Anda di halaman 1dari 27

BAB V

PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA


KORBAN
(SACRIFICAL ANODE)
5.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengendalian korosi dengan metode anoda
korban (Sacrifical Anode) ini yaitu:
1. Mengetahui dan memahami mekanisme pengendalian korosi dengan
metode anoda korban (Sacrifical Anode).
2. Mengetahui dan memahami rancangan proteksi katodik dengan metode
anoda korban (Sacrifical Anode).
3. Mengetahui dan memahami penggunaan diagram Pourbaix (diagram
potensial- pH) dalam proses korosi).
4. Mengetahui cara pengukuran potensial korosi dalam suatu larutan
(lingkungan).
5. Mengetahui pengaruh larutan terhadap laju korosi.

5.2 Teori Dasar


Menurut ASTM standard G15-93, korosi merupakan suatu reaksi
kimia atau elektrokimia antara material, biasanya atau umumnya logam
dengan lingkuannya yangg menciptakan sifat-sifat materialnya mengalami
degradasi atau penurunan.
Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan
mengukur kehilangan atau kekurangan berat akibat korosi yang terjadi.
Metode ini menggunakan jangka waktu penelitian (pengamatan) atau
pengkorosian sampat mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
digunakan rumus sebagai berikut,
534 x W
MPY =
⍴ x A xT

Dimana, W = Kehilangan berat (mg)

92
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

gr
⍴ = Densitas logam (
Cm3
A = Luas penampang (Inch2)
T = Waktu (Jam)

Metode ini umumnya memerlukan waktu yang lama namun dapat


dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (daat diketahui
seberapa korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi awal untuk
perlakuan (treatment) yang harus diterapkan pada daerah dan kondisi tempat
objek tersebut.
Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang
merupakan proses alamiah bahwa semuanya akan kembali ke sifat asalnya.
Namun demikian pengendalian dan pencegahan korosi harus tetap dilakukan
secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan dari segi keamanan
merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja.
Pengendalian korosi harus dimulai dari suatu perencanaan, pengumpula data
lingkuan, proses, peralatan dan bahan yang dipakai serta pemeliharaan yang
akan diterapkan.
Diagram Pourbaix adalah diagram yang memperlihatkan kondisi-
kondisi dimana logam akan memiliki kecenderungan pada suatu sifat,
diantaranya akan terkorosi, mengalami kekebalan, atau mengalami pasifasi
dalam larutan berpelarut air. Ditemukan oleh Marcel Pourbaix yang
berkebangsaan belgia pada tahun 1930. Diagram Pourbaix banyak digunakan
dalam banyak bidang, seperti korosi, teknik lingkungan dan geokimia, dan
lain-lain. Diagaram Pourbaix dikenal juga dengan nama diagram potensial –
pH.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 93


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Gambar 5.1 Diagram Pourbaix

Metode Penanggulangan Korosi


Berikut adalah lima metode penanggulangan korosi yang biasa dilakukan.
1)   Pemilihan material yang tepat
Pemilihan material disesuaikan dengan biaya, ketersediaan, dan
karakteristik material.
2)   Perancangan material yang tahan terhadap lingkungan tertentu
Perancangan material meliputi penambahan unsur paduan, pemurnian,
perlakuan panas, dan pendinginan
3)   Pengubahan lingkungan yang korosif
Pengubahan lingkungan dapat dilakukan dengan penambahan inhibitor ke
dalam media korosi sehingga dapat menghambat reaksi anodik dan
katodik.
4)   Pemutusan interaksi antara material dengan lingkungan
Pemutusan interaksi antara material dengan lingkungan dapat dilakukan
dengan penambahan lapisan pada pipa sebagai isolator atau biasa disebut
coating.
5)   Pengubahan potensial logam dengan metode proteksi katodik dan
anodik

Pemilihan metode penanggulangan korosi biasanya dipertimbangkan


berdasarkan beberapa aspek, yang meliputi aspek ekonomi, kualitas,
lingkungan dan keamanan proteksi. Dua atau lebih dari kelima metode
tersebut biasanya digunakan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan untuk
memperoleh proteksi yang lebih baik.
Katodik proteksi sendiri merupakan suatu perlindungan terhadap
suatu logam dari serangan korosi. Pada sistem perlindungan katodik proses
korosi hanya terjadi pada anoda sedangkan pada katoda bebas dari serangan
korosi. Pada umumnya logam adalah anoda namun pada katodik proteksi
logam akan dibuat menjadi katoda sehingga terbebas dari korosi. Proteksi
katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan menghubungkan anoda

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 94


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

korban terhadap material yang akan diproteksi. Material yang akan diproteksi
diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan pasangan yang
dihubungkan adalah logam lain yang memiliki potensial yang lebih negatif
sehingga berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda ke
katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di
katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami
reaksi reduksi dan terproteksi dari proses korosi.

