Anda di halaman 1dari 21

BAB V

PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK

V.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami mekanisme pengujian korosi dengan
menggunakan instrument potensiodinamik.
2. Mengetahui dan mempelajari penggunaan aplikasi perangkat lunak
pengukuran potensiodinamik.
3. Mengetahui dan memahami standarisasi yang terkait pada pengujian korosi
menggunakan instrumen potensiodinamik.
4. Mengetahui dan memahami parameter-parameter yang mempengaruhi
pengujian korosi potensiodinamik.
5. Mempelajari dan menganalisa nilai laju korosi dari plat baja melalui proses
pengujian korosi potensiodinamik.

V.2 Teori Dasar


Korosi dengan metode polarisasi pada dasarnya terdiri dari pemaksaan
perubahan potensial atau arus pada sampel yang diteliti sembari memantau respon
yang dihasilkan dalam arus atau potensial. Ini dapat dicapai dengan menggunakan
sumber arus searah (DC) atau bolak-balik arus (AC). Instrumentasi untuk
melakukan polarisasi terdiri dari :[20]
1. Diperlukan potensiostat yang akan menjaga potensi elektroda kerja mendekati
nilai preset.
2. Alat pengukur arus untuk memantau arus yang dihasilkan oleh potensi yang
diterapkan. Kemampuan saat ini alat pengukur untuk mengatur sendiri atau
mengubah skala secara otomatis juga penting.
3. Kemampuan data untuk disimpan langsung di komputer, atau diplot langsung
juga penting.
4. Sel polarisasi: Beberapa sel uji tersedia secara komersial untuk membuat
pengukuran polarisasi. Polarisasi sel dapat memiliki berbagai konfigurasi
khusus untuk persyaratan pengujian mulai dari pengujian coupons kecil,
hingga bahan lembaran, hingga pengujian di dalam autoklaf. Di lingkungan

108
BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

pabrik, elektroda dapat dimasukkan langsung ke dalam aliran proses.


Beberapa fitur sel meliputi :[20]
a. Working electrode, yaitu sampel uji, yang dapat disertai dengan satu atau
lebih counter electrode.
b. Reference electrode yang sering dipisahkan dari larutan oleh larutan
penghubung atau probe Luggin kapiler. Kombinasi ini menghilangkan
pertukaran larutan dengan reference electrode tetapi memungkinkannya
untuk dipindahkan sangat dekat ke permukaan working electrode untuk
meminimalkan efek resistansi larutan.
c. Perangkat pemantau suhu.
d. Saluran masuk dan keluar gas untuk memungkinkan deaerasi, aerasi, atau
masuknya gas spesifik ke dalam larutan.
e. Sambungan listrik dapat dibuat langsung dengan elektroda yang berfungsi,
yang tidak akan terpengaruh oleh larutan.
f. Elektroda yang berfungsi harus dimasukkan ke dalam larutan sepenuhnya
untuk menghilangkan celah pada larutan interface, kecuali jika ini adalah
efek yang diinginkan.
g. Sel uji itu sendiri harus terdiri dari bahan yang tidak akan menimbulkan
korosi atau kerusakan selama pengujian, dan yang tidak akan mencemari
larutan uji, volume sel harus cukup besar untuk memungkinkan
pengangkatan ion berkarat dari permukaan working electrode tanpa
mempengaruhi potensial larutan.
h. Mungkin perlu untuk menyertakan mekanisme untuk mengaduk larutan,
seperti batang pengaduk, atau gelembung gas untuk memastikan
keseragaman kimia larutan.
Metode polarisasi DC melibatkan perubahan potensial working electrode
dan pemantauan arus yang dihasilkan sebagai fungsi waktu atau potensial. Untuk
polarisasi anodik, potensial diubah ke arah anodik (atau lebih positif)
menyebabkan elektroda yang bekerja menjadi anoda dan memaksa elektron
ditarik dari logam yang diuji.[21] Untuk polarisasi katodik, working elektrode
menjadi lebih negatif dan elektron ditambahkan ke logam, terkadang
menyebabkan elektrodeposisi. Untuk polarisasi siklik, baik polarisasi anodik

