Anda di halaman 1dari 35

BAB II

PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI


2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengaruh berbagai larutan terhadap korosi ini
yaitu:
1. Mengetahui cara pengukuran potensial korosi dalam berbagai larutan
(lingkungan).
2. Mengetahui dan memahami penggunaan diagram Pourbaix (diagram
potensial – pH) dalam proses korosi.
3. Mengetahui pengaruh berbagai larutan terhadap laju korosi.
4. Mengetahui cara pengukuran pH dalam berbagai larutan (lingkungan).
5. Mengamati kondisi larutan.

2.2 Teori Dasar


Menurut ASTM standard G15-93, korosi merupakan suatu reaksi
kimia atau elektrokimia antara material, biasanya atau umumnya logam
dengan lingkuannya yangg menciptakan sifat-sifat materialnya mengalami
degradasi atau penurunan.
Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan
mengukur kehilangan atau kekurangan berat akibat korosi yang terjadi.
Metode ini menggunakan jangka waktu penelitian (pengamatan) atau
pengkorosian sampat mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
digunakan rumus sebagai berikut,
534 x W
MPY =
⍴ x A xT

Dimana, W = Kehilangan berat (mg)


gr
⍴ = Densitas logam (
Cm3
A = Luas penampang (Inch2)
T = Waktu (Jam)

Metode ini umumnya memerlukan waktu yang lama namun dapat


dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (daat diketahui

10
BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

seberapa korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi awal untuk
perlakuan (treatment) yang harus diterapkan pada daerah dan kondisi tempat
objek tersebut.
Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang
merupakan proses alamiah bahwa semuanya akan kembali ke sifat asalnya.
Namun demikian pengendalian dan pencegahan korosi harus tetap dilakukan
secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan dari segi keamanan
merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja.
Pengendalian korosi harus dimulai dari suatu perencanaan, pengumpula data
lingkuan, proses, peralatan dan bahan yang dipakai serta pemeliharaan yang
akan diterapkan.
Diagram Pourbaix adalah diagram yang memperlihatkan kondisi-
kondisi dimana logam akan memiliki kecenderungan pada suatu sifat,
diantaranya akan terkorosi, mengalami kekebalan, atau mengalami pasifasi
dalam larutan berpelarut air. Ditemukan oleh Marcel Pourbaix yang
berkebangsaan belgia pada tahun 1930. Diagram Pourbaix banyak digunakan
dalam banyak bidang, seperti korosi, teknik lingkungan dan geokimia, dan
lain-lain. Diagaram Pourbaix dikenal juga dengan nama diagram potensial –
pH.

Gambar 2.1 Diagram Pourbaix

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 11


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Sementara itu Galvanic Corrosion (korosi galvanik) adalah jenis


korosi yang terjadi ketika dua buah logam atau lebih yang berbeda, saling
kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit dapat
berupa larutan air garam, asam atau basa.
Larutan adalah campuran homogen dan konsentrasi sama. Nama
larutan ditentukan oleh zat terlarut yang dominan dan air merupakan pelarut
yang umum digunakan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent. Larutan
merupakan cairan yang mengandung dua atau lebih zat kimia yang terlarut.

Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam


konsentrasi larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan pelarutan atau
solvasi. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu:

1. Persen massa
Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
w persen be rat gram zat terlarut
% = =
w berat 100 gr larutan
2. Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat dalam 100 liter larutan
v persen volume mol zat terlarut
% = =
v volume 100 ml larutan
3. Molaritas
Menyatakan banyak mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
gram 1000
M= x
Mr volume larutan
4. Molalitas
Menyatakan jumlah mol zat berbanding terbalik dengan kg
pelarut
gram 1000
m= x
Mr gr pelarut
5. Normalitas

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 12


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Menyatakan banyaknya ekuivalen zat terlarut per 1 liter


larutan
gram 1000
N= x
ekuivalen ml larutan
6. Fraksi Mol
Menyatakan banyaknya partikel zat terlarut yang tercampur
dengan partikel pelarut yang banyaknya diketahui.

DIN standard dikembangan oleh Deutsches Institut Fur Normung


(DIN) di negara jerman. Baja-baja struktural DIN ditandai dengan
kode/nomor seperti ST 37, ST 42, ST 44, ST 50, dan lain-lain. Penomoran
tersebut tentu saja memiliki makna yang menunjukkan spesifikasi dari baja
struktural. Penomoran secara umum dimaksudkan untuk memudahkan
penamaan baja atau material sesuai komposisi, spesifikasi, atau sifat baja.
Dimana untuk baja ST 37, ST memiliki makna baja (dalam bahasa Jerman:
stahl; dalam bahasa Inggris: steel), 37 memiliki makna kekuatan tarik sebesar
37 kg/mm2 atau sekitar 360-370 N/mm 2. Sehingga ST menunjukkan baja
struktural, sedangkan dua digit di belakang menunjukkan kekuatan tarik
dalam kg/mm2. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ST 37 merupakan
baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2. Material baja ST 37
merupakan salah satu material yang banyak digunakan, selain itu material
baja ST 37 merupakan baja karbon rendah dengan 0,17% karbon.

Amplas adalah sejenis alat kerja yang terbuat dari kertas atau kain
yang telah ditambahkan dengan bahan yang kasar seperti butiran pasir
sehingga kadang-kadang disebut juga dengan kertas pasir. Amplas berfungsi
untuk membuat permukaan benda yang kasar menjadi lebih halus dengan cara
menggosokkan permukaan kasarnya ke permukaan suatu bahan atau benda.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 13


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses

Persiapan alat dan bahan

Pengampelasan 5 spesimen

Penimbangan dan pengukuran dimensi spesimen serta pengambilan


foto makro

Perhitungan berat NaCl 0,1M, NaOH 0,1M, K2CrO4 0,1M, serta


volume yang diperlukan untuk pengenceran HCl 0,1M

Pembuatan larutan

Pencelupan spesimen

Pengukuran potensial dan pH larutan

Pengamatan setiap 1x24 jam selama 7 hari

Pembersihan dan pengeringan spesimen

Penimbangan dan pengukuran dimensi spesimen serta pengambilan


foto makro

Memplotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix

Perhitungan laju korosi

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 14


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.2 Skema proses pengaruh berbagai larutan terhadap korosi

