Anda di halaman 1dari 24

BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)

Grup 6

BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION


CRACKING)
3.1 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami cara menghitung laju korosi


2. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya stress corrosion
cracking
3. Mengetahui parameter proses stress corrosion cracking

3.2 Teori Dasar

Peretakan korosi tegangan (stress corrosion cracking ) merupakan kasus


yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam
akibat gabungan antara tegangan tarik dan lingkungan khusus yang bersifat
korosif.

SCC sangat berbahaya karena SCC tidak dapat diduga datangnya dan
dapat menyebabkan pengurangan dimensi dan kekuatan, meskipun penelitian
intensif telah di lakukan tetapi kita baru sampai pada pemahaman tentang proses
proses yang terlibat. Sementara usaha usaha pengendalianya sampai sekarang
masih sering gagal.Sehingga sering kali bahan yang di pilih karena ketahananya
terhadap korosi ternyata gagal terhadap tegangan yang jauh di bawah tegangan
perpatahan normal/tegangan maksimum.

Stress Corrosion Cracking

Stress Corrosion Cracking atau Korosi Retak Tegang merupakan


merupakan intergranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara tegangan
tarik static dengan lingkungan khusus.Bentuk korosi ini sangat lazim dijumpai
lingkungan industri.SCC terjadi karena adanya tiga kondisi yang saling berkaitan,
yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan temperatur yang tinggi.

Salah satu ciri korosi dari jenis ini adalah bahwa kasus ini tidak dapat
diduga datangnya.Sering kali karena ketahanannya terhadap korosi suatu bahan
dipilih, ternyata gagal pada tegangan dibawah tegangan maksimumnya.
Sedangkan Ciri-ciri yang lain adalah sebagai berikut: 1.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 29


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

1. Terdapat tegangan tarik. Retak korosi tegangan terjadi karena adanya hasil
kerja sama antara tegangan dengan korosi, sehingga kalau salah satu unsur–
unsur tersebut tidak ada maka tidak akan terjadi Stress Corrosion Cracking.
Tegangan tersebut mungkin terjadi dari tegangan luar yang bekerja pada
komponen ketika operasional ataupun juga karena adanya tegangan sisa yang
terjadi ketika pembuatan komponen tersebut/fabrikasi.
2. Logam–logam paduan ternyata lebih rentan terhadap SCC daripada logam–
logam murni.
3. 3. Peretakan pada logam tertentu yang dapat teramati hanya yang disebabkan
oleh sedikit saja unsur kimia di lingkungannya dan unsur–unsur itu tidak perlu
dalam konsentrasi besar.
4. 4. Bila tegangan tidak ada paduan biasanya lembam terhadap unsur yang
serupa dengan lingkungan yang semestinya menyebabakan peretakan.
5. 5. Bila bahan bersifat mulur, retak korosi tegangan mempunyai penampakan
seperti perpatahan rapuh.
6. 6. Biasanya dapat ditentukan tegangan ambang batas, dibawah tegangan SCC
tidak dapat terjadi.
7. 7. Terdapat rentang potensial tertentu dimana SCC bisa terjadi atau tidak
mungkin terjadi.

SCC adalah proses kegagalan yang tertunda, karena retak yang terjadi dapat
menjalar dengan lambat sampai tegangan yang bekera pada komponen logam
akan naik dan mencapai tegangan patahnya. SCC sendiri terdiri dari tiga tahap,
yaitu:

a) Muncul retak dan penjalaran tahap 1.


b) Tahap 2 atau penyebaran peretakan secara merata.
c) Tahap 3 penyebaran retakan merata atau kegagalan terakhir.

Perbedaan antara ketiga tahap tersebut sulit dibedakan, karena terjadi secara
berkelanjutan dan terjadi secara bebas/acak.Untuk mengetahuinya dilakukan
percobaan.Percobaan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan
menggunakan metode CRing dengan beban bervariasi.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 30


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

1. Muncul retak dan penjalaran tahap 1.

Dalam tahap pertama, terjadi serangan terhadap bagian – bagian sangat


lokal pada permukaan logam yang bersifat anoda yang akibatnya timbul berupa
ceruk atau lubang.

Kegiatan tegangan tarik terhadap bahan dapat menimbulkan berbagai efek,


kemungkinan yang paling mendasar yang terjadi adalah bahwa tegangan tarik
akan menyerang kisi kristal yang semestinya dalam kesetimbangan dan berakibat
bangkitnya energi termodinamika ikatan–ikatan atom. Kalau efek ini terlokasi
pada permukaan, anoda–anoda akan terbentuk walaupun bahan bersangkutan
menerima tegangan yang masih diawah batas elastisnya.

