Dibuat oleh:
FADLAN (32119060)
i
KATA PENGANTAR
Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai macam hambatan
dan kesulitan , tapi atas bimbingan dan kerjasama berbagai pihak kususnya dosen dan
asisten dosen dan rekan-rekan teknik elektro yang sangat berman faat sehingga
hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik pengajianya , mengingat kekurangan pengetahuan dan
pengalaman menulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan amalan yang setimpal atas
segala bantuan dan amal baiknya dan penulis harap kiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagikita semua khususnya penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HAL
Cover ........................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan kaca dan porselin semakin meningkat, ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya produk-produk industri baik dalam maupun dalam negeri, baik itu
industri besar maupun industri kecil (home industri) yang memproduksi barang-
barang yang terbuat dari bahan kaca dan porselin, termasuk industri-industri
kelistrikan atau keteknikan membuat peralatan listrik dari bahan kaca dan porselin.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk membahas tentang
bahan listrik dari bahan kaca, sitol, porselin dan polimer.
1.2. Rumusan Masalah
Karena begitu banyaknya pokok bahasan tentang bahan listrik, maka pada makalah
ini penulis hanya membahas tentang bahan listrik dari bahan kaca, sitol, porselin dan
polimer.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah tentang Bahan Listrik ini adalah untuk mengetahui
tentang bahan-bahan listrik dari bahan kaca, sitol, porselin dan polimer.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Muhaimin (1993;37) menyatakan bahwa kaca dan porselin adalah tergolong
bahan mineral, tetapi penggunaannya tidak pada bentuk atau keadaan alaminya
melainkan harus diproses terlebih dahulu dengan pemanasan (pembakaran),
pengerasan dan pelumeran.
2.1. Bahan Kaca
Muhaimin (1993;37) menyatakan bahwa kaca adalah substansi yang dibuat
dengan pendinginan bahan-bahan yang dilelehkan, tidak berbentuk kristal tetapi tetap
pada kondisi berongga. Pada umumnya kaca terdiri dari campuran Silikat dan
beberapa senyawa seperti Borat dan Pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan
beberapa senyawa seperti Silikat (pasir), Alkali (Na dan K) dengan bahan lain seperti
kapur, oksida timah hitam. Karena itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi
bahan-bahan pembentuknya. Massa jenis kaca berkisar antara 2 – 8.1 g/cm3,
kekuatan tekanannya 6.000 – 21.000 Kg/cm2, dan kekuatan tariknya 100 – 300
Kg/cm2. Karena kekuatan tariknya kecil maka kaca adalah bahan yang regas.
Walaupun kaca merupakan substansi berongga, tetapi tidak mempunyai titik leleh
yang tegas, karena pelelehannya adalah perlahan-lahan ketika suhu dinaikkan. Titik
pelembekan kaca berkisar antara 500 – 1.700°C. Makin sedikit kandungan SiO2 nya
makin rendah titik pelembekan kaca tersebut. Demikian pula dengan muai panjang
(α) nya, makin banyak kadar SiO2 yang dikandungnya akan makin kecil α nya. Muai
panjang untuk panjang berkisar antara 5.5 . 10-7 – 150 . 10-7 per derajat Celcius.
Nilai dari angka muai panjang adalah sangat penting bagi suatu kaca dalam
hubungannya dengan kemampuan kaca menahan perubahan suhu. Kaca silika
mempunyai sifat kelistrikan yang paling baik. Pada suhu kamar besarnya resistivitas
adalah 107Ω cm, εr 3,8 dan tan ð pada 1 MHz adalah 0,0003. Jika kaca silika
ditambahkan natrium atau kalium, maka resistivitasnya akan turun, tan ð nya akan
naik sedikit. Sering sekali oksida logam alkali ditambahkan pada pembuatan kaca
dengan maksud agar sifat-sifatnya menjadi lebih baik
2
Kaca yang mengandung Oksida-oksida dua logam aktif yang berbeda
dimungkinkan mempunyai sifat isolasi yang lebih tinggi dibandigkan jika
kuantitas oksidanya hanya mengandung satu bagian dari kuantitas oksida dua
logam (efek netralisasi atau polialkalin). Kemampuan isolasi kaca juga dapat lebih
baik jika padanya di tambah PbO atau BaO.
2.1.1. Pabrikasi dan Peningkatan Kualitas
Muhaimin (1993;39) menyatakan bahwa kaca dibuat dengan cara
mendinginkan secara cepat beberapa bahan yang dilelehkan atau kristalisasi.Proses
tersebut dinamakan devritrikasi. Pendinginan yang cepat tersebut diikuti dengan
naiknya kekentalan atau pembentukan keadaan kristal. Pabrikasi kaca diawali dengan
pemotongan, pengalusan dan mencampur bahan-bahan mentah seperti : pasir silika
(SiO2), soda (Na2CO3), Kalsium minium (Pb3O4), tanah kaolin dan feldspar. Semua
bahan tersebut kemudian difusikan. Kaca dapat dilelehkan dalam suatu wadah yang
kapasitasnya dapat mencapai 2 ton bahan mentah. Kaca yang masih dalam keadaan
meleleh atau lunak disebut dengan metal. Metal ini selanjutnya dihaluskan kembali di
dalam sebuah tangki khusus yang selanjutnya diambil untuk dibentuk. Karena kaca
kental adalah kenyal, maka sangat mudah dibentuk yaitu dengan : peniupan (misalnya
untuk bola lampu, piranti gelas reaksi), penarikan (misalnya : tatakan gelas, pipa dan
tabung) atau dengan penekanan dan pencetakan. Kaca yang masih panas dapat
disolder dengan baik satu sama lainnya seperti halnya logam. Pada umumnya kaca
diproduksi dengan bentuk datar antara lain : kaca jendela dan bentuk kemasan antara
lain botol dan bola lampu.
2.1.2. Kaca Sebagai Pengisolasi
Muhaimin (1993;39) menyatakan bahwa kaca silika mempunyai sifat isolasi
yang tinggi, ketahanan panas yang tinggi dan kuat terhadap pengaruh hidrolitik.
Pabrikasi piranti kaca silika menggunakan dapur tinggi khusus. Pada umumnya
terdapat dua macam kaca silika, dintaranya : kaca silika bening dan silika tidak
bening tetapi tembus cahaya (translucent). Kaca silika bening mempunyai sifat yang
3
lebih baik dari pada kaca silika yang tidak bening. Pada kaca silika yang tidak bening
terdapat gelembung-gelembung udara didalamnya. Hal ini dapat dimaklumi, karena
proses pembuatan kaca silika bening lebih sulit dari pada kaca silika tidak bening.
Kebanyakan kaca silika yang digunakan di dalam keteknikan mempunyai berbagai
substansi yang ditambahkan ke SiO2, sehingga membuatnya lebih mudah direkayasa,
tetapi titik fusinya menjadi lebih rendah. Muhaimin (1993;39) menyatakan bahwa
kaca silika di dalam keteknikan diklasifikasikan mejadi tiga kelompok yaitu :
a. Pembuatan lampu, tabung elektronik, penyangga filament Titik pelunakan kaca ini
tidak terlalu tinggi, muai panjangnya hendaknya dibuat mendekati muai panjang
logam maupun paduannya yang disangga. Logam yang dimaksud adalah wolfram
dan molidenum.
b. Untuk bahan dielektrik pada kapasitor
4
Minos adalah salah satu jenis kaca yang mempunyai permeabilitas relative tinggi
yaitu 7,5, sudut kerugian dielektrik (tan ð) kecil frekuensi 1 MHz, suhu 20° C, tan
ð 0,0009 pada frekuensi 1 MHz, suhu 200 °C, tan 0,0012. Kaca minos mempunyai
α = 82 . 107 per derajat C, massa jenis 3,6 g/cm3.
5
Gambar 2.2, Resistor tabung yang dilapisi enamel
6
mempunyai sifat mekanis yang tinggi, α yang rendah sehingga tahan terhadap
perubahan suhu mendadak. Permitivitas relatif (εr) berkisar antara 5 – 6, tan ð pada
frekuensi 1 MHz sekitar 0,01 dan pada 10.000 MHz sekitar 0,001.
2.3. Bahan Porselin
7
2. Mempunyai kekuatan mekanik yang baik, merupakan ciri alami bahwa bahan
keramik mempunyai sifat mekanik yang kuat, sehingga pada pemakaian isolator
porselin sebagai terminal kabel, bushing, dan arrester surja tidak memerlukan
material lain untuk meyokongnya.