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengamplas kelima spesimen yang digunakan menggunakan kertas
amplas dengan tingkatan grit yang berurutan dari
60,120,240,360,600,800 hingga 1000 mesh. Sesekali permukaan
spesimen dialiri air. Setelah permukaan spesimen bersih dari pengotor,
keringkan dengan tissue, kemudian ambil foto makro spesimen.
3. Timbang setiap spesimen yang akan digunakan menggunakan neraca
digital serta ukur dimensi dari setiap spesimen yang akan digunakan.
Hasil dari penimbangan serta pengukuran tersebut dicatat untuk
menjadi data awal.
4. Menghitung berat dari masing-masing NaCl 0,1M, NaOH 0,1M,
K2CrO4 0,1M yang dibutuhkan, serta menghitung jumlah volume yang
dibutuhkan untuk mengencerkan HCl 0,1M.
5. Membuat kelima larutan yang dibutuhkan, terdiri dari larutan NaCl
0,1M, NaOH 0,1M, K2CrO4 0,1M, HCl 0,1M, serta Aqua dm.
Pembuatan larutan ini melibatkan neraca digital, kaca arloji, spatula,
batang pengaduk, gelas kimia berukuran 250 mL serta aqua dm dengan
jumlah yang secukupnya.
6. Setelah kelima larutan tersebut telah dibuat, masukkan (celupkan)
masing-masing satu spesimen logam ke dalam setiap larutan. Namun
sebelum penceluan tersebut, masing-masing dari spesimen diikat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 15


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

terlebih dahulu menggunakan kawat tembaga yang sebelumnya telah


diberi kutek pada ujung kawat yang akan kontak pada spesimen, serta
tidak lupa sebelum dicelupkan, spesimen disemprotkan alkohol
terlebih dahulu.
7. Ukur potensial logam dan pH larutan menggunakan potensiometer
sertap pH meter pada setiap spesimen dan larutan.
8. Pengamatan yang dilakukan setiap 1x24 jam selama 7 hari. Selain itu
pengukuan potensial logam dan pH larutan, pengamatan yang
dilakukan juga berupa pengamatan korosi yang terjadi pada spesimen,
warna pada setiap larutan, terdapatnya endapan serta gelembung.
9. Setelah pengamatan telah berjalan selama 7 hari, bersihkan permukaan
dari setiap spesimen menggunakan aqua dm, setelah bersih keringkan
dengan menggunakan tissue.
10. Timbang setiap spesimen serta ukur kembali dimensi dari setiap
spesimen yang telah digunakan, kemudian ambil foto makro spesimen.
11. Masukkan (plotkan) hasil pengamatan yang didapat pada diagram
Pourbaix.
12. Hitung laju korosi yang terjadi menggunakan metode kehilangan berat.
13. Pengambilan analisa serta pembahasan dari rangkaian praktikum.
14. Menarik kesimpulan.

2.3.3 Gambar Proses

Persiapan alat dan bahan

Pengamplasan spesimen

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 16


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Penimbangan serta
pengukuran spesimen

Perhitungan berat

Pembuatan larutan

Pencelupan spesimen

Pengukuran potensial dan pH


larutan. Pengamatan dilakukan
setiap 1x24 jam 7 hari

Selanjutnya sebelumnya ,
pembersihan dan pengeringan
spesimen, yang kemudian
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 17
dilanjutkan dengan penimbangan
dan pengukuran dimensi spesimen
serta pengambilan foto makro
BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Memplotkan hasil pengamatan pada


diagram pourbaix

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Neraca digital 1 buah
2. pH meter 1 buah
3. Potensiometer 1 buah
4. Kaca arloji 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Gelas kimia 250 mL 5 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Botol semprot 1 buah
9. Jangka sorong 1 buah
10. Refferance elektrode (Calomel) 1 buah
11. Gunting atau cutter 1 buah
12. Tang krus 1 buah

2.4.2 Bahan
1. Spesimen plat baja ST 37 5 buah
2. Kawat tembaga Secukupnya
3. Amplas (60,120,240,360,600,800, dan 1000 Mesh) 1 lembar/grit

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 18


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

4. Tissue Secukupnya
5. HCl 0,1M 250 mL
6. NaCl 0,1M 250 mL
7. NaOH 0,1M 250 mL
8. K2CrO4 0,1M 250 mL
9. Aqua dm Secukupnya
10. Kutek Secukupnya
11. Alkohol Secukupnya

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
 Data awal pengujian
Tabel 2.1 data awal pengujian
Larutan Lebar Tebal Luas (mm2) Berat
N Laruta (mm) (mm) (mm)
Po P1 Io I1 to t1 Ao A1 Wo W1 W
O n
(gr) (gr) (mg)
1 NaCl 60,5 60,5 40,1 40,3 1 1,2 5053,3 5118,24 22,64 22,61 30
0,1M
2 HCl 60,8 60,6 40,4 40,3 1 1,2 5115,0 5126,52 21,46 21,17 290
0,1 M 4
3 NaOH 60,5 60,2 40,7 40,2 1, 1,2 5147,3 5085,13 22,05 22,05 0
5 1 4
4 K2CrO4 60,1 60,2 40,8 40,7 1, 1,15 5126,1 5132,35 22,27 22,25 20
1 4
5 Aqua 60,6 60,7 40,2 50,5 1 1,2 5033,0 5159,58 21,36 21,36 0
dm 4

 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan NaCl 0,1M)


Tabel 2.2 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan NaCl 0,1M)
Gambar intensitas
No. Tanggal korosi dalam larutan Potensial pH Pengamatan secara visual

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 19


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Depan Belakang (V)

1 28-11-2016  Tidak ada gelembung


Senin -0,60 7,72  Terdapat endapan
16.35  Warna larutan kuning ke
coklatan
2 29-11-2016  Tidak ada gelembung
Selasa -0,65 7,71  Terdapat endapan
17.00  Warna larutan kuning ke
coklatan
3 30-11-2016  Tidak ada gelembung
Rabu -0,60 7,47  Banyak endapan
15.50  Warna larutan coklat bening
4 1-12-2016  Tidak ada gelembung
Kamis -0,61 7,37  Banyak endapan
16.10  Warna larutan coklat bening
5 2-12-2016  Tidak ada gelembung
Jumat -0,60 7,35  Banyak endapan
17.23  Warna larutan coklat bening
6 3-12-2016  Tidak ada gelembung
Sabtu -0,50 7,44  Banyak endapan
16.32  Warna larutan coklat bening
7 4-12-2016  Tidak ada gelembung
Minggu -0,63 7,11  Banyak endapan
16.34  Warna larutan coklat bening
Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan HCl 0,1M)


