Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. NEUROSAINS
PRODI S1 PGPAUD FIP

SKOR NILAI :

STIMULASI KECERDASAN ANAK USIA DINI DENGAN

KEGIATAN BERMAIN PUZZLE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA MAHASISWA : 1. ANGELINA HUTASOIT ( 1203313016)

2. NAOMI GRACELA SIMAMORA ( 1202413005 )

3. NIAT DESITA SARI LAWOLO ( 1202113003 )

4. SAMUEL FAUJI SITOHANG ( 1203113027 )

MATA KULIAH : NEUROSAINS

DOSEN PEMGAMPU : GITA NOVERI EZRA,S.Pd.,M.Pd

RIZKY RAMADHANI,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah “Rekayasa Ide” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah Rekayasa Ide ini.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu GITA
NOVERI EZRA,S.Pd.,M.Pd dan Ibu RIZKY RAMADHANI,S.Pd.,M.Pd sebagai dosen
pengampu yang telah membimbing dan mengajar kami dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat di perbaiki.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat atau inspirasi terhadap pembaca.

Medan,10 Mei 2021

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Saat
ini, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan
adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Salah satu lembaga yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah lembaga pendidikan. Oleh sebab itu,
lembaga pendidikan diharapkan untuk segera mengubah kondisi negara ini. pendidikan inklusi
sangatlah penting untuk diaplikasikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Karena layanan pendidikan ini memberikan banyak manfaat baik bagi penyandang disabel
maupun subjek pendidikan yang lainnya.Pembelajaran yang selaras dengan penggunaan
neurosains adalah pembelajaran yangmenerapkan hypnoteaching. Pembelajaran di Indonesia
selama ini banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar.
Yaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik
cenderung pasif. Beberapa pakarmengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi. Metode
pembelajaran hypnoteaching secara garis besar adalah metode pembelajaran yang penyampaian
materinya
menggunakan bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap 
peserta didik.

Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf.
Perkembangan pengetahuan mengenai neurosains (sistem syaraf ) manusia mengalami
kemajuan yang sangat signifikan di Indonesia, terlebih lagi di luar negeri. Hal ini ditandai
dengan lahirnya para pakar neurosains yang terus melakukan penelitian mengenai sistem
syaraf atau otak yang diyakini memiliki hubungan sangat erat dengan kehidupan manusia. Hal
itu bukanlah sebuah perkara yang sangat mudah, maka dari itu para ahli syaraf mencoba
mengkaji fenomena tersebut dengan berbagai pendekatan. Salah satu fenomena yang
sedang marak dibicarakan di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ialah berkaitan dengan
spiritualitas manusia, yang dicoba didekati melalui sistem kerja syaraf otak (neuron).
Neurosains dalam bidang pendidikan telah menghasilkan beberapa teori dalam
pembelajaran quantum, seperti: accelerated learning, quantum learning, brain based
learning, dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan Penulisan

            Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah
untuk membantu menemukan ide dalam mengembangkan kecerdasaran anak dengan teori-teori
neurosains.

1.1  Manfaat Penulisan

            Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami
dan  menambah wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait dengan pengembangan kecerdasan
anak menjadi lebih kreatif dan mandiri.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STIMULASI
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orangtua atau
keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang.
Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera,
melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan
pikiran si anak. Seperti dijelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak . Rangsangan
atau Stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam
menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi ada faktor eksternal lain yang ikut
mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang
tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi kepada
anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan
personal sosial. Stimulasi ini harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih
sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal.
Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak,
karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi
kepada anak-anak.

Menurut Siswono, 2004 stimulasi adalah suatu upaya merangsang anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting
dalam upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon
bayi masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam
kandungan janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak, menelan
menghisap jempol, dan lainnya. Menurut Suherman, 2000 Stimulasi juga dilakukan orang tua
(keluarga) setia pada kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan
prinsip stimulasi.

Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialisanak konsultan tumbuh kembang,


stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir. Stimulasi
dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan,yang penting untuk kecepatan proses
pembelajaran dan memori.

Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak didalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula
merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta
merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak. Stimulasi merupakan hal yang
penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang
kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama ( golden age) akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar
pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka
perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka
pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal.
Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang
mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka
jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan
perkembangan anak menjadi terhambat.

B. TUJUAN STIMULASI PADA ANAK


Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak
mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan
ini meliputi berbagai aktivitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak,
berbicara, berpikir, kemandirian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga
setiap ada kesempatan atau sehari hari, secara berkala dan terus – menerus. Stimulasi
disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi ( Suherman, 2000 ).

