KOROSI GALVANIK
3.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya galvanic corrosion.
2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi galvanic corrosion.
3. Mengetahui cara pengukuran pH dan potensial larutan.
4. Mengetahui dan memahami cara pencegahan dari galvanic corrosion.
5. Dapat menghitung laju korosi dari hasil pengujian berdasarkan prinsip
kehilangan berat.
46
KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5
Elektrolit yang dimaksud bukan hanya larutan elektrolit yang memiliki ion-ion
untuk menghantarkan aliran electron, namun lingkungan atmosfir, tanah juga
termasuk pada media elektrolit.
4. Arus listrik
Arus listrik yang dimaksud bisa dihantarkan langsung sari sumber listrik
namun bisa juga terjadi karna adanya perbedaan potensial pada masing-masing
elektrodanya, dimana arus akan bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah.
(logam tidak mulia-logam yang mulia)
Korosi galvanis dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut[2]:
1. Lingkungan
Korosi galvanik dapat juga terjadi pada atmosfir (udara) dan lingkungan yang
paling korosif dapat terjadi daerah pantai. Beberapa lingkungan korosif lainnya
yaitu memiliki pH lebih asam, atau berada pada lingkungan yang memiliki
temperature tinggi maupun tekanan yang tinggi akan lebih mudah dan cepat
mengalami korosi[2]
2. Luas penampang katoda dan anoda
Yang dimaksud disini apabila luas penampang katoda lebih besar dibandingkan
dengan anoda maka korosi akan lebih mudah terjadi[2].
3. Jarak antara anoda dan katoda
Jarak antara anoda dan katoda dipengaruhi oleh adanya konduktivitas dari
sebuah media elektrolit sehingga mengakibatkan semakin dekat katoda dan anoda
maka akan mengakibatkan korosi lebih mudah terjadi[2].
4. Geometri korosi
Yang dimaksud adalah dimana korosi tidak menyerang bagian yang bersudut
Melainkan arus akan mengalir pada hambatan yang paling kecil[2]
Salah satu contoh umum korosi galvanis bisa dicontohkan pada unsur Fe-
Zn. Pada contoh ini Fe akan berperan sebagai katoda dan akan mengalami
reduksi, Fe memiliki bilangan EoFe= -0,44v dan Zn akan berperan sebagai anoda
dan akan mengalami oksidasi degan nilai potensial Eozn= -0,763v. Dapat dilihat
dari potensialnya bahwa Zn akan mengalami korosi terlebih dahulu[1].
Untuk dapat mengetahui korosi galvanis yaitu dengan melakukan pengujian
perendaman pada media galvanis nya terhadap lingkungan yang akan diujikan.
Namun pengujian ini cukup memakan waktu dan memiliki beberapa kelemahan
diantaranya adalah tidak dapat mengetahui informasi tentang karakteristik
polarisasi material serta tidak dapat membantu dalam prediksi kemungkinan
besarnya efek galvanis. Korosi galvanik dapat memicu dan mempercepat
terjadinya berbagai bentuk korosi lainnya, Salah satu standar yang mengatur
untuk pengujian korosi dengan perendaman adalah ASTM G-31 dan diikuti oleh
ASTM G71 yang menjelaskan tentang karakteristik dua perilaku logam terhadap
larutan elektrolitnya[2].
Larutan NaCl adalah larutan yang akan digunakan saat pengujian, larutan
merupakan campuran homogen antara zat terlarut yang memiliki komposisi lebih
sedikit dan zat pelarut memiliki komposisi lebih banyak. Sifat-sifat dari larutan
tersebut dipengaruhi oleh komposisi penyusunnya, yang dapat dinyatakan sebagai
konsentrasi[8].
Larutan NaCl atau garam adalah larutan yang memiliki zat penyusun berupa
senyawa ion kation basa dan anion sisa asam. Dimana apabila konsentrasi NaCl
dan H2O semakin tinggi akan mempengaruhi kadar hidrogen dan membuat larutan
ini semakin asam[8].
2. Pemilihan bahan yang baik sesuai dengan seri tabel galvanis dan
lingkungannya.
3. Melakukan pelapisan (coating) dengan pemasangan yang sudah tepat dan baik.
4. Memperhatikan luas permukaan anoda dan katoda.
5. Memperhatikan penempatan jarak antara anoda dan katoda.
Beberapa jenis korosi lainnya adalah sebagai berikut:
1. Pitting corrosion
Adalah salah satu jenis dari korosi lokal yang menyerang permukaan material,
dengan memiliki ciri-ciri bentuk korosi seperti rongga atau lubang-lubang kecil
pada materialnya. Penyebab dari korosi ini dapat diakibatkan oleh lingkungan
korosif, adanya konsentrasi klorida atau ion (chlorine), Suhu tinggi, komposisi
logam paduan, dan sebagainya[1]
2. Filiform corrosion
Adalah salah satu jenis dari korosi yang menyerang lapisan pada permukaan
logam. Korosi ini awalnya ditandai dengan adanya benang-benang halus yang
tidak beraturan pada lapisan material tersebut dan akhirnya membentuk sebuah
terowongan halus dibawah lapisan dan terlihat seperti menggembung atau lapisan
coating yang retak[2].
