Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

PENGUJIAN KOROSI MELALUI POTENSIODINAMIK

5.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme pengujian korosi dengan
menggunakan instrument potensiodinamik.
2. Memahami penggunaan aplikasi perangkat lunak pengukuran
potensiodinamik.
3. Mengetahui dan memahami parameter pengujian potensiodinamik.
4. Mengetahui dan memahami tiga elektroda yang digunakan.
5. Memahami dan mengetahui persamaan reaksi yang dihasilkan dari
pengujian potensiodinamik.

5.2 Teori Dasar


Korosi dapat juga didefinisikan sebagai reaksi kimia atau elektrokimia,
Dimana electron akan dilepaskan dari logam-logam yang tereduksi dalam larutan
yang bersifat elektrolit. Karena terdapat aliran elektron (arus) dalam reaksi korosi,
sehingga arus tersebut dapat diukur dan dikontrol secara elektronik. Sehingga
dari metode ini dapat digunakan untuk mengkarakterisasikan sifat korosi suatu
logam dan komponen logam dengan larutan elektrolitnya[2].
Pengujian korosi dengan metode potensiodinamik adalah pengukuran
potensi elektroda yang dapat dilakukan dengan mengukur tegangan dalam sel
elektrokimia antara elektroda yang bekerja dengan elektroda yang memiliki
potensial konstan, yang disebut elektroda referensi (reference electrode). Terdapat
beberapa jenis (refernce electrode) yang dibedakan berdasarkan kondisi dan
situasi tertentu[19].
Mekanisme pengujian potensiodinamik ini terdiri dari sel polarisasi yang
diatur dimana terdapat larutan elektrolit, reference electrode, counter electrode,
working electrode. Larutan elektrolit yang digunakan umumnya larutan yang
paling mirip dengan lingkungan aplikasi dari bahan yang diuji. Dalam larutan,
potensi elektrokimia (tegangan) dihasilkan antara berbagai elektroda. Masing-
masing dari ketiga elektroda ini mempunyai fungsi tersendiri sebagai berikut[19]:

90
BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

1. Working electrode berfungsi sebagai benda uji (anoda) yang dicelupkan pada
larutan yang digunakan pada saat pengujian.
2. Counter electrode berfungsi untuk membantu memberikan potensial pada
working electrode dan mengangkut arus listrik yang timbul akibat reaksi
korosi.
3. Reference electrode disebut juga elektroda pembanding untuk acuan potensial
yang diberikan pada elektroda kerja serta potensial yang diberikan pada
elektroda kerja.

Gambar 5.1 Terdiri dari tiga sel elektroda


(Sumber: Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi Gita Anggaretno 2012)
Beberapa parameter yang digunakan pada pengujian potensiodinamik yaitu,
jumlah elektron yang terkait reaksi, berat atomik logam yang diuji serta waktu
proses uji. Polarisasi adalah ketika logam tidak berada pada kesetimbangan
dengan larutan yang mengandung ion-ionnya, dan memiliki potensial elektroda
berbeda dengan potensial korosi bebas dan memiliki selisih antar keduanya.
Besaran dari polarisasi dapat dinyataka sebagai overvoltage (η).
Pasivasi adalah suatu peristiwa logam yang kehilangan reaktivitas reaksi
logam akibat keadaan lingkungan korosi tertentu karna adanya lapisan protektif
yang menghambat kelangsungan reaksi sehingga tidak mudah terkorosi. Salah
satu contoh logam yang memiliki sifat pasivasi ini adalah nikel dan sejumlah
paduan nikel, baja tahan karat (Stainless Steel), aluminium dan paduannya,
titanium dan paduannya[7].

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 91


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Pada pengujian potensiodinamik akan didapatkan sebuah kurva tafel atau


diagram polarisasi sebagai berikut:

Gambar 5.2 Diagram polarisasi


(Sumber: Laporan Tugas Akhir ITS Prakoso 2016)