Tabel 2.3 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan HCl 0,1M)
Gambar intensitas
No. Tanggal korosi dalam larutan Potensial pH Pengamatan secara visual
Depan Belakang
(V)

1 28-11-2016  Terdapat gelembung


Senin -0,50 4,45  Tidak ada endapan
16.33  Warna larutan bening

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 20


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

2 29-11-2016  Terdapat gelembung


Selasa -0,52 4,50  Tidak ada endapan
17.28  Warna larutan bening
3 30-11-2016  Terdapat gelembung
Rabu -0,30 4,23  Tidak ada endapan
16.30  Warna larutan bening
4 1-12-2016  Terdapat gelembung
Kamis -0,50 4,56  Tidak ada endapan
16.45  Warna larutan bening
5 2-12-2016  Terdapat gelembung
Jumat -0,49 4,61  Tidak ada endapan
17.05  Warna larutan bening
6 3-12-2016  Terdapat gelembung
Sabtu -0,44 4,37  Tidak ada endapan
16.50  Warna larutan bening
7 4-12-2016  Terdapat gelembung
Minggu -0,50 4,60  Tidak ada endapan
16.50  Warna larutan bening
Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan NaOH 0,1M)


Tabel 2.4 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan NaOH 0,1M)
Gambar intensitas
No. Tanggal korosi dalam larutan Potensial pH Pengamatan secara visual
Depan Belakang
(V)

1 28-11-2016  Tidak ada gelembung


Senin -0,30 9,50  Tidak ada endapan
16.18  Warna larutan bening
2 29-11-2016  Tidak ada gelembung
Selasa -0,21 9,62  Sedikit endapan
15.20  Warna larutan bening
3 30-11-2016  Tidak ada gelembung

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 21


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Rabu -0,23 9,67  Sedikit endapan


15.30  Warna larutan bening
4 1-12-2016  Tidak ada gelembung
Kamis -0,17 9,43  Sedikit endapan
16.00  Warna larutan bening
5 2-12-2016  Tidak ada gelembung
Jumat -0,11 9,20  Sedikit endapan
16.05  Warna larutan bening
6 3-12-2016  Tidak ada gelembung
Sabtu -0,07 8,97  Sedikit endapan
17.00  Warna larutan bening
7 4-12-2016  Tidak ada gelembung
Minggu -0,12 8,94  Sedikit endapan
17.18  Warna larutan bening
Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan K2CrO4 0,1M)


Tabel 2.5 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan K2CrO4 0,1M)
Gambar intensitas
No. Tanggal korosi dalam larutan Potensial pH Pengamatan secara visual
Depan Belakang
(V)

1 28-11-2016  Tidak ada gelembung


Senin 0,06 7,93  Terdapat endapan
15.40  Warna larutan kuning
bening
2 29-11-2016  Tidak ada gelembung
Selasa 0,03 7,80  Banyak endapan
15.45  Warna larutan kuning
bening
3 30-11-2016  Tidak ada gelembung
Rabu 0,05 7,57  Banyak endapan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 22


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

16.50  Warna larutan kuning


bening
4 1-12-2016  Tidak ada gelembung
Kamis 0,04 7,66  Banyak endapan
17.03  Warna larutan kuning
bening
5 2-12-2016  Tidak ada gelembung
Jumat 0,01 7,69  Banyak endapan
16.53  Warna larutan kuning
bening
6 3-12-2016  Tidak ada gelembung
Sabtu 0,02 7,66  Banyak endapan
15.48  Warna larutan kuning
bening
7 4-12-2016  Tidak ada gelembung
Minggu 0 7,63  Banyak endapan
16.00  Warna larutan kuning
bening
Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan Aqua dm)


Tabel 2.6 Data pengamatan visual, potensial dan pH (larutan Aqua dm)
Gambar intensitas
No. Tanggal korosi dalam larutan Potensial pH Pengamatan secara visual
Depan Belakang
(V)

1 28-11-2016  Tidak ada gelembung


Senin -0,25 7,45  Sedikit endapan
16.03  Warna larutan kuning keruh
2 29-11-2016  Tidak ada gelembung
Selasa -0,60 7,40  Sedikit endapan
15.30  Warna larutan kuning keruh
3 30-11-2016  Tidak ada gelembung
Rabu -0,50 7,18  Sedikit endapan
16.05  Warna larutan kuning keruh
4 1-12-2016  Tidak ada gelembung

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 23


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Kamis -0,30 7,22  Cukup banyak endapan


16.30  Warna larutan kuning keruh
5 2-12-2016  Tidak ada gelembung
Jumat -0,47 7,23  Cukup banyak endapan
16.20  Warna larutan kuning keruh
6 3-12-2016  Tidak ada gelembung
Sabtu -0,46 7,17  Banyak endapan
17.20  Warna larutan kuning keruh
7 4-12-2016  Tidak ada gelembung
Minggu -0,49 7,24  Banyak endapan
16.20  Warna larutan kuning keruh
Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

2.5.2 Pengolahan Data


 Perhitungan pembuatan larutan
1. NaCl 0,1M
Diketahui : - Ar; Na = 23 gr/mol , Cl = 35,5 gr/mol
- M = 0,1M
- V = 250 mL
Ditanya : Massa (gram)?
Jawab : gr 1000
M= x
Mr V ( mL )

M x Mr x V (mL)
gr=
1000

gr
0,1 M x 58,5 x 250 mL
mol
¿
1000

Massa=1,4625 gram

2. NaOH 0,1M
Diketahui : - Ar; K = 39 gr/mol , Cr= 52 gr/mol , O = 16 gr/mol

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 24


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

- M = 0,1M
- V = 250 mL
Ditanya : Massa (gram)?
Jawab : gr 1000
M= x
Mr V ( mL )

M x Mr x V (mL)
gr=
1000

gr
0,1 M x 40 x 250 mL
mol
¿
1000

Massa=1 gram

3. K2CrO4 0,1M
Diketahui : - Ar; K = 39 gr/mol , Cr = 52 gr/mol , O = 16 gr/mol
- M = 0,1M
- V = 250 mL
Ditanya : Massa (gram)?
Jawab : gr 1000
M= x
Mr V ( mL )

