Dosen Pengampuh :
Dr. Asniar Khumas, S.Psi., M.Si
Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PAREPARE
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dari data WHO (World Health Organization) 2012 melaporkan bahwa 525% dari
anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan motorik halus. Sementara di Afrika, masalah kesehatan pada anak
telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 sekitar 40% menjadi 28% pada
tahun 2010, yaitu dari 190 juta anak menjadi 100 juta anak mengalami masalah
kesehatan dan keterlambatan tumbuh kembang. Masalah perkembangan anak saat
ini cenderung meningkat baik di Negara maju maupun Negara berkembang
termasuk Indonesia. Pada tahun 2012 angka kejadian gangguan perkembangan di
Indonesia sebesar 13-18%. Menurut Depkes RI (2006) bahwa, 0,4 juta (16%)
balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan motorik halus dan kasar,
gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Aprilasari,
2017)
Berdasarkan Penelitian Nafiah (2014), tentang Pengaruh Brain Gym
(Senam Otak) Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun di
RA Sabilul Muhtadin Puri Mojokerto menunjukan bahwa intervensi pemberian
terapi Brain Gym dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah dengan ρ value 0,028 (ρ=0,028<α=0,05). Brain Gym dapat
memberikan stimulus terhadap otak sehingga meningkatkan koordinasi mata dan
tangan yang dapat memengaruhi perkembangan motorik halus anak. Sedangkan
menurut penelitian Gestari (2014) tentang Perkembangan Motorik Kasar pada
Anak yang Mendapatkan Terapi Brain Gym di TK Dharma Wanita Desa Tambak
Agung Puri Mojokerto menunjukkan bahwa Brain Gym memengaruhi
perkembangan motorik kasar anak dengan hasil 93,3% memiliki perkembangan
motorik kasar normal dan 6,7% memiliki perkembangan motorik kasar
meragukan (Aprilasari, 2017)
2. Rumusan Masalah
Apakah dengan adanya Brain Gym ini anak – anak usia 4 – 6 tahun atau siswa di
sekolah dasar yang berusia antara 10 – 12 tahun, mampu meningkatkan
konsentrasi belajar dan daya ingat mereka ?
3. Tujuan Penelitian
Melakukan penelitian pada anak – anak yang kurang konsentrasi terhadap
pelajaran atau hal ynag lain, melalui penerapan Brain Gym.
4. Manfaat Penelitian
Agar dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada proses pembelajaran di dalam
dunia pendidikan, menambah wawasan bagi orangtua tentang pentingnya Brain
Gym dalam peningkatan perkembangan kognitif anak. serta mengatasi masalah
yang ditimbulkan akibat kurangnya konsetrasi pada anak – anak usia 10 – 12
tahun, dan semoga dengan adanya penerapan Brain Gym ini, dapat mengatasi
masalah tersebut dan dapat juga dijadikan sebagai referensi dasar bagi peneliti
selanjutnya. Penelitian ini dapat mengetahui adanya pengaruh Brain Gym
terhadap perkembangan konsentrasi pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brain Gym
Menurut Purwanti (2012) , Penerapan Brain gym dilakukan dengan cara di pijat,
meditasi, peregangan, dan pernapasan perut yang dapat membantu anak-anak
untuk mencapai situasi damai dan dapat membantu jalan kecerdasan serta
konsentrasi. Intervensi ini membutuhkan peserta untuk terlibat dalam berbagai
macam gerakan untuk membantu tubuh mengingat gerakan dari langkah awal
ketika mereka belajar mengkoordinasikan antara pergerakan tangan, penglihatan,
pendengaran dan seluruh tubuh (rohani dan jasmani) hingga gerakan yang paling
terakhir.