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021109


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

maupun katodik dilakukan dengan cara siklik. Ada beberapa metode yang
diterima untuk melakukan polarisasi DC pada spesimen untuk pengujian korosi.
Polarisasi potensiodinamik mengacu pada teknik polarisasi di mana potensi
elektroda divariasikan pada medan potensial yang relatif besar pada laju yang
dipilih dengan penerapan arus melalui elektrolit.[22]
Varian polarisasi potensiodinamik adalah voltametri siklik yang melibatkan
pemindahan potensial ke arah positif sampai nilai arus atau potensial yang telah
ditentukan tercapai, kemudian pemindaian dibalik ke nilai yang lebih negatif
sampai nilai potensial asli tercapai. Dalam beberapa kasus, pemindaian ini dapat
dilakukan berulang kali untuk menentukan perubahan dalam kurva potensial arus
yang dihasilkan dengan pemindaian.
Variasi lain dari polarisasi potensiodinamik adalah potentiostaircase
method yang mengacu pada teknik untuk mempolarisasi elektroda dalam
serangkaian langkah potensial di mana waktu yang dipakai di setiap potensial
konstan, sedangkan arus sering dibiarkan stabil sebelum mengubah potensial ke
langkah berikutnya. Peningkatan langkah mungkin kecil, dalam hal ini, tekniknya
menyerupai kurva potensiodinamik.[22]

Gambar 5.1 Contoh plot polarisasi yang diperoleh dengan spesimen baja S43000
Dalam larutan 0,05 M H2SO4.
(Sumber : Pierre R. Roberge corrosion engineering principles and practice)

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021110


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Penggunaan kurva polarisasi untuk studi reaksi korosi dapat ditelusuri


kembali ke tahun 1930-an dengan karya Wagner dan Traud. Namun representasi
dari perilaku potensial campuran sering dikaitkan dengan Profesor Evans yang
telah mempopulerkan representasi pengukuran polarisasi korosi.[23]
Diagram polarisasi ini bisa sangat berguna untuk menjelaskan atau
menjelaskan proses korosi paralel. Menurut teori potensi campuran yang
mendasari diagram ini, setiap reaksi elektrokimia secara aljabar dapat dibagi
menjadi oksidasi terpisah dan reaksi reduksi tanpa akumulasi muatan listrik.
Dalam keadaan ini arus terukur bersih adalah nol dan logam yang berkarat adalah
muatan netral, artinya, semua elektron yang dihasilkan oleh korosi logam harus
dikonsumsi oleh satu atau lebih proses katodik.
Untuk memodelkan situasi korosi dengan potensi campuran diagram,
pertama-tama kita harus mengumpulkan informasi mengenai
1. Overpotensial aktivasi untuk setiap proses korosi yang terlibat dan
2. Informasi tambahan untuk proses yang dapat terpengaruh oleh konsentrasi
overpotensial.[23]
Untuk proses aktivasi murni terkontrol, setiap reaksi dapat dijelaskan
dengan garis lurus pada plot E versus Log i, dengan tafel slopes positif untuk
proses anodik dan tafel slopes negatif untuk proses katodik.

Gambar 5.2 Perilaku polarisasi baja karbon dalam larutan deaerasi


Dipertahankan pada 25° C dan pH nol.
( Sumber : semanticscholar.org/)

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021111


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Contoh berikut mengilustrasikan perilaku polarisasi pada baja karbon dalam


larutan deaerasi yang dipertahankan pada suhu 25° C dengan pH nol. Garis padat
pada Gambar 5.2 adalah plot polarisasi itu sendiri dan garis putus-putus pada
gambar ini mewakili reaksi anodik dengan persamaan.
Fe (s) → Fe2+ +2e +………………………………………………………………….(1)
dan reaksi katodik dengan persamaan.
2H + + 2e+ → H 2(g)………………………………………………………………….(2)
yang menggambarkan korosi perilaku baja pada kondisi ini. Garis-garis ini
diekstrapolasi dari bagian linier plot pada anodik atau katodik sisi kurva.
Meskipun relatif mudah untuk memperkirakan potensi korosi (Ecorr) dari
puncak yang tajam yang diamati pada -0,221 V vs.standar elektroda hidrogen
(SHE), ketika arus melintasi nol (tak terhingga pada skala log), diperlukan garis
putus-putus yang diproyeksikan untuk menemukan intersep yang menunjukkan di
mana arus katodik dan anodik benar-benar saling membatalkan satu sama lain.
Densitas arus korosi (icorr) dapat diperoleh dengan membagi arus anodik dengan
luas permukaan spesimen, atau 1 cm2 dalam kasus ini.[24]