3. Harganya relatif murah, penyusun porselin seperti clay, feldspar dan quartz
harganya relatif murah dan persediaannya berlimpah.
4. Tahan lama, proses pembuatan porselin yang terdiri dari beberapa proses seperti
pencetakan dan pembakaran dalam mengurangi kadar air menyebabkan porselin
mempunyai sifat awet. Di samping kelebihan-kelebihan di atas, isolator porselin
mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1. Mudah pecah, dimana isolator porselin rentan pecah pada saat dibawa maupun saat
instalasi. Vandalisme merupakan faktor utama yang yang menyebabkan isolator
pecah.
2. Berat, dimana salah satu sifat dari keramik adalah mempunyai massa yang berat.
Oleh karenanya, pada isolator porselin berukuran besar dan berat biasanya mahal
karena biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman dan instalasi.
3. Berlubang akibat pembuatan kurang sempurna, berdasarkan pengalaman
isolatorporselin yang berlubang dapat meyebabkan terjadinya tembus internal
(internal dielectric breakdown).
4. Bentuk geometri kompleks, porselin mempunyai relatif mempunyai karakteristik
jarak rayap yang kecil, oleh karenanya untuk memperpanjang jarak rayap tidak
dilakukan dengan memperbesar diameter atau memperpanjang isolator melainkan
mendesain isolator dengan membuat shed-shed. Hal ini membuat bentuknya
menjadi kompleks.
5. Mudah terpolusi, permukaan porselin bersifat hidrophilik, yang berarti bahwa
permukaan porselin mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi
lingkungan yang berpolusi mudah untuk terbentuk lapisan konduktif di
permukaannya. Hal ini yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi yaitu flashover
8
Gambar 2.3, Isolator porselin
9
1. Ringan, kepadatan material polimaer lebih rendah dibandingkan keranik maupun
gelas, hal ini menyebabkan isolator polimer ringan, sehingga mudah dalam
penanganan maupun instalasi.
2. Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak rayap yang
relatif besar menyebabkan desain isolator polimer sederhana.
3. Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat hidrophobik
(menolak air) yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel
pada permukaannya meskipun dioperasikan pada kondisi lingkungan yang
berpolusi maka isolator polimer mempunyai ketahanan tegangan lewat-denyar
yang baik.
4. Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselin, namun
tidak mengurangi performansinya.
5. Tidak terdapat lubang karena pembuatan, karena sifat polimer yang berbeda
dengan porselin dalam hal pembuatannya. Sehingga memungkinkan tidak
terjadinya tembus internal.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, isolator polimer memiliki beberapa
kekurangan antara lain:
1. Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan
antara lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapatmenyebabkan reaksi
kimia pada permukaan polimer. Sehingga dapat hidrofobiknya,
2. Mahal, bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin
maupun gelas.
3. Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi polimer biasanya tidak mampu untuk
menyokong dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam instalasi dibutuhkan peralatan
lain seperti jacket (oversheath) sebagai penyokongnya.
4. Kompabilitas material, produk polimer menpunyai interface lebih dari satu sumbu
bergantung pada fungsi dan desainnya. Apabila terdapat banyak interface
menyebabkan pengaruh penting pada perekatnya. Oleh karenya harus diketahui
10
dengan jelas sebelum menggunakan isolator polimer, sebab dapat menimbulkan
korosi atau retakan apabila formulasinya tidak sesuai.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
- Kaca dan porselin adalah tergolong bahan mineral yang penggunaannya tidak pada
bentuk atau keadaan alaminya tetapi harusn diproses terlebih dahulu dengan
pemanasan (pembakaran), pengerasan dan pelumeran.
- Bahan Polimer mempunyai karakteristik jarak rayap yang relatif besar yang
menyebabkan desain isolator polimer sederhana, namun bahan penyusun dari
polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun gelas.
Adapun saran yang penyusun dapat berikan bagi seluruh pembaca makalah ini
yaitu agar kita semua selalu mencari informasi-informasi terkini yang berkaitan
dengan kelistrikan karena listrik merupakan jantung dari kecerdasan umat manusia.
Karena dengan listrik kita dapat membuat, mencari apa saja.
Harapan terbesar penyusun agar makalah ini dapat berguna bagi kita semuanya.
Akhir kata penyusun “Tak ada gading yang tak retak” . Kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan penyusun tampung demi sempurnanya
makalah ini.
12
Daftar Pustaka
13