Anda di halaman 1dari 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

Lampiran 07

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG SENAM OTAK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RT 03
RW 01 DUSUN KRAJAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER
KABUPATEN JEMBER

diajukan untuk memenuhi tugas PBL Keperawatan Komunitas III

oleh
Muhammad Rofiq
NIM 102310101085

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech
delay) cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung
menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan
bicara sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai
10%. Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan
komunikasi sekitar 5 % anak usia balita, yang meliputi gangguan suara
sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan
adalah senam otak (WHO, 2010).
Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta
(50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu
tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan
malnutrisi berkelanjutan sehingga terjadi keterlambatan perkembangan otak.
Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan
khusus dari total populasi anak.
Di Indonesia, belum ada data akurat tentang jumlah dan kondisi anak
berkebutuhan khusus, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa
penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak
berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan perkembangan otak
sehingga anak khususnya balita gagal mencapai tumbuh kembangnya.
Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan
seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita)
Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan
sampai berat (Depkes, 2006: 1). Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima
tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak
mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006 ).
Prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan brain gym (senam otak) lebih
tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang tidak diberi perlakuan brain gym
(senam otak) dengan prosentase sebesar 49% (Purwanto, 2009). Adanya
perbedaan antara kelompok yang diberi perlakuan berupa Brain Gym dengan
yang tidak diberi perlakuan, dengan demikian menunjukkan bahwa Brain
Gym efektif dalam menurunkan stres pada anak bisa (Purwanto, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan senam otak (Brain Gym)?

Page 2 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami dan mampu melakukan
senam otak secara mandiri.
2.1.2

2.2

Tujuan Khusus
a. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami pengertian senam
otak (Brain Gym).
b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu memahami manfaat senam
otak (Brain Gym).
c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger akan mampu mendemonstrasikan gerakan
senam otak (Brain Gym).

Manfaat
a. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu memahami pengertian senam otak
(Brain Gym).
b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu memahami manfaat senam otak
(Brain Gym).
c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger mampu mendemonstrasikan gerakan senam
otak (Brain Gym).

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH


Page 3 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

3.1 Dasar Pemikiran Masalah


Dua dari 1000 balita beresiko mengalami keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan yang diawali dari keterlambatan perkembangan otak pada balita.
Secara statistik sekitar 3 persen balita tidak bisa mencapai perkembangan
motoriknya tepat waktu. Tapi dari angka itu hanya sekitar 15-20 persen anak saja
yang perkembangannya abnormal, selebihnya masih bisa berkembang normal
meski sedikit lebih lambat (Depkes, 2010). Faktor-faKtor yang dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita yaitu
factor genetic, pola asuh, dan lingkungan. Mengingat jumlah balita di Indonesia
sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi
penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat
perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta
terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi
dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era
global.
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita dapat dicegah
dengan latihan aktifitas yang digunakan untuk menstimulus otak pada balita, salah
satunya adalah senam otak (Brain Gym). Brain Gym dikenal di Amerika, dengan
tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson Ph.D (2002) seorang ahli dan
pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama istrinya Gail E. Denisson
seorang mantan penari. Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak yang
sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan
sehari-hari. Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan
dan digunakan para murid di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk
meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak
(Paul & Gail, 2002). Gerakan Brain Gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi
lateralitas), meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi
pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti
hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling
berhubungan sebagai satu kesatuan (Purwanto, 2009).
Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, Brain Gym dapat
memberikan beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Ayinosa (2009),
Brain Gym dapat memberikan manfaat yaitu berupa: (a) Stress emosional
berkurang dan pikiran lebih jernih, (b) Hubungan antarmanusia dan suasana
belajar/kerja lebih relaks dan senang, (c) Kemampuan berbahasa dan daya ingat
meningkat, (d) Orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, (e)
Orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, dan (f) Prestasi belajar dan
bekerja meningkat. Brain Gym dapat mengaktifkan otak sehingga mampu
berfungsi dengan lebih baik. Brain Gym telah diakui sebagai salah satu teknik
belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA (Purwanto,
2009).
.Menurut Denisson (2008) meski sederhana, Brain Gym mampu
memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan,
Page 4 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Program Brain Gym menekankan