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021112


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

V.3 Metodologi Penelitian


V.3.1 Skema Proses
a. Pembuatan larutan NaCl 3,5 %
Siapkan alat dan bahan

Hitung dan timbang massa NaCl

Pindahkan ke dalam gelas kimia

Tambahkan aqua dm

Aduk larutan

Beri label dan konsentrasi


Gambar 5.3 Skema proses pembuatan larutan NaCl 3,5 %

b. Pengujian Potensiodinamik

Siapkan alat dan bahan

Ukur panjang kabel tembaga

Ukur dimensi plat baja

Ukur pH dan resistivitas NaCl

Pindahkan larutan NaCl kedalam labu leher empat

Hubungkan kabel RE, WE dan CE

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021113


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Ga
mb Lakukan input pengaturan pada software corrtest ar
5.4

Monitoring kurva

Simpan data pengujian

Analisa

Kesimpulan
Skema proses pengujian potensiodinamik

V.3.2 Penjelasan Skema Proses


a. Pembuatan larutan NaCl 3,5 %
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Massa NaCl 3,5% dihitung menggunakan rumus lalu setelah
mendapatkan hasil perhitungan, NaCl ditimbang menggunakan neraca
analitik sebanyak 35,9 gr.
3. NaCl yang telah ditimbang lalu dipindahkan ke dalam gelas kimia.
4. Gelas kimia berisi NaCl selanjutnya ditambahkan aqua dm.
5. NaCl dan aqua dm pada gelas kimia diaduk hingga homogen
menggunakan batang pengaduk.
6. Setelah menjadi larutan, gelas kimia diberi label NaCl 3,5%
b. Pengujian potensiodinamik
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Panjang kabel tembaga diukur menggunakan penggaris.
3. Dimensi plat baja diukur menggunakan Vernier caliper.
4. pH dan resistivitas larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia diukur
menggunakan instrument dan aplikasi Zen Test.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021114


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

5. Larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia dipindahkan ke dalam labu leher
empat dengan cara dituangkan menggunakan corong kaca.
6. Kabel RE yang berwarna kuning (Ag/AgCl + Luggin kapiler), WE yang
berwarna hijau (plat baja) dan CE berwarna merah (plat platina) yang
telah tersambung dengan instrument potensiodinamik selanjutnya
dihubungkan ke labu leher empat.
7. pada Software Corrtest dilakukan input data sesuai data praktikum.
8. Proses pembentukan kurva dilakukan monitoring oleh praktikan hingga
kurva selesai terbentuk.
9. Data hasil pengujian disimpan melalui perangkat laptop.
10. Hasil percobaan dianalisa berdasarkan hasil data yang didapat.
11. Dibuat kesimpulan berdasarkan percobaan.

V.3.3 Gambar Proses


a. Proses pembuatan larutan NaCl 3,5%

Massa NaCl yang telah dihitung selanjutnya ditimbang menggunakan


neraca digital

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021115


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

NaCl dipindahkan ke dalam gelas kimia

NaCl ditambahkan dengan Aqua dm

NaCl yang telah ditambah aqua dm, diaduk menggunakan batang


pengaduk hingga homogen

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021116


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Larutan yang sudah jadi diberi label dan konsentrasinya

Gambar 5.5 Gambar proses pembuatan larutan NaCl 3,5 %

b. Proses pengujian korosi potensiodinamik

Panjang kabel tembaga diukur menggunakan penggaris

Dimensi plat baja diukur menggunakan Vernier caliper

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021117


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

pH dan resistivitas larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia diukur


menggunakan instrument dan aplikasi Zen Test.

Larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia dipindahkan ke dalam labu leher
empat dengan cara dituangkan menggunakan corong kaca.

Kabel RE yang berwarna kuning, WE yang berwarna hijau dan CE


berwarna merah yang telah tersambung dengan instrumen
potensiodinamik selanjutnya dihubungkan ke labu leher empat.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021118


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

pada Software Corrtest dilakukan input data sesuai data praktikum

Selanjutnya proses pembentukan kurva dilakukan monitoring oleh


praktikan hingga kurva selesai terbentuk.

Gambar 5.6 Gambar proses pengujian korosi potensiodinamik

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021119


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

V.4 Alat dan Bahan


V.4.1 Alat
1. Instrumen pengujian potensiodinamik : 1 buah
2. Laptop : 1 buah
3. Solder : 1 buah
4. Gelas kimia 1000 ml : 1 buah
5. Neraca analitik : 1 buah
6. Orp tester : 1 buah
7. Monitor : 1 buah
8. Vernier caliper : 1 buah
9. Kaca arloji : 1 buah
10. Labu leher empat : 1 buah
11. Penggaris : 1 buah
12. Batang pengaduk : 1 buah

V.4.2 Bahan
1. Plat baja : 1 buah
2. Amplas 100 mesh : secukupnya
3. Amplas 800 mesh : secukupnya
4. NaCl : 35,9 gr
5. Aqua dm : 500 mL
6. Plat platina : 1 buah
7. Elektroda Ag/AgCl : 1 buah
8. Resin butek + hardener : secukupnya
9. Kutek : secukupnya
10. Kabel (kawat tembaga) : 17,5 cm

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021120


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

V.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


V.5.1 Pengumpulan Data
a. Pembuatan 500 ml larutan nacl 3,5 %
Tabel 5.1 Pembuatan 500 ml larutan NaCl 3,5 %
Massa Larutan yang dibuat
Nama Massa yang
Molekul
Larutan Persen Volume ditimbang
Relatif (Mr)
Nacl 3,5 % 58,5 gr/mol 3,5 % 500 ml 35,9 gr

b. Data pengamatan pegujian potensiodinamik


Tabel 5.2 Data pengamatan proses pengujian
No. Data Pengamatan Keterangan
1. Material Plat Baja
2. Amplas (mesh) 100 Dan 800 mesh
3. Solder Timah
4. Resin Butek + Hardener
5. Kawat Tembaga (Cm) 17,5 Cm
6. Larutan (M) Nacl 3,5 %
7. Waktu Pencelupan (S) 1200 Detik
8. Densitas (Gr/Cm3) 7,8

Gambar 5.7 Pengukuran pH larutan NaCl 3,5% melalui aplikasi zen test

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021121


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Gambar 5.8 Pengukuran resistivitas larutan NaCl 3,5% melalui aplikasi zen test

V.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan pembuatan laruatan NaCl 3,5%
1000∙ρ∙%
M =
Mr NaCl
3,5
1000∙2,16∙
100
=
58,5
=1,29 M
gr 1000
M = ×
Mr v
gr 1000
1,29 = ×
58,5 500
gr = 35,9 gr
2. Perhitungan Luas Penampang
Dik : p = 12,5 mm
l = 9,5 mm
t = 5 mm
Dit : A?
Jawab :
A= 2 ( p×l ) + 2 ( p×t ) + ( l×t )
= 2 ( 12,5×9,5 ) +2 ( 12,5×5 ) + ( 9,5×5 )
= 418,5 mm2 ≈ 4,185 cm2

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021122


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

3. Perhitungan chemical ekivalen


Dik : Ar Fe = 56
Ekivalen = 2
Dir : Be ?
Jawab :
Ar
Be =
ekivalen
56
=
2
= 28
4. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen
Terlampir.
5. Perhitungan laju korosi
Dik : ρ =7,8 gr/ cm 3
Ew = 28
i corr = 1,1383×10-6 A/ cm 2
= 1,1383μA/ cm 2
Dit : laju korosi (mpy)?
Jawab :
i corr ( Ew )
Laju korosi = 0,129
ρFe
1,1383 ( 28 )
Laju korosi = 0,129
7,8
31,872
Laju korosi = 0,129
7,8
Laju korosi = 0,129 ( 4,086 )
Laju korosi = 0,527 mpy
6. Konversi laju korosi dari mpy ke mmpy
Dik : Laju korosi = 0,527 mpy
1 mpy = 0,0254 mmpy
Dit : Laju korosi (mmpy)?
Jawab :
Laju korosi = 0,0254 × 0,527

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021123


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Laju korosi = 0,0134 mmpy


7. Kurva Polarisasi

1.0
Sesi 1 Potentio Prak Korosi 2020

0.5

0
E (V)

-0.5

-1.0

-1.5

-2.0 -8
10 10-7 10 -6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
2
I (A/cm )

Gambar 5.9 Kurva polarisasi

V.5.3 Persamaan Reaksi


Fe(metallic) + 2NaCl + H2O →FeCl2 + 2NaOH + H2

V.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum ini spesimen yang diuji oleh praktikan dengan metode
pengujian polarisasi potensiodinamik yaitu berupa pelat baja dengan ukuran luas
penampang 4,185 cm2. Sebelum dilakukan pengujian ada beberapa proses
persiapan awal permukaan pada plat baja yaitu dengan mengamplas permukaan
spesimen menggunakan amplas, mulai dari amplas 100 mesh (kasar) hingga 800
mesh(halus). Fungsi pengamplasan tersebut yaitu untuk menghilangkan kotoran
pada permukaan spesimen sehingga tidak akan mempengaruhi hasil dari proses
pengujian. Setelah itu pelat baja disambungkan dengan kabel tembaga sepanjang
17,5 cm menggunakan solder timah, fungsi dari kabel tersebut yaitu agar
terkoneksi dengan aliran listrik. Setelah itu dibagian belakang permukaan
spesimen di cor dengan resin + hardener sehingga permukaan sampel dapat
kontak langsung dengan larutan media NaCl. Selain itu, pada pelat baja yang

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021124


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

sudah di cor dengan resin tadi, dilapisi lagi dengan kutek tujuannya untuk
melindungi resin agar tidak mudah larut dengan larutan elektrolit saat pengujian
berlangsung, karena kutek itu berbahan anti air.
Uji korosi pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode
polarisasi potensiodinamik dengan parameter potensial awal -1,2 V dan potensial
akhir 1,2 V dengan laju pengukuran sekitar 2 mV/s dalam media larutan NaCl
dengan konsentrasi 3,5% dan menggunakan potensiostat. Sel korosi terdiri dari sel
tiga elektroda, masing-masing work electrode (pelat baja), counter electrode dan
reference electrode. Disamping itu, pada reference electrode diberi komponen
lain yaitu luggin kapiler, dimana komponen tersebut adalah  tabung kecil yang
digunakan dalam elektrokimia. Fungsi dari komponen tersebut adalah untuk
memfokuskan pembacaan nilai potensial dan menstabilkan larutan.
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software corrtest. dimana
kecepatan membaca titik satu ke yang lainnya (scan rate) diatur sebesar 2
mV/detik terhadap potensial korosi (Ecorr). Reference electrode yang digunakan
adalah Ag/AgCl karena proses pengujian dilakukan di dalam larutan NaCl lalu
Counter Electrode yang digunakan adalah platina karena platina termasuk
kedalam logam inert sehingga tidak mudah bereaksi. Semua informasi yang
diperlukan dimasukkan pada setting program sehingga diperoleh kurva polarisasi.
Daerah potensial baja dapat tercapai apabila antar-muka baja dan larutan
mencapai keadaan stabil yang ditunjukkan oleh nilai Open Circuit Potential
(OCP).
Hasil dari proses pengujian korosi potensiodinamik ini adalah berupa plot
kurva antara potensial terhadap arus atau kurva tafel. Dari kurva tersebut akan
diperoleh nilai ikor, Ekor dan laju korosi (CR). Pada saat proses pembentukan kurva,
mula-mula garis membentuk ke daerah katodik sehingga arahnya turun. Hal itu
terjadi karena spesimen uji dipaksa untuk imun. Selanjutnya garis akan
membentuk ke daerah anodic sehingga arahnya ke atas. Kondisi tersebut
menandakan bahwa spesimen uji mulai terjadi korosi.
Berdasarkan hasil proses pengujian korosi potensiodinamik pada pelat baja
didapat 2 nilai laju korosi, yaitu yang dihasilkan dari software corrtest dan
dihasilkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus. Berdasarkan software

