Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ernawati 201560411007
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya kami
dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan sehat serta tanpa hambatan apapun. Shalawat
berserta salam semoga seelalu tercurahkan kepada junjungan kami Nabi besar Muhammad
SAW.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas di mata kuliah Pemeriksaan
Fisik dalam proses penyusunan makalah ini, kami kami sangat berterimakasih atas bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami juga bermaksud
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Linda K. Telaumbanua, S.ST., M.Keb selaku ketua dari STIKes Medistra Indonesia
2. Ibu Puri Kresna Wati, S.ST., M.KM selaku Ketua Program Studi
3. Renince, SST., M.Keb selaku koordinator mata kuliah Dosen Pengembang RPS.
4. Serta teman-teman semua yang kami tidak bisa sebutkan satu-persatu, Terimakasih atas
kerjasamanya dalam kelompok ini untuk menyusun makalah Pemeriksaan Fisik.
Semoga Tuhan yang Maha Esa akan memberikan balasan yang setimpal kepada semuanya.
Kami berharap makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka perbaikan selanjutnya,
kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena kami menyadari
makalah yang telah kami susun ini memiliki banyak sekali kekurangan.
Penyusun
PENDAHULUAN
Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang. Dikatakan
masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan dikatakan masa
keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali
(Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi sebanyak
4.462.562 jiwa (Data Statistik Indonesia 2012). Sedangkan menurut Data Statistik Indonesia
Tahun 2014 jumlah bayi di Sumatera Barat 113.534 jiwa dan jumlah bayi di kota Padang
17.534 jiwa. Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan
seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan
dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat
diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009Bayi adalah anak yang baru lahir sampai
berumur 1 tahun dan mengalami proses tumbuh kembang. Tumbuh kembang merupakan
proses yang berbeda tetapi keduanya tidak dapat berdiri sendiri, terjadi secara simultan,
saling berkaitan dan berkesinambungan dari masa konsepsi hingga dewasa. (1) Pertumbuhan
(growth) adalah perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran pada tingkat sel, organ
maupun individu. Perkembangan (deveopment) adalah peningkatan kemampuan hal struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan memiliki pola teratur dan dapat di
prediksi, yang merupakan hasil dari proses pematangan.
lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR disbanding dengan Bayi Cukup
Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat
melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu,
menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. Kesulitan penyesuaian atau
adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan, keterlambatan
perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia (Mansur, 2009).
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) Bayi kurang bulan
(prematur) bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu ( hari) Bayi
cukup bulan atau atermbayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294
hari atau lebih) Bayi lebih bulan atau post date.
2.4 CIRI NEONATUS BAYI BALITA
Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta
organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar
3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari
pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir,
kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Pernahkah terbersit pertanyaan dalam benak sudara...bagaimana bayi baru lahir bisa
menghisap? Bayi baru lahir juga bisa mencari puting ibunya?.....untuk bisa menjawab
pertanyaan tersebut, mari kita pahami pernyataan berikut, bahwa pada masa neonatal ini,
refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya refleks moro yaitu
reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3-5 bulan; refleks meng- hisap (sucking
refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks mempertahankan posi- si leher/kepala
(tonick neck refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada
usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring bertambahnya usia,
refleks-refleks itu akan menghilang. Pada masa neonatal ini, fungsi pendengaran dan
penglihatan juga sudah mulai berkembang.
Masa balita dan prasekolah usia 1 - 6 tahun, terbagi menjadi:
Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun Setiap
anak akan melewati tahapan tersebut secara flexible dan berkesinambungan. Misalnya
pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi, tidak selalu dicapai pada usia 1
tahun secara persis, tetapi dapat dicapai lebih awal atau lebih dari satu tahun. Masing-masing
tahap memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya.
Hampir sepertiga masa kehidupan manusia dipakai mempersiapkan diri untuk menghadapi
dua pertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengopti- malkan
tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting.
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada patokan umur
tertentu untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah milestone
(Moersintowarti, 2002).
Seperti penyataan di atas bahwa setiap tahap perkembangan, anak mempunyai ciri-ciri
tertentu, maka berikut ini merupakan pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara
normal pada masa pranatal, neonatal, bayi, toddler dan pra sekolah
Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih, terdapat 4 aspek perkembangan
anak balita yaitu :
a. Inspeksi (melihat)
b. Palpasi (meraba)
c. Perkusi (mengetok)
d. Auskultasi (mendengar)
1. Keadaan umum
2. Kepala
3. Rambut
5. Mata
a. Simetris / tidak, juling, buta / tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap / tidak )
c. Bintik bitot ada / tidak d. Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
6. Hidung
a. Bersih / tidak
7. Mulut
d. Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak, tonsil membesar / tidak
8. Telinga
a. Bersih / tidak
9. Leher
b. Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar lymphe ada / tidak
10. Ketiak
11. Dada
b. Kalau pasien wanita ( buah dada, putting susu, hiperpigmentasi ada / tidak)
a. Simetris / tidak
a. Membesar / tidak
a. Simetris / tidak
15. Punggung
a. Genitalia laki-laki ( Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap / tidak, testis sudah turun
ke skrotum / belum, femosis ada / tidak )
b. Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih / tidak, labia minor / mayor sudah menutup /
belum, klistoris, uretra, vagina lengkap / tidak)
A. Perkembangan paru-paru
Faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :Hipoksia pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim, yang merangsang pusat
pernapasan di otakTekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan, merangsang masuknya udara paru-paru secara mekanis.