M x Mr x V (mL)
gr=
1000

gr
0,1 M x 194 x 250 mL
mol
¿
1000

Massa=4,85 gram

 Perhitungan pengenceran larutan


1. HCl 37%
Diketahui : - Ar; H = 1 gr/mol , Cl = 35,5 gr/mol M = 0,1M
- % = 37%
- ⍴ HCl = 1,19 gr/Cm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 25


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Ditanya : M?
Jawab : ⍴ x % x 1000
M=
Mr

gr 37
1,19 x( ) x 1000
Cm 2
100
M=
38,5

M =12,063 M

Maka,
Diketahui : M1 = 12,063 M
M2 = 0,1 M
V2 = 250 mL
Ditanya : V1 ?
Jawab : M 1 x V 1=M 2 x V 2

12,063 M x V 1=0,1 M x 250 mL

0,1 x 250 mL
V 1=
12,063

V 1=2,0724

~ 2 mL

 Perhitungan luas permukaaan


1. NaCl 0,1M
A0 =2 ( pxl ) +2 ( lxt )+ 2(lxt)

A0 =2 ( 60,5 x 40,1 ) +2 ( 40,1 x 1 )+ 2(1 x 60,5)

A0 =( 4852,1 ) + ( 80,2 ) +(121)

A0 =5053,3 mm2

A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 60,5 x 40,3 ) +2 ( 40,3 x 1,2 ) +2(1,2 x 60,5)

A1= ( 4876,3 ) + ( 96,72 ) +(145,2)

A1=5118,24 mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 26


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

2. HCl 0,1M
A0 =2 ( pxl ) +2 ( lxt )+ 2(lxt)

A0 =2 ( 60,8 x 40,4 )+2 ( 40,4 x 1 ) +2(1 x 60,8)

A0 =( 4912,64 )+ ( 80,8 ) +(121,6)

A0 =5115,04 mm 2

A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 60,6 x 40,3 ) +2 ( 40,3 x 1,2 ) +2(1,2 x 60,6)

A1= ( 4884,36 ) + ( 96,72 ) +(145,44)

A1=5126,52 mm2

3. NaOH 0,1M
A0 =2 ( pxl ) +2 ( lxt )+ 2(lxt)

A0 =2 ( 60,5 x 40,7 ) +2 ( 40,7 x 1,1 )+2( 1,1 x 60,5)

A0 =( 4924,7 ) + ( 89,54 ) +(133,1)

A0 =5147,34 mm2
A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 60,25 x 40,2 )+ 2 ( 40,2 x 1,2 )+ 2(1,2 x 60,25)

A1= ( 4844,1 ) + ( 96,48 ) +( 144,6)

A1=5085,18 mm 2

4. K2CrO4 0,1M
A0 =2 ( pxl ) +2 ( lxt )+ 2(lxt)

A0 =2 ( 60,1 x 40,8 ) +2 ( 40,8 x 1,1 ) +2(1,1 x 60,1)

A0 =( 4904,16 ) + ( 89,76 )+(132,22)

A0 =5132,35 mm2
A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 60,2 x 40,7 ) +2 ( 40,7 x 1,15 ) +2(1,15 x 60,2)


Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 27
A1= ( 4900,28 ) + ( 93,61 ) +(138,46)

A1=5132,35 mm 2
BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

5. Aqua dm
A0 =2 ( pxl ) +2 ( lxt )+ 2(lxt)

A0 =2 ( 60,1 x 40,8 ) +2 ( 40,8 x 1,1 ) +2(1,1 x 60,1)

A0 =( 4904,16 ) + ( 89,76 )+(132,22)

A0 =5132,35 mm2

A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 60,6 x 40,2 ) +2 ( 40,2 x 1 )+ 2(1 x 60,6)

A1= ( 4872,24 ) + ( 80,4 ) +(121,2)

A1=5159,58 mm 2

 Perhitungan laju korosi setiap spesimen


1. NaCl 0,1M
Diketahui : - W = 30 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A0 = 5053,3 mm2 atau 7,5799 Inch2
- T = 7 hari = 168 Jam
Ditanya : Laju Korosi (LK) ?
Jawab : 534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x (30)
LK=
( 7,8 ) x ( 7,5799 ) x(168)

LK=1,61285 MPY

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 28


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

2. HCl 0,1M
Diketahui : - W = 290 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A0 = 5115,04 mm2 atau 7,6725 Inch2
- T = 7 hari = 168 Jam
Ditanya : Laju Korosi (LK) ?
Jawab :
534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x (290)
LK=
( 7,8 ) x ( 7 , 6725 ) x(168)

LK=15,40275 MPY

3. NaOH 0,1M
Diketahui : - W = 0 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A0 = 5147,34 mm2 atau 7,7210 Inch2
- T = 7 hari = 168 Jam
Ditanya : Laju Korosi (LK) ?
Jawab : 534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x (0)
LK=
( 7,8 ) x ( 7,7210 ) x(168)

LK=0 MPY

4. K2CrO4 0,1M
Diketahui : - W = 20 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A0 = 5126,14 mm2 atau 7,6892 Inch2
- T = 7 hari = 168 Jam

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 29


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Ditanya : Laju Korosi (LK) ?


Jawab : 534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x( 20)
LK=
( 7,8 ) x ( 7,6892 ) x (168)

LK=1,05995 MPY

5. Aqua dm
Diketahui : - W = 20 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A0 = 5126,14 mm2 atau 7,6892 Inch2
- T = 7 hari = 168 Jam
Ditanya : Laju Korosi (LK) ?
Jawab :
534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x( 20)
LK=
( 7,8 ) x ( 7,6892 ) x (168)

LK=1,05995 MPY

 Perhitungan berat spesimen dari berbagai larutan (W)


1. NaCl 0,1M,
W = W0 – W1
W = 22,64 – 22,61
W = 0,03 gr atau 30 mg
2. HCl 0,1M
W = W0 – W1
W = 21,46 – 21,17
W = 0,29 gr atau 290 mg
3. NaOH 0,1M
W = W0 – W1
W = 22,05 – 22,05

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 30


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

W = 0 gr atau 0 mg
4. K2CrO4 0,1M
W = W0 – W1
W = 22,27 – 22,25
W = 0,02 gr atau 20 mg
5. Aqua dm
W = W0 – W1
W = 22,36 – 22,36
W = 0 gr atau 0 mg

 Diagram pourbaix dalam larutan NaCl 0,1M

5 6

7 1
4 2

Gambar 2.3 Diagram Pourbaix dalam Larutan NaCl 0,1M


Keterangan:
1. E = -0,60 V, pH = 7,72 5. E = -0,60 V, pH = 7,35
2. E = -0,65 V, pH = 7,71 6. E = -0,50 V, pH = 7,44
3. E = -0,60 V, pH = 7,47 7. E = -0,63 V, pH = 7,11
4. E = -0,61 V, pH = 7,37

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 31


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

 Diagram pourbaix dalam larutan HCl 0,1M

6
3
1

4 5
7

Gambar 2.4 Diagram Pourbaix dalam Larutan HCl 0,1M


Keterangan:
1. E = -0,50 V, pH = 4,45 5. E = -0,49 V, pH = 4,61
2. E = -0,52 V, pH = 4,50 6. E = -0,44 V, pH = 4,37
7
3. E = -0,30 V, pH = 4,23 7. E = -0,50V,
1 pH = 4,60
4. E = -0,50 V, pH = 4,50
 Diagram pourbaix dalam larutan NaOH 0,1M

6 5
4 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 32


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Gambar 2.5 Diagram Pourbaix dalam Larutan NaOH 0,1M


Keterangan:
5. E = -0,50 V, pH = 9,50 5. E = -0,11 V, pH = 9,20
6. E = -0,21 V, pH = 9,62 6. E = -0,07 V, pH = 8,97
7. E = -0,23 V, pH = 9,67 7. E = -0,12 V, pH = 8,94
8. E = -0,17 V, pH = 9,43

 Diagram pourbaix dalam larutan K2CrO4 0,1M

3 4 6

7
5

Gambar 2.6 Diagram Pourbaix dalam Larutan K2CrO4 0,1M


Keterangan:
1. E = 0,06 V, pH = 7,93 5. E = 0,01 V, pH = 7,69
2. E = 0,03 V, pH = 7,80 6. E = 0,02 V, pH = 7,66
3. E = 0,05 V, pH = 7,57 7. E = 0 V, pH = 7,63
4. E = 0,04 V, pH = 7,66

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 33


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

 Diagram pourbaix dalam larutan Aqua dm

4
6 1

5
7

Gambar 2.7 Diagram Pourbaix dalam Larutan Aqua dm


Keterangan:
1. E = -0,25 V, pH = 7,45 5. E = -0,47 V, pH = 7,23
2. E = -0,60 V, pH = 7,40 6. E = -0,46 V, pH = 7,17
3. E = -0,50 V, pH = 7,18 7. E = -0,49 V, pH = 7,24
4. E = -0,30 V, pH = 7,22

 Persamaan reaksi
1. Pembuatan larutan
- NaCl (S) + H2O (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)
- HCl (l) + H2O (aq) HCl (aq) + H2O (aq)
- NaOH (S) + H2O (aq) NaOH (aq) + H2O (aq)
- K2CrO4 (S) + H2O (aq) K2CrO4 (aq) + H2O (aq)

2. Reaksi korosi yang terjadi


Secara umum reaksi yang terjadi
a) Anoda : Fe (S) Fe2+ + 2e-
Katoda : 2H+ + 2e- H2
2H2O + O2 + 4e- 4OH-

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 34


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

b) 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe 3Fe2+ + 4OH- + H2


Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3. nH2O

Bila dikaitkan dengan larutan yang digunakan, maka


1. HCl
4Fe (S) + 3O2 (g) + 12H+ (aq) 4Fe3+ (aq) + 6H2O (l)
2. NaOH
4Fe (S) + 12H2O (l) 4Fe3+ (aq) + 6H2 (g) + 12OH- (aq)
3. Aqua dm
2Fe (S) + 4H2O (l) 2Fe2+ (aq) + 2H2 (g) + 4OH- (aq)

2.6 Analisa dan Pembahasan


Dari rangkaian praktikum yang telah dilakukan, terdapat hal atau
fenomena yang dapat diamati serta dianalisa. Dimulai dari persiapan awal
dari praktikum, yaitu melakukan pengampelasan. Dalam proses
pengampelasan yang dilakukan harus dilakukan hingga bersih karena bila
spesimen yang telah diampelas ternyata masih terdapat atau banyak pengotor,
akan mempersulit dalam pengamatan visual pada permukaan spesimen yang
terkorosi. Selain itu pengampelasan yang dilakukan harus dilakukan dengan
satu arah, dengan pergantian arah jika menggunakan ampelas dengan
tingkatan (grit) yang berbeda. Penyeragaman arah tersebut dimaksudkan agar
sisa gram dari proses pengampelasan dapat terbuang dengan maksimal, serta
untuk dapat meratakan permukaan spesimen dengan lebih maksimal, karena
permukaan yang tidak rata akan menyulitkan nantinya dalam proses
pengukuran dimensi spesimen.
Selain itu dari penggunaan grit / tingkatan ampelas yang berurut
(dimulai dari yang paling kasar ke yang paling halus) juga perlu diperhatikan.
Karena bila penggunaan tingkatan ampelas digunakan secara mengacak,
proses pengampelasan tidak akan maksimal.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 35


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Kondisi dari alat yang akan digunakan juga perlu diperhatikan, pada
saat praktikum berlangsung, praktikan diharuskan menimbang kembali berat
dari spesimen sebelum diberikan atau dimasukkan ke dalam larutan
(penimbangan awal), hal tersebut dikarenakan kondisi dari alat (neraca
digital) yang kurang baik sehingga pemberian nilai yang dilakukan oleh alat
tersebut mempunyai simpangan yang jauh atau hasil yang kurang valid.
Dalam pembacaan atau pengamatan terhadap nilai yang ada pada
jangka sorong juga bisa saja berbeda, hal tersebut disebabkan karena kondisi
dari pengamat yang memiliki kondisi penglihatan yang berbeda-beda.
Sehingga hasil pengukuran dimensi dari setiap spesimen yang diukur bisa
saja beragam atau berbeda.
Saat melakukan pembuatan larutan, sulit untuk mendapatkan hasil
timbangan yang sesuai dengan perhitungan yang didapat sebelumnya.
Sehingga praktikan melakukan pendekatan atau pembulatan yang mendekati
dari nilai berat yang ingin dicapai sebelumnya. Namun, perbedaan nilai berat
tersebut akan berpengaruh pada hasil dari lingkungan (larutan) yang akan
dibuat untuk spesimen yang ada. Pengaruh tersebut meskipun nantinya akan
memberikan dampak yang kecil atau tidak signifikan, namun tetap saja
menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
Pada praktikum ini sebelum dimasukkan ke dalam larutan, terlebih
dahulu pada ujung spesimen diikat dengan kawat tembaga yang sebelumnya
telah diberikan kutek pada ujung kawat yang akan kontak atau bersentuhan
langsung dengan spesimen. Alasan mengapa menggunakan kawat tembaga
dikarenakan tembaga dapat menghantarkan listrik dengan baik sehingga dapat
mempermudah praktikan dalam melakukan pengukuran potensial, selain itu
harga dari kawat tembaga yang relatif murah, serta kemampuan ketahanan
korosi dari tembaga yang cukup baik. Pemberian kutek pada ujung kawat
yang akan kontak atau bersentuhan langsung dengan permukaan spesimen
dimaksudkan untuk menjadi pembatas atau pelindung untuk pencegahan dari
korosi galvanik (korosi yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai
potensial suatu logam). Selain itu penggunaan kutek dimaksudkan karena
kutek mempunyai bahan dasar atau terbuat dari polimer atau plastik sehingga

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 36


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

tidak akan bereaks pada logam yang ada dimana nantinya dapat menimbulkan
reaksi korosi, serta kutek dapat merekat pada permukaan yang diberikan
kutek tanpa harus ditambahkan perekat tambahan (sifat mampu rekat).
Namun pada kenyataannya, terdapat korosi galvanik yang terjadi pada
spesimen uji. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya,
tidak meratanya pemberian kutek, sehingga masih ada permukaan tembaga
yang belum dilapisi kutek maka pada saat diikat pada spesimen, permukaan
yang tidak terlapisi tersebut akan bersentuhan langsung pada spesimen
sehingga menyebabkan korosi galvanik. Selain itu juga dapat disebabkan
karena kualitas dari kutek yang digunakan kurang baik sehingga pada saat
kutek sudah kering dan akan diikat pada spesimen (kawat tembaga ke
spesimen), kutek mudah terkelupas atau lepas sehingga akan menyebabkan
adanya permukaan kawat tembaga yang tidak terlapisi yang menyebabkan
dapat kontak secara langsung dengan permukaan spesimen saat diikat, hal
tersebut dapat menyebabkan korosi galvanik karena beda potensial yang
terjadi saat adanya dua atau lebih logam yang saling bersentuhan secara
langsung.
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan spesimen baja ST-37.
Alasan dari mengapa menggunakan baja ST-37 dapat juga disebabkan
beberapa hal, diantaranya karena baja ST-37 merupakan baja dengan
kandungan karbon yang rendah, dimana ada kehidupan sehari-hari
penggunaan baja karbon rendah lebih umum (banyak) digunakan dibanding
baja jenis karbon medium atau tinggi (untuk keperluan atau penggunaan
khusu) sehingga dengan begitu dapat memfilosofikan atau menjadi model
untuk pengaplikasian yang lainnya pada kehidupan sehari-hari. Selain itu baja
ST-37 memiliki sifat yang reakstif terhadap korosi sehingga dalam skala
pembelajaran atau akademisi cocok sebagai model pengamatan karena korosi
yang terjadi dapat lebih mudah terjadi. Serta mengapa digunakan baja ST-37
juga dapat dikarenakan harga dari baja ST-37 (plat) yang relatif lebih murah.
Selain itu penggunaan baja ST-37 jenis plat dapat dimaksudkan agar
mempermudah praktikan dalam melakukan pengamatan untuk bagian yang
terkorosi pada permukaan spesimen serta dapat untuk mempermudah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 37


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

praktikan dalam melakukan pengukuran atau perbandingan dimensi spesimen


uji.
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan lima macam larutan
yaitu, NaCl 0,1M, HCl 0,1M, NaOH 0,1M, K2CrO4 0,1M, serta Aqua dm.
Dimana dari kelima larutan tersebut memiliki atau tergolong pada jenis yang
berbeda-beda, yaitu:
- HCl : Merupakan asam kuat
- NaCl : Merupakan garam
- NaOH : Merupakan basa kuat
- K2CrO4 : Merupakan basa
Pada dasarnya dari larutan yang digunakan, tergolong pada larutan
elektrolit. Dimana dengan menggunakan larutan elektrolit, akan
mempermudahkan dalam mentransfer ion maupun elektron sehingga terjadi
reaksi pada larutan dengan spesimen yang di masukkan. Dari hasil praktikum
yang dilakukan, terlihat bahwa larutan yang mempunyai tingkat keasaman
yang semakin tinggi akan lebih korosif, hal tersebut dapat diamati dari hasil
perhitungan laju korosi, dimana HCl menghasilkan nilai laju korosi yang
paling tinggi. Tingginya pengaruh larutan yang semakin asam pada laju
korosi disebabkan karena asam mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi
sehingga spesimen yang di dalamnya (dicelupkan) akan lebih reaktif. Namun
untuk larutan garam (NaCl) menjadi atau berada pada urutan kedua sebagai
larutan yang paling berpengaruh pada percobaan ini disebabkan NaCl
merupakan hasil kombinasi atau campuran dari asam kuat serta basa kuat
sehingga dengan adanya kandungan asam kuat,, membuat adanya reaksi atau
interaksi dengan spesimen yang dimasukkan. Sementara untuk larutan
K2CrO4 juga mempunyai nilai laju korosi meskipun kecil atau tidak sebesar
larutan HCl. Hal tersebut dikarenakan tingkat konsentrasi yang berbeda.
Sementara larutan NaOH serta Aqua dm menunjukkan angka atau nilai 0
pada perhitungan laju korosinya, dimana kedua larutan tersebut tidak
memberikan pengaruh atau efek (reaksi) korosi pada spesimen selama 7 hari
pengamatan.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 38