Berikut adalah kelebihan penerapan sistem proteksi katodik metode


anoda korban.
1.         Pemasangan relatif mudah dan murah.
2.         Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar.
3.         Distribusi arus merata.
4.         Cocok untuk daerah berstruktur padat.
5.         Tidak membutuhkan biaya operasional.
6.         Perawatan mudah.
7.         Resiko overprotection rendah.
Namun, metode ini juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut.
1.      Keluaran arus terbatas.
2.      Tidak efektif bila resistivitas elektrolit tinggi.
3.      Tidak cocok untuk struktur besar yang perlu arus proteksi besar.
Sistem proteksi katodik anoda korban biasanya diterapkan pada
perlindungan tangki dalam tanah, jaringan pipa dalam tanah, jaringan kabel
listrik dan komunikasi dalam tanah, tangki air panas dan struktur kapal laut.
Dalam perancangan sistem proteksi katodik metode anoda korban,
terdapat tiga kriteria yang ditetapkan oleh NACE (National Association of
Corrosion Engineers), yaitu:
1.      -850mV terhadap proteksi katodik yang diaplikasikan,
2.      -850mV potensial polarisasi terhadap CSE,
3.      polarisasi minimum 100mV.
Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan
berdasarkan kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial
logam yang diproteksi mencapai daerah imun dengan cara membanjiri

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 95


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu


biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan dapat terkorosi secara
merata. Anoda korban yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), seng
(Zn), dan aluminium (Al).
Pemakaian anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai
resistivitas tinggi. Hal ini disebabkan pada lingkungan ini diperlukan anoda
yang tinggi keluaran arus per satuan berat dan potensial elektrodanya sangat
negatif. Anoda Mg banyak digunakan untuk memproteksi pipa dalam tanah.
Pemakaian anoda Al banyak digunakan di lingkungan air laut dan
harganya relatif murah dibandingkan anoda lain. Anoda Zn merupakan anoda
korban yang paling banyak digunakan di lingkungan air laut dan mempunyai
efisiensi yang tinggi.
Larutan adalah campuran homogen dan konsentrasi sama. Nama
larutan ditentukan oleh zat terlarut yang dominan dan air merupakan pelarut
yang umum digunakan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent. Larutan
merupakan cairan yang mengandung dua atau lebih zat kimia yang terlarut.

Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam


konsentrasi larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan pelarutan atau
solvasi. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu:

1. Persen massa
Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
w persen berat gram zat terlarut
% = =
w berat 100 gr larutan
2. Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat dalam 100 liter larutan
v persen volume mol zat terlarut
% = =
v volume 100 ml larutan
3. Molaritas
Menyatakan banyak mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 96


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

gram 1000
M= x
Mr volume larutan
4. Molalitas
Menyatakan jumlah mol zat berbanding terbalik dengan kg
pelarut
gram 1000
m= x
Mr gr pelarut
5. Normalitas
Menyatakan banyaknya ekuivalen zat terlarut per 1 liter
larutan
gram 1000
N= x
ekuivalen ml larutan
6. Fraksi Mol
Menyatakan banyaknya partikel zat terlarut yang tercampur
dengan partikel pelarut yang banyaknya diketahui.

DIN standard dikembangan oleh Deutsches Institut Fur Normung


(DIN) di negara jerman. Baja-baja struktural DIN ditandai dengan
kode/nomor seperti ST 37, ST 42, ST 44, ST 50, dan lain-lain. Penomoran
tersebut tentu saja memiliki makna yang menunjukkan spesifikasi dari baja
struktural. Penomoran secara umum dimaksudkan untuk memudahkan
penamaan baja atau material sesuai komposisi, spesifikasi, atau sifat baja.
Dimana untuk baja ST 37, ST memiliki makna baja (dalam bahasa Jerman:
stahl; dalam bahasa Inggris: steel), 37 memiliki makna kekuatan tarik sebesar
37 kg/mm2 atau sekitar 360-370 N/mm 2. Sehingga ST menunjukkan baja
struktural, sedangkan dua digit di belakang menunjukkan kekuatan tarik
dalam kg/mm2. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ST 37 merupakan
baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2. Material baja ST 37
merupakan salah satu material yang banyak digunakan, selain itu material
baja ST 37 merupakan baja karbon rendah dengan 0,17% karbon.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 97


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

5.3 Metodologi Praktikum


5.3.1 Skema Proses

Persiapan alat dan bahan

Gerinda spesimen

Penimbangan dan pengukuran dimensi spesimen

Perhitungan berat NaCl 1M yang dibutuhkan

Pembuatan larutan NaCl 1M

Perhitungan berat Zn yang dibutuhkan

Pemotongan Zn

Pemasangan atau penyambungan, serta melilitkan kawat pada Zn

Pencelupan

Pengukuran pH larutan dan potensial baja

Pengamatan setiap 1x48 jam selama 8 hari

Penimbangan dan pengukuran dimensi spesimen

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 98


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Masukkan (plotkan) hasil pengamatan pada diagram pourbaix

Perhitungan laju korosi

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 5.2 Skema proses pengendalian korosi dengan metode anoda korban (Sacrifical
Anode)

