Anda di halaman 1dari 18

BAB V

PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK

5.1 Tujuan
1. Memahami mekanisme pengujian korosi dengan menggunakan instrument
potensiodinamik,
2. Memahami penggunaan aplikasi perangkat lunak pengukuran
potensiodinamik,
3. Empelajari alat – alat yang digunakan pada pengujian korosi dengan
potensiodinamik.
4. Mempelajari standar yang digunakan pada pengujian korosi dengan alat
potensiodinamik.
5. Menganalisa dan mempelajari parameter yang digunakan pada praktikum
pengujian korosi dengan potensiodinamik

5.2 Teori Dasar


Korosi diartikan sebagai penurunan mutu logam akibat dari reaksi elektro
kimia dengan lingkungan yang berhubungan langsung dengan udara terbuka, atau
seringdi sebut dengan korosi atmosfer, kebanyakan produk korosi terjadi akibat
dari lingkungan atmosfer [2].
Lingkungan yang korosif berpengaruh bersar terhadap sifat mekanik dari
logam, seperti kekuatan dan kekerasan logam contohnya baja yang banyak
pergunakan untuk bagian – bagian mesin, pipa minyak atau gas, tangki dan
sebagainya [2].
Korosi berdasarkan proses elektrokimia dapat terjadi apabila terdapat
empat hal berikut :
1) Reaksi anodik
Reaksi anodik merupakan rekasi oksidasi, dimana terjadinya penambahan
valensi atau peningkatan produksi elektron. Reaksi anodik pada setiap reaksi
korosi meruapakan oksidasi dari logam menjadi ionnya [1] . Reaksi anodik dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
M→ M n+ ne
BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

2) Reaksi katodik
Reaksi katodik merupakan reaksi reduksi, dimana terjadinya pengurangan
elektron atau pengurangan muatan valensi. Pada reaksi reduksi, elektron yang
dihasilkan dari masing – masing atom logam (oksidasi) baru ditransfer ke bentuk
korosi lain sekaligus menjadi bagianya. Elektron sampai ke katoda dengan
melewati elektrolit dan ketika sampai dikatoda elektron mungkin di lepaskan [ 1] .
Reaksi katodik dapat diilustrasikan sebagai berikut:
2+ ¿¿
Reduksi ion logam M 3+¿+e → M ¿

3) Larutan elektrolit
Larutan elektrolit merupakan larutan yang mempunyai sifat menghantarkan
arus listrik. Larutan elektrolit dapat berupa larutan asam atau basa dan larutan
garam. Larutan elektrolit dapat dimanfaatkan sebagai kontak listrik antara anoda
dan katoda pada logam, contoh larutan seperti HCl, H 2 SO 4[3] .
4) Anoda dan katoda terhubung (Metallic Pathaway)
Antara anoda dan katoda harus terjadi hubungan listrik sehingga arus listrik
dalam sel korosi dapat mengalir [3]

Gambar 5.1 Sel Elektromia


(https://www.ilkimia.com/2018/05/sel-volta-deret-potensial-reduksi-notasi-korosi.html)
Mekanisme korosi menurut potesial campuran dikenal sebagai polarisasi.
Polarisasi ini yang dijadikan acuan dalam perhitungan laju korosi. Adanya
pergerakan elektron dari anoda ke katoda akan menyebabkan perubahan potensial
pada proses korosi. Suatu proses perubahan dari potensial standar karena adanya
arus yang mengalir disebut polarisasi. Pada saat anoda melepaskan elektron maka
katoda akan menangkap elektron dalam jumlah yang sama, sehingga potensial

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 2


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

anoda dan katoda juga berubah. Potensial anoda akan lebih besar dari sebelumya,
begitu pula dengan potensial katoda. Elektron yang bergerak secara kontinyu akan
mengalami kesetimbangan ketika arus anoda sama dengan arus katoda dan
potensial anoda sama dengan potensial katoda [1]
Metode polarisasi potensiodinamik merupakan metode elektrokimia untuk
mengukur laju korosi yang ditentukan oleh polarisasi linear, dengan mengukur
beda potensial. Polarisasi merupakan kondisi dimana logam tidak dalam
setimbang. Hal tersebut dikarenakan logam tidak berada pada lingkungan yang
potensial elektrodanya berbeda dengan potensial korosi bebas, selisih antara
kedua potensial ini disebut polarisasi[1] .