Diagram polarisasi adalah diagram hubungan potensial korosi dengan rapat


arus (current density), dibandingkan dengan diagram pourbaix diagram polarisasi
memilki kelebihan yaitu dapat menunjukan laju korosi. Tujuan dari diketahuinya
laju korosi adalah[2]:
1. menentukan penempatan material sesuai dengan lingkungannya.
2. Dapat menentukan masa pemakaian suatu material.
3. Sebagai persiapan yang baik untuk melindungi material.
4. Mengetahui mekanisme terjadinya korosi.
5. Mengetahui lingkungan yang relatif korosif.
Kurva polarisasi diatas adalah kurva bentuk umum untuk logam yang pasif
dan memiliki tiga daerah yaitu[7]:
1. Daerah active
Daerah yang terletak antara Ecorr dengan Epp, berada pada potensial yang
rendah. Pada daerah ini logam akan mengalami korosi yang pesat[7].
2. Daerah Pasif.
Daerah yang terletak antara Epp dengan ip, pada daerah ini potensial mengalami
peningkatan dengan berkurangnya kerapatan arus ini akan mengakibatkan
permukaan logam menjadi pasif[7]

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 92


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

3. Daerah transpasif.
Pada daerah ini potensial dan kerapatan arus mengalami kenaikan kembali dan
mengakibatkan logam terkorosi[7].
Perhitungan laju korosi yang dapat dilakukan terhadap diagram polarisasi
dengan persamaan berikut[2]:

K 1 I (EW )
CR = corr
……….(1)
ρ
Keterangan:
CR = Laju korosi (mm/yr)

K1 = 3.27 x 10-3 mm g/μA Cm yr


Icorr = Rapat arus saat Ecorr (μA/Cm2)
(EW) = berat ekuivalen
ρ = density (g/cm3)
Cara menghitung berat equivalen adalah sebagai berikut[2]:

Massamolar suatu unsur


EW = jumlah electron yang terlibat ……….(2)

Dan untuk rumus mengetahui berat yang hilang dapat dilakukan dengan
persamaan berikut[2]:
I t( AW )
M= ……….(3)
nF

Keterangan:
M = kehilangan massa (g)
I = kuat arus yang digunakan (coulomb)
t = waktu (s)
(AW) = berat atom (g/mol)
n = Jumlah ē dibebaskan
F = Konstanta Faraday

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 93


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Gambar 5.3 Contoh rangkaian pengujian potensiodinamik


(Sumber: Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Murni Fitria 2016)

Setelah melakukan pengujian potensiodinamik didapatkan sebuah data yang


nantinya akan bermanfaat untuk aplikasi proteksi anodik yang dapat digunakan
pada peralatan-peralatan pada proses bahan kimia. Beberapa parameter yang harus
dilakukan untuk dilakukannya pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air[18].
2. Resistivitas adalah kemampuan suatu material untuk menghambat mengalirnya
arus listrik. Beberapa faktor yang mempengaruhi resistivitas adalah kandungan
air, permeabilitas dan lain-lain.[17]
3. Temperatur adalah sesuatu untuk menyatakan derajat panas atau dinginnya
suatu zat. Untuk mengetahui nilai dari derajat panas tersebut, digunakan alat
berupa termometer[18].
4. Konduktivitas larutan adalah kemampuan sebuah larutan untuk dapat
menghantarkan arus listrik biasanya digunakan untuk mengukur larutan
elektrolit. Hal yang mempengaruhi konduktivitas pada larutan adalah
kandungan ion-ion yang terkandung pada larutan tersebut[18].
5. pH adalah derajat keasaman yang dapat menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Suatu larutan dinyatakan sebagai asam apabila
memiliki pH dibawah 7 dan dikatakan basa apabila memiliki kandungan pH
lebih dari 7[18].

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 94


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

5.3 Metodologi Praktikum


AA
5.3.1 Skema proses
A. Pembuatan larutan NaCl 3,5 %
Siapkan alat dan bahan

Hitunglah massa NaCl yang dibutuhkan

Timbanglah NaCl menggunakan neraca digital

Pindahkan NaCl ke dalam gelas kimia

Tambahkan aqua dm

Aduklah hingga menjadi larutan NaCl homogen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 5.4 Skema proses pembuatan larutan NaCl 3,5%

B. Skema proses pengujian dengan metode potensiodinamik


Siapkan alat dan bahan

Ukurlah panjang kabel pada working elctrode

Siapkan larutan NaCl

Lakukan pengukuran pH dan resistivitas

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 95


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Masukan larutan NaCl kedalam labu sel

Siapkan instrument uji berupa (WE, RE, dan CE)

Sambungkan kabel pada masing-masing instrument


uji

Lakukan input pengaturan sel

Lakukan input pengujian

Lakukan perhitungan laju korosi dengan software


cortest

Simpan nama file pengujian pada folder praktikum

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 5.5 Skema proses pengujian potensiodinamik