5.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Membersihkan permukaan spesimen dengan menggunakan gerinda
tangan. Setelah luas permukaan spesimen dirasa sudah bersih dari
pengotor, bersihkan kembali menggunakan alir mengalir atau aqua dm,
kemudian keringkan dengan tissue.
3. Timbang berat dari spesimen tersebut menggunakan timbangan,
kemudian ukur dimensi dari spesimen, untuk mengukur panjang dari
spesimen uji, menggunakan mistar ukur (penggais). Serta pengukuran
dimensi saat tercelup dengan mensimulasikan terlebih dahulu
menggunakan aqua dm.
4. Menghitung berat dari NaCl 1M yang dibutuhkan.
5. Membuat larutan NaCl 1M. Pembuatan larutan ini menggunakan
bantuan beker gelas 2L serta gelas kimia 250 mL. Pembuatan larutan
ini dimulai dengan melarutkan NaCl pada gelas kimia 250 mL,
kemudian diaduk lalu tuangkan ke dalam aquarium setelah itu

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 99


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

tambahkan aqua dm sebanyak 1750 mL dengan menggunakan beker


gelas 2L.
6. Menghitung berat dari anoda korban Zn yang dibutuhkan.
7. Memotong bongkahan Zn yang telah dikunci dengan ragum.
Pemotongan dilakukan menggunakan gergaji tangan.
8. Memasangkan atau menyambungkan logam baja dengan logam Zn
(anoda korban) dengan kawat tembaga yang telah diberikan kutek pada
bagian ujung kawat yang akan kontak atau bersentuhan dengan baja.
9. Celupkan spesimen uji beserta anoda korbannya ke dalam aquarium
yang berisi NaCl 1M.
10. Ukur potensial logam dan pH larutan menggunakan potensiometer
serta pH meter.
11. Pengamatan yang dilakukan setiap 1x48 jam selama 8 hari.
Pengamatan yang dilakukan juga berupa pengamatan visual berupa,
pengamatan korosi yang terjadi pada permukaan spesimen, warna
maupun endapan pada larutan.
12. Timbang spesimen serta ukur dimensi dari spesimen uji sebelumnya
telah dibersihkan dengan aqua dm dan dikeringkan dengan tissue.
13. Memasukka (plotkan) hasil pengamatan yang didapat pada diagram
pourbaix.
14. Hitung laju korosi yang terjadi menggunakan metode kehilangan berat.
15. Pengambilan analisa serta pembahasan dari rangkaian praktikum.
16. Menarik kesimpulan.

5.3.3 Gambar Proses

Persiapan alat dan bahan

Gerinda spesimen

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 100


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Penimbangan dan pengukuran


dimensi spesimen

Perhitungan berat

Pembuatan larutan

Perhitungan berat

Pemotongan Zn

Pemasangan atau
penyambungan, serta melilitkan
kawat pada Zn, dan pencelupan
sepesimen uji

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 101


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Pengukuran potensial dan pH


larutan. Pengamatan dilakukan
setiap 1x48 jam 8 hari

Selanjutnya sebelumnya,
pembersihan dan pengeringan
spesimen, yang kemudian
dilanjutkan dengan penimbangan
dan pengukuran dimensi spesimen

Memplotkan hasil pengamatan pada


diagram pourbaix

5.4 Alat dan Bahan


5.4.1 Alat
1. Neraca digital 1 buah
2. pH meter 1 buah
3. Potensiometer 1 buah
4. Kaca arloji 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Gelas kimia 250 mL 5 buah
7. Batang pengaduk 1 buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 102


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

8. Botol semprot 1 buah


9. Jangka sorong 1 buah
10. Mistar ukur 1 buah
11. Refferance elektrode (Calomel) 1 buah
12. Gerinda tangan 1 buah
13. Sarung tangan pengaman 1 buah
14. Gunting atau cutter 1 buah
15. Aquarium (bak reaksi) 1 buah
16. Beker gelas 2L 1 buah
17. Timbangan 1 buah
18. Gergaji tangan dan ragum 1 buah

5.4.2 Bahan
1. Spesimen batang baja ST 37 1 buah
2. Kawat tembaga Secukupnya
3. Tissue Secukupnya
4. NaCl 0,1M 2000 mL
5. Aqua dm Secukupnya
6. Kutek Secukupnya
7. Alkohol Secukupnya
8. Zinc 0,04 gr

5.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


5.5.1 Pengumpulan Data
 Data awal pengujian
Tabel 5.1 Data awal pengujian
Spesimen Baja ST-37
Panjang (mm) 293
Lebar (mm) 40
Tebal (mm) 5
Berat (mg) 617
Jenis larutan NaCl 1M

 Data pengamatan pengukuran dimensi dan berat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 103


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Tabel 5.2 Data pengamatan pengukuran dimensi dan berat


Awal Akhir
27-11-2016 4-12-2016
Tanggal
Panjang P tercelup (mm) 119,5 119,5
P tidak tercelup (mm) 173,5 173,5
Lear l tercelup (mm) 40 40
l tidak tercelup (mm) 40 40
Tebal t tercelup (mm) 5 5,15
t tidak tercelup (mm) 5 5,15
Luas A tercelup (mm2) 11500 11202,85
A tidak tercelup (mm2) 31600 16079,05
Berat plat (gr) 617 602
Berat anoda (gr) 0,04 0,03

 Data pengamatan visual, potensial dan pH


Tabel 5.3 Data pengamatan visual, potensial dan pH
Gambar intensitas korosi
No. Tanggal dalam larutan Pote pH Pengamatan secara visual
Depan Belakang
nsial
(V)
1 29-11-2016  Tidak ada gelembung
Selasa -0,30 7,08  Terdapat endapan
15.50  Warna larutan agak keruh ke
kuningan

2 1-12-2016  Tidak ada gelembung


Kamis -0,57 7,16  Banyak endapan
16.50  Warna larutan agak keruh ke
kuningan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 104


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

3 3-12-2016  Tidak ada gelembung


Sabtu -0,32 7,13  Banyak endapan
16.09  Warna larutan kuning keruh

4 5-12-2016  Tidak ada gelembung


Senin -0,66 7,19  Banyak endapan
15.22  Warna larutan kuning keruh

Keterangan : Daerah arsiran menunjukkan daerah yang terkorosi

5.5.2 Pengolahan Data


 Perhitungan pembuatan larutan
1. NaCl 0,1M
Diketahui : - Ar; Na = 23 gr/mol , Cl = 35,5 gr/mol
- M = 1M
- V = 2 L atau 2000 mL
Ditanya : Massa (gram)?
Jawab : gr 1000
M= x
Mr V ( mL )

M x Mr x V (mL)
gr=
1000

gr
1 M x 58,5 x 2000 mL
mol
¿
1000

Massa=117 gram
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 105
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

 Perhitungan luas permukaaan


Awal
Diketahui :
- l = 0,040 m - Bo = 617 gr
- t = 0,005 m

Tercelup Tidak tercelup


P depan=0,119 m P depan=0,17 m

P belakang=0,120 m P belakang=0,177 m

Pd+ Pb Pd+ Pb
P rata−rata= P rata−rata=
2 2

0,119+ 0,120 0,17+ 0,177


P rata−rata= P rata−rata=
2 2

P rata−rata=0,1195 m P rata−rata=0,1735m

Maka, P sebenarnya = P Rata-rata tidak tercelup + P Rata-rata tercelup


= 0,1735 m + 0,1195 m
= 0,293 m

Perhitungan luas penampang tidak tercelup


A1=2 ( pxl ) +2 ( lxt )+2( lxt)

A1=2 ( 0,1735 x 0,040 )+ 2 ( 0,040 x 0,005 )+ 2(0,005 x 0,1735)

A1=0,0316 m2

Perhitungan luas penampang tercelup


A2=2 ( pxl ) +2 (lxt )+2(lxt)

A2=2 (Logam
Laboratorium 0,1195Teknik
x 0,040 ) +2 ( 0,040
Metalurgi T.A x2016-2017
0,005 ) +2(0,005 x 0,1195) 106

A2=0,0115 m2
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Akhir
Diketahui :
- P (tetap sama), dimana
Tercelup = 0,1195 m
Tidak tercelup = 0,1735 m
- l (tetap sama) = 0,040 m
- t = 0,00515 m
- B1 = 602 gr
Perhitungan luas penampang tidak tercelup
A1 akhir=2 ( pxl ) +2 ( lxt ) +2(lxt )

A1 akhir=2 ( 0,1735 x 0,040 ) +2 ( 0,040 x 0,00515 ) +2(0,00515 x 0,1735)

A1 akhir=0,01120285 m 2

Perhitungan luas penampang tercelup


A2=2 ( pxl ) +2 (lxt )+2(lxt)

A2=2 ( 0,1195 x 0,040 ) +2 ( 0,040 x 0,00515 ) +2(0,00515 x 0,1195)

A2=0,01607905 m2

 Kebutuhan arus proteksi (satuan ampere)


I = A2 awal x 24 (mA/m)
I = 0,0115 x 24
I = 0,2732 mA = 2,7732 x 10-4 A
 Kebutuhan arus proteksi untuk 8 hari
8
i= xI
365

8 −4
i=
LaboratoriumxLogam
2,7732Teknik
x 10 Metalurgi T.A 2016-2017 107
365

i=6,07824 x 10−6
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

 Kebutuhan arus proteksi rata-rata


I +i
i rata−rata=
2

( 2,7732 x 10−4 ) +(6,07824 x 10−6 )


i rata−rata=
2

i rata−rata=1,41699 x 10−4 A

 Berat anoda korban


Diketahui : t = 8
365
K = 786,7
εf = 0,995 AH.th/Kg
μ = 0,85
Maka,
t x ἷ x 8760
W=
K x εf x μ
8
W=
( 365 )
x ( 1,41699 x 10 −4
) x ( 8760 )
( 786,7 ) x ( 0,995 ) x ( 0,85 )
0,027206
W=
665,351525
W =4,0889 x 10−5 Kg=0,0408 gram
 Perhitungan laju korosi spesimen
1. NaCl 0,1M
Diketahui : - W = 1500 mg
- ⍴ Baja = 7,8 gr/Cm3
- A = A awal tercelup = 17,25 Inch2
- T = 8 hari = 192 Jam

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 108


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Ditanya : Laju Korosi (LK) ?


Jawab : 534 x W
LK=
⍴x A xT

( 534 ) x (1500)
LK=
( 7,8 ) x ( 17,25 ) x(192)

LK=31,006 MPY

 Diagram pourbaix dalam larutan NaCl 0,1M

3
1
2

Gambar 5.3 Diagram Pourbaix dalam Larutan NaCl 0,1M


Keterangan:
1. E = -0,30 V, pH = 7,08 3. E = -0,32 V, pH = 7,13
2. E = -0,57 V, pH = 7,16 4. E = -0,66 V, pH = 7,19

 Persamaan reaksi
1. Pembuatan larutan
- NaCl (S) + H2O (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)

2. Reaksi korosi yang terjadi


Secara umum reaksi yang terjadi

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 109


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

a) Anoda : Fe (S) Fe2+ + 2e-


Katoda : 2H+ + 2e- H2
2H2O + O2 + 4e- 4OH-
b) 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe 3Fe2+ + 4OH- + H2
Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3. nH2O

Bila dikaitkan dengan teknisnya saat praktikum, maka


Fe2+ + 2NaCl FeCl2 + 2Na+

Reaksi pada proses anoda korban


Fe2+ + 2e- Fe
Zn Zn2+ + 2e-
Fe2+ + Zn Zn2+ + Fe

5.6 Analisa dan Pembahasan


Dari rangkaian praktikum yang telah dilakukan, terdapat hal atau
fenomena yang dapat diamati serta dianalisa. Dimulai dari persiapan awal
dari praktikum, yaitu melakukan gerinda tangan. Penggunaan gerinda tangan
tersebut dimaksudkan menyesuaikan dari kondisi maupun ukuran dari
spesimen yang digunakan. Dikarenakan dalam praktikum ini praktikan
menggunakan spesimen baja ST-37 dalam bentuk yang besar (batangan)
maka akan sulit bila proses pembersihan dari pengotor harus dilakukan
dengan kertas ampelas. Meskipun dipermudah dengan adanya gerinda tangan,
pada saat proses pembersihan pengotor juga perlu diperhatikan, karena bila
mata gerinda terlalu dalam saat kontak dengan spesimen akan menyebabkan
permukaan spesimen tidak rata serta semakin banyak daerah dari permukaan
spesimen uji yang hilang. Selain itu pada penggunaannya, arah dari gerinda
saat melakukan pembersihan juga tetap dijaga searah agar mempermudah
praktikan dalam membuang sisa pengotor yang sudah dibersihkan atau
terangkat. Karena dalam praktikum kali ini menggunakan alat dengan
kecepatan yang tinggi, faktor keamanan tetap harus dicermati agar mencegah
dari kecelakaan kerja yang dapat saja terjadi.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 110


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Selain itu dalam praktikum kali ini praktikan dalam melakukan


penimbangan berat pada spesimen menggunakan timbangan bukan neraca
digital, hal tersebut dikarenakan antisipasi dari kerusakan alat karena
umumnya neraca digital diperbolehkan untuk pengukuran mikro sementara
spesimen yang digunakan dapat dikatakan dalam skala makro atau besar.
Dalam pembacaan atau pengamatan terhadap nilai yang ada pada
jangka sorong juga bisa saja berbeda, hal tersebut disebabkan karena kondisi
dari pengamat yang memiliki kondisi penglihatan yang berbeda-beda.
Sehingga hasil pengukuran dimensi dari setiap spesimen yang diukur bisa
saja beragam atau berbeda.
Saat melakukan pembuatan larutan, sulit untuk mendapatkan hasil
timbangan yang sesuai dengan perhitungan yang didapat sebelumnya.
Sehingga praktikan melakukan pendekatan atau pembulatan yang mendekati
dari nilai berat yang ingin dicapai sebelumnya. Namun, perbedaan nilai berat
tersebut akan berpengaruh pada hasil dari lingkungan (larutan) yang akan
dibuat untuk spesimen yang ada. Pengaruh tersebut meskipun nantinya akan
memberikan dampak yang kecil atau tidak signifikan, namun tetap saja
menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan aquarium dengan
volume 2L (tidak lagi menggunakan gelas kimia 250 mL seperti pada
praktikum sebelumnya), hal tersebut dikarenakan bentuk penyesuaian dengan
ukuran dimensi dari spesimen uji yang digunakan.
Dalam pembuatan larutan, praktikan masih menggunakan bantuan dari
gelas kimia 250 mL untuk mempermudah praktikan. Hal tersebut dikarenakan
bila langsung membuat larutan NaCl 1M pada beker gelas yang terbuat dari
plastik, di khawatirkan akan ada beberapa volume yang tidak ikut tertuang
(tertinggal) saat penuangan ke dalam aquarium, terlebih larutan yang dibuat
dalam kadar atau volume yang banyak (2L). Untuk itu praktikan mensiasati
mekanisme pembuatan larutan menggunakan volume yang dibutuhkan (175
mL) aqua dm yang dituang langsung melalu beker gelas ke dalam aquarium.
Sebelum aquarium diisi dengan larutan NaCl 1M terlebih dahulu
aquarium diisi dengan air biasa (dari kran air) sebanyak 2L, sebagai bentuk

