Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu setiap keluarga juga

mengharapkan anaknya bertumbuh kembang optimal (sehat fisik, mental/kognitif,

dan sosial), dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa bangsa. Sebagai aset

bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak mereka masih dalam kandungan

sampai mereka menjadi manusia dewasa (Soetjiningsih, 2014).

Anak juga merupakan generasi penerus, sehingga di butuhkan anak yang

berkualitas untuk mencapai masa depan yang baik. Kualitas anak yang baik dapat

dicapai dengan memastikan bahwa proses tumbuh kembang anak juga baik.

Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yaitu pertumbuhan dan

perkembangan yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan

(Wahyono, 2011).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah

atau dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu sehingga dapat di ukur

dengan satuan berat, satuan panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.

Perkembangan adalah pertumbuhan kemampuan dalam pola yang teratur dan dapat

di pertimbangkan sebagai hasil dari proses pematangan (Wahyono, 2011).

Salah satu masalah perkembangan anak yang sering ditemukan adalah

development delay (DD). Perkembangan yang terlambat (development delay)

merupakan ketertinggalan secara signifikan pada anak yang meliputi : fisik,

kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila

1
2

dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak yang mengalami

development delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan

kemampuannya bila dibandingkan dengan anak seusianya (Salimo, 2012).

Data dapat menghasilkan peningkatan jumlah bayi yang akan mengalami

keterlambatan perkembangan, karena kurangnya stimulasi yang biasa diberikan

kepada bayi oleh petugas kesehatan atau kader di Posyandu. Bayi yang memiliki

nutrisi baik akan merespons perubahan lingkungan dengan lebih aktif dan

mempercepat perkembangan anak. Malnutrisi pada usia 0-24 bulan dapat

menyebabkan masalah yang menumbuhkan otak permanen. Sebanyak 30,8 % bayi

usia 6-18 bulan mengalami keterlambatan perkembangan motorik. Pertumbuhan

dan perkembangan bayi perlu di stimulasi oleh orang tua terutama ibu sehingga bayi

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai tahapan bayi (Richard,

2013).

Hasil penelitian tentang perkembangan anak di Kabupaten Bantul

Yogyakarta pada tahun 2007 menunjukkan 28% anak balita dengan perkembangan

meragukan dan 8% anak kemungkinan mengalami perkembangan terlambat.

Berdasarkan data dari instalasi catatan medik dan data kunjungan di Poliklinik

Tumbuh Kembang RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, pada tahun 2009 didapatkan

8,16% kasus anak dengan keterlambatan perkembangan. Pada tahun 2010 terjadi

peningkatan kasus menjadi 14,85% dan pada tahun 2011 ada 10,07% kasus anak

dengan keterlambatan perkembangan (Muslihatun & Widiyanto, 2014).

Development delay pada anak dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu ras/etnik,
3

genetik dan pengaruh hormon dari kedua orang tua sedangkan faktor eksternal yaitu

gizi, toksin/infeksin, anoksia, psikologi ibu, lingkungan, status, sosial ekonomi,

trauma, stimulasi dan olahraga (Soetjiningsih, 2012).

Upaya penanganan pada development delay membutuhkan kerjasama

berbagai bidang keahlian yang meliputi dokter anak, dokter saraf, fisioterapi, dan

ahli gizi (Solihin, 2013). Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara,

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (Permenkes RI

No. 65, 2015).

Development pediatric (perkembangan anak) berkaitan dengan cara anak

tumbuh dan dewasa dari lahir hingga dewasa. Tugas fisioterapi tidak hanya

memperhatikan perkembangan postur tubuh dan gross motor (keterampilan

motorik kasar). Namun, mereka perlu memahami cara anak mengembangkan

keterampilan mereka, termasuk pendengaran, bicara, penglihatan, gerakan halus,

perilaku sosial, dan permainan untuk menilai atau memperlakukan anak yang

diduga memiliki masalah per kembangan. Seorang anak harus memulai fisioterapi

sedini mungkin. Fisioterapi dapat membantu bayi berkembang sejak usia dini

dengan menempatkannya pada posisi yang menguntungkan dan mendorong pola

pergerakan yang normal (Naufal, 2019).

Teknologi alternatif pada kasus development delay berupa stimulasi motorik

halus, terapi latihan dan Neuro Development Treatment (NDT). Stimulasi motorik
4

halus adalah stimulasi yang melibatkan otot-otot yang kecil seperti menggenggam,

melepas, dan meraih (Puspita, 2014). Terapi latihan adalah kinerja sistematis,

gerakan tubuh yang terencana, postur atau aktivitas fisik yang ditujukan kepada

pasien atau klien untuk memperbaiki atau mencegah impairment, pemulihan atau

peningkatan fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor-faktor risiko yang

berhubungan dengan kesehatan, mengoptimalkan keseluruhan kondisi kesehatan

dan kebugar an (Amanati dkk, 2018). Sedangkan neuro development treatment

(NDT) adalah untuk melatih keseimbangan gerak dasar dan fasilitasi (Hazmi ,

2014).

Dalam hal ini penulis memilih modalitas stimulasi motorik kasar dan play

therapy. Stimulasi motorik kasar adalah rangsangan dari luar yang diberikan pada

anak dengan melibatkan aktivitas motorik kasar seperti koordinasi tengkurap,

duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Tujuan tindakan stimulasi motorik kasar

diharapkan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar

dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional secara terarah sehingga dapat

hidup secara mandiri. Sedangkan play therapy bertujuan untuk melatih

perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan konsentrasi sehingga meningkatkan

kemampuan intelektual dan emosional yang dapat meningkatkan

perkembangannya.. Dengan pemberian play therapy diharapkan adanya

peningkatan pada kapasitas fisik dan kemampuan fungsional (Mahendra, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang di ajukan antara lain

(1) bagaimana pemeriksaan fisioterapi pada anak dengan kondisi development


5

delay?, (2) bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi development

delay?, (3) bagaimana evaluasi pada kondisi development delay?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan yang ingin di capai

penulis adalah (1) untuk mengetahui pemeriksaan fisioterapi pada anak dengan

kondisi delay development, (2) untuk mengetahui penatalaksanaan pada kondisi

delay development, (3) untuk mengetahui evaluasi pada kondisi delay development.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah penatalaksanaan fisioterapi pada

kondisi delay development yaitu :

1. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penatalaksanaan fisioterapi

pada kondisi delay development.

2. Bagi institusi

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi delay

development.

3. Bagi masyarakat

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan wawasan

khususnya pada orang tua dapat mengetahui informasi dan pemahaman yang tepat

tentang delay development.

Anda mungkin juga menyukai