Adapun prinsip dari stimulasi adalah sebagai berikut :

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah
lakuorang-orang yang terdekat dengan anak.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.


4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasimenyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap
4(empat) aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

8. Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya.

C. RANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Anak usia di atas 3 sampai 6 tahun, menurut psikolog anak, Ine Indriani, MPsi, masih berada
pada tahap pra-operasional seperti pada tahap sebelumnya. Mereka masih egosentris. Bermain
dan pemberian contoh konkrit, masih tetap menjadi sarana penting dan utama dalam
mengajarkan berbagai hal kepada anak.

Selain itu, mereka sedang mengembangkan sikap atau rasa inisiatif atau bersalah (inisiative vs
guilty).“Anak melakukan segala sesuatu dengan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya,
terutama orang tua dan keluarga. Terlihat dari perilakunya yang bermain ibu-ibuan, mobil-
mobilan, atau meniru kebiasaan orang,” ungkapnya.

Karena itu, Ine mengatakan penting bagi orang tua untuk menghargai usaha anak dalam
meniru perilaku walaupun usahanya kurang maksimal. Bila orang tua tidak menghargai usaha
anak dalam meniru perilaku, lebih banyak memarahi atau menyalahkan, maka akan tumbuh rasa
bersalah dalam diri anak. Ia menambahkan sangat penting bila orang tua mampu melakukan
kebiasaan dan perilaku positif sehingga anak memiliki kebiasaan dan perilaku positif pula.

Untuk anak usia tiga sampai enam tahun ini, stimulasi yang diberikan juga harus sesuai.
Untuk stimulasi kecerdasan bahasa, orang tua harus banyak memberi kesempatan bercerita dan
berkomunikasi, berdiskusi tentang sebab akibat, memberi kesempatan anak untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Untuk stimulasi keceradasan logika matematika, orang tua bisa mengenalkan berbagai
bentuk, angka, huruf, kata, berhitung, mengajarkan aturan, diskusi dan penjelasan sebab akibat.
Untuk stimulasi kecerdasan visual spasial, orang tua bisa mengajak anak menggambar,
menggunting, membuat prakarya, berjalan-jalan, mengenalkan anak pada peran dan batasan
peran dari orang-orang di sekitarnya.

Sementara untuk stimulasi kecerdasan kinestetik, bisa dilakukan dengan olahraga, menari,
melakukan berbagai aktivitas motorik kasar dan halus. Orang tua juga bisa mengenalkan anak
mengenai good touch-bad touch (sentuhan yang baik dan kurang baik). Selain itu, bisapula
mengajak anak untuk membiasakan antri, menunggu, bersabar.

KEGIATAN BERMAIN MEMBUAT PUZZLE


1. Cara pembuatan puzzle
a. Alat dan Bahan :
 Gambar/bentuk yang di butuhkan
 Kardus 2 buah dengan ukuran yang sama
 Lem
 Pensil
 Gunting
 Cuter
 Penggaris
 Kertas lipat

2. Cara Pembuatan
 Siapkan dua bua kardus ukuran sama.
 kardus pertama dijadikan alas
 kardus kedua dijadikan bagian atas. Di kardus kedua ini gambar pola bentuk. lalu potong
polanya dengan pisau cutter. potong sedikit sisi-sisi bagian pola yang terlepas agar lebih
mudah dimasukan dan dikeluarkan dari kardus dasar.
 Temple kertas lipat pada pola yang terlepas yang sudah dipotong sedikit sisi-sisinya tadi.
usahakan setiap pola berbeda warna
 tempelkan kardus alas dan atas (bagian dasar) lalu temple kertas lipat pada lubang sesuai
warna bentuknya.

3. Cara bermain puzzle


 Acak puzzle
 Ajak anak mencocokan potongan puzzle tersebut
 Setelah selesai berikan pujian pada anak

