Anda di halaman 1dari 23

BAB III

KOROSI GALVANIK

3.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya galvanic corrosion.
2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi galvanic corrosion.
3. Mengetahui cara pengukuran pH dan potensial larutan.
4. Mengetahui dan memahami cara pencegahan dari galvanic corrosion.
5. Dapat menghitung laju korosi dari hasil pengujian berdasarkan prinsip
kehilangan berat.

3.2 Teori Dasar


Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam saling berkontak langsung
dengan media elektrolit dimana katoda yang positif dan anoda yang negative.
Kedua logam ini akan memiliki potensial yang berbeda dan saling bersentuhan
dimana akan menghasilkan sebuah aliran elektron. Logam yang akan terkorosi
dahulu biasanya logam yang memiliki nilai potensial yang negative[1].

Tabel 3.1 Deret elektrokimia berdasarkan potensialnya


(Sumber: Pengantar Korosi Gapsari, F.2017)

46
KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Deret elektrokimia pada tabel diatas menunjukan nilai-nilai potensial pada


sebuah logam yang berguna untuk mengetahui kereaktifan sebuah logam pada
saat proses korosi. Dimana dari atas kebawah maka logam akan semakin kurang
reaktif dan memiliki potensial yang lebih positif dan semakin mudah mengalami
reduksi[2].
Reaksi elektrokimia adalah reaksi melibatkan adanya tranfer muatan ion-ion
dan berpengaruh terhadap perubahan valensi. Seperti contohnya oksidasi dan
reduksi. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron sehingga mengakibatkan
pertambahan valensi. Reduksi adalah reaksi yang menangkap electron sehingga
mengalami penurunan valensii. Korosi galvanis memiliki prinsip dimana harus
memiliki empat komponen yang dapat didontohkan seperti sel elektrolisis
berikut[1] :

Gambar 3.2 Contoh sel galvanic corrosion


(Sumber: https://www.wbdg.org/)
1. Anoda
Anoda adalah logam-logam yang memiliki nilai potensial lebih negative,
sehingga pada prosesnya akan mengalami reaksi reduksi.
2. Katoda
Katoda adalah logam-logam yang memiliki nilai potensial lebih positif
sehingga pada prosesnya akan mengalami reaksi oksidasi.
3. Elektrolit

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 47


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Elektrolit yang dimaksud bukan hanya larutan elektrolit yang memiliki ion-ion
untuk menghantarkan aliran electron, namun lingkungan atmosfir, tanah juga
termasuk pada media elektrolit.
4. Arus listrik
Arus listrik yang dimaksud bisa dihantarkan langsung sari sumber listrik
namun bisa juga terjadi karna adanya perbedaan potensial pada masing-masing
elektrodanya, dimana arus akan bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah.
(logam tidak mulia-logam yang mulia)
Korosi galvanis dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut[2]:
1. Lingkungan
Korosi galvanik dapat juga terjadi pada atmosfir (udara) dan lingkungan yang
paling korosif dapat terjadi daerah pantai. Beberapa lingkungan korosif lainnya
yaitu memiliki pH lebih asam, atau berada pada lingkungan yang memiliki
temperature tinggi maupun tekanan yang tinggi akan lebih mudah dan cepat
mengalami korosi[2]
2. Luas penampang katoda dan anoda
Yang dimaksud disini apabila luas penampang katoda lebih besar dibandingkan
dengan anoda maka korosi akan lebih mudah terjadi[2].
3. Jarak antara anoda dan katoda
Jarak antara anoda dan katoda dipengaruhi oleh adanya konduktivitas dari
sebuah media elektrolit sehingga mengakibatkan semakin dekat katoda dan anoda
maka akan mengakibatkan korosi lebih mudah terjadi[2].
4. Geometri korosi
Yang dimaksud adalah dimana korosi tidak menyerang bagian yang bersudut
Melainkan arus akan mengalir pada hambatan yang paling kecil[2]
Salah satu contoh umum korosi galvanis bisa dicontohkan pada unsur Fe-
Zn. Pada contoh ini Fe akan berperan sebagai katoda dan akan mengalami
reduksi, Fe memiliki bilangan EoFe= -0,44v dan Zn akan berperan sebagai anoda
dan akan mengalami oksidasi degan nilai potensial Eozn= -0,763v. Dapat dilihat
dari potensialnya bahwa Zn akan mengalami korosi terlebih dahulu[1].
Untuk dapat mengetahui korosi galvanis yaitu dengan melakukan pengujian
perendaman pada media galvanis nya terhadap lingkungan yang akan diujikan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 48