keterampilan belajar fisik.
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Pada masa balita, pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat
cepat. Masa seperti ini tidak akan terulang lagi pada kehidupan selanjutnya.
Karena itu perhatian yang diberikan pada masa balita sangat menentukan kualitas
kehidupan manusia dimasa depan. Pertumbuhan anak, yang bekaitan dengan segi
jasmani ini, didukung oleh pemberian makanan bergizi bagi anak. Proses ini
dipantau dengan menimbang berat badan anak secara teratur setiap bulan. dengan
demikian bila terjadi kelambatan dalam pertumbuhan anak, kelambatan tersebut
dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Demikian pula
perkembangan anak, yang berkaitan dengan kecerdasan, perasaan, dan pergaulan.
Perkembangan anak perlu perlu selaras dengan pertumbuhan jasmani. Proses ini
didukung oleh pengasuhan anak yang baik, termasuk perangsangan (stimulasi)
perkembangan Perkembangan anak juga perlu dipantau agar kelambatannya dapat
segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya (Purwanto, 2009).
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan keluarga, sikap orangtua, faktor keturunan, serta penyakit yang
diderita pada masa kecil. Faktor-faktor tersebut perlu dijaga sedemikian rupa agar
tidak menghambat kemajuan anak. Dalam lingkungan dan suasana yang
mendukung, pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat berlangsung
dengan baik. Pemantauan perkembangan anak dilakukan untuk mengikuti
perkembangan anak. Tujuanya agar orangtua dapat segera mengetahui bila terjadi
kelambatan perkembangan pada anaknya (Purwanto, 2009).
Cara mencegah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada
balita:
a. Berikan stimulasi yang tepat, terutama pada gangguan perkembangan
kemampuan bicara dan kemampuan kognitif (cara berpikir) anak.
b. Konsultasi dengan dokter atau therapist untuk mengatasi berbagi gangguan
perkembangan si kecil. Misalnya gangguan keterlambatan bicara dan gangguan
motorik kasar (Purwanto, 2009).
Menurut Purwanto (2009) stimulasi yang perlu dilanjutkan agar
perkembangan anak maksimal antara lain .
a. Kemampuan Gerak Kasar
1.

Dorong anak mau memanjat, berlari,melompat, melatih keseimbangan


badan dan bermain bola

2.

Latihan menghadapi rintangan

3.

Melompat jauh

Page 5 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

4.

Melempar dan menangkap

5.

Mengendarai sepeda roda tiga

6.

Menangkap bola

7.

Berjalan mengikuti garis lurus

8.

Melompat

9.

Melempar benda-benda kecil keatas

10.

Menirukan binatang berjalan

11.

Main lampu merah lampu hijau

2013

B. Kemampuan Gerak Halus


1.
2.

Bermain puzzle dan menggambar


Memasukkan benda kedalam benda lain

3.

Membuat gambar tempelan

4.

Memilih dan melompatkan benda-benda menurut jenisnya

5.

Mencocokkan gambar benda dengan benda asli

6.

Konsep jumlah

7.

Bermain menyusun balok-balok

8.

Memotong

9.

Menggambar dan menulis

10.

Mencampur warna

11.

Mengajar konsep separo dan satu bagian

12.

Membandingkan benda besar kecil,berat ringan,banyak sedikit

13.

Percobaan ilmiah

14.

Berkebun

C. Kemampuan Bicara dan Bahasa


1.
2.

Bacakan buku cerita anak


Dorong anak bercerita

3.

Dampingi nonton TV
Page 6 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

4.

Menyebut nama lengkap anak

5.

Cerita tentang diri anak

6.

Menyebut nama berbagai jenis pakaian

7.

Menyebut keadaan suatu benda

8.

Nyanyikan lagu-lagu

9.

Album fotoku

10.

Mengenal huruf dan simbol

11.

Belajar mengingat

12.

