Anda di halaman 1dari 4

Menurut hukum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling

bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut,
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut
organik dan air.Dalam campuran solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut, setelah di kocok kocok, kemudian dibiarkan maka
akan terjadi 2 fasa yang terpisah. Perbandingan kosentrasi solute di dalam kedua
pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut dikenal dengan tetapan distrbusi atau koefisien distribusi. Koefisien
distribusi (KD) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
KD = C2/C3 atau KD = Co/Ca
C1 atau Ca adalah kosentrasi solute dalam pelarut pertama atau pelarut air
C2 atau Co adalah kosentrasi solute dalam pelarut dua atau pelarut organik
Sesuai dengan kesepakatan, kosentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di
bawah. Dari rumus diatas apabila harga KD besar, solut secara kuantitatif akan
cenderung terdistribusi lebih banyak dalam pelarut organik demikian sebaliknya.
Rumus diatas dapat berlaku jika
1. Solute tidak ter ionisasi dalam salah satu pelarut
2. Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
3. Zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya
reaksi reaksi lain
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH, larutan
dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalam campuran dari dua
cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase
sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut
tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka
zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua lapisan dengan perbandingan
konsentrasi tertentu.
Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut1 dan
pelarut2, persamaan kesetimbangan menjadi B:

C1/C2 = K

Tetapan kesetimbangan K dikenal sebgai perbandingan distribusi, koefisien
distribusi atau koefisien partisi. Persamaan yang dikenal dengan hukum
distribusi, jelas hanya dapat dapakai dalam larutan encer dimana koefisien
keaktifan dapat diabaikan.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan
aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain
diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan:
1. Temperatur yang digunakan; semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat
sehingga volume titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis zat pelarut; bila pelarut yang digunakan mudah menguap maka akan
sangat mempengaruhi volume titrasi, dan berpengaruh pada nilai k.
3. Jenis zat terlarut; bila zat yang akan dilarutkan adalah zat yang mudah
menguap, akan mempengaruhi normalitas, akibatnya mempengaruhi harga k.
4. Konsentrasi; makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga
k.

Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga K tergantung
jenis pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukumdiatas hanya
berlaku bila zat terlarut tidak mengalami disosiasi atau asosiasi,hukum di atas
hanya berlaku untuk komponen yang sama.Hukum distribusi banyak dipakai
dalam proses ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Dalam
laboratorium ekstraksi dipakai untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan
menggunakan pelarut- pelarut organik yang tidak bercampur seperti eter, CHCl3,
CCl4, dan benzene. Dalam industri ekstraksi dipakai untuk menghilangkan zat-zat
yang tidak disukai dalam hasil, seperti minyak tanah, minyak goreng
dansebagainya.
Hukum Distribusi Nernst menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di
antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,sehingga setelah kesetimbangan
distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut
pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien
distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi
apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksi-
reaksi tertentu seperti assosiasi,dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk
merumuskan besaran yang menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang
ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan angka banding distribusi (D).
Perbandingan konsentrasi solute dalam kedua pelarut adalah tetap dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus: KD = [X]o/[X]a. Dengan KD
adalah koefisien distribusi, [X]o adalah konsentrasi solut pada pelarut organik.
[X]a adalah konsentrasi solut pada pelarut air.
Menurut hukum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut,
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut
organik dan air.
Dalam campuran solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut
tersebut, setelah di kocok kocok, kemudian dibiarkan maka akan terjadi 2 fasa
yang terpisah. Perbandingan kosentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut
tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dikenal
dengan tetapan distrbusi atau koefisien distribusi.
Koefisien distribusi (KD) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
KD = C2/C1 atau
KD = Co/Ca
C1 atau Ca adalah kosentrasi solute dalam pelarut pertama atau pelarut air
C2 atau Co adalah kosentrasi solute dalam pelarut dua atau pelarut organik
Sesuai dengan kesepakatan, kosentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di
bawah. Dari rumus diatas apabila harga KD besar, solut secara kuantitatif akan
cenderung terdistribusi lebih banyak dalam pelarut organik demikian sebaliknya.
Rumus diatas dapat berlaku jika :
Solute tidak ter ionisasi dalam salah satu pelarut
Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
Zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi
reaksi lain.
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan dinyatakan
dalam mililiter pelarut yang dapat melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari
bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat-zat
tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat diabsorbsi setelah zat aktifnya
larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha mempertinggi efek
farmakologinya dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Perlu diketahui bahwa perbandingan kelarutan ini dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor seperti yang telah disinggung seperti faktor suhu. Faktor lain yang
berpengaruh adalah pH larutan. Hubungan ini dapat terlihat sebagai berikut :
[HA]w = C/Kq + 1 + Ka /[H3O+] .

Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh sifat
kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa senyawa
yang larut baik dalam bentuk lamak terkonsentrasi dalam jaringan yang
mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak
diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama dalam ekstrasel .

Anda mungkin juga menyukai