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 111


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

simulasi. Simulasi tersebut diperlukan dalam melakukan pengukuran dimensi


spesimen saat tercelup atau pada bagian yang tercelup, hal tersebut
dibutuhkan karena posisi dari spesimen nantinya saat tercelup, tidak semua
bagian akan tercelup. Sehingga diperlukan simulasi terlebih dahulu untuk
menggunakan air biasa, selain itu simulasi tersebut dapat juga berfungsi untuk
memeriksa apakah ada bagian dari aquarium yang bocor atau memastikan
bahwa aquarium yang digunakan dalam keadaan yang baik.
Dalam melakukan pengukuran panjang pada bagian yang tercelup
akan diambil nilai rata-rata dari bagian depan spesimen dengan bagian
belakang spesimen yang berada pada bagian yang tercelup. Hal tersebut
dikarenakan kedudukan atau posisi spesimen saat proses praktikum tidak rata
pada semua bagian yang tercelup atau terdapat gradien, sehingga perlu
menggunakan nilai rata-rata dari panjangnya.
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan spesimen baja ST-37.
Alasan dari mengapa menggunakan baja ST-37 dapat juga disebabkan
beberapa hal, diantaranya karena baja ST-37 merupakan baja dengan
kandungan karbon yang rendah, dimana ada kehidupan sehari-hari
penggunaan baja karbon rendah lebih umum (banyak) digunakan dibanding
baja jenis karbon medium atau tinggi (untuk keperluan atau penggunaan
khusu) sehingga dengan begitu dapat memfilosofikan atau menjadi model
untuk pengaplikasian yang lainnya pada kehidupan sehari-hari. Selain itu baja
ST-37 memiliki sifat yang reakstif terhadap korosi sehingga dalam skala
pembelajaran atau akademisi cocok sebagai model pengamatan karena korosi
yang terjadi dapat lebih mudah terjadi.
Selain itu penggunaan baja ST-37 jenis batang dapat dimaksudkan
kaena ukuran yang membuat ada bagian yang tercelup dan tidak tercelup,
membuat perbandingan bagaimana keadaan korosi yang terjadi antara yang
tercelup dengan yang tidak tercelup.
Bila dihubungkan antara nilai laju korosi yang didapat dari larutan
NaCl 1M dengan ketahanan korosinya maka akan dapat digolongkan
menjadi,

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 112


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

 NaCl 1 M, dengan nilai laju korosi = 31,006 MPY, maka tergolong


dalam kategori fair, dimana rentan nilainya 20-50 MPY.
Dari data penggolongan ketahanan korosi tersebut dapat diamati
bahwa, selama 8 hari pengamatan, baja dari spesimen uji mengalami korosi
yang cukup parah, meskipun masih dapat digunakan dalam aplikasinya,
namun dengan keadaan seperti itu, akan dihindari dalam pengaplikasiannya.
Dalam proses yang terjadi selama praktikum, logam Zn akan
bertindak sebagai anoda sehingga mengalami proses oksidasi maka dengan
begitu, logam yang ditempaktkan pada katoda akan terlindung (dalam hal ini
baja ST-37) pemilihan peletakan tersebut berdasarkan pada nilai potensia dari
logam yang ada. Logam dengan nilai potensial yang lebih rendah atau kecil
ditempatkan pada anoda atau korban.
Selain itu pada prosesnya, metoda perlindungan ini tidak memerlukan
arus listrik karena ion serta elektron akan ditransfer secara alami melalu
kawat serta larutan elektrolit yang ada.
Dari hasil pada diagram pourbaix yang didapat, menunjukkan bahwa
berada pada daerah yang terkorosi dan daerah immun (kekebalan), hal
tersebut memberikan informasi bahwa pada dasarnya logam ST-37 tersebut
terkorosi, namun dengan adanya anoda korban, ada yang tertahan masih
berada pada daerah kekebalannya. Korosi yang terbentuk juga dapat
dipengaruhi karena spesimen lainnya, karena didalam satu aquarium tersebut
terdapat dua spesimen yang dimasukkan atau digunakan.
Dalam praktikum ini praktikan tidak terlalu terhambat dalam
melakukan pengukuran potensial karena konektor potensiometer dapat
langsung dihubungkan dengan spesimen uji. Namun praktikan kesulitan
dalam melakukan pemotong Zn dikarenakan bentuk awalnya yang tidak
berbentuk dengan jelas (bongkahan) yang diharuskan mendapatkan berat
yang relatif sangat rendah atau kecil.
Pada praktikum ini sebelum dimasukkan ke dalam larutan, terlebih
dahulu pada ujung spesimen diikat atau dihubungkan dengan kawat tembaga
yang sebelumnya telah diberikan kutek pada ujung kawat yang akan kontak
atau bersentuhan langsung dengan spesimen maupun pada anoda korban.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 113