- Aktivitas olahraga
Dari penelitian menunjukkan bahwa dengan aktif bergerak dan berolah-raga dapat
meningkatkan kecerdasan karena dengan berolah-raga aliran darah dan oksigen ke
otak akan lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan, aktif bergerak akan
membantu proses disintesa protein-protein sebagai penumbuh saraf otak yang
baru, yang dapat membantu menyimpan memori jangka panjang. Dengan
demikian, jelaslah bahwa aktivitas olah raga bisa membantu regenerasi kerja otak,
selain manfaat kesehatan yang akan kita peroleh. Jadi secara fisik dan mental akan
lebih sehat lagi. Misalnya olah raga Berenang, terutama dengan gaya bebas juga
merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi
indera-in sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri
(pada gerakan gaya bebas). Sepak bola juga bisa melatih anak untuk menendang
bola dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang.
- Aktivitas seni
Di era yang serba modern seperti saat ini, banyak sekali cara-cara yang diterapkan
sebagai bentuk usaha dalam peningkatan kecerdasan otak dan daya konsentrasi
anak. Salah satunya melalui terapi musik. Dikalangan masyarakat cara seperti ini
mungkin sudah tidak asing lagi, banyak orangtua yang menerapkan terapi ini pada
buah hatinya. Peran musik memang sangat besar untuk merangsang
perkembangan otak anak. Efeknya dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
anak, yaitu kemampuan untuk mengenali atau menafsirkan lingkungannnya dalam
bentuk bahasa, memori dan visual.
PEMBAHASAN
Otak adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pusat pengendali organ
tubuh. Otak selalu berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Otak juga
merupakan pusat sistem pengendali pikiran dan sistem tubuh yang
menjalankan beberapa fungsi secara bersamaan yang dapat berfungsi sebagai
penerima dan pengolah informasi, memberikan perintah, menjalankan tugas
dan menyimpan informasi. Brain Gym dengan metode latihan Edu-K atau
pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui
pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian otak yang
sebelumnya tertutup. Melalui Brain Gym bagian otak yang sebelumnya tertutup
akan terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan
menggunakan seluruh otak (Diana et al, 2017).
Tanpa disadari anak bisa melakukan gerakan Brain Gym, seperti bertepuk
tangan, menyayi, dan menari. Karena dengan gerakan tersebut anak bergerak
sesuai dengan koordinasi tangan kanan dan kiri. Saat bertepuk tangan maka
energi akan mengalir pada masing-masing ujung jari dan mengalir hingga ke
otak. Inti dari senam otak adalah bergerak, karena bergerak merupakan kunci
untuk belajar dan penting bagi perkembangan anak. Brain Gym harus
dilakukan dengan rutin untuk mendapatkan semua manfaatnya. Dengan latihan
rutin, semua gangguan otak yang dialami anak ketika belajar akan teratasi.
Oleh sebab itu, sebelum pembelajaran dimulai disarankan untuk melaksanakan
Brain Gym agar membuat anak cerdas (Muhammad, 2011).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka saran yang diberikan
sebagai berikut :
1) Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru hendaknya menerapkan
brain gym untuk materi-materi lain, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
2) Brain gym sangat tepat diterapkan pada jam pelajaran akhir, yaitu jam ke 7
dan ke 8, karena pada waktu tersebut sebagian besar siswa sudah kehilangan
motivasi untuk belajar. Dengan senam ini maka motivasi siswa dapat muncul
kembali.
3) Dalam menerapkan brain gym hendaknya guru betul-betul dapat mengelola
kelas dengan baik, jangan sampai penerapan senam ini membuat siswa gaduh
sehingga tujuan utama brain gym tidak tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dennison Paul & Gail E. Dennison. 2012. Brain Gym (Senam Otak) Gerakan
Sederhana untuk Belajar dengan Keseluruhan Otak. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depdiknas, 2003. Modul Penelitian Pengelolan dan Tenaga Pendidik
Kelompok Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dennison, P.E. 2003. Brain Gym “Teacher’s Edition
Revised”. Jakarta: Gramedia.
Andriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Dennison, Paul E. (2008) Brain Gym dan Aku: Merasakan kembali Kenikmatan
Belajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dennison, Paul E. and Dennison G. E. (2009). Brain Gym: Senam Otak Cetakan
ke XIII. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
http://elis_braingym.pdf:21 19.36 http://publikasiilmiah.ums.ac.id.pdf:21
20.06
http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-konsentrasi.html