5.3.2 Penjelasan Skema Proses


A. Penjelasan Skema Proses Pembuatan Larutan NaCl 3,5%
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Massa NaCl yang dihitung sesuai dengan perhitungan yaitu 4,38
gram.
3. Massa NaCl ditimbang dengan digunakannya neraca analitik.
4. NaCl dipindahkan kedalam gelas kimia.
5. Aqua dm ditambahkan sebanyak 500 ml kedalam gelas kimia 1000
ml.
6. NaCl diaduk hingga homogen dengan menggunakan batang pengaduk.
7. Analisa dan pembahasan dibuat berdasarkan hasil pengujian.
8. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil percobaan.
B. Penjelasan Skema Proses Pengujian Potensiodinamik

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 96


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.


2. Panjang kabel tembaga diukur terlebih dahulu dengan digunakannya
mistar baja.
3. Larutan NaCl 3,5% yang telah dibuat disiapkan.
4. Pengukuran pH dan resistivitas dengan digunakannya alat Zentest
yang telah tersambung dengan ponsel.
5. Masukan larutan NaCl 3,5% kedalam labu leher 4 dengan
digunakannya corong.
6. Instrumen uji berupa WE, RE, dan CE disiapkan.
7. Instrumen uji WE disambungkan dengan kabel hijau, RE dengan
kabel kuning dan CE dengan kabel merah.
8. Pengaturan sel diinput pada komputer berupa luas spesimen, densitas
spesimen, koefesien stern geary dan equivalen kimia.
9. Parameter pengujian diinput pada computer berupa potensial awal.
10. File pengujian disimpan pada folder praktikum.
11. Analisa dan pembahasan dibuat berdasarkan hasil pengujian.
12. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil percobaan.

5.3.3 Gambar Proses


A. Pembuatan Larutan NaCl

Penimbangan NaCl pada neraca digital

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 97


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Masukan Aqua dm kedalam gelas kimia

Lakukan pengadukan pada larutan NaCl

Larutan NaCl 3,5%


Gambar 5.6 proses pembuatan larutan NaCl 3,5%

B. Pengujian Potensiodinamik

Pengukuran panjang kabel tembaga

Siapkan larutan NaCl 3,5%

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 98


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Pengukuran pH dan resistivitas larutan

Masukan larutan NaCl kedalam labu sel

Siapkan instrumen uji

Sambungkan kabel pada masing-masing


instrumen uji
Gambar 5.7 Proses pengujian potensiodinamik

5.4 Alat dan Bahan


5.4.1 Alat
1. Elektroda plat platina : 1 buah
2. Elektroda referensi (Ag/AgCl) : 1 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 99


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

3. Gelas kimia 1000 ml : 1 buah


4. Instrumen pengujian potensiodinamik : 1 buah
5. Jangka sorong : 1 buah
6. Kabel : 1 buah
7. Labu sel 4 leher : 1 buah
8. Luggin Capiler : 1 buah
9. ORP tester : 1 buah
10. Software Cortest : 1 buah

5.4.2 Bahan
1. Amplas (100 dan 800 mesh) : secukupnya
2. Aqua dm : 150 ml
3. Kawat tembaga : secukupnya
4. NaCl : 4,38gram
5. Plat baja (1x1cm) : 1 buah
6. Resin butek + harderner : secukupnya
7. Kutek : secukupnya

5.5 Pengumpulan dan Pengolahan data


5.5.1 Pengumpulan Data
Tabel 5.1 Pengumpulan data
No Data pengamatan Keterangan
1 Material Plat baja
2 Amplas (mesh) 100 dan 800
3 Solder Timah
4 Resin Butek + hardener
5 Kawat tembaga (cm) 17,5 cm
6 Larutan (M) NaCl 3,5%
7 Waktu pencelupan (s) 1200
8 Densitas (gr/cm3) 7,8

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 100


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Gambar 5.8 Hasil pengukuran pH

Gambar 5.9 Hasil pengukuran resistivitas

5.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan Luas Penampang
Diketahui : (dimensi plat spesimen baja)
p = 12,7 mm
l = 9,5 mm
t = 4 mm
Ditanya : A…?
Dijawab :
A = 2 (p x l) + 2 (p x t) + (l x t)
= 2 (12,7 x 9,5) + 2 (12,7 x 4) + (9,5 x 4)
= 418,9 mm2 → 4,189 cm2