Begitu tegangan melebihi kekuatan luluh bahan, bahan mengalami


deformasi plastis yaitu ikatan–ikatan pada struktur kristalnya putus sehingga
bentuk bahan berubah secara permanen.Mekanisme untuk ini dapat dianggap
sebagai mekanisme pembentukan dan gerak cacat, biasanya dislokasi telah
mencapai permukaan logam atau batas butir. Penumpukan dislokasi pada batas -
batas butir, menyebabkan polarisasi anodic pada daerah – daerah ini, karena
meningkatnya ketidak - teraturan dalam struktur kristal. Ini tidak berpengaruh
terhadap fase pemicuan jika terjadi disebelah dalam bahan, tetapi paling berperan
pada tahapan penjalaran. Pada permukaan yang semestinya halus, kini terbentuk
cacat lokal yang disebut “undakan sesar“ (slip step) dan merupakan bagian pada
bahan yang paling rentan terhadap korosi.

Paduan – paduan yang bergantung pda selaput – selaput tipis oksida atau
bahan lain untuk perlindungan terhadap korosi khususnya rentan karena undakan
sesar, meski dalam ukuran mikroskopik, menyingkapkan permukaan logam
sehingga bagian itu sangat anodik dibandingkan permukaan sekelilingnya.

Paduan yang bergantung pada selaput tipis oksida atau bahan lain untuk
perlindungan terhadap korosi khususnya rentan karena undakan sesar, meski
dalam mikroskopik, menyingkapkan permukaan logam sehingga bagian itu sangat
anodik dibandingkan permukaan sekelilingnya.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 31


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

a) Pembentukan undakan sesar pada permukaan logam oleh pergerakan


dislokasi disepanjang bidang sesar aktif akibat tegangan tarik.
b) Undakan sesar pada permukaan logam yang sedang pasif menyingkapkan
daerah–daerah aktif yang dapat memicu korosi sumuran.

Jika logam mampu pasif kembali dengan cepat, maka bahayanya berkurang,
tetapi jika pemasifan membutuhkan waktu cukup lama untuk memungkinkan
korosi pada bagian yang tersingkap sehingga ceruk terbentuk disitu, maka
persyaratan untuk pemicuan SCC telah terpenuhi.

Bahkan pada logam–logam yang tidak mengalami sifat pemasifan,


pembentukan undakan– undakan sesar pada permukaan mendatangkan masalah
korosi karena ketidaksinambungan struktur kristal menimbulkan anoda–anoda
local. Pembentukan ceruk itu penting sekali karena produk korosi yang
membentuk semacam penutup berpori menciptakan sel–sel yang sangat kecil.
Unsur–unsur yang terkonsentrasi dalam sel–sel itu membentuk lingkungan lokal
yang bahkan lebih agresif. Proses difusi yang berlangsung menimbulkan gradien
konsentrasi karena perubahan energy yang terjadi dari proses penguraian pada
bagian logam yang tersingkap secara aktif.

Lingkungan lokal dalam sumuran serta retakan yang sangat asam, dengan pH
hanya 2, merupakan suatu factor yang tidak saja mempercepat proses penguraian,
tetapi jika mendukung bukti keterlibatan hidrogen dalam mekanisme SCC. Ketika
pH jatuh, kecenderungan termodinamika untuk terbentuknya hidrogen semakin
besar bila potensial tetap.Jika potensial tidak tetap, terjadi perbedaan konsentrasi
oksigen menyebabkan suatu polarisasi anodik, yang selanjutnya meningkatkan
kecenderungan pelepasan hidrogen.

Pembentukan ceruk atau sumuran menjadi pelopor peretakan korosi tegangan


dan merupakan fase pemicuan (initiation phase).Pada bentuk korosi ini, aspek
inilah yang paling tidak diramalkan, yang mungkin terjadi dalam beberapa hari,
tetapi juga bisa terjadi dalam beberapa tahun.

2. Penyebaran retakan secara merata atau tahap 2.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 32


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Mekanisme panjalaran retak dalam SCC ada tiga yaitu:

A. Mekanisme melalui lintasan aktif sudah ada sejak semula Dalam mekanisme
ini penjalaran cenderung terjadi disepanjang batas butir yang aktif.
Mekanisme ini pada dasarnya sama seperti pada korosi interganular. Batas–
batas butir mungkin terpolarisasi anodik akibat berbagai alasan metalurgi,
seperti segregasi atau denudasi unsur–unsur pembentuk paduan. Besar sekali
penumpukan dislokasi dapat menghasilkan efek yang sama, walaupun
kemungkinan itu berkurang bila SCC terjadi pada tingkat tegangan rendah,
karena peran tegangan tarik disitu mungkin sekedar membuat retakan tetap
terbuka sehingga elektrolit dapat masuk kebagian ujungnya mekanisme ini
dapat di anggap dominan bila SCC diatur oleh aspek - aspek elektro kimia
atau metalurgi, alih - alih oleh tegangan.
B. Mekanisme melalui lintasan aktif akibat regangan Berlawanan dengan kasus
peretakan yang didominasi oleh pengaruh korosi, dengan regangan sebagai
unsur pengendali jika penjalaran retak akibat penguraian terjadi, maka laju
pertumbuhan diujung retakan tempat penguraian anodik berlangsung harus
paling besar dibanding bagian sisi retakan yang telah terpasifkan berhubungan
dengan lingkungan lebih lama. Mekanisme ini dengan demikian erat sekali
kaitannya dengan perilaku aktif–pasif yang pada giliranya mempunyai
hubungan kuat dengan sifat elektrokimia.

