5.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme pengujian korosi dengan
menggunakan instrument potensiodinamik.
2. Memahami penggunaan aplikasi perangkat lunak pengukuran
potensiodinamik.
3. Mengetahui dan memahami parameter pengujian potensiodinamik.
4. Mengetahui dan memahami tiga elektroda yang digunakan.
5. Memahami dan mengetahui persamaan reaksi yang dihasilkan dari
pengujian potensiodinamik.
90
BAB V PENGUJIAN KOROSI POTENSIODINAMIK KELOMPOK 5
1. Working electrode berfungsi sebagai benda uji (anoda) yang dicelupkan pada
larutan yang digunakan pada saat pengujian.
2. Counter electrode berfungsi untuk membantu memberikan potensial pada
working electrode dan mengangkut arus listrik yang timbul akibat reaksi
korosi.
3. Reference electrode disebut juga elektroda pembanding untuk acuan potensial
yang diberikan pada elektroda kerja serta potensial yang diberikan pada
elektroda kerja.
3. Daerah transpasif.
Pada daerah ini potensial dan kerapatan arus mengalami kenaikan kembali dan
mengakibatkan logam terkorosi[7].
Perhitungan laju korosi yang dapat dilakukan terhadap diagram polarisasi
dengan persamaan berikut[2]:
K 1 I (EW )
CR = corr
……….(1)
ρ
Keterangan:
CR = Laju korosi (mm/yr)
Dan untuk rumus mengetahui berat yang hilang dapat dilakukan dengan
persamaan berikut[2]:
I t( AW )
M= ……….(3)
nF
Keterangan:
M = kehilangan massa (g)
I = kuat arus yang digunakan (coulomb)
t = waktu (s)
(AW) = berat atom (g/mol)
n = Jumlah ē dibebaskan
F = Konstanta Faraday
Tambahkan aqua dm
Kesimpulan
Gambar 5.4 Skema proses pembuatan larutan NaCl 3,5%
Kesimpulan
Gambar 5.5 Skema proses pengujian potensiodinamik
B. Pengujian Potensiodinamik
5.4.2 Bahan
1. Amplas (100 dan 800 mesh) : secukupnya
2. Aqua dm : 150 ml
3. Kawat tembaga : secukupnya
4. NaCl : 4,38gram
5. Plat baja (1x1cm) : 1 buah
6. Resin butek + harderner : secukupnya
7. Kutek : secukupnya
Diketahui :
ArFe = 56 g/mol
Ekivalen =2
Ditanya : Be…?
Dijawab :
ArFe
Be =
ekivalen
56
= = 28
2
3. Konversi Ag/AgCl ke hydrogen
4. Perhitungan laju korosi
Diketahui :
ρFe = 7,8 gr/cm3
Ew = 28
Icorr = 1,1383 x 10-6 A/cm2
Ditanya = laju korosi (mpy)…?
Dijawab =
i corr (Ew)
Laju korosi = 0,129
ρFe
1,1383(28)
= 0,129
7,8
= 0,129 (4,086)
= 0,527 mpy
5. Konversi laju korosi dari mpy ke mmpy
Diketahui :
Laju korosi = 0,527 mpy
Ditanya : laju korosi (mmpy)…?
Dijawab :
Laju korosi = 0,0254 (laju korosi (mpy)
= 0,0254 (0,527)
= 0,0135 mmpy
6. Perhitungan massa larutan NaCl
Diketahui :
= 4,38 gr
8. Persamaan Reaksi
Fe(metallic) + 2NaCl + 2H2O → FeCl2 + 2NaOH + H2
Larutan yang digunakan pada pengujian ini adalah NaCl dimana larutan ini
termasuk pada larutan garam yang bersifat elektrolit. Dilakukan pengukuran pH
dan resistivitas larutan dengan alat zentest yang dapat dihubungkan dengan ponsel
dan didapatkan data berupa larutan NaCl memiliki pH = 8,2 dan resistivitas = 50.
Langkah selanjutnya adalah memasukan larutan kedalam labu sel dengan
menggunkan corong secara perlahan, fungsi corong yaitu agar keseluruhan
volume air masuk kedalam labu sel uji. Kemudian terdapat luggin capiller yang
fungsinya untuk membantu reference electrode dalam membaca potensial
working electrode dengan cara mengarahkan RE tepat dihadapan permukaan WE.
Setelah itu memasukan tiga jenis elektroda (RE, WE, dan CE) pada labu sel.
Tiga jenis elektroda ini masing-masingnya memiliki fungsi tersendiri yaitu
reference electrode yang kita gunakan berupa Ag/AgCl yang merupakan
reference electrode untuk pengujian pada kadar air garam/larutan garam,
reference electrode ini juga dapat digunakan untuk berbagai larutan termasuk
lingkungan laut. fungsinya sebagai pembanding untuk acuan potensial pada
elektroda kerja (working electrode).
Dilanjutkan dengan working electrode yang kita gunakan adalah spesimen
plat baja tujuan dari working electrode ini adalah sebagai benda uji (anoda) yang
dicelupkan pada larutan yang digunakan pada saat pengujian. Dan counter
electrode yang kita gunakan berupa plat platina yang berfungsi untuk mengangkut
arus listrik yang timbul akibat reaksi korosi. Pada umumnya counter electrode
yang digunakan berupa logam-logam inert. Digunakan jenis logam ini agar tidak
bereaksi dengan larutan dan lebih membantu dalam penghantaran arus listrik.
Untuk melanjutkan pengujian harus menginput data pengaturan sel dan
juga data pengujian. Salah satu data pengujian yang harus dimasukan berupa
potensial awal (-1,2 V) dan potensial akhir (1,2) dan untuk scan rate
menggunakan 2 agar proses pengujian berlangsung secara cepat. Apabila scan
rate nya besar maka data yang akan didapat akan banyak dan apabila memiliki
scan rate kecil maka prosesnya semakin lambat namun datanya akan lebih sedikit.
Dilanjutkan dengan memasukan luas permukaan spesimen. Luas
permukaan spesimen baja diukur terlebih dahulu dengan menggunakan jangka
sorong. Dimensi yang didapatkan setelah pengukuran yaitu Panjang = 12,7 mm
Lebar = 9,5 mm dan tinggi = 4 mm. Dan didapatkan luas permukaan 418,9 mm 2.
Setelah itu masukan data massa jenis plat baja yaitu 7,8 g/cm 3 dengan chemical
equivalen 28 dan menginput data reference electrode yang digunakan berupa
Ag/AgCl. Koefesien stearn geary menggunakan nilai 18.
Pada saat dilakukannya pengamatan terdapat sebuah gelembung gas udara
pada permukaan spesimen plat baja yang menandakan adanya reaksi oksidasi
yang terjadi menghasilkan gelembung gas hodrogen. Setelah itu didapatkan
berupa kurva tafel pada komputer dengan memiliki 4000 titik. Pada instrument uji
warna larutan NaCl mengalami perubahan akibat teroksidasinya plat baja
sehingga mengakibatkan kotoran oksida bercampur dengan larutan sehingga
bewarna kuning keruh. Pengujian yang didapatkan yaitu berupa laju korosi senilai
0,0135 mmpy, dengan icorr senilai 1,1383.
5.8.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengujian potensiodinamik, ada penjelasan pembuatan
working electrode sehingga praktikan paham proses pembuatannya
sebelum menjadi instrument uji.