Filiform corrosion
Adalah salah satu jenis korosi lokal yang menyerang pada bagian celah dari
suatu logam. Korosi ini disebabkan karna adanya media elektrolit yang terjebak
pada bagian-bagian celah atau keretakan tertentu dan bereaksi dengan material
logam sehingga menyebabkan korosi[2].
Kesimpulan
Gambar 3.5 Skema proses persiapan permukaan
Kesimpulan
Gambar 3.6 Skema proses pengujian korosi kembali
homogen
Proses pengamplasan
2.4.2 Bahan
1. Spesimen baja JIS SS 400 : 1 buah
2. NaCl 0,7 M : 6,14 gr
3. Kawat tembaga : secukupnya
4. Kawat timah : 1 buah
5. Alkohol : secukupnya
6. Aqua dm : secukupnya
7. Amplas (100,320, 800 mesh) : secukupnya
8. Tisu : secukupnya
9. Larutan HCl 1 M : 150 ml
10. Larutan NaOH 1 M : 150 ml
Jum’at kecoklatan
(12.23)
5. 5/12/2020 Timah/NaCl - √ √ Kuning keorenan Kehitaman
Sabtu kecoklatan
(12.23)
6. 6/12/2020 Timah/NaCl - √ √ kuning Hitam
Minggu kecoklatan
(12.23)
7 7/12/2020 Timah/NaCl - √ √ kuning Hitam
Senin kecoklatan
(12.23)
Timah/Na
Cl
Ditanya : grNaCl…?
gr 1000
Dijawab : M = Mr x V
gr 1000
0,7 = x = 6,14 gr
58,5 150
2. Luas Permukaan Awal Spesimen
Diketahui :
P0NaCl = 42,7 mm l0NaCl = 35,1 mm t0NaCl = 3,6 mm
Ditanya : A0NaCl…?
Dijawab :
A0NaCl = 2 ( Pxl ) +2 ( Pxt ) +2 ( lxt )
= 2(42,7 x 35,1) + 2(42,7 x 3,6) + 2(35,1 x 3,6)
= 3557,7 mm2 → 5,51 inch2
3. Luas permukaan akhir spesimen
Diketahu :
P1NaCl = 41,3 mm l1NaCl = 34,9 mm t1NaCl = 3,6 m
Ditanya : A1NaCl…?
A1NaCl = 2 ( Pxl ) +2 ( Pxt ) +2 ( lxt )
= 2(41,3 x 34,9) + 2(41,3 x 3,6) + 2(34,9 x 3,6)
= 3431,38 mm2 → 5,32 inch2
4. Kehilangan Berat pada Spesimen
Diketahui
W0NaCl =40,06 gr W1NaCl = 39,975
Ditanya = WNaCl…?
Dijawab =
WNaCl = W0NaCl – W1NaCl
WNaCl = 40,06 – 39,975
= 0,085 gr → 85 mg
5. Laju Korosi
Diketahui :
WNaCl = 85 mg ρFe = 7,8 g/cm3 ANaCl = 5,51 inch2
t = 168 jam
Ditanya : CRNaCl…?
Dijawab :
534 x W
CR NaCl =
ρ x Ao x t
534 x 85
= 7,8 x 5,51 x 168
= 6,28 mpy
6. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen
V(H) = V(pengamatan) – V(standar)
= V(pengamatan) – (0,197)
Hari ke-1 V(H) = 0,569 – 0,197 = 0,372
Hari ke-2 V(H) = 0,625 – 0,197 = 0,428
Hari ke-3 V(H) = 0,420 – 0,197 = 0,223
Hari ke-4 V(H) = 0,631 – 0,197 = 0,434
Hari ke-5 V(H) = 0,638 – 0,197 = 0,441
Hari ke-6 V(H) = 0,633 – 0,197 = 0,436
Hari ke-7 V(H) = 0,630 – 0,197 = 0,433kl;
7. Diagram pourbaix
a. Diagram Pourbaix Larutan NaCl
dilakukan perhitungan laju korosi dengan metode kehilangan berat dan didapatkan
hasil laju korosi yaitu 6,28 mpy. Hal-hal yang dapat mempengaruhi laju korosi
adalah selissih massa awal danmassa akhir, densitas/massa jenis dari sebuah
logam, waktu pada saat pencelupan, serta luas permukaan spesimen tersebut.
Setelah itu dilakukan plot pada diagram pourbaix dan didapatkan hasil
bahwa selama proses korosi berlangsung plat baja terdapat pada daerah pasiv, jadi
mengalami korosi dan membentuk lapisan pelindung untuk mencegah korosi
tersebut, namun karna pengujian perendaman pada gelas kimia terbuka, pengaruh
udara, bakteri maupun pengotor sebagainya dapat mempengaruhi korosi yang
terjadi juga.
3.7.2 Saran
1. Keterbatasan alat ph meter sehingga pada saat pengecekan, harus
menunggu untuk bergantian dengan kelompok lain, sebaiknya pH meter
ditambahkan alatnya.