2013
Lampiran 07
oleh
Muhammad Rofiq
NIM 102310101085
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech
delay) cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung
menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan
bicara sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai
10%. Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan
komunikasi sekitar 5 % anak usia balita, yang meliputi gangguan suara
sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan
adalah senam otak (WHO, 2010).
Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta
(50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu
tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan
malnutrisi berkelanjutan sehingga terjadi keterlambatan perkembangan otak.
Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan
khusus dari total populasi anak.
Di Indonesia, belum ada data akurat tentang jumlah dan kondisi anak
berkebutuhan khusus, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa
penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak
berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan perkembangan otak
sehingga anak khususnya balita gagal mencapai tumbuh kembangnya.
Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan
seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita)
Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan
sampai berat (Depkes, 2006: 1). Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima
tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak
mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006 ).
Prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan brain gym (senam otak) lebih
tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang tidak diberi perlakuan brain gym
(senam otak) dengan prosentase sebesar 49% (Purwanto, 2009). Adanya
perbedaan antara kelompok yang diberi perlakuan berupa Brain Gym dengan
yang tidak diberi perlakuan, dengan demikian menunjukkan bahwa Brain
Gym efektif dalam menurunkan stres pada anak bisa (Purwanto, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan senam otak (Brain Gym)?
Page 2 of 14
2013
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami dan mampu melakukan
senam otak secara mandiri.
2.1.2
2.2
Tujuan Khusus
a. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami pengertian senam
otak (Brain Gym).
b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami manfaat senam
otak (Brain Gym).
c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu mendemonstrasikan gerakan
senam otak (Brain Gym).
Manfaat
a. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu memahami pengertian senam otak
(Brain Gym).
b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu memahami manfaat senam otak
(Brain Gym).
c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu mendemonstrasikan gerakan senam
otak (Brain Gym).
2013
2013
2.
3.
Melompat jauh
Page 5 of 14
4.
5.
6.
Menangkap bola
7.
8.
Melompat
9.
10.
11.
2013
3.
4.
5.
6.
Konsep jumlah
7.
8.
Memotong
9.
10.
Mencampur warna
11.
12.
13.
Percobaan ilmiah
14.
Berkebun
3.
Dampingi nonton TV
Page 6 of 14
4.
5.
6.
7.
8.
Nyanyikan lagu-lagu
9.
Album fotoku
10.
11.
Belajar mengingat
12.
Mengenal angka
13.
Membaca majalah
14.
Mengenal musim
15.
Mengunjungi perpustakaan
16.
Melengkapi kalimat
17.
Bercerita
18.
2013
3.
4.
Melatih buang air kecil dan besar di WC dan ajari cara membersihkannya
5.
Berdandan
6.
Berpakaian
7.
Mengutarakan perasaan
8.
Makan bersama
Page 7 of 14
2013
2013
2013
Page 10 of 14
2013
6. 1 Kesimpulan
Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech delay)
cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung
menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara
sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di
Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5
% anak usia balita, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap
sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan adalah senam otak (WHO,
2010).
Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (5069,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun,
Page 11 of 14
2013
6. 2 Saran
6.2.1 Bagi Anak-Anak
Bagi Keluarga
Dukung dan dampingi anak untuk melakukan Senam Otak setiap hari
Bagi Masyarakat
Sediakan lingkungan yang mendukung untuk anak usia prasekolah
sehingga mereka bisa melakukan Senam Otak
Bagi Tenaga Kesehatan
Bantu sasaran ketika mereka mengalami masalah kesehatan yang tidak
bisa di selesaikan oleh keluarga
Bagi Praktik Keperawatan Maternitas
Page 12 of 14
2013
DAFTAR PUSTAKA
Ayinosa.
2009.
Brain
Gym
(Senam
Otak).
Diperoleh
dari
http://book.store.co.id/2009. Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.35 WIB).
Badan Pusat Statistik Nasional. 2007 . (Diakses tanggal 16 Maret 2013 20.45
WIB).
Dennison, Paul. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia.
Dennison, P., Gail, E. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta :
Gramedia.
Departemen Kesehatan. 2006. (Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.00 WIB).
Departemen Kesehatan. 2010. . (Diakses tanggal 17 Maret 2013 13.00 WIB).
Haryanto, Nia. 2009. Ada Apa Dengan Otak Tengah?. Jakarta: Gradien
Mediatama.
Page 13 of 14
2013
LAMPIRAN
Lampiran 1. SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
Lampiran 2. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Lampiran 3. Materi
Lampiran 4. Media
Lampiran 5. Berita Acara Kegiatan
Lampiran 6. Daftar Hadir
Lampiran 7. Foto Kegiatan
Page 14 of 14