Laju penjalaran retak ditentukan oleh tiga kriteria:

1. Laju pecahnya selaput, ini ditentukan oleh laju regangan yang dilami atau
dalam kasus pembebanan static oleh laju creep.
2. Laju penggantian atau pembuangan larutan dinding diujung retakan, proses
yang dikendalikan oleh difusi ini juga ditentukan oleh kemudahan masuknya
unsur-unsur agresif ke bagian ujung retakan.
3. Laju pemasifan, ini merupakan persyaratan yang vital, karena jika pemasifan
kembali sangat lambat, penguraian logam secara berlebihan dapat terjadi baik
di ujung maupun di sisi-sisi retakan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 33


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Bila demikian, retak akan menjadi cukup lebar dan ujungnya tumpul dan
akibatnya pertumbuhan retak tertahan. Jadi pada paduan yang pemasifanya buruk,
korosi yang diharapkan terjadi adalah korosi biasa, bukan peretakan. Kebalikanya,
pemasifan yang sangat cepat akan menyebabkan laju penjalaran yang lambat, dan
karena itu laju pesifan kembali yang sedang ialah yang paling besar daya
rusaknya.

C. Mekanisme yang menyangkut absorpsi

Mekanisme yang menyangkut absorpsi mengandung arti bahwa unsur-unsur


aktif dalam elektrolit menurunkan intregritas mekanik bagian ujung retakan, jadi
memudahkan putusnya ikatanikatan pada tingakat energi jauh lebih rendah dari
semestinya. Dalam salah satu mekanisme jenis ini, ionion agresif yang spesifik
untuk setiap kasus diperkirakan mengurangi kekuatan ikatan antara atomatom
logam diujung retakan akibat proses absopsi dan ini menyebabkan terbentuknya
ikatan-ikatan atara logam dan unsur-unsur agresif.

Energi yang digunakan mengikat unsur agresif dengan atom-atom logam


mengurangi energi ikatan logam denagan logam sehingga pemusatan secara
mekanik mudah terjadi. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa ion
spesifik yang dalam keadaan normal tidak relatif terhadap logam menjadi lebih
reaktif karena menikngkatnya energi termodinamik diantara ikatan logam-logam
akibat tegangan tarik.

Unsur-unsur agresif diadsorbsi pada ujung retakan dan menyebabkan


berkurangnya kekuatan ikatan antar logam.

a) Pemisahan logam oleh diadsorbsi hidrogen di daerah yang melebar secara


lokal tepat di depan ujung retakan.
b) Gas hidrogen terbentuk di daerah yang melebar lokal atau disepanjang bidang
sesar. Tekanan gas itu membantu putusnya ikatan-ikatan antar logam.
c) Pembentukan hibidra logam menyebabkan berkurangnya kekuatan antar
logam dan perapuhan di daerah tepat di depan ujung retakan. Mekanisme
mengenai adsorbsi yang kedua didasarkan pada pembentukan atom-atom
hidrogen akibat reduksi ion-ion hidrogen dalam retakan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 34


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Atomatom hidrogen yang terbentuk di adsorbsi oleh logam, dan ini


diperkirakan menyebabkan pelemahan atau perapuhan ikatan logam-logam yang
terletak tepat dibawah permukaan pada ujung retakan.

Kemungkinan ketiga adalah gas hidrogen yang terbebtuk sedikit sekali,


kecenderungan termodinamik untuk terjadnya hal ini besar sekali,.Hal ini telah
dibuktikan bahwa atom-atom hidrogen dapat meresap kedalam baja, tetapi segera
membentuk gas hidrogen dalam rongga-rongga.Dalam bentuk molekul, hidrogen
tidak dapat terdefusi melalui kisi-kisi logam sehingga tekanan didalam rongga-
rongga meningkat.Apabila waktu sudah cukup, tekanan yang semakin tinggi dapat
membuat seluruh bahan melepuh dan pecah-pecah.

Setiap peningkatan tekanan disebabkan oleh gas hidrogen dibagian


tertentu yang terus berkembang akan memperbesar tegangan tarik yang sudah ada,
karena itu membantu penjalaran retak. Dalam pola pemikiran sekarang perapuhan
oleh mekanisme absorpsi dianggap lebih mungkin terjadi danding perapuhan oleh
karena hidrostatik akibat pembentukan gas hidrogen.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 35


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

3.3 Metodologi Praktikum

3.3.1 Skema Proses

Gambar 3.4 Skema proses pengujian jominy


Siapkan Alat dan Bahan

Pengamplasan Spesimen

Timbang dan Ukur Spesimen

Bersihkan Spesimen

Pasangkan specimen pada sel uji

Masukkan larutan ke sel uji

Tambahkan beban pada mesin uji

Kalibrasikan dial gauge

Ukur pH larutan dan potensial

catat pertambahan panjang spesimen

Bersihkan, timbang dan ukur spesimen

Analisa dan pembahasan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 36


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

3.3.2 Penjelasan Skema Proses

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan


praktikum ini
2. Bersihkan permukaan specimen uji secara mekanik menggunakan
amplas
3. Timbang dan ukur dimensi specimen uji
4. Bersihkan specimen uji menggunakan aqua dm
5. Pasangkan specimen pada sel uji
6. Masukkan larutan yang telah disiapkan kedalam sel uji
7. Tambahkan beban pada mesin uji
8. Kalibrasikan dial gauge pada angka nol
9. Ukur pH larutan dan potensial
10. Amati dan catat pertambahan panjang specimen setiap 2 jam
11. Bersihkan lalu timbang dan ukur specimen setelah percobaan selesai
12. Analisa dan pembahasan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 37


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

3.3.3 Gambar Proses

PENGAMPELASAN SPESIMEN TIMBANG SPESIMEN

BERSIHKAN SPESIMEN UKUR DIMENSI SPESIMEN


DENGAN AQUA DM DAN
KERINGKAN

MASUKKAN LARUTAN PADA


PASANGKAN SPESIMEN PADA
SEL UJI
SEL UJI

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 38


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

TAMBAHKAN BEBAN POSISIKAN DIAL GAUGE


DALAM ANGKA NOL

NOTE
NOTE

CATAT PULA PERTAMBAHAN UKUR pH DAN POTENSIAL


PANJANGNYA LARUTAN SETIAP 2 JAM SEKALI

TIMBANG KEMBALI SPESIMEN UKUR KEMBALI DIMENSI


SETELAH DIUJI SPESIMEN SETELAH DIUJI

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 39


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

1. Neraca digital 1 Buah


2. pH meter 1 Buah
3. Potensiometer 1 Buah
4. Alat uji SCC 1 Buah
5. Beban Secukupnya
6. Dial gauge 1 Buah
7. Jangka sorong 1 Buah
8. Tang krus 1 Buah

3.4.2 Bahan

1. Amplas Secukupnya
2. Specimen baja ST37 1 Buah
3. NaCl 3,5% Secukupnya
4. Aqua dm Secukupnya
5. Alcohol Secukupnya

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.5.1 Pengumpulan Data

SCC

Awal Akhir
Tanggal
02/12/2018 27/12/2018

Panjang p (mm) 180 185

l tercelup (mm) 26,26 26,35


Lebar
l tidak tercelup (mm) 26,26 27,11
t tercelup (mm) 0,88 0,95
Tebal
t tidak tercelup (mm) 0,88 1,19
A tercelup (mm2) 9.816,62 10.151,06
Luas
A tidak tercelup (mm2) 9.816,62 10,531,82
Tebal (mm) 0,88 0,69
Gauge length
Lebar (mm) 11,93 10,72

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 40


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Data pengamatan pH, Potensial dan Perpanjangan


Total
Potensial Perpanjangan
Tanggal Waktu pH Perpanjangan
(V) (mm)
(mm)
2/12/2018 22.00 8,49 -0,4256 0,1 0,1
00.00 8,85 -0,619 0,2 0,1
02.00 9,06 -0,3962 0,3 0,1
04.00 9,27 -0,68 0,4 0,1
06.00 9,40 -0,6721 0,5 0
08.00 9,43 -0,6767 0,5 0,01
10.00 9,43 -0,6827 0,51 0,27
3/12/2018
12.00 7,87 -0,6391 0,78 0,18
14.00 7,74 -0,708 0,96 0,04
16.00 7,80 -0,696 1,03 0,04
18.00 7,97 -05524 1,07 0,13
20.00 8,00 -0,7181 1,20 0,13
22.00 8,02 -0,7241 1,33 0,14
00.00 9,64 -0,6927 1,47 0,43
02.00 9,61 -0,7289 1,90 0,35
04.00 9,61 -0,7363 2,25 0,8
06.00 7,97 -0,697 2,33 0
08.00 8,00 -0,5003 2,33 0
10.00 7,99 -0,7457 2,33 0,01
4/12/2018
12.00 8,15 -0,7420 2,34 0
14.00 7,90 -07534 2,34 0
16.00 7,90 -0,7515 2,34 0,34
18.00 7,95 -0,753 2,68 0,66
20.00 7,72 -0,796 3,34 0
22.00 7,87 -0,749 3,34 0
00.00 7,88 -0,743 3,34 0
02.00 7,95 -0,747 3,34 0,03
04.00 7,95 -0,7411 3,37 0
06.00 7,97 -0,7551 3,37 0
08.00 7,98 -0,7631 3,37 0,005
10.00 7,96 -0,7679 3,375 0
5/12/2018
12.00 7,97 -0,7739 3,375 0
14.00 7,96 -0,7721 3,375 0,001
16.00 7,95 -0,7422 3,376 0,38
18.00 7,88 -0,7693 3,756 0
20.00 7,87 -0,7608 3,756 0,46
22.00 7,93 -0,695 4,216 0,094
6/12/2018 00.00 7,94 -0,673 4,31 0,27
02.00 7,98 -0,738 4,58 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 41


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

04.00 7,42 -0,759 4,58 0


06.00 7,81 -0,7719 4,58 0
08.00 7,89 -0,7711 4,58 0
10.00 7,88 -0,761 4,58 0
12.00 7,63 -0,760 4,58 0,57
14.00 7,53 -0,7737 5,15 0,43
16.00 7,59 -0,767 5,58 0
18.00 7,78 -0,7416 5,58 0
20.00 7,64 -0,7739 5,58 0
22.00 7,82 -0.78 5.58 0,01
00.00 7.84 -0.78 5.59 0
02.00 7.83 -0.7766 5.59 0
04.00 7.88 -0.7763 5.59 0
06.00 7.94 -0.7744 5.59 0
08.00 7.85 -0.7786 5.59 0
10.00 7.88 -0.7835 5.59 0
7/12/2018
12.00 7.97 -0.7856 5.59 0
14.00 8.0 -0.769 5.59 0
16.00 7.94 -0.7841 5.59 0
18.00 7.98 -0.781 5.59 0
20.00 7.89 -0.780 5.59 0
22.00 7.78 -0.7658 5.59 0
00.00 7.76 -0.7872 5.59 0
02.00 7.72 -0.78 5.59 0
04.00 7.75 -0.7359 5.59 0
06.00 7.98 -0.7544 5.59 0
08.00 7.98 -0.777 5.59 0
10.00 7.98 -0.7538 5.59 0
8/12/2018
12.00 8.0 -0.775 5.59 0
14.00 7,79 -0,7872 5,59 0
16.00 7,72 -0,7800 5,59 0
18.00 7,75 -0,7559 5,59 0
20.00 7,98 -0,7544 5,59 0
22.00 7,98 -0,7770 5,59 0
00.00 7,98 -0,7538 5,59 0
9/12/2018 20.00 7,86 -0,5834 5,59 0
22.00 7,98 -0,7707 5,59 0
10/12/2018 00.00 8,00 -0,7568 5,59 0
02.00 7,88 -0,5966 5,59 0
04.00 7,99 -0,5177 5,59 0
06.00 7,92 -0,7626 5,59 0
08.00 7,98 -0,7776 5,59 0
10.00 7,96 -0,7343 5,59 0
12.00 7,95 -0,4080 5,59 0,06
14.00 7,98 -0,3699 5,65 0,03
16.00 8,01 -0,7611 5,68 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 42


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

18.00 8,00 -0,4337 5,68 0


20.00 7,98 -0,4315 5,68 0
22.00 7,97 -0,3465 5,68 0
00.00 7,97 -0,3594 5,68 0
02.00 7,95 -0,3985 5,68 0
04.00 7,96 -0,4866 5,68 0
06.00 7,96 -0,4435 5,68 0
08.00 7,92 -0,4006 5,68 0
10.00 7,91 -0,7824 5,68 0
11/12/2018
12.00 7,95 -0,7840 5,68 0
14.00 7.70 -0,5585 5,68 0
16.00 7,78 -0,5058 5,68 0
18.00 7,85 -0,6008 5,68 0
20.00 7,87 -0,5523 5,68 0
22.00 7,77 -0,7820 5,68 0
00.00 7,86 -0.7804 5,68 0
02.00 7,93 -0,7823 5,68 0
04.00 7,87 -0,7802 5,68 0
06.00 7,85 -0,7821 5,68 0
08.00 7,88 -0,7770 5,68 0
10.00 7,89 -0,6003 5,68 0
12/12/2018
12.00 7,93 -0,4258 5,68 0
14.00 7,94 -0,7792 5,68 0
16.00 7,96 -0,3886 5,68 0
18.00 7,97 -0,4421 5,68 0
20.00 7,97 -0,4228 5,68 0
22.00 7,86 -0,4216 5,68 0
00.00 7,77 -0,4846 5,68 0
02.00 7,87 -0.4416 error Error
04.00 7,82 -0,4392 error Error
06.00 7,89 -0,7669 error Error
08.00 7,81 -0,7824 error Error
10.00 7,79 -0,7735 error Error
13/12/2018
12.00 7,81 -0,4171 error Error
14.00 7,66 -0,4688 error Error
16.00 7,77 -0,4193 error Error
18.00 7,94 -0,7280 error Error
20.00 7,91 -0,7846 error Error
22.00 7,95 -0,7183 error Error
14/12/2018 00.00 7,96 -0,7610 error Error
02.00 8,04 -0,6086 error Error
04.00 8,01 -0,6536 error Error
06.00 7,90 -0,3735 error Error
08.00 4,50 -0,6459 0 0
09.00 4,50 -0,5953 0 0
10.00 4,46 -0,3381 0 0,79

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 43


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

11.00 4,39 -0,2979 0,79 0


12.00 4,40 -0,3130 0,79 0
16.00 4,41 -0,3051 1,84 0
17.00 4,34 -0,3518 1,84 0
18.00 4,40 -0,3085 1,84 0
19.00 4,38 -0,3001 1,84 0
20.00 4,36 -0,3206 1,84 0
21.00 4,49 - 0,3224 1,84 0
22.00 4,55 - 0,3400 1,84 0
23.00 4,59 - 0,3191 1,84 0
00.00 4,41 - 0,3142 1,84 0
01.00 4,36 - 0,330 1,84 0
02.00 4,46 - 0,328 1,84 0
03.00 4,38 - 0,575 1,84 0
04.00 4,49 - 0,624 1,84 0
05.00 4,45 - 0,624 1,84 1,48
06.00 4,36 - 0,464 3,32 0
07.00 4,35 - 0,296 3,32 0
08.00 4,31 - 0,286 3,32 0
09.00 4,32 - 0,661 3,32 0
10.00 4,36 - 0,318 3,32 0
11.00 4,32 - 0,318 3,32 0
15/12/2018
12.00 4,36 - 0,627 3,32 0
13.00 4,30 - 0,322 3,32 0
14.00 4,34 - 0,3415 3,32 0
15.00 4,38 - 0,305 3,32 0
16.00 4,30 - 0,332 3,32 0
17.00 4,30 - 0,6477 3,32 0
18.00 4,38 - 0,6743 3,32 0
19.00 4,40 - 0,6247 3,32 0
20.00 4,40 - 0,659 3,32 0
21.00 4,10 - 0,661 3,32 0
22.00 4,32 - 0,653 3,32 0
23.00 4,37 - 0,651 3,32 0
00.00 4,40 - 0,654 3,32 0
01.00 4,43 - 0,655 3,32 0
02.00 4,44 - 0,649 3,32 0
03.00 4,42 - 0,656 3,32 0
04.00 4,47 - 0,656 3,32 0
05.00 4,48 - 0,657 3,32 0
16/12/2018
06.00 4,50 - 0,659 3,32 0
07.00 4,49 - 0,659 3,32 0
08.00 4,51 - 0,658 3,32 1,26
21.00 4,50 - 0,657 4,58 0
22.00 4,51 - 0,659 4,58 0
23.00 4,45 - 0,664 4,58 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 44


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

00.00 4,40 - 0,3188 4,58 0


01.00 4,20 - 0,6434 4,58 0
02.00 4,62 - 0,6518 4,58 0
03.00 4,47 - 0,654 4,58 0
04.00 4,45 - 0,6785 4,58 0
05.00 4,44 - 0,3398 4,58 0
06.00 4,47 - 0,3029 4,58 0,22
07.00 4,43 - 0,3394 4,80 0
08.00 4,40 - 0,3429 4,80 0
09.00 4,39 - 0,5923 4,80 0,05
10.00 4,40 - 0,6414 4,85 0
11.00 4,43 - 0,6402 4,85 0
17/12/2018
12.00 4,40 - 0,6742 4,85 0,08
13.00 3,06 - 0,673 4,93 0
14.00 3,03 - 0,6769 4,93 0
15.00 2,99 - 0,6705 4,93 0
16.00 2,98 - 0,6619 4,93 0,015
17.00 2,99 - 0,6607 4,945 0
18.00 3,00 - 0,6593 4,945 0
19.00 2,99 - 0,3325 4,945 0
20.00 3,01 - 0,3562 4,945 0,065
21.00 3,15 - 0,3333 5,01 0,90
22.00 3,7 - 0,6184 5,1 0
23.00 3,3 - 0,6192 5,1 0
18/12/2018 00.00 3,5 - 0,6191 5,1 0
01.00 3,15 - 0,6753 5,1 0
02.00 3,35 - 0,3267 5,1 0,39
03.00 3,28 -0,0603 5,49 0
04.00 3,15 -0,6704 5,49 0
05.00 3,54 -0,3502 5,49 0,1
06.00 3,32 -0,3301 5,50 0
07.00 3,14 -0,6633 5,50 0
08.00 3,15 -0,3322 5,50 0
09.00 3,16 -0,3457 5,50 0
10.00 3,52 -0,3173 5,50 0
11.00 3,40 -0,33 5,50 0
12.00 3,28 -0,6610 5,50 0
13.00 3,20 -0,3270 5,50 0
14.00 3,15 -0,3543 5,50 0
15.00 3,25 -0,3437 5,50 0
16.00 4,45 -0,3157 5,50 0
17.00 4,48 -0,6491 5,50 0
18.00 4,47 -0,6656 5,50 0
19.00 4,47 -0,6793 5,50 0
20.00 4,49 -0,6841 5,50 0
21.00 4,50 -0,657 5,50 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 45


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

22.00 4,50 -0,6646 5,50 0


23.00 4,50 -0,6776 5,50 0
00.00 4,50 -0,6748 5,50 0
01.00 4,50 -0,2945 5,50 0
02.00 4,54 -0,2466 5,50 0
03.00 4,54 -0,2459 5,50 0
04.00 4,54 -0,258 5,50 0
05.00 4,52 -0,6842 5,50 0
06.00 4,50 -0,6643 5,50 0
07.00 4,53 -0,7801 5,50 0
08.00 4,61 -0,6951 5,50 0
09.00 4,54 -0,6896 5,50 0
10.00 4,49 -0,1779 5,50 0
11.00 4,50 -0,5069 5,50 0
19/12/2018
12.00 4,49 -0,4141 5,50 0
13.00 4,49 -0,611 5,50 0
14.00 4,49 -0,3471 5,50 0
15.00 4,52 -0,695 5,50 0
16.00 4,50 -0,659 5,50 0
17.00 4,50 -0,691 5,50 0
18.00 4,51 -0,6716 5,50 0
19.00 4,52 -0,6684 5,50 0
20.00 4,53 -0,6797 5,50 0
21.00 4,54 -0,6313 5,50 0
22.00 4,09 -0,585 5,50 0
23.00 5,56 -0,6181 5,50 0
20/12/2018 00.00 4,55 -0,6693 5,50 0,01
01.00 4,70 -0,6687 5,51 0
02.00 4,67 -0,6628 5,51 0,01
03.00 4,61 -0,6788 5,52 0
04.00 4,57 -0,6392 5,52 0
05.00 4,62 -0,6935 5,52 0
06.00 4,01 -0,6943 5,52 0
07.00 4,57 -0,6352 5,52 0
08.00 4,62 -0,6982 5,52 0
09.00 4,65 -0,6218 5,52 0
10.00 4,63 -0,6358 5,52 0
11.00 4,57 - 0,6358 5,52 0
12.00 4,44 - 0,6293 5,52 0
13.00 4,67 - 0,6092 5,52 0
14.00 4,63 - 0,6511 5,52 0
15.00 4,74 - 0,6411 5,52 0
16.00 4,44 - 0,6192 5,52 0
17.00 4,59 - 0,6393 5,52 0
18.00 4,68 - 0,2102 5,52 0
19.00 4,60 - 0,2207 5,52 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 46


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

20.00 4,60 - 0,2240 5,52 0


21.00 4,56 - 0,2145 5,52 0
22.00 4,59 - 0,2759 5,52 0
23.00 4,60 - 0,6888 5,52 0
00.00 4,59 - 0,6185 5,52 0
01.00 4,63 - 0,6578 5,52 0
02.00 4,67 - 0,668 5,52 0
03.00 4,62 - 0,3039 5,52 0
04.00 4,64 - 0,3135 5,52 0
05.00 4,61 0,6582 5,52 0
06.00 4,63 - 0,6788 5,52 0
07.00 4,66 - 0,6477 5,52 0
21/12/2018
08.00 4,60 - 0,7007 5,52 0
09.00 4,65 - 0,5309 5,52 0
10.00 4,63 - 0,3849 5,52 0
11.00 4,64 - 0,6783 5,52 0
12.00 4,66 - 0,3584 5,52 0
13.00 4,64 - 0,3362 5,52 0
14.00 4,64 - 0,3830 5,52 0
15.00 4,64 - 0,2632 5,52 0

3.5.2 Pengolahan Data

1. Perhitungan
a. Luas Penampang Awal
Diketahui :
Li = 26,26 mm
Ti = 0,88 mm
Ditanya : A0 = ?
Dijawab :

Ai = li x ti

= 26,26 mm x 0,88 mm
= 23,1088 mm2

b. Luas Penampang Akhir


Diketahui :
Lf = 27,11 mm
Tf = 1,19 mm
Ditanya : Af = ?

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 47


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Dijawab :

Af = Lf x Tf

= 27,11 mm x 1,19 mm

= 33,0463 mm2

c. Perhitungan beban
Diketahui :
σuts = 37 N/mm2
Ai = 23,1088 mm2
Ditanya : F = ?
Dijawab :
F = σuts x A
= 37 N/mm2 x 23,1088 mm2
= 855,0256 N
d. Saftey factor
Diketahui :
F = 855,0256 N
Ditanya : SF = ?
Dijawab :
SF = F x 0,75
= 855,0256 N x 0,75
= 641,2692 N
e. Regangan
Diketahui :
Panjang awal (li) = 180 mm
Panjang akhir (lf) = 185mm
Ditanya : e = ?
Dijawab :

∆l
e=
l0

l f −l i 185−180
e= =
i 180

e=¿ 0,0277 %

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 48


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

f. Modulus elastisitas
Diketahui :
σuts = 37 N/mm2
e = 0,0277 % = 0,000277
Ditanya : E = ?
Dijawab :

N
37
σ mm2
E= =
e 0,000277

E = 133574,0072 N/mm2

2. Konversi reference electrode ke hydrogen


A. Data pengamatan awal.
a. 5/12/2018 (06.00 WIB) (pH = 7.97) :
E = -7,354 – 0.197 = -7,551 V
b. 5/12/2018 (08.00 WIB) (pH = 7,98) :
E = -0.5661 – 0.197 = -0,7631 V
c. 5/12/2018 (10.00 WIB) (pH = 7,96) :
E =-0.5709 – 0.197 = -0.7679
d. Rata-rata potensial data pengamatan awal
E rata2 =(-0,7551) + (-0.7631) + (-0.7679) : 3 = -0,7620 V
e. Rata-rata pH data pengamatan awal
pH rata2 = (7.97 + 7,98 + 7,96) : 3 = 7.97
B. Data pengamatan tengah.
a. 17/12/2018 (12.00 WIB) (pH = 4.40)
E= -0,4772 – 0,197 = - 0,6742 V
b. 17/12/2018 (13.00 WIB) (pH = 3.06)
E= -0,476 – 0,197 = - 0,673 V
c. 17/12/2018 (14.00 WIB) (pH = 3.03)
E= -0,4799 – 0,197 = - 0.6769 V
d. Rata-rata potensial data pengamatan tengah
E rata2 = (- 0,6742)+ (-0,673)+ (- 0.6769) : 3 = - 0.3240 V
e. Rata-rata pH data pengamatan tengah
pH rata2 = (4,40 + 3,06 + 3,03) : 3 = 3,49

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 49


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

C. Data pengamatan akhir.


a. 21/12/2018 (07.00 WIB) (pH = 4,66)
E= -0,4507 – 0.197 = -0,6477
b. 21/12/2018 (08.00 WIB) (pH = 4.60)
E= -0,5037 – 0.197 = - 0,7007
c. 21/12/2018 (09.00 WIB) (pH = 4.65) :
E= -0,3339 – 0.197 = -0,5309
d. Rata-rata data pengamatan akhir
E rata2 = (-0,6477)+(-0,7007)+(-0,5309) : 3 = - 0,6264 V
e. Rata-rata pH data pengamatan akhir
pH rata2 = (4,66 + 4,60 + 4,65) : 3 = 4,63

E. Diagram Pourbaix

a. Erata2 Awal = - 0.7620 V


pHrata2 Awal = 7.97
b. Erata2 Tengah = -0,3240 V
2
pH rata Tengah = 3,49
c. Erata2 Akhir = -0,6264 V
pHrata2 Akhir = 4,63

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 50


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

Keterangan

1. kuning : Pengamatan awal


2. hijau : Pengamatan tengah
3. Ungu : Pengamatan akhir

3. Persamaan Reaksi
1. Pembuatan Larutan NaCl 3,5%
NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq)

3.6 Analisa dan Pembahasan

Pada praktikum stress cracking corrosion(scc) spesimen yang digunakan


adalah baja ST37 karena selain murah baja ini mudah untuk terkorosi dan cocok
untuk digunakan pada praktikum scc ini. Awal mula sebelum dilakukan pengujian
adalah pengecekan ukuran dan dimensi pada spesimen bertujuan untuk
mengetahui pertambahan panjang pada spesimen setelah proses pengujian lalu
dilakukan pengamplasan pada spesimen agar pengotor seperti kotoran plat dan
debu-debu menghilang dan dibersihkan secara kimiawi. Setelah di bersihkan
spesimen disemprotkan menggunakan alcohol, fungsi alcohol adalah menghambat
laju korosi. Terjadi korosi pada spesimen saat pengujian dan pada saat di plotkan
pada diagram menunjukan daerah korosif yaitu pada awal pengamatan 5
november pukul 6, 8, 10. rata-rata potensial data pengamatan awal -0,7620 V dan rata-
rata pH data pengamatan awal 7,97 yang berarti berada di daerah korosi kaerna
potensialnya di atas daerah imunity. rata-rata potensial data pengamatan tengah -0,3240

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 51


BAB III KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)
Grup 6

V dan rata-rata pH data pengamatan tengah 3,49 yang berarti berada di daerah korosi
kaerna potensialnya di atas daerah imunity namun tingkat korosi pada pengamatan tengah
lebih tinggi dari pengamatan awal karena pada plot diagram tingkat pengamatan tengah
lebih tinggi. rata-rata potensial data pengamatan akhir -0,6246 V dan rata-rata pH data
pengamatan akhir 4,63 yang berarti berada di daerah korosi kaerna potensialnya di atas
daerah imunity. Pada saat pengujian larutan sering diganti karena larutan berubah warna
menjadi kuning ke orange-orange an ini dikarenakan larutan berkontraksi langsung
dengan korosi yang membuat larutan berubah warna. Stress cracking corrosion bias di
cegah menggunakan inhibitor, catodic protection, spesimen dipadu dengan logam lain.

3.7 Kesimpulan dan Saran

3.7.1 Kesimpulan

1. Rata-rata potensial data pengamatan awal


E rata2 =(-0,7551) + (-0.7631) + (-0.7679) : 3 = -0,7620 V
2. Rata-rata pH data pengamatan awal
pH rata2 = (7.97 + 7,98 + 7,96) : 3 = 7.97
3. Rata-rata potensial data pengamatan tengah
E rata2 = (- 0,6742)+ (-0,673)+ (- 0.6769) : 3 = - 0.3240 V
4. Rata-rata pH data pengamatan tengah
pH rata2 = (4,40 + 3,06 + 3,03) : 3 = 3,49
5. Rata-rata data pengamatan akhir
E rata2 = (-0,6477)+(-0,7007)+(-0,5309) : 3 = - 0,6264 V
6. Rata-rata pH data pengamatan akhir
pH rata2 = (4,66 + 4,60 + 4,65) : 3 = 4,63

3.7.2 Saran

1. Jaga kebersihan lab


2. Pada saat mengecek scc dilarang merokok dan membuang sampah
sembarangan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 52

Anda mungkin juga menyukai