkan analisis aspek keuangan tersebut menyatakan
mampu memberikan manfaat bagi bahwa usaha pembuatan AgNO3 layak jual.
masyarakat, salah satunya dapat
meningkatkan pendapatan perajin perak
dengan usaha pembuatan AgNO3 teknis dari Simpulan, Saran, dan Rekomendasi
limbah penyepuhan perak. Sebelum memulai
Simpulan
suatu usaha, maka perlu dilakukan analisis
1. Pembuatan senyawa AgNO3 teknis dari
usaha untuk menentukan harga pokok
limbah penyepuhan perak dimulai dari
penjualan (HPP), keuntungan yang diperoleh,
elektrolisis menggunakan elektroda
serta kelayakan usaha sebagai berikut.
karbon pada tegangan 3 V kemudian
Dalam satu minggu, limbah yang
mereaksikan logam perak yang
dihasilkan dalam usaha penyepuhan perak
terdeposisi dengan larutan asam nitrat
±1750 ml. Pembuatan AgNO3 untuk usaha
pekat (8 M) berlebih untuk selanjutnya
ini masih dilakukan untuk skala kecil, maka
dilakukan kristalisasi.
setiap hari perajin dapat membuat AgNO3
2. Semakin besar luas penampang
teknis dari ±250 ml limbah perak untuk
elektroda yang digunakan untuk proses
sekali produksi. jika ingin memulai suatu
elektrolisis maka semakin banyak logam
usaha, maka perlu dilakukan suatu kegiatan
perak yang terdeposisi.
yang mempelajari secara mendalam tentang
suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
Saran
dalam rangka menentukan layak atau tidak
1. Melakukan rekristalisasi terhadap hasil
usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar,
kristalisasi AgNO3, sehingga diperoleh
2003: 6).
AgNO3 yang lebih murni.
Terdapat beberapa aspek yang perlu
2. Memperhatikan faktor-faktor lain yang
dilakukan dalam studi kelayakan bisnis yaitu
mempengaruhi elektrolisis dan
aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran,
kristalisasi.
aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek
3. Menentukan seed material yang cocok
manajemen/organisasi, aspek ekonomi sosial,
untuk kristalisasi AgNO3.
dan aspek dampak lingkungan. Pada
4. Menentukan konsentrasi perak dalam
penelitian ini hanya akan dibahas tentang
sampel sebelum dan sesudah elektrolisis
aspek keuangan, karena usaha pembuatan
agar diketahui dengan pasti banyaknya
AgNO3 yang akan dibuat ini merupakan
perak yang berhasil dielektrolisis.
usaha sampingan yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan perajin selain
Rekomendasi
pendapatan dari usaha yang sudah dijalankan
1. Dapat menjadi rekomendasi bagi para
yaitu penyepuhan perak.
penyepuh perak agar bisa memanfaatkan
Dalam satu minggu, bisa dihasilkan
limbah penyepuhan perak
0,55 g AgNO3 dengan harga jual Rp

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 437


2. Dapat menjadi rekomendasi bagi Taha, K.S. Mohd., Salmiaton, A., &
pengelola laboratorium di sekolah Shaffreza, S. (2011). Concentration
maupun perguruan tinggi agar dapat Profile Behavioral from Digestate
menggunakan cara ini untuk Television Printed Circuit Board for
memperoleh bahan kimia teknis untuk Metal Recovery via Electrolysis.
praktikum dengan tingkat keakuratan Journal of Applied Sciences, ISSN
rendah 1812-5654.
Kabalkina, S.S et al. (1963). Difraktogram
Ag2O (72-2108). Jurnal Volume 152,
Daftar Pustaka Kasmir dan Jakfar. (2008). Studi
Kelayakan Bisnis. Jakarta : Prenada
Aier, A., Prabhakaran, D., & Kannadasan, T.
Media Group.
(2014). Experimental Study on
Kowalska, S., Lukomska, A., Los, P.,
Recovery of Copper from Electronic
Chmielewski, T., & Wozniak, B.
Waste by Electrolytic Process. Journal
(2015). Potential – controlled
of Chemical, Biological and Physical
Electrolysis as an effective Method of
Sciences, February 2014 – April 2014,
Selective Silver Electrowinning from
Vol. 4(2); 946-952.
Complex Matrix Leaching Solutions of
Basuki, K.T.,Muhadi,A.W.,& Sudibyo.
Copper Concentrate. International
(2009). Pengaruh pH dan Tegangan
Journal of electrochemical Science,
Pada Pembuatan Serbuk Itrium dari
Vol. 10; 1186 – 1198.
Konsentrasi Itrium Hasil Proses Pasir
Masebinu, S.O. & Muzenda, E. (2014).
Senotim dengan Elektrolisis. Seminar
Review of Silver Recovery Techniques
Nasional V SDM Teknologi Nuklir,
from Radiographic Effluent and X –
STTN Batan, Yogyakarta, 5 November
ray Film Waste. Proceedings of the
2009, ISSN 1978-0176.
World Congress on Engineering and
Budiyono. (2013). Statistika Untuk
Computer Science, Vol. II, 22 – 24
Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Oktober, San Fransisco, USA.
Chehade, Y., Siddique, A., Alayan, H.,
Normah, I.,Cheow, C.S.,Chong, C.L. (2013).
Sadasivan, N., Nusri, S., & Ibrahim, T.
Crystal Habit During Crystallization of
(2012). Recovery of Gold, Silver,
Palm Oil: Effect of Time and
Palladium, and Copper from Waste
Temperature. International Food
Printed Circuit Boards. Internationan
Research Journal, 20(1); 417-422.
Conference on Chemical, Civil, and
Rizal, M.N. (2012) Pengaruh Jenis dan Luas
Environtment Engineering (ICCEE
Penampang Elektroda Pada Proses
2012) 24-25 Maret 2012, Dubai.
Elektrolisis. Abstrak Hasil Penelitian
Day, R.A. & Underwood, A.L. (2002).
Politeknik Negeri Bandung.
Analisis Kimia Kuantitatif. Terj. Iis
Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik
Sopyan. Jakarta : Erlangga.
Kualitatif Makro dan Semimikro. Terj.
Dewi, S.R. (2012). Kristalisasi. Diperoleh 16
Setyono dan Hadyana Pudjaatmaka.
Juli 2013, dari
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka
http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/file
Westriningsih. (Ed). (2012). Solusi Praktis
s/2012/05/srd_kristalisasi.pdf.
dan Mudah Menguasai SPSS 20 untuk
Eckenfelder, W. W. (2000). Industrial Water
Pengolahan Data. Yogyakarta :
Pollution Control. Singapura :
Penerbit ANDI.
McGraw-Hill.
Widodo, Ghaib, Rahmiati. (2009). Pengaruh
Gorbunova, Y.E et al. (1984). Difraktogram
Konsentrasi elektrolit, Tegangan, dan
AgNO3 (84-0713). Jurnal Volume 10,
Waktu Terhadap kadar Uranium pada
340.
elektrolisis PEB U3Si2-Al. Jurnal
Hartel, R.W. (2001). Crystallization in
Teknologi Bahan Nuklir, Vol. 5(2): 53-
Foods. Gaithersburg, MD: aspen Publ.
105, ISSN 1907-2635.
Jung, Z. (1926). Difraktogram Ag (03-0931).
Jurnal Volume 64, 423.

438 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21

Anda mungkin juga menyukai