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

Alasan mengapa menggunakan kawat tembaga dikarenakan tembaga dapat


menghantarkan listrik dengan baik sehingga dapat mempermudah praktikan
dalam melakukan pengukuran potensial, selain itu harga dari kawat tembaga
yang relatif murah, serta kemampuan ketahanan korosi dari tembaga yang
cukup baik. Pemberian kutek pada ujung kawat yang akan kontak atau
bersentuhan langsung dengan permukaan spesimen dimaksudkan untuk
menjadi pembatas atau pelindung untuk pencegahan dari korosi galvanik
(korosi yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai potensial suatu logam).
Selain itu penggunaan kutek dimaksudkan karena kutek mempunyai bahan
dasar atau terbuat dari polimer atau plastik sehingga tidak akan bereaks pada
logam yang ada dimana nantinya dapat menimbulkan reaksi korosi, serta
kutek dapat merekat pada permukaan yang diberikan kutek tanpa harus
ditambahkan perekat tambahan (sifat mampu rekat).
Namun pada kenyataannya, terdapat juga korosi galvanik yang terjadi
pada spesimen uji yang diikat dengan tembaga yang sebelumnya telah diberi
kutek pada ujung kawat yang akan kontak dengan spesimen uji. Hal tersebut
dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya, tidak meratanya
pemberian kutek, sehingga masih ada permukaan tembaga yang belum
dilapisi kutek maka pada saat diikat pada spesimen, permukaan yang tidak
terlapisi tersebut akan bersentuhan langsung pada spesimen sehingga
menyebabkan korosi galvanik. Selain itu juga dapat disebabkan karena
kualitas dari kutek yang digunakan kurang baik sehingga pada saat kutek
sudah kering dan akan diikat pada spesimen (kawat tembaga ke spesimen),
kutek mudah terkelupas atau lepas sehingga akan menyebabkan adanya
permukaan kawat tembaga yang tidak terlapisi yang menyebabkan dapat
kontak secara langsung dengan permukaan spesimen saat diikat, hal tersebut
dapat menyebabkan korosi galvanik karena beda potensial yang terjadi saat
adanya dua atau lebih logam yang saling bersentuhan secara langsung.
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan satu macam larutan yaitu,
NaCl 0,1M, dimana larutan tersebut tergolong garam. Pada dasarnya larutan
yang digunakan haruslah larutan elektrolit. Dimana dengan menggunakan
larutan elektrolit, akan mempermudah dalam mentransfer ion maupun

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 114


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

elektron sehingga terjadi reaksi pada larutan dengan spesimen yang


dimasukkan. Dikarenakan hanya ada satu macam larutan yang digunakan,
praktikan tidak dapat melakukan perbandingan terhadap korosi yang terjadi
bila mana terdapat larutan lain yang digunakan (varian larutan).
Selain itu dari pengamatan selama 8 hari, secara pengamatan visual
menunjukkan perubahan atau karakteristik dari larutan NaCl 1M. Bila diamati
pada larutan NaCl 1M terdapat banyak endapan. Adanya endapan tersebut
dapat disebabkan beberapa hal. Diantaranya, disebabkan jika konsentrasi
senyawa melebihi kelarutannya. Sehingga semakin banyak endapan pada
suatu larutan maka semakin banyak juga konsentrasi dari senyawa tersebut
yang melebihi kelarutannya atau dapat dikatakan tidak larut. Begitu pun
sebaliknya, semakin sedikit endapan pada suatu logam maka semakin banyak
juga konsentrasi dari senyawa tersebut yang larut dengan baik. Banyak atau
sedikitnya senyawa yang larut atau banyak sedikitnya endapan yang ada
dapat berpengaruh pada sifat elektrolit dari larutannya, semakin sedikit yang
larut maka kemampuan untuk menghantarkan elektrolit atau ion semakin
kecil, sehingga dapat dikatakan korosi yang terbentuk menjadi terhambat.
Faktor lain penyebab terdapatnya endapan dapat disebabkan karena endapan
tersebut merupakan Fe2O3 hasil korosi dari logam Fe.
Pada pengamatan visual, juga terdapat perubahan warna pada larutan
NaCl 1M. Hal tersebut disebabkan karena sifat dasar dari larutan tersebut saat
bereaksi atau larut dalam suatu larutan. Selain itu pada pengamatan, tidak
terdapatnya gelembung. Hal itu dikarenakan NaCl bersifat sebagai garam.
Gelembung akan terbentuk saat terdapatnya ion hidrogen dalam larutan,
dimana ion hidrogen tersebut bila berinteraksi dengan udara atau O2 akan
mengikat O2 tersebut sehingga kaya akan O2 sehingga terbentuknya
gelembung hasil dari O2 yang terikat atau terperangkap. Sementara jenis
larutan yang mempunyai ion hidrogen yang tinggi adalah larutan asam,
terutama asam kuat.
Selain itu, pada pengamatan visual yang telah dilakukan, akan
terdapat banyak varian atau perbedaan hasil pengamatan yang di dapat dari
hari ke hari terutama pada pengamatan korosi yang terjadi pada setiap

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 115


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

permukaan spesimen uji. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan dari


praktikan yang melakukan pengamatan, dimana setiap praktikan tentunya
juga memiliki kemampuan ataupun ketelitian serta kecermatan dalam melihat
fenomena yang terjadi, dengan kata lain perbedaan hasil tersebut disebabkan
banyaknya pengamat atau praktikan yang ikut ambil bagian atau terlibat
dalam pengamatan terhadap suatu spesimen.
Selama melakukan pengukuran potensial terdapat kendala yang
sempat menghambat proses pengukuran yang pada akhirnya berdampak pada
tidak munculnya nilai potensial. Hal tersebut disebabkan, diantaranya, alat
yang mengalami kerusakan yaitu putusnya kabel penghubung untuk ke kawat
spesimen. Dengan kerusakan tersebut, kecermatan, keakuratan atau ketepatan
alat yang digunakan menjadi berkurang, meskipun sudah ditanggulangi
dengan melilitkan ujung kabelnya dengan identor. Selain ini juga dapat
disebabkan kebersihan dari refference electrode dimana dapat menyebabkan
refference electrode tekontaminasi dengan larutan lain.
Sama halnya dengan alat potensiometer, pH meter juga terkadang
mengalami hambatan dalam proses pengukuran. Selain juga masalah
kebersihan alat, juga disebabkan karena faktor kalibrasi yang sebelumnya
tidak dilakukan oleh kelompk sebelumnya atau belum maksimalnya kalibrasi
yang dilakukan, sehingga hasil pH yang didapat memiliki nilai simpangan
yang besar sehingga pengukuran harus diulang kembali.
Dikarenakan alat potensiometer serta pH meter yang tersedia hanya
masing-masing satu buah, banyak terjadi keterlambatan waktu pengukuran
dari waktu yang sebelumnya dijadwal atau ditargetkan, sehingga hasil nilai
dari pengukuran bisa saj berpengaruh bila dilakukan dengan tepat waktu.
Dari hasil pengukuran dimensi pada awal praktikum hingga akhir
pengamatan terjadi perubahan dimensi dari spesimen, ada yang bertambah,
ada juga yang berkurang dari dimensi awal pengukuran. Hal tersebut
menunjukkan korosi yang terjadi pada spesimen berbeda-beda, dimana ada
yang terjadi di dalam permukaan spesimen sehingga menambah dimensi dari
spesimen, ada yang terjadi di dalam permukaan spesimen. Namun untuk
aspek ketebalan dari spesimen, semua spesimen mengalami pertambahan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 116


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

dimensi, itu artinya untuk tebal korosi yang terjadi, berada di luar permukaan
spesimen.
Dalam persamaan reaksi yang ada ion muatan Fe bermuatan Fe 2+
dikarenakan bila dikorelasikan pada diagram pourbaix yang terbentuk, berada
pada bagian Fe2+.
Seperti yang sudah dibahas diatas, pada dasarnya penggunaan Zn
sebagai anoda korban dapat diganti, dengan catatan nilai potensial dari anoda
korban tersebut harus lebih rendah dari logam yang akan di proteksi (dalam
hal ini baja ST-37). Contoh material yang dapat menggantikan Zn adalah Na,
Mg maupun Al.

5.7 Kesimpulan dan Saran


5.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Dengan metode anoda korban, logam dapat tertahan dari dampak atau
reaksi korosi.
2. Proses anoda korban mengggunakan mekanis transfer ion dan elektron
tanpa harus membutuhkan arus listrik.
3. Dengan menggunakan diagram pourbaix, praktikan dapat menentukan
kecenderungan suatu material untuk terkorosi atau tidak.
4. Dengan menggunakan alat potensiometer serta pH meter praktikan
dapat mengukur nilai potensial serta pH larutan.
5. Terdapat banyak fenomena yang terjadi pada pengamatan yang
dilakukan.
6. Selama pengamatan atau praktikm berjalan terdapat reaksi yang terjadi
di dalam larutan NaCl 1M.
7. Persiapan awal terhadap spesimen perlu di perhatikan dengan baik.
8. Diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum ini agar dapat
maksimal.
9. Ketahanan korosi yang terjadi tergolong kurang bagus.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 117


BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE
ANODA KORBAN (SACRIFICAL ANODE) Kelompok 11

10. Laju korosi yang terjadi berlangsung cukup cepat sehingga korosi yang
tejadi cukup parah.
11. Pada dasarnya penggunaan Zn dapat diganti dari anoda korban dengan
material lain

5.7.2 Saran
Berikut saran yang dapat saya berikan :
1. Jumlah alat penunjang kebersihan tolong diperbaiki atau ditambah
seperti kran air.
2. Alat pengukur potensiometer serta pH meter tolong ditambah.
3. Cadangan Aqua dm tolong ditambah.
4. Ketersedian tissue perlu disiapkan dengan baik.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 118

Anda mungkin juga menyukai