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021125


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

corrtest didapat nilai laju korosi yaitu 0,013353 mmpy sedangkan berdasarkan
rumus didapat nilai laju korosi yaitu 0,0134 mmpy. Selisih perbandingan antara
perhitungan dengan menggunakan software corrtest dan dengan menggunakan
rumus pada spesimen pelat baja yang memiliki ketebalan 5 mm adalah sebesar
0,000047. Dari hasil perbandingan perhitungan menggunakan software corrtest
dan rumus tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan dan berpengaruh.
apabila dilihat berdasarkan teori untuk ketahanan korosinya maka nilai laju korosi
yang dihasilkan termasuk bagus karena nilai laju korosi yang dihasilkan masuk
dalam klasifikasi angka < 0.02 mm/year atau klasifikasi good. Bila nilai laju
korosi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai laju korosi pada percobaan lain
yaitu yang menggunakan larutan NaOH 0,8 M dimana nilai yang dihasilkan yaitu
2,0156 mpy. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa nilai laju korosi pada larutan
NaOH 0,8 M lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pada larutan NaCl 3,5 %.
Jika ditinjau dari sifat larutannya NaOH adalah basa kuat dan NaCl adalah larutan
elektrolit dimana pH nya netral, maka hal itu yang menyebabkan laju korosi dari
spesimen dalam larutan NaOH lebih tinggi.

Gambar 5.10 Ploting data pengujian ke diagram pourbaix

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021126


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

Bila hasil data pengujian diplotkan ke diagram pourbaix dimana memiliki 1


titik pH yaitu 8,20 dan 4771 titik potensial maka bisa dilihat bahwa pada spesimen
akan melewati beberapa zona pada digram pourbaix yaitu akan diawali dengan
berada pada zona immunity lalu ketika nilai potensial nya semakin bertambah
maka spesimen akan berakhir pada zona pasif.
Bila dilihat dari pengamatan secara visual setelah pengujian selesai
dilakukan, jenis korosi yang terjadi pada spesimen uji ini adalah korosi merata
dan pitting corrosion. Korosi pitting ini terjadi karena proses pengujian dilakukan
dalam lingkungan/larutan NaCl dimana dalam larutan tersebut mengandung ion
Cl- yang menyebabkan lapisan pasif dari baja rusak dan terjadi proses inisiasi pit.
Sedangkan korosi merata terjadi akibat adanya reaksi antara spesimen dan larutan
pada kondisi pH yang rendah dan dipengaruhi oleh oksigen.

V.7 Kesimpulan dan Saran


V.7.1 Kesimpulan
1. Metode polarisasi potensiodinamik dapat digunakan untuk menentukan
perilaku korosi pelat baja dalam media NaCl dengan konsentrasi 3,5 %.
2. Laju korosi pelat baja pada larutan elektrolit NaCl 3,5% diperoleh
berdasarkan perhitungan sebesar 0,0134 mmpy dan jika dimasukan ke dalam
nilai ketahanan korosinya masuk dalam kategori outstanding.
3. Rangkaian elektroda yang digunakan pada pengujian ini meliputi :
a. Work electrode = plat baja
b. Reference electrode = Ag/AgCl
c. Counter electrode = plat platina
4. Parameter yang mempengaruhi proses pengujian potensiodinamik yaitu
potensial awal (-1,2 V), potensial akhir (1,2 V), scan rate (2
mV/s) ,instrumen potensiodinamik, labu leher empat dan rangkaian
elektroda (WE,RE dan CE).
5. Jika data hasil pengujian metode potensiodinamik di plotkan ke dalam
diagram pourbaix maka spesimen tersebut berada pada zona immunity dan
berakhir pada zona pasif.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021127


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7

6. Jenis korosi yang dihasilkan berdasarkan pengamatan secara visual pada


pengujian ini yaitu korosi seragam (uniform corrosion) dan korosi sumur
(pitting corrosion).
V.7.2 Saran
1. Sebaiknya selama proses pengujian korosi untuk praktek nya banyak
dilakukan oleh praktikannya tidak hanya dilakukan dengan asisten lab.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2020/2021128

Anda mungkin juga menyukai