Gambar 5.2 Rangkaian Alat Potensiodinamik


(http://chanifanschemits-ibrohim.blogspot.com/2016/07/materi-korosi.html)
Metode polarisasi potensiodinamik adalah pengukuran kuantitatif untuk
mengetahui sifat korosi suatu bahan. Potensiodinamik mengunakan perilaku aktif
dan pasif logam. Metode ini pada umunya menggunakkan sistem tiga elektroda,
dimana elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda pembantu yang
disatuakan dalam rangkaian sel elektrokimia dengan merendamnya dalam larutan
elektrolit. Elektroda pembanding biasanya menggunkan Ag/AgCl dan elektroda
pembantunnya adalah platina [1] .
Polarisasi dengan potensiodinamik menghasilkan sebuah kurva hasil plot
yang mana perbandingan antara potensial terhadap arus. Kurva ini terektrapolasi
tafel senga diperoleh nilai I kor, Ekor ,b a,b c, da laju korosi (C R ¿ dari logam.
ekstrapolasi tafel merupakan metode pengukuran laju korosi berdasarkan kurva
polarisasi (n) terhadap log i[ 1] .

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 3


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Gambar 5.3 Ekstrapolasi Tafel


Korosi dapat digambarkan dengan perbedaan potensial dari katoda dan
anoda tetapi hal ini tidak menggambarkan laju korosi yang sebenarnya, laju korosi
tergantung pada kerapatan arus yang timbul (current density). yang mana laju
korosi akan besar jika kerapatan arus semakin besar[1]
Kepasifan, merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat diamati pada
proses korosi dari logam atau pun paduan. Hal ini dapat ditentukan sebagai
hilangnya reaktivitas kimia dibawah beberapa kondisi lingkungan dikarena
terbentuknya lapisan pasif[1]Pasivasi terjadi pada logam yang memiliki potensial
reduksinya rendah seperti nikel, aluminium, stainless steel, paduan alumnium.
Lapisan pasif adalah lapisan barrier yang terbentuk dari produk korosi yang
mana meruapakan pemisah logam dengan lingkungan. Lapisan pasif ini berguna
sebagai pelindung untuk meningkatkan ketahan korosi logam. pasivasi logam
dapat dilihat dalam kurva polarisasi yang menggambarkan hubungan antara
potensial logam dengan rapat arus.

Gambar 5.4 Kurva polarisasi


(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7200-2702100024-bab2.pdf)

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 4


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Elektroda pembanding merupakan elektroda setengah sel yang diketahui


nilai potensialnya. Potensial yang diaplikasikan merupakan beda potensial antara
elektroda kerja dengan elektroda pembanding. Dalam sistem dua elektroda
elektron akan mengalir lewat elektroda pembanding. Sehingga pada sistem ini
sulit digunakan untuk mempertahankan potensial konstan dalam elektroda,
akibatnya elektroda pembanding mempunyai kemungkinan ikut bereaksi
(mengalami perubahan). Kekurangan ini diperbaiki dalam sistem tiga elektroda.
Dengan memberikan impedansi yang besar pada elektroda pembanding, elektron
disuplai dari elektroda ketiga yaitu elektroda bantu/kounter. Walaupun sistem tiga
elektroda lebih sempurna, namun sistem dua elektroda sering digunakan karena
lebih sederhana (Bard, 1980; Wang, 2000).
Prasyarat utama dari elektroda pembanding, potensialnya harus diketahui
pasti dan tidak berubah selama digunakan. Contoh elektroda yang telah dikenal
secara luas yaitu Elektroda Hidrogen Standar (EHS), Elektroda Kalomel Jenuh
(EKJ), Elektroda Merkuri/Merkuri Sulfat, dan Elektroda Ag/AgCl. Elektroda
Ag/AgCl merupakan elektroda yang terdiri dari logam perak yang dilapisi dengan
perak klorida, larutan KCl, dan membran [9]

Gambar 5.5 Elektroda pembanding Ag/AgCl


Sumber : Elektroda, F., Ag, P., & Membran, M. (2016). Fabrikasi Elektroda Pembanding Ag/AgCl
Menggunakan Membran Poliisoprena dan LDPE. 5(2), 2–5.

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 5


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

5.3 Metodologi Penelitian


5.3.1 Skema Proses
A. Pembuatan larutan NaOH 0,2M
Alat dan bahan persiapkan

Hitung massa NaOH yang diperlukan

Timbang NaOH

Masukkan NaOH pada gelas kimia

Tambahkan Aquan DM

Aduk hingga larut

Berikan label nama

Lakukan analisa

Berikan kesimpulan
Gambar 5.6 Skema Proses Pembuatan NaOH 0,2

B. Prosedur kerja
Alat dan bahan persiapkan

Ukur larutan elektrolit dengan ORP tester

Amplas bagian permukaan spesimen

Ukur dimensi spesimen

A
A

Masukkan larutan ke dalam labu leher 4

Sambungkan kabel – kabel (WE, CE dan RE) dengan instrument

Input data dan seting software cortest

Jalankan software unggu OCP stabil dan lakukan pengujian

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 6


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Kurva didapat dan tentukan I corr

Lakukan analisa

Berikan kesimpulan
Gambar 5.7 Skema Prosedur Kerja

5.3.2 Pejelasan Skema Proses


A. Pembuatan larutan NaOH 0,2 M
1. Alat dan bahan dipersipakan
2. Massa NaOH dihitung sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membuat 150
mL larutan NaCl 0,2 M
3. NaOH ditimbang dengan mengunakkan neraca analitik sesuai dengan
jumlah yang telah diperoleh dari perhitungan
4. NaOH dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL
5. Ditambahkan aqua DM sedikit demi sedikit
6. Diaduk hingga larut dan homogen
7. Label ditulis nama dan kosentrasi larutan yang telah dibuat
8. Percobaan dianalisa sesuai dengan hasil data yang didapat
9. Berikan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan

B. Prosedur kerja
1. Alat dan bahan dipersiapkan seperti instrumen uji potensiodinamik,
reference electrode, working electrode, conter electrode, larutan NaOH
0,2M dan lainnya
2. Larutan NaOH 0,2 M diukur Temperatur, resitivitas dan pH dengan
menggunakkan ORP tester
3. Spesimen yang telah dipreparasi dengan resin dan kutek diamplas
permukaannya dengan amplas 1200 mesh
4. Spesimen uji diukur dimensinya dengan mengunakkan jangka sorong
5. Larutan NaOH dimasukkan kedalam labu leher empat

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 7


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

6. reference electrode disambungan dengan kabel warna kuning masukkan


kedalam lugin kapiler , working electrode disambungka dengan kabel
warna hijau permukaan yang diamplas dihadapkan pada RE, dan conter
electrode disambungkan pada kabel warna merah
7. Data diinput kedalam software corrtest seperti luas permukaan spesimen
dan densitas dari spesimen dan dilakukan setting potensial awal dan
potensial akhir dan scan rate 2 m/s
8. Software corrtest dijalankan dan tunggu OCP hingga stabil agar didapat
kurva yang baik setelah stabil dilakukan pengujian untuk didapat kurva
polarisasi
9. Tentukan I corr dari kurva yang didapat
10. Percobaan dianalisa sesuai dengan hasil data yang didapat
11. Berikan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan

5.3.3 Gambar Proses


1. Pembuatan larutan NaOH 0,2 M

Siapkan alat dan bahan

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 8


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Hitunga massa NaCl sesuai yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,8M

Timbang massa NaOH dengan neraca analitik sesuai hasil dari perhitungan

Masukkan NaOH padat kedalam gelas kimia

Campurkan aqua DM sedikit demi sedikit

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 9


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Aduk larutan hingga homogen dengan batang pengaduk

Berikan label nama pada larutan NaOH 0,2M


Gambar 5.8 Gambar Proses Pembuatan larutan NaOH 0,2M

2. Prosedur kerja

Persiapkan alat danbahan

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 10


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Hitung resistivitas, pH, dan temperatur larutan NaOH dengan ORP tester

Spesimen yang telah dipreparasi diamplas dengan amplas 1200 mesh

Ukur dimensi spesimen dengan mengunnakan jangka sorong

Masukkan larutan NaOH kedalam labu leher empat

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 11


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Hubungkan reference electrode, working electrode, conter electrode pada kabel


yang terhubung dengan instrument

Input data dimensi, densitas dari spesimen dan setting jenis RE yang
digunakkan potensial awal dan akhir pada software