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Bila dihubungkan antara nilai laju korosi yang didapat dari masing-
masing larutan dengan ketahanan korosinya maka dapat digolongkan
menjadi,
- NaCl 0,1M, dengan nilai laju korosi = 1,61285 MPY, maka
tergolong excellent, dimana nilai rentannya antara 1-5 MPY.
- HCl 0,1M, dengan nilai laju korosi = 15,4027 MPY, maka tergolong
good, dimana nilai rentannya antara 5-20 MPY.
- NaOH 0,1M, dengan nilai laju korosi = 0 MPY, maka tergolong
outstanding, dimana nilai rentannya <1 MPY.
- K2CrO4 0,1M, dengan nilai laju korosi = 1,0599 MPY, maaka
tergolong excellent, dimana nilai rentannya antara 1-5 MPY.
- Aqua dm, dengan nilai laju korosi = 0 MPY, maka tergolong
outstanding, dimana nilai rentannya <1 MPY.
Dari data penggolongan ketahanan korosi terseut dapat diamati
bahwa, selama 7 hari pengamatan, spesimen ST-37 paling baik untuk
ketahanan terhadap korosi bila berinteraksi dengan lingkungan NaOH 0,1M
serta Aqua dm, dilanjutkan dengan lingkungan K2CrO4 0,1M, kemudian
dilanjutkan dengan NaCl 0,1M dan yang terakhir HCl 0,1M. Namun
meskipun untuk larutan HCl 0,1M berada pada urutan terakhir, tapi dalam
pengaplikasiannya masih dapat digunakan dikarenakan masih dalam kategori
atau golongan good.
Hasil pengamatan selama 7 hari, secara pengamatan visual
menunjukkan perubahan atau karakteristik setiap masing-masing larutan yang
digunakan. Bila diamati, NaCl, NaOH, K2CrO4 serat Aqua dm terdapat
endapan selama pengamatan. Dimana ada yang terdapat sedikit hingga
banyak endapan. Namun untuk larutan HCl tidak terdapat adanya endapan.
Adanya endapan tersebut disebabkan jika konsentrasi senyawa melebihi
kelarutannya. Sehingga semakin banyak endapan pada suatu larutan maka
semakin banyak juga konsentrasi dari senyawa tersebut yang melebihi
kelarutannya atau dapat dikatakan tidak larut. Begitu pun sebaliknya, semakin
sedikit endapan pada suatu logam maka semakin banyak juga konsentrasi dari
senyawa tersebut yang larut dengan baik. Untuk larutan HCl 0,1M, dapat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 39


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

dikatakan bahwa larutan tersebut larut dengan sempurna atau yang larut
paling baik diantara larutan lain. Banyak atau sedikitnya senyawa yang larut
atau banyak-sedikitnya endapan yang ada dapat berpengaruh pada sifat
elektrolit dari larutannya, semakin sedikit yang larut maka kemamouan untuk
menghantarkan elektrolit atau ion semakin kecil sehingga dapat dikatakan
korosi yang terbentuk jadi terhambat. Maka dari itu, dikarenakan larutan HCl
0,1M merupakan larutan yang senyawanya paling banyak larut, sehingga
paling baik dalam menghantarkan elektrolit atau ion, maka korosi yang
terbentuk juga semakin besar atau semakin tidak terhambat. Begitun
sebaliknya, dikarenakan larutan NaOH 0,1M serta Aqua dm merupakan
lautan yang memiliki ketahanan korosi yang paling tinggi salah satu
penyebabnya juga dapat dikarenakan banyaknya terdapat endapan pada
larutan tersebut sehingga semakin buruk atau kuang baik dalam
menghantarkan elektrolit atau ion, atau dengan kata lain korosi semakin
terhambat untuk terbentuk.
Pada pengamatan visual, juga terdapat perubahan warna pada
beberapa larutan. Hal tersebut disebabkan karena sifat dasar dari larutan
tersebut saat bereaksi atau larut dalam suatu larutan. Sementara hanya larutan
HCl 0,1M yang terdapat adanya gelembung, hal tersebut disebabkan oleh
sifat dasar larutan asam, dimana larutan asam akan membentuk ion hidrogen
dalam larutan, dimana ion hidrogen tersebut bila berinteraksi dengan udara
atau O2 akan mengikat O2 tersebut sehingga kaya akan O2 sehingga
terbentuknya gelembung hasil dari O2 yang terikat atau terperangkap.
Sehingga semakin banyak kadar asam atau semakin tinggi tingkat
keasamannya maka gelembung yang terbentuk juga dapat lebih banyak.
Selain itu, pada pengamatan visual yang telah dilakukan, akan
terdapat banyak varian atau perbedaan hasil pengamatan yang di dapat dari
hari ke hari terutama pada pengamatan korosi yang terjadi pada setiap
permukaan spesimen uji. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan dari
praktikan yang melakukan pengamatan, dimana setiap praktikan tentunya
juga memiliki kemampuan ataupun ketelitian serta kecermatan dalam melihat
fenomena yang terjadi, dengan kata lain perbedaan hasil tersebut disebabkan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 40


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

banyaknya pengamat atau praktikan yang ikut ambil bagian atau terlibat
dalam pengamatan terhadap suatu spesimen.
Selama pengamatan berlangsung, terdapat adanya kawat pada
spesimen yang putus. Hal tersebut dapat disebabkan akibat dari pelintiran
yang sebelumnya dilakukan untuk menyatukan beberapa serat-serat kawat
tembaga, dimana pada dasarnya kawat tembaga yang digunakan rawan putus
bila mengalami gaya tarik atau pelintiran yang berlebih, terlebih dalam hal ini
praktikan melakukan pelintiran yang cukup banyak dikarenakan ketersediaan
kawat yang sebelumnya kurang. Bila terdapat kawat spesimen yang putus,
praktikan tidak melakukan pergantian kawat dikarenakan bila melakukan
pegantian kawat, maka sebelumnya spesimen harus diangkat terlebih dahulu
dari larutannya lalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum diganti, bila
spesimen sampai harus dibersihkan sebelum target pengamatan harinya maka
hasil akhir yang didapat tidak lagi valid.
Untuk tetap dapat melakukan pengukuran potensial pada larutan yang
mengalami kendala kawat putus tersebut, praktikan menggunakan bantuan
alat tang krus (tang penjepit) dengan menjepit kawat tembaga lain, lalu
ditempelkan langsung pada permukaan spesimen uji. Pada saat mengukur
potensial menggunakan bantuan kawat kawat tembaga lain, perlu
diperhatikan yaitu dibutuhkan penjepit yang juga berbahan logam yang dapat
menghantarkan listrik (dalam hal ini tang krus), karena bila dilakukan dengan
kawat tembaga yang dipegang langsung oleh tangan, pengukuran atau nilai
potensial tidak akan muncul. Hal tersebut dikarenakan kulit tangan bersifat
isolator.
Selama melakukan pengukuran potensial terdapat kendala yang
sempat menghambat proses pengukuran yang pada akhirnya berdampak pada
tidak munculnya nilai potensial. Hal tersebut disebabkan, diantaranya, alat
yang mengalami kerusakan yaitu putusnya kabel penghubung untuk ke kawat
spesimen. Dengan kerusakan tersebut, kecermatan, keakuratan atau ketepatan
alat yang digunakan menjadi berkurang, meskipun sudah ditanggulangi
dengan melilitkan ujung kabelnya dengan identor. Selain ini juga dapat
disebabkan kebersihan dari refference electrode dimana dapat menyebabkan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 41