Sisa cairan di dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe serta
darah, semua alveolus akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu
Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru
serta merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Temperatur tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas.
Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar dari pada laju pembentukan panas maka akan
terjadi penurunan temperatur tubuh. Begitu juga sebaliknya bila pembentukan panas dalam
tubuh lebih besar dari pada kehilangan panas, timbul panas di dalam tubuh dan temperatur
tubuh akan meningkat.
Menggigil merupakan usaha utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya Lemak coklat akan digunakan pada stress dingin. Bayi kedinginan hipoglikemia
hipoksia asidosis Pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas bidan.
2.8 PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini
(Gorrie, et al., 1998). Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-
rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari
pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds,et al.,1980) untuk
pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
Spingter cardiac antara esophagusdan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et
al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan
segera setelah diberikan (Gorrie,etal.,1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol
persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi
dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan
untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998).
Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam
jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf
simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001).
Bayi yang baru lahir mendapat dukungan sistem imunitas melalui air susu ibu (ASI) yang
pertama kali keluar atau disebut kolostrum. Kolostrum mengandung immunoglobulin A
(IgA) yang mampu melindungi tubuh bayi dari kuman. Caranya, dengan membentuk jaringan
pelindung pada usus, hidung, dan tenggorokan.
Saat menyusui, bayi memperoleh antibodi dan faktor pelindung kuman lain dari tubuh
ibunya. Kedua hal inilah yang akan memperkuat sistem imunitas. Hal tersebut akan
membantu memerangi infeksi dan berbagai penyakit seperti diare, infeksi telinga dan
pernapasan, serta meningitis. Bayi menyusui juga terlindung dari asma, obesitas, alergi,
diabetes, serta sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).
Perlindungan ASI terus berlanjut bahkan jauh setelah masa menyusui telah selesai. Penelitian
menunjukkan, bayi yang memperoleh ASI memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker
karena menurut dugaan, bayi didukung sistem imunitas yang baik. Selain itu, ASI juga dapat
menghindarkan penyakit yang diperoleh pada masa mendatang misalnya diabetes tipe 1 dan
2, kolesterol tinggi, dan peradangan pada usus, bahkan tekanan darah tinggi yang bisa
menyerang seseorang di usia remaja.
Sistem imunitas bayi belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi
dan alergi Kekebalan alami dari struktur kekebalan tubuh yang mencegah infeksi,jika bayi
disusui ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif dalam bentuk laktobasilus
bifidus,laktoferin,lisozim dan sekresi Ig A
Kulit neonatus dan bayi berbeda dengan kulit orang dewasa. Perbedaan ini sering tidak
disadari sehingga menyebabkan pemaparan kulit neonatus dan bayi dengan berbagai bahan
yang dapat membahayakan. Sejauh ini prinsip pemakaian terapi topikal pada neonatus dan
bayi dalam praktek sehari hari lebih banyak didasarkan atas prinsip pengobatan pada dewasa.
Hal ini dapat dipahami mengingat hingga kini informasi praktis mengenai obat dan
terapeutika pada anak masih sangat terbatas. Beberapa faktor yang hanya terdapat pada
neonatus dan bayi dapat menyebabkan peningkatan absorpsi obat perkutan sehingga
meningkatkan risiko toksisitas pada kelompok pasien yang unik ini. Apabila dibandingkan
dengan orang dewasa, neonatus dan bayi memiliki rasio perbandingan luas permukaan kulit
terhadap berat badan yang lebih besar sehingga meningkatkan akumulasi tingkat serum obat
yang berbahaya secara signifikan.
Hal ini merupakan permasalahan terutama pada neonatus dan bayi-bayi prematur, yang juga
memiliki tingkat absorpsi perkutan yang lebih tinggi karena fungsi sawar kulit yang relatif
imatur.
Perkembangan Struktur Kulit Maturasi kulit dimulai saat embriogenesis melalui sinyal
interselular dan intraselular antara lapisan jaringan yang berbeda. Perkembangan sawar kulit
meningkat seiring meningkatnya usia kehamilan, dan maturasi epidermis lengkap dalam 34
minggu. Epidermis terdiri dari 4 lapisan utama, yaitu basalis, spinosum, granulosum, dan
stratum korneum. Sawar fisik terutama terdapat pada stratum korneum termasuk korneosit,
korneodesmosom, lipidenriched intercellular domains, dan sel epidermis bernukleus.
Cornified envelope terdiri dari beberapa lapisan keratinosit mati dan terdiri dari keratin yang
terbungkus dalam cross-linked protein dan dikelilingi oleh matriks lipid. Transglutaminase
merupakan enzim yang bertanggung jawab untuk cross-linking antara protein dan memiliki
peranan utama dalam pembentukan cornified envelope.
Selama maturasi kulit, perlekatan sel dan selularitas epidermis meningkat, dan taut dermis-
epidermis menjadi berundulasi. Pada neonatus preterm, papillary dermis di bawah taut
dermis-epidermis mengalami edema, fibril kolagen lebih kecil dibandingkan yang terdapat
pada neonatus term atau orang dewasa, dan struktur penyambung berkurang, dengan ruang
yang lebar antara titik penghubung.
Tingkat sebum tinggi pada minggu pertama kehidupan karena rangsangan androgenik yang
kuat dari sekresi sebum sebelum kelahiran. Kulit bayi berisi total lipid yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan orang dewasa dan ini berkorelasi dengan tingkat sebum rendah yang
terjadi pada bulan ke-6 kehidupan.
Ketika dilahirkan otak bayi beratnya 1/8 dari berat tubuhnya. Pada asia 10tahun berat otak
1/18 berat tubuhnya. Pertumbuhan susunan saraf ini dapatdikatakan berlangsung dengan
cepat sekali selama dalam kandungan dan 3-4tahun pertama setelah dilahirkan. Selama dalam
kandungan, susuna saraf yang terutama tumbuh cepat adalah jumlah dan ukuran sel saraf.
Perkembangan setelahdilahirkan maka pertumbuhan susunan saraf lebih terarah pada
pengembangan selsaraf yang masih belum berkembang.
Perubahan fisiologis sistem Neurologis pada bayi baru lahir sistem saraf belum terintegrasi
sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahandalam kehidupan ekstra
uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yang diberikansebagian besar dilakukan oleh pusat
yang lebih rendah dari otak dan reflek-reflekdalam medulla spinalis. Bayi baru lahir baru
dapat menjalankan fungsi padatingkat batang otak. Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi
secara bertahap berkembang, membuat lebih memungkinkannya perilaku yang kompleks
dan bertujuan. (Hamilton, 1995).
Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan tonus otot
merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. Bayi baru lahir
memiliki banyak reflek yang primitif. Waktu, saatreflek bayi baru lahir ini muncul dan
menghilang, menunjukkan kematangan dan perkambangan sistem syaraf yang baik. Reflek
yang sering ditemukan pada bayi baru lahir normal adalah menghisap dan membuka mulut
(rooting), menelan,menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan lidah, reflek moro
dan lain-lain (Bodak, 2005).Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting selama transisi,
karenasaraf ini merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbanganasam
basa, dan mengatur sebagian suhu (Wong, 2009). Bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai
mahluk yang reaktif, responsif, dan hidup. Perkembangansensoris bayi baru lahir dan
kapasitas untuk melakukan interaksi sosial danorganisasi diri sangat jelas terlihat (Bodak,
2005).
3.2 PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM TANDA TANDA VITAL BAYI
Aksilaris: 36,4-37,2 C 0
Kulit: 36,0-36,5 C
0
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Mata kuliah ini secara umum bertujuan mengetahui dan mempraktikkan pemeriksaan fisik
Ibu dan bayi berdasarkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Setelah menempuh mata
kuliah ini secara khusus mahasiswa mampu melakukan anamnsesis, pengkajian tanda vital
pada Ibu dan bayi, pemeriksaan dasar pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
serta anak.
3.4 SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang Pemeriksaan Fisik. Kami mengetahui bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya,
bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan
yang benar kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://dokterbagus.wordpress.com/2019/01/20/klasifikasi-bayi-menurut-berat-lahir/
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2258/2/Chapter%20I.pdf
https://slideplayer.info/slide/11832580/
http://scholar.unand.ac.id/5590/2/BAB%20I.pdf
https://kulon2.undip.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=117175
https://unipasby.ac.id/ckeditor/images-media/1524060896_SOP%20PEMERIKSAAN
%20FISIK%20BAYI%20BARU%20LAHIR.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
3facf0175ba433c0d204f32239f0f7d6.pdf
https://gustinerz.com/sistem-skor-apgar-dan-tanda-tanda-vital-bayi-baru-lahir/
https://id.scribd.com/document/378413715/Perubahan-Sistem-Saraf-Pada-Bayi-Baru-Lahir