Jalankan software dan dan tunggu OCP hingga stabil dan didapat kurva
polarisasi

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 12


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Tentukan laju korosi dari kurva polarisasi dengan membuat garis seperti pada
gambar
Gambar 5.9 Gambar Proses Pembuatan larutan NaOH 0,2M

5.4 Alat dan Bahan


5.4.1 Alat
1. Instrument pengujian potensiodinamik : 1 set
2. Software corrtest : 1 set
3. Elektroda reference (Ag/AgCl) : 1 buah
4. Elektroda plat platina : 1 buah
5. Labu leher empat : 1 buah
6. Kebel : 1 buah
7. ORP tester : 1 set
5.4.2 Bahan
1. Plat baja 1 x1 cm : 1 buah
2. Resin phenolic : secukupnya
3. Amplas 1200 mesh : secukupnya
4. Larutan NaOH 0,2M : 250 mL
5. Permanen marker : 1 buah
6. Kutek : secukupnya

5.5 Data Pengamatan

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 13


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Tabel 5.1 Data pengamatan potensiodinamik


No
Data pengamatan Keterangan
.
1. Material Baja JIS SS 400
2. Amplas 1200 mesh
3. Solder Timah (PbSn)
4. Resin Epoxy
5. Kawat tembaga 10cm
6. Larutan NaOH 0,2M
7. Waktu pencelupan 1200 detik
8. Densitas gr/cm3 7,8
9. pH larutan 11,32
10. Temperatur 28 ℃
11. Resistivitas 50 ohm

5.6 Pengolahan Data


5.6.1 Perhitungan
1. Perhitungan luas penampang
Diketahui: p= 13,3 l= 11,19 t = 4,6
Ditanya: A spesimen baja?
Jawab: A = 2 (p x l) + 2 (p x t ) + 2 (l x t)
= 2 ( 13,3 x 11,1 ) + 2 ( 13,3 x 4,6 ) + 2 ( 13,3 x 4,6 )
= 519,74 mm2
2. perhitungan chemical ekivalen
Ar
Be =
ekivalen
56
=28
2
3. Konversi Ag/AgCl ke hidrogen terlampir
4. Laju korosi (mpy)
Diketahi:
I corr = 4,3527×10 -6 ≈ 4,3527μA/ cm2
Be =28

ρ=7,8 gram/ cm 3
Ditanyakan : laju korosi (mpy) ?

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 14


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Be
Jawab : CR = 0,129× I corr
ρ
28
CR = 0,129×4,3527
7,8
CR = 2,015 mpy
6. Laju korosi (mmpy)
Diketahui :
laju korosi = 2,015 mpy
1 mpy = 0,0254
Ditanyakan : laju korosi dalam mmpy ?
1 mpy = 0,0254 × 2,015
= 0,0511mmpy

5.6.2 Persamaan Reaksi


Fe + 2NaOH + 2H 2 O → Fe(OH) 4 + 2Na+ ¿¿+H 2

Gambar 5.10 Kurva OCP

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 15


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

1.0
Sesi 6

0.5

0
E (V)
-0.5

-1.0

-1.5

-2.0 -8
10 10-7 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2
2
I (A/cm )

Gambar 5.11 Kurva polarisasi mesin

Gambar 5.12 Kurva Penentuan I corr

KURVA POLARISASI MANUAL


1.00E+05
5.00E+04
POTENSIAL

0.00E+00
-6 -4 -2 0 2 4 6 8
-5.00E+04
-1.00E+05
-1.50E+05
-2.00E+05

Log i (A/cm²)