Mengenal angka

13.

Membaca majalah

14.

Mengenal musim

15.

Mengunjungi perpustakaan

16.

Melengkapi kalimat

17.

Bercerita

18.

Membantu pekerjaan di dapur

2013

D. Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian


Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan memeluk dan berbicara
padanya
2. Sering ajak anak keluar berkunjung ke tempat bermain, toko, kebun
binatang,dll
1.

3.

Ajak anak membersihkan diri ketika kotor mengelap dengan bantuan


sesedikit mungkin

4.

Melatih buang air kecil dan besar di WC dan ajari cara membersihkannya

5.

Berdandan

6.

Berpakaian

7.

Mengutarakan perasaan

8.

Makan bersama

Page 7 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan Senam
Otak pada anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan. Sehingga
anak usia prasekolah dapat melatih kecerdasan otaknya dan dapat melakukan
sendiri di rumah masing-masing karena gerakan senam otak tergolong sederhana
dan mudah untuk di hafal.
4.2 Khalayak Sasaran
Sasaran dari pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan Senam Otak
adalah anak-anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan. Anak usia
prasekolah yang di kumpulkan di suatu tempat dan kemudian diajarkan terkait
dengan konsep dari senam otak.
Page 8 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

4.3 Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada pada
anak usia prasekolah adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi tentang gerakan-gerakan dan fungsi Senam Otak sehingga masalah
kesehatan pada anak usia prasekolah bisa di atasi.

BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


5.1.1 Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa telah melakukan pengkajian sebagai data dasar sebelum
memulai pendidikan kesehatan
b. Mahasiswa telah menyiapkan media pembelajaran dalam proses
pendidikan kesehatan
c. Anak-anak menyatakan bersedia mengikuti proses pendidikan
kesehatan
d. Mahasiswa dapat mengembangkan pola komunikasi interaktif dan
menarik
e. Materi yang akan disajikan sudah dalam bahasa dan istilah yang
mudah dipahami
Page 9 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

f. Mahasiswa mampu meningkatkan antusiasme anak-anak


g. Mahasiswa mampu menjaga sikap selama pendidikan kesehatan dan
demonstrasi senam otak dilakukan
h. Mahasiswa mampu bersikap caring, empati dan mengutamakan
kebutuhan anak-anak selama pendidikan kesehatan dan demonstrasi
dilakukan.
i. Tersedia lingkungan yang nyaman, kondusif dan tenang selama
pendidikan kesehatan dan demonstrasi dilaksanakan.
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian senam otak
b. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat senam otak
c. Mahasiswa dapat menjelaskan waktu penting senam otak
d. Mahasiswa mampu mengajarkan anak-anak senam otak dan
menerapkan latihan senam otak
e. Anak-anak dapat mengikuti pendidikan kesehatan dan demonstrasi
senam otak dari awal sampai selesai
f. Proses pendidikan kesehatan dan demonstrasi dapat berjalan
sistematis dan lancar
5.1.3 Evaluasi hasil
a. Anak-anak dapat menyebutkan pengertian senam otak
b. Anak-anak dapat menyebutkan manfaat senam otak
c. Anak-anak dapat menyebutkan waktu penting senam otak
d. Anak-anak mampu mendemonstrasikan senam otak Anak-anak
mampu merasakan manfaat dari latihan senam otak
5.2 Faktor Pendorong
5.2.1 Persediaan dana yang mencukupi untuk kebutuhan penyelenggaran
pendidikan kesehatan dan demonstrasi sehingga dapat berjalan dengan
lancar
5.2.2 Tingginya apresiasi dan motivasi anak-anak akan kegiatan pendidikan
kesehatan dan demonstrasi senam otak
5.3 Faktor Penghambat
5.3.1 Kurangnya pengetahuan, sikap, keyakinan anak-anak, orang tua, dan
keluarga mengenai pentingnya meningkatkan PHBS anak
5.3.2 kesehatan untuk meningkatkan PHBS anak
5.3.3 Kurangnya alokasi dana yang mencukupi untuk kebutuhan
penyelenggaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi
5.3.4 Rendahnya apresiasi dan motivasi anak-anak, orang tua, keluarga akan
kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi

Page 10 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan
Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech delay)
cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung
menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara
sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di
Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5
% anak usia balita, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap
sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan adalah senam otak (WHO,
2010).
Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (5069,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun,
Page 11 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan malnutrisi


berkelanjutan sehingga terjadi keterlambatan perkembangan otak. Menurut WHO,
diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi
anak.
Di Indonesia, belum ada data akurat tentang jumlah dan kondisi anak
berkebutuhan khusus, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional
tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk
Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan
khusus yang mengalami keterlambatan perkembangan otak sehingga anak
khususnya balita gagal mencapai tumbuh kembangnya.
Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan
seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita)
Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan
sampai berat (Depkes, 2006: 1). Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun
(balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai
ringan sampai berat (Depkes, 2006 ).
Prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan brain gym (senam otak) lebih
tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang tidak diberi perlakuan brain gym
(senam otak) dengan prosentase sebesar 49% (Purwanto, 2009). Adanya
perbedaan antara kelompok yang diberi perlakuan berupa Brain Gym dengan yang
tidak diberi perlakuan, dengan demikian menunjukkan bahwa Brain Gym efektif
dalam menurunkan stres pada anak bisa (Purwanto, 2009).
Dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan
Senam Otak pada anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan.
Sehingga anak usia prasekolah dapat melatih kecerdasan otaknya dan dapat
melakukan sendiri di rumah masing-masing karena gerakan senam otak tergolong
sederhana dan mudah untuk di hafal.

6. 2 Saran
6.2.1 Bagi Anak-Anak

Gunakan senam otak sebagai kegiatan selingan sehingga manfaatnya


akan dapat dirasakan
6.2.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5

Bagi Keluarga
Dukung dan dampingi anak untuk melakukan Senam Otak setiap hari
Bagi Masyarakat
Sediakan lingkungan yang mendukung untuk anak usia prasekolah
sehingga mereka bisa melakukan Senam Otak
Bagi Tenaga Kesehatan
Bantu sasaran ketika mereka mengalami masalah kesehatan yang tidak
bisa di selesaikan oleh keluarga
Bagi Praktik Keperawatan Maternitas

Page 12 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

Dampingi dan bantu mereka dalam melakukan tugas perkembangan


yang harus dilewati di setiap langkahnya
6.2.6 Bagi Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan
Membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan upaya kesehatan yang
ada pada setiap lapisan Masyarakat
6.2.7 Bagi Pemerintah
Melakukan upaya pengaturan dalam bentuk peraturan dan kebijakan
yang mendukung upaya kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Ayinosa.
2009.
Brain
Gym
(Senam
Otak).
Diperoleh
dari
http://book.store.co.id/2009. Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.35 WIB).
Badan Pusat Statistik Nasional. 2007 . (Diakses tanggal 16 Maret 2013 20.45
WIB).
Dennison, Paul. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia.
Dennison, P., Gail, E. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta :
Gramedia.
Departemen Kesehatan. 2006. (Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.00 WIB).
Departemen Kesehatan. 2010. . (Diakses tanggal 17 Maret 2013 13.00 WIB).
Haryanto, Nia. 2009. Ada Apa Dengan Otak Tengah?. Jakarta: Gradien
Mediatama.
Page 13 of 14

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

2013

Markam, Soemarmo. 2008. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.


Purwanto, Setyo dan Ranita, Wdyastuti. 2009. Efektifitas Brain Gyms dalam
Menurunkan Stress pada Anak. Jurnal Kesehatan.II (2): 137-146.
Sularyo, Titi. Senam Otak. Sari Pediatri, 2002, 4 (1):36-44.

LAMPIRAN
Lampiran 1. SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
Lampiran 2. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Lampiran 3. Materi
Lampiran 4. Media
Lampiran 5. Berita Acara Kegiatan
Lampiran 6. Daftar Hadir
Lampiran 7. Foto Kegiatan

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai