108
BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 7
maupun katodik dilakukan dengan cara siklik. Ada beberapa metode yang
diterima untuk melakukan polarisasi DC pada spesimen untuk pengujian korosi.
Polarisasi potensiodinamik mengacu pada teknik polarisasi di mana potensi
elektroda divariasikan pada medan potensial yang relatif besar pada laju yang
dipilih dengan penerapan arus melalui elektrolit.[22]
Varian polarisasi potensiodinamik adalah voltametri siklik yang melibatkan
pemindahan potensial ke arah positif sampai nilai arus atau potensial yang telah
ditentukan tercapai, kemudian pemindaian dibalik ke nilai yang lebih negatif
sampai nilai potensial asli tercapai. Dalam beberapa kasus, pemindaian ini dapat
dilakukan berulang kali untuk menentukan perubahan dalam kurva potensial arus
yang dihasilkan dengan pemindaian.
Variasi lain dari polarisasi potensiodinamik adalah potentiostaircase
method yang mengacu pada teknik untuk mempolarisasi elektroda dalam
serangkaian langkah potensial di mana waktu yang dipakai di setiap potensial
konstan, sedangkan arus sering dibiarkan stabil sebelum mengubah potensial ke
langkah berikutnya. Peningkatan langkah mungkin kecil, dalam hal ini, tekniknya
menyerupai kurva potensiodinamik.[22]
Gambar 5.1 Contoh plot polarisasi yang diperoleh dengan spesimen baja S43000
Dalam larutan 0,05 M H2SO4.
(Sumber : Pierre R. Roberge corrosion engineering principles and practice)
Tambahkan aqua dm
Aduk larutan
b. Pengujian Potensiodinamik
Ga
mb Lakukan input pengaturan pada software corrtest ar
5.4
Monitoring kurva
Analisa
Kesimpulan
Skema proses pengujian potensiodinamik
5. Larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia dipindahkan ke dalam labu leher
empat dengan cara dituangkan menggunakan corong kaca.
6. Kabel RE yang berwarna kuning (Ag/AgCl + Luggin kapiler), WE yang
berwarna hijau (plat baja) dan CE berwarna merah (plat platina) yang
telah tersambung dengan instrument potensiodinamik selanjutnya
dihubungkan ke labu leher empat.
7. pada Software Corrtest dilakukan input data sesuai data praktikum.
8. Proses pembentukan kurva dilakukan monitoring oleh praktikan hingga
kurva selesai terbentuk.
9. Data hasil pengujian disimpan melalui perangkat laptop.
10. Hasil percobaan dianalisa berdasarkan hasil data yang didapat.
11. Dibuat kesimpulan berdasarkan percobaan.
Larutan NaCl 3,5% pada gelas kimia dipindahkan ke dalam labu leher
empat dengan cara dituangkan menggunakan corong kaca.
V.4.2 Bahan
1. Plat baja : 1 buah
2. Amplas 100 mesh : secukupnya
3. Amplas 800 mesh : secukupnya
4. NaCl : 35,9 gr
5. Aqua dm : 500 mL
6. Plat platina : 1 buah
7. Elektroda Ag/AgCl : 1 buah
8. Resin butek + hardener : secukupnya
9. Kutek : secukupnya
10. Kabel (kawat tembaga) : 17,5 cm
Gambar 5.7 Pengukuran pH larutan NaCl 3,5% melalui aplikasi zen test
Gambar 5.8 Pengukuran resistivitas larutan NaCl 3,5% melalui aplikasi zen test
1.0
Sesi 1 Potentio Prak Korosi 2020
0.5
0
E (V)
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0 -8
10 10-7 10 -6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
2
I (A/cm )
sudah di cor dengan resin tadi, dilapisi lagi dengan kutek tujuannya untuk
melindungi resin agar tidak mudah larut dengan larutan elektrolit saat pengujian
berlangsung, karena kutek itu berbahan anti air.
Uji korosi pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode
polarisasi potensiodinamik dengan parameter potensial awal -1,2 V dan potensial
akhir 1,2 V dengan laju pengukuran sekitar 2 mV/s dalam media larutan NaCl
dengan konsentrasi 3,5% dan menggunakan potensiostat. Sel korosi terdiri dari sel
tiga elektroda, masing-masing work electrode (pelat baja), counter electrode dan
reference electrode. Disamping itu, pada reference electrode diberi komponen
lain yaitu luggin kapiler, dimana komponen tersebut adalah tabung kecil yang
digunakan dalam elektrokimia. Fungsi dari komponen tersebut adalah untuk
memfokuskan pembacaan nilai potensial dan menstabilkan larutan.
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software corrtest. dimana
kecepatan membaca titik satu ke yang lainnya (scan rate) diatur sebesar 2
mV/detik terhadap potensial korosi (Ecorr). Reference electrode yang digunakan
adalah Ag/AgCl karena proses pengujian dilakukan di dalam larutan NaCl lalu
Counter Electrode yang digunakan adalah platina karena platina termasuk
kedalam logam inert sehingga tidak mudah bereaksi. Semua informasi yang
diperlukan dimasukkan pada setting program sehingga diperoleh kurva polarisasi.
Daerah potensial baja dapat tercapai apabila antar-muka baja dan larutan
mencapai keadaan stabil yang ditunjukkan oleh nilai Open Circuit Potential
(OCP).
Hasil dari proses pengujian korosi potensiodinamik ini adalah berupa plot
kurva antara potensial terhadap arus atau kurva tafel. Dari kurva tersebut akan
diperoleh nilai ikor, Ekor dan laju korosi (CR). Pada saat proses pembentukan kurva,
mula-mula garis membentuk ke daerah katodik sehingga arahnya turun. Hal itu
terjadi karena spesimen uji dipaksa untuk imun. Selanjutnya garis akan
membentuk ke daerah anodic sehingga arahnya ke atas. Kondisi tersebut
menandakan bahwa spesimen uji mulai terjadi korosi.
Berdasarkan hasil proses pengujian korosi potensiodinamik pada pelat baja
didapat 2 nilai laju korosi, yaitu yang dihasilkan dari software corrtest dan
dihasilkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus. Berdasarkan software
corrtest didapat nilai laju korosi yaitu 0,013353 mmpy sedangkan berdasarkan
rumus didapat nilai laju korosi yaitu 0,0134 mmpy. Selisih perbandingan antara
perhitungan dengan menggunakan software corrtest dan dengan menggunakan
rumus pada spesimen pelat baja yang memiliki ketebalan 5 mm adalah sebesar
0,000047. Dari hasil perbandingan perhitungan menggunakan software corrtest
dan rumus tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan dan berpengaruh.
apabila dilihat berdasarkan teori untuk ketahanan korosinya maka nilai laju korosi
yang dihasilkan termasuk bagus karena nilai laju korosi yang dihasilkan masuk
dalam klasifikasi angka < 0.02 mm/year atau klasifikasi good. Bila nilai laju
korosi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai laju korosi pada percobaan lain
yaitu yang menggunakan larutan NaOH 0,8 M dimana nilai yang dihasilkan yaitu
2,0156 mpy. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa nilai laju korosi pada larutan
NaOH 0,8 M lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pada larutan NaCl 3,5 %.
Jika ditinjau dari sifat larutannya NaOH adalah basa kuat dan NaCl adalah larutan
elektrolit dimana pH nya netral, maka hal itu yang menyebabkan laju korosi dari
spesimen dalam larutan NaOH lebih tinggi.