Gambar 5.13 Kurva Polarisasi manual

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 16


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

5.7 Analisa dan Pembahasan


pada praktikum pengujian korosi potensiodinamik praktikan mengunakkan
spesimen baja JIS SS 400 dimana sebelumnya spesimen dipreparasi dengan
mensolder bagian spesime yang kemudian ditutup dengan resin dan dilapis
dengan mengunakkan kutek, kutek ini bertujuan untuk mencegah melelehnya
resin saat kontak dengan larutan NaOH 0,2M
pengukuran spesimen dan pengukuran temperatur, resistivitas dan pH
larutan dengan menggunakkan ORP tester untuk data input kedalam data softsare
corrtest. Dalam melakukan pegujian OCP open circuit potential akan
menghasilkan kurva kurva ini harus ditunggu hingga stabil agar pembacaan yang
dilakukan oleh elektroda pembanding menjadi stabil. Scan rate yang digunakan
sebesar 2 m/s dimana semakin cepat scan rate atau kecepatan pengkorosian makan
data yang dihasilkan semakin banyak.
Prinsip pengujian korosi potensiodinamik yaitu dengan sel elektrokimia dan
polarisasi yang mana mirip dengan anodisasi dimana terdapat platina (logam
inert) sebagai elektroda pembantu untuk mengkorosikan spesimen baja yang
kemudian dibaca oleh elektroda pembanding Ag/AgCl. Spesimen baja
dimasukkan kedalam labu leher empat dan dihadapkan pada luggin kapiler
dimana lugin kapiler ini untuk menyimpan eletroda pembanding agar pembacaan
potensial dan resistivitas stabil dan berfokus pada permukaan spesimen yang
dikorosikan oleh platina.
Parameter yang digunakkan dalam pengujian korosi potensiodinamik yaitu,
resitivitas, pH larutan, dan temperatur, dalam praktikum ini temperatur tidak
terlalu berpengaruh karena temperatur tetap sebesar 28 ℃ tetapi jika larutan
temperaturnya akan tinggi maka proses korosi akan berjalan cepat karena
temperatur akan mempercepat reaksi dan begitu pun sebaliknya.
pH larutan yang di hasilkan oleh NaOH 0,2M adalah sebesar 11,32 dan
resistivitas larutan sebesar 50 ohm ini menghasilkan laju korosi sebesar
0,0511mmpy. Jika dibandingkan dengan sesi sebelumnya yang mengunakkan
NaOH 0,5M dengan pH 10,5 dan resistivitas 50 ohm menghasilkan laju korosi
sebesar 0,0365 mmpy. dengan larutan NaOH 0,2 lebih cepat laju korosinya hal ini
disebabkan pH larutan yang lebih basa di banding NaOH 0,5M.

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 17


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK Kelompok 14

Jika resistivitas besar atau naik maka korosi akan rendah dan resistivitas
rendah maka korosi akan tinggi ini dikarena kan jika resistivitas larutan rendah
akan menghambat arus listrik dimana arus listrik ini berguna untuk berjalannya
pengkorosian dalam sel elektrokimia.
Kurva yang didapat jika dilihat cukup lengkap dimana kurva yang terbentuk
dari aktif hingga transpassive hal ini bisa disebabkan oleh larutan yang NaOH
dimana OH berubah menjadi oksigen dan baja membentuk lapisan passive.
Untuk data perhitungan manual dengan data yang dihasilkan oleh mesin
memiliki selisih yang tidak berbeda jauh dimana hasil dari perhitungan didapat
0,0511mmpy dan hasi dari mesin sebesar 0,05106 mmpy

5.8 Kesimpulan dan Saran


5.8.1 Kesimpulan
1. Pengujian korosi dengan potensiodinamik ini mengunakkan prinsip
elektrokimia memanfaatkan polarisasi untuk membaca laju korosi
2. Alat yang digunakan merupakan instrument potensiodinamik dengan
dibantu oleh software corrtest
3. Alat yang utama dalam potensiodinamik antara lain reference electrode
Ag/AgCl, platina sebagai Couter electrode, dan baja working electrode
4. Fungsi dari reference electrode Ag/AgCl untuk membaca data OCP dan
polarisasi saat proses pengujian
5. Parameter yang digunakkan antara lain besar pH larutan, resistivitas
larutan, dan temperatur
6. Standar yang digunakan antara lain ASTM G3, ASTM G5, ASTM G59
dan ASTM G61
7. Hasil perhitungan manual laju korosi yang didapat adalah 0,0511mmpy
8. Laju korosi yang didapat dalam pengujian dengan instrumen
poetensiodinamik adalah 0,05106 mmpy
5.8.2 Saran
1. Agar lebih dijelaskan lagi pada bagian setting software tentang parameter
karena cukup membingungkan

Laboratorium Kimia Dan Korosi T.A 2020 18

Anda mungkin juga menyukai