Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FISIKOKIMIA SPEKTROFOTO UV-Vis

“POTENSIOMETRI”

Missye Dayana Sabilla 211FF04039

FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021/2022
PENDAHULUAN

Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di dalam larutan sel,
maka pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat penting dalam kimia analitik. Dalam
banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung pada aktivitas suatu macam
zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel harus sedemikian rupa hingga
potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan ditentukan; ini disebutelektroda indikator.
Elektroda yang lainnya merupakan sebuah pembanding, seperti kalomel, yang potensialnya
diketahui dan tetap selama pengukuran (Underwood, 1986).
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama
(potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion
yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi
langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial
sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel
galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial
sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, J. dkk., 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai
kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir
titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion
yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan
elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran
tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena
konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan
elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di
dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja dkk., 2008). Cara potensiometri ini bermanfaat
bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik
akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah dan sederhana.
Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang

paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu pada saat potensial sel
dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual tatanan sel dan efek polarisasi
dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan kesetimbangan.
Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah
dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan
yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam pengertian
bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit
kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990). Metode potensiometri merupakan
salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam
suatu larutan, titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu,
metode potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal dengan
pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik nol, penetapan besi (III)
dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium permanganate dengan kalium iodide (Vogel,
1994).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada
mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi
secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil
pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu
kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika
tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah
menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan
apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, J. dkk., 1994).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya harus
meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya.
Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau
secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi
(Khopkar, 2003).
a. Reaksi netralisasi: Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda
gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
b. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: Pembentukan endapan atau kompleks
akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg.
Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
c. Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks.
Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus
dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 2003).
Semua potensial elektroda dikutip relatif terhadap potensial elektroda hidrogen standar.
Jadi, elektroda hidrogen haruslah dianggap sebagai elektroda rujukan primer. Elektroda yang
paling meluas penggunaannya adalah elektroda kalomel, disebabkan oleh mudahnya pembuatan
dan konstan potensial. Sebuah sel-paruh kalomel adalah sel paruh dalam mana merkurium dan
kalomel (merkurium(I) klorida) ditutup dengan konsentrasi tertentu; dapat 0,1 N; 1,0 N; 3,5 N;
atau jenuh. Larutan kalium klorida haruslah dijenuhi oleh kalomel. Potensial elektroda kalomel
pada 25OC relatif terhadap elektroda hidrogen normal untuk 0,1 N; 1,0 N dan jenuh masing-
masing adalah 0,3371; 0,2846; dan 0,2458 volt (Bassett, J. dkk., 1994).
Elektroda indikator suatu sel adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada aktivitas
(dan karena itu pada konsentrasi) spesi ion tertentu yang konsentrasinya akan ditentukan. Dalam
potensiometri langsung atau titrasi potensiometri suatu ion logam, sebuah elektroda indikator
sederhana biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang dibersihkan dengan seksama yang
terbuat dari logam yang tepat; paling penting adalah permukaan logam yang akan dicelupkan ke
dalam larutan itu bebas dari lapisan tipis oksida atau hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus
elektroda yang lebih memuaskan dapat disiapkan dengan menggunakan kawat platinum yang
telah disalut dengan lapisan tipis logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik
(Bassett, J. dkk., 1994).
Bila dilibatkan ion hidrogen, sebuah elektroda hidrogen dapat jelas digunakan sebagai
elektroda indikator, namun peran itu dapat juga dilakukan oleh elektroda lain, yang terkemuka
adalah elektroda kaca. Inilah contoh elektroda membran dalam mana potensial yang
dikembangkan antara suatu selaput kaca dan larutan merupakan suatu fungsi linier pH larutan,
dan karena itu dapat untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen dari larutan itu. Karena selaput
kaca itu mengandung ion logam alkali, juga mungkin untuk mengembangkan elektroda kaca
yang dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi ion-ion ini dalam larutan, dan dari
pengembangan ini (yang didasarkan pada mekanisme pertukaran ion), sederetan lengkap
elektoda membran telah dikembangkan berdasarkan baik pada bahan pertukaran ion zat padat
maupun cairan: elektroda-elektroda ini merupakan bagian deret yang penting dari elektroda
peka-ion yang sekarang tersedia untuk banyak macam ion (Bassett, J. dkk., 1994).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan
konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi
langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak
terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu
elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai,
1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi
potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk
suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda
redoks (Khopkar, 1990).
Pada praktikum kali ini metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri
tepatnya titrasi asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa
secara potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Agar metode ini
berhasil baik, kedua asam atau basa hendaknya kekuatannya berbanding sekurangnya 10-5: 1.
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi asam atau basa bervalensi banyak, tetapi hanya dapat
dilakukan untuk masing-masing senyawa jika harga pKa atau pKb berbeda minimal 2 satuan
(Widjaja dkk., 2008).
Pada titrasi asam basa, elektroda indikator yang digunakan adalah elektroda membran
gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H +)dan elektroda pembanding yang
digunakan adalah Elektroda Kalomel, (Khopkar, 2003) seperti yang terlihat pada gambar
dibawah. Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion hidrogen tersebut diamati. Pada elektrode
membran gelas, tidak ada elektron yang diberikan kepada membran. Justru sebuah membran
membiarkan ion H+ untuk menembusnya, tetapi menahan ion yang lain. Dengan demikian akan
timbul beda potensial yang cukup besar untuk mencegah terjadinya migrasi lebih lanjut.
Kelebihan dari elektroda membran gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi sehingga tidak ada
permukaan katalis yang kehilangan aktivitasnya. Nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang
tersangga bisa diukur secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok
digunakan untuk memonitor pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day dan
Underwood, 1981). Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan titik
akhir titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan peniter (Widjaja dan Laksmiani,
2009).

TUJUAN

Mengetahui cara analisis “asam salisilat” pada sampel New Neozalf secara
potensiometri.

PRINSIP

Metode analisis kimia didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator
(elektroda yang potensialnya bergantung pada ion dari senyawa yang akan ditetapkan) dan
elektroda pembanding (elektroda yang dicelupkan pada larutan).

PROSEDUR KERJA

Alat Bahan
Buret Naoh
Labu takar 50 ml Asam salisilat
Botol semprot Asam oksalat
Glas kimia 50 ml
Aquadest
klem
Buffer 4
Kertas isap
Pipet tetes 1 buah Buffer 7
Ph meter elektroda
Buffer 9

Pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1000 ml


Perhitungan :
Rumus: N = g/BE x 1000/v (BE NaOH = 40)
0,1 N = g/BE x 1000/v
0,1 N = g/40 x 1000/1000
g = 4 gram
Cara pembuatan :
Ditimbang 4 gram NaOH, dimasukkan ke dalam beaker
glass, dilarutkan dengan sedikit aquadest, dipindahkan
ke dalam labu ukur 1000 ml, ditambahkan aquadest
sampai tanda batas (add 1000 ml).
Kalibrasi Alat PH Meter
a. Disiapkan seperangkat alat pH meter.
b. Dibilas elektroda gelas dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. pH meter dinyalakan.
c. Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4 hingga elektroda tercelup semua.
d. Ditekan tombol “Cal” dan ditunggu hingga angka pH konstan di angka 4
e. Dibilas kembali elektroda gelasnya dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu.
f. Dicelupkan lagi elektroda gelas ke dalam larutan buffer pH 7.
g. Ditekan tombol “Cal” dan ditunggu hingga angka pH konstan di angka 7.
h. Dibilas lagi dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu.
i. Dicelupkan lagi elektroda ke dalam larutan buffer pH 10, ditekan tombol “Cal” dan ditunggu hingga
angka pH konstan di angka 10.
j. pH meter telah dikalibrasi dan siap untuk digunakan.

Penyiapan buret dan pembakuan NaOH dengan C2H2O4 (asam oksalat).


a. Diisi buret dengan NaOH 0,1 N sesuai kebutuhan.
b. Dipasang buret pada statif dengan baik dan benar.
c. Dihilangkan gelembung udara pada buret.
d. Ditimbang asam oksalat sebanyak 100 mg. Dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml, dilarutkan
dengan 25 ml aquadest,
e. Dititrasi dengan pentiter (NaOH). Diawali dengan penambahan 5ml pentiter, lalu setelahnya
dilakukan pengukuran dan pencatatan pH setiappenambahan 0.5 ml pentiter (dengan cara dicelupkan
elektroda lalu ditekan tombol “Read”).
Dilakukan berulang kali sampai terjadi lonjakan pH 3-4 titik di atas pH netral.
f. Dibuat kurva dan ditentukan titik ekivalen.
g. Dihitung berapa konsentrasi NaOH.