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Namun pengujian ini cukup memakan waktu dan memiliki beberapa kelemahan
diantaranya adalah tidak dapat mengetahui informasi tentang karakteristik
polarisasi material serta tidak dapat membantu dalam prediksi kemungkinan
besarnya efek galvanis. Korosi galvanik dapat memicu dan mempercepat
terjadinya berbagai bentuk korosi lainnya, Salah satu standar yang mengatur
untuk pengujian korosi dengan perendaman adalah ASTM G-31 dan diikuti oleh
ASTM G71 yang menjelaskan tentang karakteristik dua perilaku logam terhadap
larutan elektrolitnya[2].
Larutan NaCl adalah larutan yang akan digunakan saat pengujian, larutan
merupakan campuran homogen antara zat terlarut yang memiliki komposisi lebih
sedikit dan zat pelarut memiliki komposisi lebih banyak. Sifat-sifat dari larutan
tersebut dipengaruhi oleh komposisi penyusunnya, yang dapat dinyatakan sebagai
konsentrasi[8].
Larutan NaCl atau garam adalah larutan yang memiliki zat penyusun berupa
senyawa ion kation basa dan anion sisa asam. Dimana apabila konsentrasi NaCl
dan H2O semakin tinggi akan mempengaruhi kadar hidrogen dan membuat larutan
ini semakin asam[8].

Gambar 3.3 Korosi galvanik pada pipa penyambung


(Sumber: https://lib.unnes.ac.id/)
Cara pencegahan korosi galvanis dapat dilakukan dengan cara berikut[2]:
1. Menambahkan inhibitor pada lingkungan korosi untuk memperlambat
keagresifan lingkungan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 49


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

2. Pemilihan bahan yang baik sesuai dengan seri tabel galvanis dan
lingkungannya.
3. Melakukan pelapisan (coating) dengan pemasangan yang sudah tepat dan baik.
4. Memperhatikan luas permukaan anoda dan katoda.
5. Memperhatikan penempatan jarak antara anoda dan katoda.
Beberapa jenis korosi lainnya adalah sebagai berikut:
1. Pitting corrosion
Adalah salah satu jenis dari korosi lokal yang menyerang permukaan material,
dengan memiliki ciri-ciri bentuk korosi seperti rongga atau lubang-lubang kecil
pada materialnya. Penyebab dari korosi ini dapat diakibatkan oleh lingkungan
korosif, adanya konsentrasi klorida atau ion (chlorine), Suhu tinggi, komposisi
logam paduan, dan sebagainya[1]
2. Filiform corrosion
Adalah salah satu jenis dari korosi yang menyerang lapisan pada permukaan
logam. Korosi ini awalnya ditandai dengan adanya benang-benang halus yang
tidak beraturan pada lapisan material tersebut dan akhirnya membentuk sebuah
terowongan halus dibawah lapisan dan terlihat seperti menggembung atau lapisan
coating yang retak[2].

Filiform corrosion

Gambar 3.4 Filliform corrosion pada lapisan permukaan


(Sumber : https://www.nace.org/)
3. Crevice corrosion

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 50


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Adalah salah satu jenis korosi lokal yang menyerang pada bagian celah dari
suatu logam. Korosi ini disebabkan karna adanya media elektrolit yang terjebak
pada bagian-bagian celah atau keretakan tertentu dan bereaksi dengan material
logam sehingga menyebabkan korosi[2].

3.3 Metodologi Praktikum


3.3.1 Skema Proses
1. Persiapan Permukaan
Siapkan alat dan bahan

Lakukan proses pembersihan mekanik dengan amplas

Lakukan proses rinsing

Lakukan proses degrassing

Lakukan proses rinsing kembali

Lakukan proses pickling

Bilaslah spesimen dengan aqua dm

Celupkan spesimen kedalam alkohol

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.5 Skema proses persiapan permukaan

2. Proses Pengujian Korosi Galvanik


Siapkan alat dan bahan

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 51


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Lakukan proses pembuatan larutan

Lakukan proses persiapan permukaan

Kaitkan kawat tembaga pada spesimen

Lilitkan kawat timah pada spesimen

Masukan spesimen uji kedalam larutan

Ukur pH dan potensial larutan spesimen uji

Lakukan pengamatan selama 7 hari

Bersihkan spesimen dan dikeringkan

Timbang dan ukur spesimen setelah percobaan

Plotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix

Hitung laju korosi dengan metoda kehilangan berat

Lakukan Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.6 Skema proses pengujian korosi kembali

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 52


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

3.3.2 Penjelasan Skema Proses


A. Pembuatan 150 ml larutan NaCl 0,7M
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Massa NaCl dihitung sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu 6,14 gr.
3. Massa NaCl ditimbang dengan digunakannya neraca analitik.
4. NaCl dimasukan kedalam gelas kimia dengan digunakannya spatula.
5. Aqua dm ditambahkan 150 ml kedalam gelas kimia
6. Larutan NaCl diaduk hingga larut dan homogen dengan digunakannya
batang pengaduk.
7. Label diberikan pada gelas kimia dengan keterangan nama larutan,
konsentrasi, kelompok dan tanggal pembuatan.
8. Analisa dan pembahasan dibuat berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan.
9. Kesimpulan dibuat berdasarkan pembahasan.
B. Proses Persiapan Permukaan
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Pembersihan mekanik dilakukan dengan menggunakan amplas (100,
320, 800 dan 1500 mesh) pada spesimen uji dan kawat tembaga yang
akan digunakan.
3. Proses rinsing dilakukan dengan spesimen dimasukan kedalam aqua
dm selama 1 menit.
4. Proses Degrassing dilakukan dengan spesimen dimasukan kedalam
larutan NaOH 1 M yang berfungsi untuk menghilangkan pengotor dan
minyak pada permukaan spesimen selama proses dilakukan selama 3
menit.
5. Proses rinsing dilakukan kembali untuk menghilangkan sisa larutan
NaOH 1M.
6. Proses pickling dilakukan dengan cara spesimen dimasukan kedalam
larutan asam HCl yang berfungsi untuk menghilangkan pengotor-

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 53


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

pengotor oksida yang tersisa pada permukaan spesimen, proses


dilakukan selama 3 menit.
7. Spesimen dibilas dengan menggunakan aqua dm untuk
menghilangkan dari sisa larutan HCl, proses dilakukan selama 1
menit.
8. Spesimen dicelupkan kedalam kembali yang berfungsi untuk
memastikan spesimen telah steril dan bersih serta bebas dari pengotor
yang tersisa.
C. Proses Pengujian Korosi Galvanik
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Proses pembuatan larutan dilakukan.
3. Proses persiapan permukaan dilakukan.
4. Spesimen diukur dimensinya dengan menggunakan jangka sorong dan
ditimbang massa nya dengan neraca analitik.
5. Kawat tembaga dikaitkan pada permukaan spesimen uji.
6. Kawat timah dililitkan pada permukaan spesimen uji.
7. Spesimen uji yang telah dikaitkan dicelupkan kedalam larutan yaitu
larutan NaCl, tanpa kawat tembaga terkena larutan tersebut.
8. pH dan potensial larutan awal pengujian diukur dengan digunakannya
pH meter, potensial meter.
9. Pengamatan dilakukan 1x24 jam selama 7 hari dengan waktu
pencelupan yang sama.
10. Spesimen dibersihkan dan dikeringkan setelah pengujian.
11. Spesimen setelah pengujian diukur dan ditimbang kembali dimensi
dan massa nya dengan digunakannya jangka sorong dan neraca digital.
12. Hasil pengamatan diplotkan pada diagram pourbaix.
13. Laju korosi dihitung dengan menggunakan metode kehilangan berat.
14. Analisa dan pembahasan dilakukan sesuai dengan pengujian yang
telah dilakukan.
15. Kesimpulan dilakukan sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 54


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

3.3.3 Gambar Proses


A. Proses Pembuatan larutan 150 ml larutan NaCl 0,7M

Timbang NaCl pada neraca analitik

Pindahkan NaCl ke gelas kimia

Masukan aqua dm kedalam gelas


kimia

Aduk hingga menjadi larutan

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 55


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

homogen

Beri keterangan label


Gambar 3.7 Proses pembuatan 150 ml larutan NaCl
B. Proses Persiapan Permukaan

Proses pengamplasan

Proses rinsing 1 menit

Proses degreasing 3 menit

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 56


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Proses rinsing 1 menit

Proses pickling 3 menit

Bilas Kembali dengan aqua dm

Celupkan spesimen pada alkohol


Gambar 3.8 Proses persiapan permukaan

C. Proses Pengujian Korosi Galvanik

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 57


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Ukur dimensi spesimen

Timbang massa spesimen

Kaitkan kawat tembaga pada


spesimen

Kaitkan Kawat timah pada spesimen

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 58


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Celupkan spesimen kedalam


larutan NaCl

Ukurlah pH dan potensialnya

Bersihkan dan keringkan spesimen

Timbang dan ukur kembali spesimen


Gambar 3.9 Proses pengujian korosi galvanik

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
1. Multimeter : 1 buah
2. Gelas kimia 250 ml : 6 buah
3. Spatula : 1 buah
4. Botol semprot : 1 buah
5. Batang pengaduk : 1 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 59