2. Perhitungan Chemical ekivalen

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 101


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Diketahui :
ArFe = 56 g/mol
Ekivalen =2
Ditanya : Be…?
Dijawab :
ArFe
Be =
ekivalen
56
= = 28
2
3. Konversi Ag/AgCl ke hydrogen
4. Perhitungan laju korosi
Diketahui :
ρFe = 7,8 gr/cm3
Ew = 28
Icorr = 1,1383 x 10-6 A/cm2
Ditanya = laju korosi (mpy)…?
Dijawab =
i corr (Ew)
Laju korosi = 0,129
ρFe
1,1383(28)
= 0,129
7,8
= 0,129 (4,086)
= 0,527 mpy
5. Konversi laju korosi dari mpy ke mmpy
Diketahui :
Laju korosi = 0,527 mpy
Ditanya : laju korosi (mmpy)…?
Dijawab :
Laju korosi = 0,0254 (laju korosi (mpy)
= 0,0254 (0,527)
= 0,0135 mmpy
6. Perhitungan massa larutan NaCl
Diketahui :

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 102


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

MrNaCl = 2,6 gr/cm3


MNaCl = 3,5%
V = 500 ml
Ditanya : molNaCl dan grNaCl…?
Dijawab :
1000 x ρ x 3,5%
MolNaCl =
MrNaCl
1000 x 2,6 x 3,5 %
= 58,5
= 0,15 mol
gr 1000
MolNaCl = x
MrNaCl 500
gr 1000
0,15 = 58,5 x 500

= 4,38 gr

7. Gambar Kurva Tafel Hasil Pengujian Potensiodinamik

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 103


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Gambar 5.10 Kurva tafel pengujian potensiodinamik

8. Persamaan Reaksi
Fe(metallic) + 2NaCl + 2H2O → FeCl2 + 2NaOH + H2

5.6 Analisa dan pembahasan


Pengujian potensiodinamik adalah salah satu pengujian korosi yang
berfungsi untuk mengetahui potensial elektroda. Pengujian ini menggunakan labu
sel yang didalamnya terdapat tiga jenis elektroda yang disambungkan pada
instrument potensiodinamik dan dihubungkan dengan computer. Pengujian ini
menggunakan labu empat leher dengan tiga jenis elektroda yang nantinya akan
dialiri arus DC (direct current).
Pada langkah awal pengujian ini yaitu menyiapkan alat dan bahan, dimana
spesimen yang kita gunakan adalah plat baja dengan larutan NaCl 3,5%. Spesimen
Baja telah dipotong terlebih dahulu dengan menggunakan gerinda tangan dengan
dimensi 1x1 cm. Setelah itu dilanjutkan dengan pembersihan spesimen baja yang
telah dipotong tadi sesuai dengan standar ASTM G1, pembersihan yang kita
gunakan adalah secara mekanik yaitu dengan menggunakan bahan berupa amplas
100 dan 800 mesh. Tujuan dari dilakukannya pembersihan awal/persiapan
permukaan spesimen agar spesimen uji terhindar dari pengotor berupa minyak,
sisa-sisa amplas dan sebagainya yang menempel pada permukaannya agar pada
saat pengujian didapatkan hasil yang akurat.
Lalu dilanjutkan dengan disolder menggunakan timah dan dipoles. Setelah
itu dilanjutkan dengan diresin menggunakan resin butek + hardener penggunaan
resin ini bertujuan agar menutupi kabel tembaga dan Sn (timah) agar tidak
mengalami oksidasi (korosi) saat pengujian berlangsung. Penambahan kutek juga
berguna agar memastikan kembali bagian yang tidak diinginkan teroksidasi
tertutup dengan baik,