Penetapan kadar asam salisilat dengan titrasi asam basa menggunakan metode potensiometri.
a. Ditimbang 100 mg asam salisilat, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml, kemudian ditambahkan
etanol 96% 25 ml, kocok/adukhingga larut.
b. Diukur pH nya dengan menggunakan pH meter,dengan cara dicelupkan elektroda gelas sambil
ditekan tombol “Read” kemudian dicatat pH nya. (keadaan ini belum ditambahkan NaOH 0,1 N alias 0
ml NaOH).
c. Ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 N dari buret (pentiter) sambil dititrasi.
d. Diukur pH nya dengan pH meter kemudian dicatat pH nya (cara sama seperti nomor b).
e. Ditambahkan 0,5 ml NaOH 0,1 N dari buret (pentiter) sambil dititrasi dan diukur pH nya kemudian
dicatat.
f. Dilakukan berulang (diukur pH nya dan dicatat setiap penambahan 0,5 ml pentiter) hingga terjadi
lonjakan pH 3-4 titik diatas pH netral.
g. Dibuat kurva titrasi dan ditentukan titik ekivalen.
h. Dihitung kadar sampel asam salisilat.

SIFAT BAHAN
1. Asam salisilat (BM 138,12)

Pemerian

Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak
manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat
dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau mirip
etanol.
Kelarutan
Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam eter,
larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Kelarutan dalam air = 1 : 460 Kelarutan dalam
air mendidih = 1 : 15 Kelarutan dalam alkohol
= 1 : 3 Kelarutan dalam kloroform = 1 : 45
Kelarutan dalam eter = 1 : 3
Kelarutan dalam benzena = 1 : 135 (Martindale 36th p.1612) “1 mL
NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3”

Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat V1 ΔpH/ΔV


2,5 0,396
mL NaOH pH ΔpH/ΔV V1 5,25
Δ2pH/Δ2V 0,6
V2
0 2,23 0,11 3,75 5,75 0,03 0,26 6,50 Δ2pH/Δ2V
7,5 3,08 0,28 9,25 6,25 -0,03 1,2 10,88 3,75 0,030823
11 4,07 0,18 12,50 7 0,49 6,12 13,38 9,25 -0,03165
14 4,61 1,04 14,25 7,75 -1,36 0,44 14,50 12,5 0,491429
14,5 5,13 0,36 14,75 8,25 3,36 0,24 15,00 14,25 -1,36
15 5,31 2,04 15,25 8,75 2,88 0,12 15,63 14,75 3,36
15,5 6,33 4,20 16,00 -5,07 16,38 15,25 2,88
16,5 10,53 0,40 16,75 -0,40 17,00 16 -5,06667
17 10,73 0,20 17,25 16,75 -0,4
17,5 10,83 V2 Δ2pH/Δ2V 17,25
6,5 0,030822511
Penetapan Kadar -
mL NaOH pH ΔpH/ΔV V1 10,875
Δ2pH/Δ2V0,031648352 V2 Δ2pH/Δ2V
0 2,83 0,40 2,50 13,375 0,07
0,491428571 3,88 3,875 0,074182
5 4,81 0,60 5,25 14,5 -0,68 -1,36 5,50 5,5 -0,68
5,5 5,11 0,26 5,75 15 1,88 3,36 6,00 6 1,88
6 5,24 1,20 6,25 15,625 6,56 2,88 6,63 6,625 6,56
6,5 5,84 6,12 7,00 -7,57 - 7,38
16,375 -0,40
5,066666667 7,375 -7,57333
7,5 11,96 0,44 7,75 8,00
17 -0,24 -0,4 8 -0,4
8 12,18 0,24 8,25 8,50
8,5 -0,24
8,5 12,3 0,12 8,75
9 12,36
PEMBAHASAN
Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk membuat kurva
hubungan antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan menentukan
kadar sampel yang dianalisis. Potensiometri adalah salah satu metode penentuan konsentrasi
zat melalui pengukuran nilai potensial. Nilai potensial yang diukur setiap penambahan
volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik
ekuivalen titrasinya. Volume pada titik ekuivalen titrasi tersebut adalah volume titran yang
akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Dalam potensiometri ini, tidak digunakan
indikator karena dengan pengukuran potensial larutan sudah bisa didapatkan titik
ekuivalennya dari kurva. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen sehingga data
yang dihasilkan dianggap memiliki kesalahan yang kecil.
Metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya titrasi asam basa,
ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara potensiometri
tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah elektroda membran gelas yang sensitif terhadap
perubahan jumlah ion hidrogen (H+) dan elektroda pembandingnya adalah Elektroda
Kalomel. Dalam titrasi asam basa, diamati setiap perubahan ion H + atau perubahan pH yang
ditunjukkan pada alat pengukur pH. Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH
dapat ditentukan titik akhir titrasinya dari sampel. Selanjutnya titik akhir titrasi dideteksi
dengan menetapkan volume di mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan volume pentiter yang sedikit.
Tahapan awal yang dilakukan dalam penetapan kadar asam salisilat, dengan membuat
larutan baku primer dan baku sekunder, dalam penetapan kadar ini, baku primer yang
digunakan adalah asam oksalat dan baku sekunder adalah NaOH. Prosedur pembutan larutan
baku primer asam oksalat dengan menimbang serbuk kristal asam oksalat

Prosedur pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N dengan menimbang NaOH.
Penimbangan kristal NaOH dengan gelas arloji setangkup, karena NaOH bila dibiarkan di
udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kemudian kristal NaOH dimasukkan
kedalam beaker glass dan dilarutkan dengan aquades ad 100 ml, aduk larut sampai homogen.
Kristal NaOH memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air.
Pembuatan pembakuan larutan baku primer asam oksalat dengan larutan baku
sekunder NaOH dengan tahap awal memipet 3 ml larutan asam oksalat dengan menggunakan
pipet ukur, seteleh itu dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml, dan ditambahkan aquadest
sampai elektroda tercelup (± 50 mL) dan melakukan titrasi. Catat pH dan volume titran pada
saat end point.
Titrasi kemudian dimulai dengan menambahkan sejumlah volume NaOH, dengan alat
stire yang terus berputar saat titrasi dilakukan. Setiap penambahan sejumlah larutan titran, pH
larutan kemudian diukur menggunakan potensiometer, yang di dalamnya terdapat elektrode
membran gelas yang sangat sensitif terhadap perubahan jumlah H+.
Saat elektrode membrane gelas dicelupkan ke dalam campuran larutan, terjadi
kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat di bagian tipis bola gelas dan ion
hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji. Elektrode gelas akan membiarkan ion H+
untuk menembusnya, tetapi menahan ion yang lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen
dalam larutan sampel, semakin banyak ion hidrogen yang masuk ke dalam lapisan gelas tadi.
Hal ini menyebabkan pada saat awal-awal titrasi, nilai pH

kecil. Semakin banyak pentiter yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang
terdapat dalam larutan, karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH) dan
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan gelas juga
semakin sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai pH pun meningkat.
Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume pentiter.
Semakin banyak volume larutan pentiter (NaOH) yang ditambahkan ke dalam larutan
titrat, pH larutan menjadi semakin turun (basa). Lonjakan pH secara drastis terjadi yaitu dari
pH ± 7 menjadi ± 8 yaitu saat volume titran 2,900 ml – 3,000 mL. Lonjakan pH terjadi
disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H +) dari sampel telah habis
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung banyak ion
hidrogen dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan, jumlah ion hidrogen
perlahan-lahan berkurang karena telah bereaksi dengan ion hidronium membentuk air, dan
saat terjadi lonjakan pH secara drastis tersebut ion hidrogen (H+) dari sampel telah habis
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH. Dengan demikian, tidak terdapat lagi ion
hidrogen dalam bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan titrat setelah titik akhir
titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan semakin meningkat dan menyebabkan
naiknya pH larutan (pH larutan basa). Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas
secara tiba-tiba akan membuat arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat
secara tiba-tiba dan kemudian turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal
pada pH meter mengenai adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan yang
dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,1N).
Referensi

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departement Kesehatan RI.

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai