Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
hidayah serta inayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan ilmiah ini dengan
Judul “Asuhan Kebidanan Bayi Fisiologis pada By. I Umur 3 Bulan dengan
Kebutuhan Imunisasi DPT-HB-HIB 2 dan Polio 3 di Puskesmas Gubug 1
Kabupaten Grobogan”. Laporan ilmiah ini disusun untuk memenuhi target
kompetensi mata kuliah Pra Praktik Kegawatdaruratan Maternal, Neonatal, KB
dan Kespro. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan laporan ilmiah ini, antara lain :
1. Ibu Sri Rahayu, S.Kp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Semarang
2. Ibu Triana Sri Hardjanti, M.Mid selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Semarang
3. Ibu Sri Rahayu, S.Kp,Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku dosen pembimbing
4. Ibu Sri yati, Amd.Keb selaku pembimbing lahan
5. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga,
terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta
yang paling berharga sebagai titipan Tuhan Yang Maha Esa, juga dikarenakan
kondisinya yang mudah sekali terkena penyakit. Oleh karena itu, bayi dan
anak menjadi prioritas utama,yang harus dijaga kesehatannya. Karena anak
merupakan generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005).
Kesehatan anak di dunia, khususnya di negara yang sedang berkembang
masih tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal setiap
tahunnya.Empat juta dari anak ini masih berusia di bawah 1 bulan. Sedangkan
jutaanlainnya hidup dengan gangguan kesehatan seperti menderita penyakit
polio, diare,cacat bawaaan dan perkembangan seperti lambat berjalan dan
bicara.Kematiananak ini, umumnya dipicu oleh faktor yang masih bisa
dicegah, seperti kurang gizidan infeksi misalnya infeksi saluran Pernafasan
dan infeksi saluran pencernaan(Partiwi, 2009).
Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh
WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati
80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat
campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat
polio yang dapat dicegah setiap tahunnya.Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah
direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang antara
lain: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. (Muhammad,2003).
Target MDGs untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2012
yaitu 34per 1.000 KH,hampir 75% dari semua kematian bayi disebabkan oleh:
neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak, dan HIV / AIDS, tujuannya
adalah untuk lebih memotong angka kematian anak sebanyak dua pertiga pada
tahun 2015. Pencapaian MDGs untuk mengurangi angka kematian anak akan
membutuhkan cakupan universal dengan kunci yang efektif, intervensi
terjangkausalah satunya dengan cara vaksinasi.
Menurut WHO (World Health Organization) di negara Indonesia sekitar
175.000 penduduk setiap tahunnya meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit
yang dapat dicegah oleh imunisasi dan vaksin, sekitar 450.000 setiap tahun.
Pada hasil riset kesehatan dasar tahun 2013, berdasarkan jenis imunisasi
persentase tertinggi adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3
(75,6%). Papua mempunyai cakupan imunisasi terendah untuk semua
jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%), BCG (59,4%), DPT-HB 3
(75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Provinsi DI Yogyakarta
mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar HB-
0 (98,4%),BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%)
sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%). Dari
latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas aplikasi asuhan
kebidanan pada bayi dengan kebutuhan imunisasi DPT/HB dan polio di BPM
Widayati, S.ST Keb.
B. Rumusan masalah
Bagaimana aplikasi asuhan kebidanan pada bayi dengan kebutuhan imunisasi
DPT- HB- Hib2 dan Polio 3 di Puskesmas Gubug 1?
C. Tujuan
Untuk mengetahui aplikasi asuhan kebidanan pada bayi dengan kebutuhan
imunisasi DPT- HB- Hib2 dan Polio 3 di Puskesmas Gubug 1.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya
tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan
pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa
pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan
pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ
tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
B. Pertumbuhan Bayi
Supariasa (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun
individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif,
yang dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi
dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual (Perry &
Potter, 2005).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang
bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum,
pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal).
Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih
dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.
Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur
(Nursalam dkk, 2005).
C. Patofisiologis
1. Proses tumbuh kembang anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sejak dalam
kandungan. Setiap organ dan fungsinya mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda. Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian
perubahan yang teratur dari satu tahap perkmebangan ketahap
perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum misalnya : anak
terdiri dengan satu kaki, berjingkrak (berjinjit), berjalan menaiki tangga,
berlari dan sebagainya (Nardho, 1993).
2. Perkembangan
Adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang kompelks dalam pola yang teratur dan sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa hingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1995).
3. Teori perkembangan
a. Teori perkembangan menurut Soetjiningsih, 1995)
Melalui Denver Developmental Skrening test (DDST)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam
menilai perkembangan anak balita yaitu :
1) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Fine motor adaptive (gerakan motork halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja, dan otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat misalnya kemamlpuan untuk
menggambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
4) Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh.
b. Menurut buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) ada
7 aspek pertumbuhan balita yaitu :
1) Tingkah laku sosial.
2) Menolong diri sendiri.
3) Intelektual.
4) Gerakan motorik halus.
5) Komunikasi pasif.
6) Komunikasi aktif.
7) Gerakan motorik kasar.
c. Periode perkembangan umur dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Periode perinatal (sejak konsepsi sampai lahir)
a) Germinal : konsepsi -2 minggu.
b) Embrionik : 2-8 minggu
c) Fetal : 8-40 minggu (lahir)
2) Periode infancy (sejak lahir sampai 12-18 bulan)
a) Neonatal : sejak lahir-28 hari.
b) Inpancy : 1 bulan -1 tahun.
3) Periode early childhood (umur 1 tahun-6 bulan)
a) Toddler : 1-3 tahun
b) Preschool : 3-6 tahun
4) Periode middle childhood
Sejak umur 6 tahun-12 tahun : usia sekolah.
5) Periode later childhood (usia 11-19 tahun)
a) Pra pubertas : 10-13 tahun.
b) Adolesence : 13-18 tahun.
Didalam teori perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana
diperlukan rancangan/stimulasi yang berguna agar potensi
berkembang dengan baik. Perkembangan anak optimal bila
interaksi sosial anak diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak
pada berbagai ahap perkembangan bahkan sejak dalam kandungan.
4. Pertumbuhan perkembangan sesuai umur
a. Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran berbagai organ.
Perasaan integritas, mencapai kebijaksanaan, penyelesaihan hidup
dengan bijaksana, belajar untuk menerima dari masing-masing sel
dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh/pertumbuhan,
jumlah keseluruhan sel/kedua-duanya
b. Tumbuh kembang anak menurut umur
Menurut Soetjiningsih, 2005 : 33-36
1) Usia 0-1 bulan
a) Fisik : BB meningkat 150-200
gram/minggu.
TB meningkat 2.5 cm/bulan
Lingkar kepala meningkat 1.5 cm/bulan
sampai usia 6
bulan.
b) Motorik : Mengangkat kepala dibantu.
Tubuh ditengkurapkan dan menoleh.
Reflek primitif baik, sucking, rotting, moro
reflek, menelan dan menggenggam
c) Sensorik : Mengikuti sinar ke tengah.
d) Sosialisasi : Mulai tersenyum
2. Usia 2-3 bulan
a) Fisik : Fontanela posterior sudah menutup.
b) Motorik : Mengangkat kepala bayi ditahan dengan
tangan.
Memasukkan tangan ke mulut.
Meraih benda-benda yang menarik.
Sudah dapat didudukan dengan punggung
ditopang.
c) Sensorik : Mengikuti sinar ke tepi.
Koordinasi vertikal dan horisontal
Mendengarkan suara.
d) Sosialisasi : Tertawa pada seseorang.
Senang tertawa keras.
Menangis sudah mulai kurang.
3. Usia 4-5 bulan
a) Fisik : BB 2 kali BBL.
Ngeces (belum ada koordinasi menelan).
b) Motorik : Duduk kepala mulai seimbang dan
punggung mulai kuat.
Tengkurap susah bisa miring dan kepala
tegak lurus
Reflek primitif mulai menghilang.
Meraih benda dengan tangan.
c) Sensorik : Sudah mengenal orang.
Akomodasi mata baik.
d) Sosialisasi : Senang berinteraksi dengan orang lama.
Mengeluarkan suara tidak senang bila
mainnya diambil orang.
4. Usia 6-7 bulan
a) Fisik : BB meningkat 90-150 gr/minggu.
TB meningkat 1.25 cm/bulan.
Lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan
sampai 12 bulan.
Gigi mulai tumbuh.
b) Motorik : Membalikan tubuh.
Memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan lainnya.
Mengambil dengan tangan, kaki, dan mulut.
Makanan ke mulut.
c) Sensorik : -
d) Sosialisasi : Dapat membedakan orang yang dikenalnya.
Merangkul/memeluk orang yang dicintai.
Menyebutkan (ma….ma……).
Dapat menangis cepat lalu tertawa lagi.
5. Usia 8-9 bulan
a) Fisik : BB3 kali BBL.
TB lebih ½ kali BBL.
Gigi atas dan bawah sudah tumbuh.
b) Motorik : Duduk sendiri.
Koordinasi tangan ke mulut lebih sering.
Tengkurap dan merangkak.
Mengambil dengan jari.
c) Sensorik : Tertarik dengan benda kecil.
d) Sosialisasi : Cemas terhadap orang tua.
Mengulang kata tidak ada arti.
6. Usia 10-12 bulan
a) Fisik : BB 3 kali BBL.
TB lebih ½ kali BBL
Gigi atas dan bawah sudah sembuh.
b) Motorik : Berdiri tidak lama.
Berjalan dengan bantuan.
Berdiri dan duduk sendiri.
Mulai makan dengan sendok.
Main ciluk….ba……
Senang mencoret kertas.
c) Sensorik : Dapat membedakan bentuk.
d) Sosialisasi : Emosi berlebihan, cemburu, marah.
Senang lingkungan yang dikenal.
Takut lingkungan asing.
Mengerti perintah sederhana.
c. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
1) Faktor dalam
Yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor
bawaan maupun faktor yang diperoleh, antara lain :
a) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua, kakek, nenek atau
generasi sebelumnya, misal : warna rambut, bentuk tubuh.
b) Untuk berpikir dan kemampuan intelektual
Misal : kecepatan berfikir.
c) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh
Misal : kekurangan hormon yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
d) Emosi dan sifat-sifat (tempramen) tertentu
Misal : pemalu, pemarah, tertutup, dan lain-lain.
2) Faktor luar menurut Mardho, 1993 : 2-4
a) Keluarga
i. Umur ibu kurang dari 20 tahun.
ii. Jumlah anak usia dbawah 3 tahun (balita) 2 atau lebih.
iii. Ibu/pengasuh anak tidak tahu mengenai kebutuhan anak
dan sulit menerima pesan-pesan kesehatan.
iv. Ibu/pengasuh anak menderita gangguan mental atau
tekanan jiwa yang berat.
v. Ibu/pengasuh anak mengabaikan atau tak acuh terhadap
kesejahteraan/perkembangan anak.
vi. Rumah kacau/kotor yang ditandai oleh kurangnya perhatian
terhadap keselamatan anak dan perawatan rumah.
vii. Ayah yang sering melakukan kejahatan, minum alkohol
atau ada gangguan jiwa
viii. Hubungan suami istri yang buruk.
b) Gizi
c) Budaya
d) Teman bermain dan sekolah
d. Tanda Balita Sehat
1) Lincah dan aktif.
Dunia anak sehat adalah dunia yang ceria dan dinamis. Mereka tak
berhenti bergerak dan berceloteh. Hal ini antara lain ditunjang oleh
otot-otot tubuhnya yang lentur, sehingga balita luwes menekuk
sendi srluruh tubuhnya. Untuk itu, waspada jika balita tiba-tiba
lesu, karena mungkin saja dia sedang tidak enak badan namun
enggan mengatakannya.
2) Bahagia dan responsif.
Ketika diajak bicara, balita menunjukkan kontak mata yang
responsif. Untuk menstimulasinya, ajak anak bicara setiap ada
kesempatan. Saat makan, bermain, atau diajak bepergian. Biasakan
berbicara dengan melihat mata balita.
3) Rambut tidak mudah kusam dan rontok.
Jangan abaikan bila rambut balita mudah rontok dan tampak
kusam. Bisa jadi dia kekurangan zat gizi tertentu, seperti vitamin B
kompleks dan mineral seng (zinc). Sebaliknya, dengan rambut
mengilap dan kuat, menunjukkan bahwa balita cukup gizi, serta
kebersihan rambut dan kulit kepalanya terjaga.
4) Gigi cemerlang.
Jika di usia setahun gigi pertamanya belum juga tumbuh, bisa jadi
balita kekurangan kalsium. Biasakan ke dokter gigi 6 bulan sekali
untuk pemeliharaan.
5) Gusi merah muda
Tak mudah berdarah. Jika mudah berdarah ad akemungkinan
mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin C. gusi dan gigi yang
sehat dan terawatt juga membuat mulut bayi tak bau busuk.
6) Kulit bersih dan jika luka mudah sembuh.
Dalam kondisi sehat, sel-sel kulit juga menjadi lebih cepat
emperbaiki diri ketika terjadi luka.
7) Kuku merah muda (tidak pucat) dan tidak rapuh.
Ini menunjukkan bahwa balita tidak mengalami anemia
(kekurangan sel darah merah) dan tidak kekurangan mineral
kalsium.
8) Suhu tubuh antara 36,5ºC – 37,5ºC.
Tak perlu mengecek suhu setiap saat, cukup amati perilakunya
saja. Kelincahan dan cerianya bisa jadi pertanda suhu tubuhnya
normal. Jika tampak lesu, baru cek suhu tubuh.
9) Makan lahap.
Jika di usia 2 tahun anak masih melepeh makanannya, misalnya,
bisa jadi dia mengalami gangguan mengunyah dna menelan
makanan, karena ia tak melalaui “tahap emas” belajar makan
dengan baik di usia 6-12 bulan. Gangguan makan bis
amengakibatkan kurang gizi dan menggangu kemampuan bicara ,
karena kerja otot oromotor di organ mulut berkaitan erat dengan
keterampilan bicara.
10) Tidur lelap dalam waktu cukup
Di bawah usia 5 tahun perlu tidur sekitar 10 jam sehari. Sehingga
sel-sel saraf otak berkembang baik untuk mendukung
kecerdasannya.
11) BAB lancar.
Buang air besar (BAB) teratur, tidak pernah sembelit dan diare,
menunjukkan organ pencernaanya baik. Sembelit berkepenjangan
dapat mengakibatkan gangguan organ dalam karena sisa makanan
terlalu lama tersimpan di perut dan terjadinya ambeien karena anak
sering mengejan. Sementara diare menunjukkan ada gangguan alat
pencernaan, sehingga penyerapan makanan kurang baik.
12) Cocok dengan KMS
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau agenda tumbuh kembang balita
dari dokter jadikanlah alat untuk memantau perkembangan balita.
Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan dengan dokter
agar segera ditangani.
13) Antusias bermain
Anak sehat selalu antusia bermain, kecuali bila dia sedang
mengantuk.
14) Bentuk kaki normal.
Ketika lahir bentuk kaki O, biasanya menjelang usia 2 tahun akan
berangsur normal. Jika setelah usia 3 tahun kakai balit amasih
tampak O atau X, sebaiknya periksakan ke dokter.
15) Harum baunya.
Berkeringat boleh, tapi sebaiknya segera dilap dan diganti bajunya,
sehingga bau tubuh tidak menyengat. Keringat yang tidak dilap dan
tubuh yang jarang dibersihkan, bis amenjadi sumber munculnya
penyakit.
f. Frekuensi pemberian.
Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi
respon imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar antibodi spesifik masih tinggi, sedangkan antigen dinetralkan
oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel imunokompeten.
g. Ajuvan
1) Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen
2) Mempertahankan antigen agar tidak cepat hilang;
3) Mengaktifkan sel imunokompeten
h. Jenis vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
i. Kandungan vaksin
1) Antigen virus
2) Bakteri
3) Vaksin yang dilemahkan seperti polio, campak, BCG
4) .Vaksin mati : pertusis.
5) Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.
6) Ajuvan : persenyawaan aluminium
7) .Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur.
7. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin
a. Panas dapat merusak semua vaksin.
b. Sinar matahari dapat merusak BCG.
c. Pembekuan toxoid.
d. Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)
8. Tatacara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata
cara seperti berikut:
a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko
apabila tidak divaksinasi.
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila
terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
c. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan
lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan
orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
d. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan.
e. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila
diperlukan.
f. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik.
g. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan. Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa,
misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya
kerusakan.
h. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan
pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up
vaccination) bila diperlukan.
i. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai
pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan
posisi penerima vaksin.
j. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:
k. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh,
apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi
ikutan yang lebih berat.
l. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
m. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas
Kesehatan bidang P2M.
n. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan
vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas
yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid,
dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.
a. Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan
kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur)
informasi produk harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar
vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8oC dan
tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT dan hepatitis B) menjadi tidak
aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi
guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena
beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.
b. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut
khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin
telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan
(warna dan kejernihan).
Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan
cepat mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang
steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan
panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin.
c. Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan
namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
d. Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular
atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin
yaitu polio diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan
intradermal.
e. Teknik dan Ukuran Jarum
Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami
teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk
mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang
salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum
baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin
yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila memakai botol
multidosis (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka
jarum suntik yang telah digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai
lagi mengambil vaksin.
Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup
yang diberi tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk
menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan
jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot.
Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan
subkutan yang kurang dalam.
Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm,
tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :
1) Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda
dan bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26
dengan panjang 16 mm.
2) Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25
dengan panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran
27 dengan panjang 12 mm.
3) Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran
25-27 dengan panjang 10 mm.
f. Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 45o sampai 60o ke
dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot
vastus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid
jarum harus diarahkan ke pundak. Kerusakan saraf dan pembuluh
vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 90º. pada
suntikan dengan sudut jarum 45 º sampai 60 º akan mengalami
hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot.
g. Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk
vaksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio
deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih
besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa.
Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk
vaksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk
menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica (nervus ischiadicus).
Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat suntikan didaerah gluteus
lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut,
masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan
intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan
suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat.
Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di
atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas
puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid.
I. PENGKAJIAN
II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. I
5. Riwayat Imunisasi :
Hb 0 0 hari (15-2-2018)
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N = 100 x/mnt
RR = 38 x/mnt
T = 39,5 ℃
2. Pengukuran antropometri:
BB : 9 KG Lingkar kepala/ LK : 39 CM
PB : 77 CM LILA : 14 CM
3. Status Present:
Kepala : rambut hitam, pertumbuhan rambut tidak merata,
mesochepal, tidak ada benjolan abnormal
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak terdapat sekret, tidak ada polip, simetris
Mulut : simetris, bibir lembab, gusi tidak berdarah
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada biang
keringat
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada nyeri tekan
Pulmo/COR : tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi dan stridor. Deyut
jantung teratur
Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, tidak kembung
Genetalia : tidak dikaji
Punggung : tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada ruam-ruam
kulit
Anus : tidak dikaji
Ekstremitas : ekstrimitas atas dan bawah pergerakan normal, tidak ada
oedem, jari-jari lengkap, kuku bersih dan tidak pucat
Kulit : Turgor kulit baik
V. ANALISA
By. I umur 3 bulan dengan pertumbuhan dan perkembangan normal.
Kebutuhan imunisasi DPT-HB-HIB 2 dan Polio 3.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam
keadaan baik- baik saja, dan bayinya bisa di imunisasi
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan senang bahwa bayinya
dalam keadaan baik- baik saja dan dapat di imunisasi.
2. Memberi tahu ibu manfaat imunisasi DPT- HB-Hib2 dan Polio3.
Imunisasi DPT- HB-Hib2 yaitu memberi pencegahan dari penyakit difteri
yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas, batuk rejan, pertusis dan
dan tetanus, Hepatitis B yang menyebabkan kerusakan hati, infeksi HIB
menyebabkan meningitis( radang selaput otak). Sedangkan imunisasi Polio
berfungsi untuk mengindari dari penyakit Poliomielitis atau lumpuh layu
pada tungkai kaki dan lengan tangan
Hasil : ibu mengerti manfaat imunisasi DPT- HB-Hib2 dan Polio 3
3. Memberikan imunisasi DPT- HB-Hib2 0,5 cc secara IM di 1/3 lengan
kanan atas dan imunisasi Polio secara oral (2 tetes)
Hasil : By.S telah mendapat imunisasi DPT- HB-Hib2 dan Polio3
4. Memberikan informasi kepada ibu tentang efek samping dari imunisasi
DPT- HB-Hib2, yaitu akan terjadi panas dan bengkak pada bekas suntikan
1-2 hari. Sementara imunisasi polio tidak menimbulkan efek samping.
Hasil : Ibu mengerti efek samping dari imunisasi DPT- HB-Hib2 dan
polio.
5. Memberikan paracetamol kepada ibu dan memberitahu ibu apabila
anaknya panas di beri paracetamon 1x1/4 dan apabila bengkak dikompres
hangat bagaian yang bengkak.
Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk datang kembali 1 bulan kemudian agar By. S di
imunisasi DPT- HB-Hib3 dan Polio 4
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia datang 1 bulan kemudian.
Mengetahui
Pembimbing Akademik,
1. Pengkajian
PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK
2. Analisa
Analisa / diagnosa yang ditegakkan dalam praktek umumnya sesuai
dengan teori dan tidak ada perbedaan.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan dalam praktek sudah sesuai dengan
teori, dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Ibu juga sudah dijelaskan
mengenai penyakit yang diderita anaknya dan diberikan terapi obat
penurun panas (paracetamol).
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan
pengkajian secara menyeluruh pada bayi yaitu meliputi anamnesa pada
orang tua, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi, maka penolong (bidan)
harus memahami kondisi fisik bayi serta tetap memperhatikan
kebersihan, keamanan, dan ketepatan dalam mendiagnosa.
3. Tumbuh kembang bayi memerlukan pemantauan dan stimulasi yang
kontinu agar bayi tidak mengalami kegagalan perkembangan atau
keterlambatan perkembangan yang juga dapat menghambat
perkembangan psikologis dan fisiknya.
B. Saran
1. Sebagai mahasiswi kebidanan, sebaiknya memperhatikan teknik
pemeriksaan yang benar dan aman.
2. Sebagai mahasiswi, sebaiknya lebih memperhatikan diagnosa serta
mengerti terapi apa yang harus diberikan.
3. Sebaiknya dalam memberikan pelayanan terhadap anak-anak (bayi),
memperhatikan kebutuhan prinsip asah, asuh, asih.
DAFTAR PUSTAKA