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

refference electrode tekontaminasi dengan larutan lain. Longgarnya ikatan


kawat pada spesimen juga dapat menjadi penyebab terhambatnya pengukuran
potensial, sehingga diperlukan bantuan kawat tembaga lain dengan tang krus.
Sama halnya dengan alat potensiometer, pH meter juga terkadang
mengalami hambatan dalam proses pengukuran. Selain juga masalah
kebersihan alat, juga disebabkan karena faktor kalibrasi yang sebelumnya
tidak dilakukan oleh kelompk sebelumnya atau belum maksimalnya kalibrasi
yang dilakukan, sehingga hasil pH yang didapat memiliki nilai simpangan
yang besar sehingga pengukuran harus diulang kembali.
Dikarenakan alat potensiometer serta pH meter yang tersedia hanya
masing-masing satu buah, banyak terjadi keterlambatan waktu pengukuran
dari waktu yang sebelumnya dijadwal atau ditargetkan, sehingga hasil nilai
dari pengukuran bisa saj berpengaruh bila dilakukan dengan tepat waktu.
Dari hasil pengukuran dimensi pada awal praktikum hingga akhir
pengamatan terjadi perubahan dimensi dari spesimen, ada yang bertambah,
ada juga yang berkurang dari dimensi awal pengukuran. Hal tersebut
menunjukkan korosi yang terjadi pada setiap spesimen berbeda-beda, dimana
ada yang terjadi di dalam permukaan spesimen sehingga menambah dimensi
dari spesimen, ada yang terjadi di dalam permukaan spesimen. Namun untuk
aspek ketebalan dari spesimen, semua spesimen mengalami pertambahan
dimensi, itu artinya untuk tebal korosi yang terjadi, berada di luar permukaan
spesimen.
Dalam memasukkan data yang didapat ke diagram pourbaix, praktikan
mendapatkan hasil yang beragam, diantaranya :
- Untuk NaCl 0,1M
Dari hasil pada diagram pourbaix menunjukkan bahwa berada pada
daerah immun atau kekebalannya. Bila dilihat dari data atau hasil laju
korosinya, mengartikan bahwa meskipun dalam larutan NaCl 0,1M
masih dapat terjadi korosi, namun spesimen ST-37 pada dasarnya
masih berada pada daerah kebalnya (meskipun hampir berada pada
daerah perbatasan dengan daerah terkorosi).
- Untuk HCl 0,1M

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 42


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

Dari hasil pada diagam pourbaixnya menunjukkan bahwa berada pada


daerah yang terkorosi, bila dilihat dari data atau hasil laju korosinya,
wajar saja bila spesimen baja ST-37 terkorosi pada larutan HCl 0,1M.
- Untuk NaOH 0,1M
Dari hasil pada diagram pourbaixnya menunjukkan bahwa berada
pada daerah yang terkorosi, bila dilihat dari data atau hasil laju
korosinya, menunjukkan bahwa meskipun terjadi atau berda pada
daerah yang terkorosi namun korosi yang terjadi sangatlah kecil.
- Untuk K2CrO4 0,1M
Dari hasil pada diagram pourbaixnya menunjukkan bahwa berada
pada daerah yang terkorosi, bila dilihat dari data atau hasil laju
korosinya, wajar saja bila spesimen baja ST-37 terkorosi pada larutan
K2CrO4 0,1M meskipun masih dalam kategori excellent.
- Untuk Aqua dm
Dari hasil pada diagram pourbaixnya menunjukkan bahwa berada
pada daerah yang variatif, ada yang pada daerah korosi dan
kekebalannya, bila dilihat dari data atau hasil laju korosinya, baja ST-
37 bisa saja terkorosi pada larutan Aqua dm, namun meskipun
terkorosi atau berada pada daerah yang terkorosi, korosi yang tejadi
sangatlah kecil.

2.7 Kesimpulan dan Saran


2.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Dengan menggunakan alat potensiometer praktikan dapat mengukur
nilai potensial dalam berbagai larutan.
2. Dengan menggunakan diagram pourbaix, praktikan dapat menentukan
kecenderungan suatu material untuk terkorosi atau tidak.
3. Terdapat berbagai pengaruh larutan terhadap laju korosi.
4. Dengan menggunakan alat pH meter praktikan dapat mengukur nilai
pH dalam berbagai larutan.
5. Terdapat banyak fenomena yang terdapat pada berbagai larutan uji.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 43


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP
KOROSI Kelompok 11

6. Persiapan awal terhadap spesimen perlu diperhatikan dengan baik.


7. Diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum ini agar dapat
maksimal.
8. Terjadi korosi galvanik pada spesimen.
9. Setiap larutan memiliki nilai ketahanan korosinya masing-masing.
10. Setiap larutan memiliki nilai laju korosinya masing-masing.
11. Banyak fakor yang berpengaruh pada praktikum ini.

2.7.2 Saran
Berikut saran yang dapat saya berikan :
1. Jumlah alat penunjang kebersihan tolong diperbaiki atau ditambah
seperti kran air.
2. Alat pengukur potensiometer serta pH meter tolong ditambah.
3. Cadangan Aqua dm tolong ditambah.
4. Ketersedian tissue perlu disiapkan dengan baik.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 44

Anda mungkin juga menyukai