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 104


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Larutan yang digunakan pada pengujian ini adalah NaCl dimana larutan ini
termasuk pada larutan garam yang bersifat elektrolit. Dilakukan pengukuran pH
dan resistivitas larutan dengan alat zentest yang dapat dihubungkan dengan ponsel
dan didapatkan data berupa larutan NaCl memiliki pH = 8,2 dan resistivitas = 50.
Langkah selanjutnya adalah memasukan larutan kedalam labu sel dengan
menggunkan corong secara perlahan, fungsi corong yaitu agar keseluruhan
volume air masuk kedalam labu sel uji. Kemudian terdapat luggin capiller yang
fungsinya untuk membantu reference electrode dalam membaca potensial
working electrode dengan cara mengarahkan RE tepat dihadapan permukaan WE.
Setelah itu memasukan tiga jenis elektroda (RE, WE, dan CE) pada labu sel.
Tiga jenis elektroda ini masing-masingnya memiliki fungsi tersendiri yaitu
reference electrode yang kita gunakan berupa Ag/AgCl yang merupakan
reference electrode untuk pengujian pada kadar air garam/larutan garam,
reference electrode ini juga dapat digunakan untuk berbagai larutan termasuk
lingkungan laut. fungsinya sebagai pembanding untuk acuan potensial pada
elektroda kerja (working electrode).
Dilanjutkan dengan working electrode yang kita gunakan adalah spesimen
plat baja tujuan dari working electrode ini adalah sebagai benda uji (anoda) yang
dicelupkan pada larutan yang digunakan pada saat pengujian. Dan counter
electrode yang kita gunakan berupa plat platina yang berfungsi untuk mengangkut
arus listrik yang timbul akibat reaksi korosi. Pada umumnya counter electrode
yang digunakan berupa logam-logam inert. Digunakan jenis logam ini agar tidak
bereaksi dengan larutan dan lebih membantu dalam penghantaran arus listrik.
Untuk melanjutkan pengujian harus menginput data pengaturan sel dan
juga data pengujian. Salah satu data pengujian yang harus dimasukan berupa
potensial awal (-1,2 V) dan potensial akhir (1,2) dan untuk scan rate
menggunakan 2 agar proses pengujian berlangsung secara cepat. Apabila scan
rate nya besar maka data yang akan didapat akan banyak dan apabila memiliki
scan rate kecil maka prosesnya semakin lambat namun datanya akan lebih sedikit.
Dilanjutkan dengan memasukan luas permukaan spesimen. Luas
permukaan spesimen baja diukur terlebih dahulu dengan menggunakan jangka
sorong. Dimensi yang didapatkan setelah pengukuran yaitu Panjang = 12,7 mm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 105


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

Lebar = 9,5 mm dan tinggi = 4 mm. Dan didapatkan luas permukaan 418,9 mm 2.
Setelah itu masukan data massa jenis plat baja yaitu 7,8 g/cm 3 dengan chemical
equivalen 28 dan menginput data reference electrode yang digunakan berupa
Ag/AgCl. Koefesien stearn geary menggunakan nilai 18.
Pada saat dilakukannya pengamatan terdapat sebuah gelembung gas udara
pada permukaan spesimen plat baja yang menandakan adanya reaksi oksidasi
yang terjadi menghasilkan gelembung gas hodrogen. Setelah itu didapatkan
berupa kurva tafel pada komputer dengan memiliki 4000 titik. Pada instrument uji
warna larutan NaCl mengalami perubahan akibat teroksidasinya plat baja
sehingga mengakibatkan kotoran oksida bercampur dengan larutan sehingga
bewarna kuning keruh. Pengujian yang didapatkan yaitu berupa laju korosi senilai
0,0135 mmpy, dengan icorr senilai 1,1383.

5.7 Kesimpulan dan saran


5.7.1 Kesimpulan
1. Mekanisme pengujian potensiodinamik yaitu dengan menghubungkan 3
elektroda pada instrument potensiodinamik yang terhubung dengan
komputer. Prinsip nya berupa elektrokimia yang berhubungan dengan
polarisasi.
2. Perhitungan laju korosi pada computer menggunakan software cortest.
3. Parameter pada pengujian potensiodinamik adalah luas permukaan
spesimen, densitas spesimen, equivalen kimia, dan koefesien stern
geary.
4. Elektroda yang digunakan adalah reference electrode, counter electrode
dan working electrode.
5. Persamaan reaksi hasil pengujian ini adalah :
Fe(metallic) + 2NaCl + 2H2O → FeCl2 + 2NaOH + H2

5.8.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengujian potensiodinamik, ada penjelasan pembuatan
working electrode sehingga praktikan paham proses pembuatannya
sebelum menjadi instrument uji.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 106


BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5

2. Sebaiknya pada saat penyambungan instrument uji dengan kabel asisten


lab tidak membelakangi praktikan sehingga praktikan dapat melihat
dengan jelas.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 107

Anda mungkin juga menyukai