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

6. Kaca arloji : 1 buah


7. Neraca analitik : 1 buah
8. pH meter : 1 buah
9. Reference electrode Ag/AgCl : 1 buah
10. Vernier Calliper : 1 buah
11. Pipet ukur : 1 buah
12. Filler : 1 buah

2.4.2 Bahan
1. Spesimen baja JIS SS 400 : 1 buah
2. NaCl 0,7 M : 6,14 gr
3. Kawat tembaga : secukupnya
4. Kawat timah : 1 buah
5. Alkohol : secukupnya
6. Aqua dm : secukupnya
7. Amplas (100,320, 800 mesh) : secukupnya
8. Tisu : secukupnya
9. Larutan HCl 1 M : 150 ml
10. Larutan NaOH 1 M : 150 ml

3.5 Pengumpulan Data


3.5.1 Pengumpulan Data
1. Data Pengamatan Dimensi dan Berat Benda Kerja
Tabel 3.1 Data pengamatan dimensi dan berat benda kerja
Panjang Lebar Tebal Luas
Berat
Larutan (mm) (mm) (mm) (mm2)
No
(M) W0 W1 W
P0 Pl lo l1 t0 t1 A0 A1
(gr) (gr) (gr)

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 60


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Timah/ 355 3431,3


1 42,7 41,3 35,1 34,9 3,6 3,6 40,06 39,97 0,08
NaCl 7,7 8

2. Data Potensial dan pH


Tabel 3.2 Data pengamatan dimensi dan berat benda kerja
No Tanggal Larutan (M) Potensial (V) pH
1. 1/12/2020 Timah/NaCl 0,569 7,81
Selasa (12.23)
2. 2/12/2020 Timah/NaCl 0,625 6,34
Rabu (12.23)
3. 3/12/2020 Timah/NaCl 0,420 6,44
kamis (12.23)
4. 4/12/2020 Timah/NaCl 0,631 6,41
Jum’at (12.23)
5. 5/12/2020 Timah/NaCl 0,638 6,38
Sabtu (12.23)
6. 6/12/2020 Timah/NaCl 0,633 6,33
Minggu (12.23)
7. 7/12/2020 Timah/NaCl 0,630 6,21
Senin (12.23)

3. Data Pengamatan Visual


Tabel 3.3 Data pengamatan visual
No Tanggal Larutan G E K WLa WLo
1. 1/12/2020 Timah/NaCl - - - Tidak bewarna Silver
Selasa
(12.23)
2. 2/12/2020 Timah/NaCl √ √ √ Kuning Abu
Rabu kehitaman
(12.23)
3. 3/12/2020 Timah/NaCl - √ √ Kuning keorenan Hitam
Kamis kecoklatan
(12.23)
4. 4/12/2020 Timah/NaCl - √ √ Kuning keorenan Hitam

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 61


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Jum’at kecoklatan
(12.23)
5. 5/12/2020 Timah/NaCl - √ √ Kuning keorenan Kehitaman
Sabtu kecoklatan
(12.23)
6. 6/12/2020 Timah/NaCl - √ √ kuning Hitam
Minggu kecoklatan
(12.23)
7 7/12/2020 Timah/NaCl - √ √ kuning Hitam
Senin kecoklatan
(12.23)

4. Spesimen Sebelum Pencelupan dan Setalah Pencelupan


Tabel 3.4 Data spesimen sebelum dan sesudah pencelupan
N Larutan Gambar spesimen sebelum Gambar spesimen setelah
o pencelupan pencelupan
Depan Belakang Depan Belakang
1.

Timah/Na
Cl

3.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan Pembuatan Larutan
a. Perhitungan 150 ml Larutan NaCl 0,7 M
Diketahui :
M = 0,7 M V = 150 ml MrNaCl = 58,5 g/mol

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 62


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Ditanya : grNaCl…?
gr 1000
Dijawab : M = Mr x V
gr 1000
0,7 = x = 6,14 gr
58,5 150
2. Luas Permukaan Awal Spesimen
Diketahui :
P0NaCl = 42,7 mm l0NaCl = 35,1 mm t0NaCl = 3,6 mm
Ditanya : A0NaCl…?
Dijawab :
A0NaCl = 2 ( Pxl ) +2 ( Pxt ) +2 ( lxt )
= 2(42,7 x 35,1) + 2(42,7 x 3,6) + 2(35,1 x 3,6)
= 3557,7 mm2 → 5,51 inch2
3. Luas permukaan akhir spesimen
Diketahu :
P1NaCl = 41,3 mm l1NaCl = 34,9 mm t1NaCl = 3,6 m
Ditanya : A1NaCl…?
A1NaCl = 2 ( Pxl ) +2 ( Pxt ) +2 ( lxt )
= 2(41,3 x 34,9) + 2(41,3 x 3,6) + 2(34,9 x 3,6)
= 3431,38 mm2 → 5,32 inch2
4. Kehilangan Berat pada Spesimen
Diketahui
W0NaCl =40,06 gr W1NaCl = 39,975
Ditanya = WNaCl…?
Dijawab =
WNaCl = W0NaCl – W1NaCl
WNaCl = 40,06 – 39,975
= 0,085 gr → 85 mg
5. Laju Korosi
Diketahui :
WNaCl = 85 mg ρFe = 7,8 g/cm3 ANaCl = 5,51 inch2
t = 168 jam

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 63


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Ditanya : CRNaCl…?
Dijawab :
534 x W
CR NaCl =
ρ x Ao x t
534 x 85
= 7,8 x 5,51 x 168

= 6,28 mpy
6. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen
V(H) = V(pengamatan) – V(standar)
= V(pengamatan) – (0,197)
Hari ke-1 V(H) = 0,569 – 0,197 = 0,372
Hari ke-2 V(H) = 0,625 – 0,197 = 0,428
Hari ke-3 V(H) = 0,420 – 0,197 = 0,223
Hari ke-4 V(H) = 0,631 – 0,197 = 0,434
Hari ke-5 V(H) = 0,638 – 0,197 = 0,441
Hari ke-6 V(H) = 0,633 – 0,197 = 0,436
Hari ke-7 V(H) = 0,630 – 0,197 = 0,433kl;
7. Diagram pourbaix
a. Diagram Pourbaix Larutan NaCl

Gambar 3.10 Diagram pourbaix larutan NaCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 64


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

1. Pengamatan hari ke-1 dengan pH = 7,81 potensial = 0,372


2. Pengamatan hari ke-2 dengan pH = 6,34 potensial = 0,428
3. Pengamatan hari ke-3 dengan pH = 6,44 potensial = 0,223
4. Pengamatan hari ke-4 dengan pH = 6,41 potensial = 0,434
5. Pengamatan hari ke-5 dengan pH = 6,38 potensial = 0,441
6. Pengamatan hari ke-6 dengan pH = 6,33 potensial = 0,436
7. Pengamatan hari ke-7 dengan pH = 6,21 potensial = 0,433

3.6.2 Persamaan Reaksi


NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(aq)

3.6 Analisa dan Pembahasan


Praktikum kali ini yaitu korosi galvanik, korosi galvanic adalah salah satu
jenis korosi yang melibatkan dua logam dan berkontak langsung dengan larutan
elektrolit. Dimana salah satu logam ini ada yang mulia dan tidak mulia. Logam
yang tidak mulia akan mengalami korosi lebih dahulu, dan akan mempengaruhi
logam satunya.
Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan,
Bahan yang kita gunakan berupa plat baja JIS SS 400. SS yang dimaksud adalah
stuktural steel, 400 menunjukan tensile strength dari material tersebut. Kemudian
terdapat kawat tembaga sebagai kaitan spesimen agar seluruh spesimen tidak
tercelup seluruhnya, kemudian terdapat kawat timah yang nantinya akan dililitkan
pada bagian spesimen yang berperan sebagai anoda pada pengujian ini. Larutan
elektrolit yang digunakan adalah NaCl.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 65


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

Sebelum memulai pengujian spesimen tersebut dilakukan pengukuran


dimensi dan penimbangan massa. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
dimensi serta massa spesimn sebelum terjadinya proses korosi agar mengetahui
laju korosi dengan menggunakan metode kehilangan berat. Alat yang digunakan
untuk mengukur dimensi spesimen yaitu jangka sorong, dan untuk menimbang
masa neraca digital, didapatkan Panjang awal 42,7 mm, Lebar awal 35,1 mm,
tinggi awal 3,6 mm dan berat awal 40060 mg.
Persiapan permukaan, yang berdasarkan ASTM G1 melewati prosedur
pembersihan secara mekanik dan secara kimiawi. Pembersihan secara mekanik
menggunakan amplas yang berfungsi untuk menghilangkan dari pengotor,
pengamplasan pada ujung kawat tembaga berfungsi untuk menghilangkan lapisan
enamel (isolator) agar nantinya arus listrik dapat mengalir.
Pembersihan mekanik melewati tiga proses yaitu rinsing, degressing,
pickling. Pada Rinsing menggunakan aqua dm yang berperan untuk
menghilangkan sisa-sisa pengotor yang debu yang menempel bekas
pengamplasan, maupun untuk membilas spesimen dari sebuah larutan.
Degressing berfungsi untuk menghilangkan pengotor berupa minyak maupun
lemak pada permukaan spesimen, larutan yang digunakan adalah NaOH 1 M,
kemudian proses pickling pada proses ini brfungsi untuk menghilangkan pengotor
berupa oksida-oksida yang menempel, larutan yang digunakan adalah HCl.
Setelah proses pengamplasan tersebut dilakukan pengecekan dengan
menggunakan alat multimeter untuk memeriksa apakah arus dapat mengalir.
Setelah itu, spesimen dicelupkan kedalam larutan dengan waktu pencelupan
12.23, selanjutnya larutan diukur pH dan potensialnya dan didapatkan hasil ph
awal 0,0569 dengan pH 7,81. Proses pengamatan dilakukan 1x24 jam selama 7
hari dan diperhatikan tiap perubahan yang terjadi pada permukaan baja tersebut.
Pada hari kedua permukaan spesimen baja mulai mengalami perubahan menjadi
bewarna hitam, dan hari ketiga mulai terbentuknya korosi dan terdapat korosi,
spesimen bewarna hitam kecoklatan, dengan endapan dibawahnya.
Setelah 7 hari spesimen dikeringkan dan dibersihkan kemudia ditimbang
Kembali, akibat dari adanya proses korosi plat baja mengalami kehilangan berat
sebesar 85 mg, dan pengurangan dimensi sesuai dengan data. Kemudian

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 66


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

dilakukan perhitungan laju korosi dengan metode kehilangan berat dan didapatkan
hasil laju korosi yaitu 6,28 mpy. Hal-hal yang dapat mempengaruhi laju korosi
adalah selissih massa awal danmassa akhir, densitas/massa jenis dari sebuah
logam, waktu pada saat pencelupan, serta luas permukaan spesimen tersebut.
Setelah itu dilakukan plot pada diagram pourbaix dan didapatkan hasil
bahwa selama proses korosi berlangsung plat baja terdapat pada daerah pasiv, jadi
mengalami korosi dan membentuk lapisan pelindung untuk mencegah korosi
tersebut, namun karna pengujian perendaman pada gelas kimia terbuka, pengaruh
udara, bakteri maupun pengotor sebagainya dapat mempengaruhi korosi yang
terjadi juga.

3.7 Kesimpulan dan Saran


3.7.1 Kesimpulan
1. Parameter yang mempengaruhi korosi galvanic yaitu kedua jenis logam,
larutan elektrolit, aliran listrik yang mengaliri, dimensi suatu logam,
jarak antar logam, energi potensial, dan lingkungan.
2. Potensial yang tinggi akan dengan nilai pH yang rendah akan
menghasilkan korosi pada spesimen, dan potensial yang rendah dengan
ph yang rendah atau tinggi akan menghasilkan imunity bagi logam
tersebut.
3. Cara pencegahan dari korosi galvanic yaitu memilih jenis logam yang
memilki nilai potensial yang baik sehingga tidak mudah teroksidasi,
coating pada permukaan juga dapat melindungi material.
4. Laju korosi yang didapatkan yaitu 6,28 mpy dengan kehilangan berat
sebesar 85 mg

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 67


KOROSI GALVANIK KELOMPOK 5

5. Mekanisme pengujian dengan menggunakan uji perendaman dengan


kawat timah dililitkan pada plat baja.

3.7.2 Saran
1. Keterbatasan alat ph meter sehingga pada saat pengecekan, harus
menunggu untuk bergantian dengan kelompok lain, sebaiknya pH meter
ditambahkan alatnya.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 68

Anda mungkin juga menyukai