4. Manfaat puzzle bagi AUD


 Stimulasi Mental
Puzzle adalah sumber stimulasi mental bagi anak-anak dari segala usia, meskipun permainan
puzzle telah dilakukan secara berulang-ulang. Anak Anda harus memikirkan strategi terbaik
untuk mencocokan potongan-potongan puzzle kardus tersebut seperti memasang potongan
tersebut pada tepi pertama dan mengisi ruang koong yang berada ditengah sehingga terbentuklah
gambar puzzle yang utuh. Mereka juga ditantang dari bagian pertama sampai dengan terakhir
untuk mencoba menemukan potongan khusus dengan menghubungkan bagian atas sehingga
menyerupai gambar seutuhnya. Bahkan mainan elektronik dan mainan edukatif yang saat ini di
banyak tersedia dipasaran jarang dapat bersaing dengan tantangan yang konsisten disajikan oleh
puzzle yang sederhana.
 Melatih Koordinasi Antara Mata dengan Tangan
Mengembangkan koordinasi antara mata dengan tengan merupakan hal yang sangat penting bagi
anak kecil, dan dengan mainan puzzle kardus adalah cara yang bagus untuk melakukannya.
Alasan anak-anak kecil harus menggunakan potongan puzzle yang besar dan mencobanya
dengan lebih giat untuk menyesuaikannya supaya tecipta keseluruhan gambar yang lengkap
adalah karena mereka belum mengembangkan koordinasi yang diperlukan untuk terampil dalam
menyusun puzzle dengan potongan-potongan kecil.
Untuk anak bayi, mainan ini bisa dimulai dengan puzzle pasak kardus yang dilakukan dengan
bimbingan orang tua dengan cara menuntun tangan kecil sang anak untuk meyusun mainan ini.
Dan seiring berjalan waktu mereka mulai bisa menyamai bentuk dan melakukan permainan game
puzzle dengan sendirinya. Ini adalah refleksi dari perkembangan bertahap koordinasi antara mata
dengan tangan.
 Keterampilan Pemecahan Masalah dan Penalaran.
Menyusun game puzzle anak juga menuntut pemecahan masalah dan keterampilan penalaran.
Anak-anak selalu dihadapkan dengan masalah-masalah kecil yang harus diselesaikan dalam
rangka untuk menyelesaikan puzzle supaya berhasil. Misalnya, ketika tersisa beberapa potongan
terakhir yang memiliki bentuk dan warna hampir sama maka anak harus menentukan mana yang
cocok dan ini biasanya dilakukan dengan proses eliminasi, mencobanya satu persatu bagian di
setiap lubang sampai terpasang dengan benar. Dengan waktu, anak-anak mampu memecahkan
masalah-masalah kecil ini jauh lebih cepat.
 Melatih Daya Kreatifitas
Banyak anak yang terpicu daya kreatifnya hanya dengan bermain puzzle. Mereka menikmati
melihat gambar pada kotak dan menyelesaikannya. Mungkin mereka dapat diarahkan juga untuk
menggambar, melukis, dan gambar warna yang mirip di alam. Saat mengembangkan semua
keterampilan di atas, puzzle sering membuka pintu untuk kreativitas juga.
 Melatih konsentrasi
 Melatih logika
 Memperkuat daya ingat
 Mengenalkan anak pada konsep hubungan
 Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih berfikir matematis (menggunakan otak
kiri)
 Puzzle adalah salah satu permainan yang disukai anak. Permainan ini juga disebut
“bongkar pasang”. Aspek yang dikembangkan adalah
 Aspek kognitif, anak memikirkan susunan yang mana yang akan di cocokan dari puzzle
tersebut.
 Motorik halus, anak menyusun puzzle dengan menggunakan tangan, maka motorik halus
anak akan berkembang.
 Bahasa, anak dapat menyebutkan gambar/bentuk yang terbentuk dari susunan puzzle
tersebut.
 Aspek sosial emosional, anak bias bekerjasama dengan temannya dalam menyusun
puzzle dan bias melatih kesabaran anak, ketekunan dan ketelitian dalam menyusun puzzle
tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Saat
ini, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan
adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Salah satu lembaga yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah lembaga pendidikan.
Puzzle merupakan media permainan edukatif yang dengan mudah kita bisa membuatnya
sendiri bahkan dengan bahan-bahan bekas di sekeliling kita. Selain itu banyak manfaat yang di
peroleh anak ketika bermain puzzle baik aspek aspek kognitif, motorik halus, bahasa, maupun
aspek sosial emosional. Seperti halnya melatih stimulasi mental, melatih koordinasi antara mata
dengan tangan, keterampilan pemecahan masalah dan penalaran, melatih daya kreatifitas,
melatih konsentrasi, melatih logika, memperkuat daya ingat, mengenalkan anak pada konsep
hubungan, dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih berfikir matematis (menggunakan otak
kiri).
B. SARAN
Anak usia dini sangat tertarik dengan warna-warna yang kontras, maka dalam media permainan
edukasi puzzle ini bisa menggunakan gambar/bentuk dengan warna-warna yang kontras.
Dengan demikkian anak lebih tertarik untuk bermain puzzle.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogsedukasi.blogspot.com/2012/06/puzzle-kardus-aletrnatif-dalam.html
http://theurbanmama.com/articles/puzzle-buatan-sendiri.html
http://theurbanmama.com/articles/puzzle-buatan-sendiri.html
http://desniutami.blogspot.com/2014/04/mainan-buat-sachie-5-puzzle-dari-kardus.html

Anda mungkin juga menyukai