Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK, SENSORIK, DAN PERSEPTUAL


PADA MASA BAYI, KANAK-KANAK DAN ANAK-ANAK

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Muchtiarah 200701500006
Muhammad Ahsan As’ad 200701500014
Nurul Aimanah Marsuki 200701500030
Ahriyani 200701500046
Ershanda Nurul Alfiani 200701500054

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkembangan Fisik

Motorik, Sensorik, dan Perseptual pada Masa Bayi, Kanak-kanak dan Anak-anak” ini tepat

pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata

kuliah Psikologi Perkembangan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang perkembangan fisik motoric, sensorik, dan perseptual pada masa

bayi, kanak-kanak dan anak-anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Bab II Pembahasan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. (Cahyo, 2010) Perubahan dapat dibedakan menurut aspek-aspek fisik, gerak, emosi,
dan sosial, mulai masih didalam kandungan, dilahirkan dan kemudian sampai tua
memperoleh sebutan berganti-ganti berdasarkan pada usianya dan merupakan fase-fase dalam
perkembangan yang dilewati.
Perkembangan merujuk kepada perubahan sistematis tentang fungsi-fungsi fisik dan
praktis. Perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan pisikis. Perubahan fisik meliputi
perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses
biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut
keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial,
dan moral.
Proses perkembangan sudah dimulai sejak anak didalam kandungan, biasanya
sembilan bulan lamanya, bukan dimulai sejak dari lahirnya. Dalam proses perkembangan ada
yang dimaksud perkembangan motorik, sensorik dan perseptual. Perkembangan motorik
yaitu kemampuan gerak pada anak. Perkembangan sensorik yaitu kemampuan dalam
menggunakan indera yang ada pada tubuh anak. Perkembangan perseptual yaitu kemampuan
memahami atau mencari makna dari data yang diterima oleh berbagai indra.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa devinisi dari pertumbuhan dan perkembangan?
2. Bagaimana perkembangan fisik motorik, sensorik, dan perseptual pada masa bayi?
3. Bagaimana perkembangan fisik motorik, sensorik, dan perseptual pada kanak-
kanak?

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Devinisi dari Pertumbuhan dan Perkembangan.
2. Perkembangan fisik motorik, sensorik, dan perseptual pada masa bayi
3. Perkembangan fisik motorik, sensorik, dan perseptual pada kanak-kanak
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Setiap organisme pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya.


Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme ini,
baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, peristiwa perkembangan itu,
khususnya perkembangan manusia, tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga
aspek biologis. Djaali dalam Helmawati (2015: 10) mengemukakan bahwa pertumbuhan
diartikan perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Sedangkan definisi perkembangan menurut F.J. Monk, dkk mendefinisikan
bahwa perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan. Selain
itu, perkembangan diartikan sebagai suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat
diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit
banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. (Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005: 1).

Secara umum, definisi perkembangan dan pertumbuhan memiliki pengertian yang sama
yakni keduanya mengalami perubahan. Tetapi secara khusus, pertumbuhan adalah mengacu
pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedang perkembangan lebih mengarah kepada
kualitas. Artinya konsep pertumbuhan mengandung definisi sebagai perubahan ukuran fisik
yang bersifat pasti, akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari sempit menjadi lebar. Selain
itu, yang terpenting dalam pertumbuhan ialah terjadinya proses pematangan fisik yang
ditandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem syaraf maupun sistem fungsi
organ tubuh. Kematangan tersebut, menyebabkan organ fisik merasa siap untuk dapat
melakukan tugas-tugas dan aktivitas sesuai dengan tahap perkembangan individu. Jadi
perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan fisik
yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai
suatu pengalaman. (Agoes Dariyo, 2007: 35).

B. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK, SENSORIK DAN PERSEPTUAL PADA


BAYI

1. PERKEMBANGAN FISIK SENSORIK PADA BAYI


Bayi yang baru lahir memiliki perkembangan otak yang memungkinkan bayi
untuk melakukan pengindraan yang cukup baik terhadap apa yang mereka sentuh,
lihat, cium, rasa, dan dengar, dan indra mereka berkembang dengan cepat pada
beberapa bulan pertama kehidupan.
a. Sentuhan dan Rasa Sakit
Indra peraba merupakan indra yang pertama kali berkembang pada bayi, dan
untuk beberapa bulan pertama merupakan sistem sensor paling matang. Seperti
yang biasa kita lihat, ketika kita mendekatkan pipi kita didekat mulut seorang bayi
yang baru lahir maka bayi tersebut akan bereaksi mencari papilla, isyarat gerak
reflek dasar ini terjadi dua bulan setelah kehamilan. Lalu pada usia delapan bulan
kehamilan, seluruh bagian tubuh bayi sangat sensitif terhadap sentuhan, dan
sensitivitas ini akan semakin meningkat selama lima hari pertama kehidupan
(Hairth 1986).
Pada hari pertama kelahiran seorang bayi, bayi tersebut sudah mampu
merasakan sakit, dan mereka akan menjadi sangat sensitiv terhadap rasa sakit
tersebut beberapa hari kemudian. American of Pediatrics and Canadian Pediatric
Society (2000) menyatakan bahwa rasa sakit yang lama atau parah, dapat
mengakibatkan bahaya jangka panjang bagi seorang bayi.
b. Mencium dan Merasa
Kedua indra ini juga sudah mulai berkembang pada saat di dalam rahim. Rasa
dan bau makanan yang dikonsumsi calon ibu dapat ditransmisikan kepada janin
melalui cairan amniotik. Setelah melahirkan, proses transmisi tersbut dilakukan
melalui ASI (Manella & Beauchamp, 1996).
Pada saat masih dalam janin, pemilihan aroma yang menyenangkan
tampaknya sudah dipelajari, dan juga saat beberapa hari pertama setelah kelahiran.
Dan aroma yang dikoontribusikan oleh ASI memberikan kontribusi lebih lanjut
terhadap pembelajaran ini (Baertoshuk & Beuchamp, 1994). Pernyataan tersebut
dapat kita buktikan bahwa seorang bayi yang berumur enam hari yang
mengonsumsi ASI lebih memilih aroma susu ibunya dibandingkan dengan susu
ibu lain yang juga menyusui, tetapi fenomena tersebut tidak berlaku pada bayi
berusia 2 hari. Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa bayi membutuhkan
beberapa hari pengalaman untuk belajar membaui tubuh ibu mereka (Mafarlane,
1975).
Pemilihan rasa tertentu tampaknya merupakan hal yang alami. Seorang bayi
yang baru lahir lebih memilih rasa yang manis dibandingkan dengan rasa yang
asam atau pahit (Haith, 1986). Peneliti membuktikan hal tersebut dengan
memberikan air yang diberi berbagai rasa dasar kepada bayi yang baru lahir.
Hasilnya, air yang diberi pemanis dapat menenangkan tangis bayi yang baru lahir,
terlepas apakah bayi tersebut prematur atau lahir dengan usia kandungan yang
cukup. Bukti yang ada menyatakan bahwa bukan hanya rasa yang tampaknya
berkembang cukup baik pada bulan ke lima kehamilan tapi mekanisme yang
memproduksi efek tenang ini juga sudah berfungsi sebelum waktu normal (A. A.
Smith & Blass, 1996)
c. Pendengaran
Sebelum kelahiran indra pendengar juga sudah berfungsi. Pengenalan dini
terhadap suara dan bahasa yang didengar di dalam rahim merupakan pondasi
hubungan antara orang tua dan anak.
Setelah kelahiran diskriminasi auditori berkembang dengan pesat. Bayi yang
berusia tiga hari sudah dapat mengetahui suara dari mereka yang telah mereka
dengar sebelumnya (L. R. Brody, Zelazo, & Chaika, 1984). Bayi sudah dapat
membedakan suara yang mirip seperti “ba” dan “pa” pada usia satu bulan (Eimas,
Siqueland, Juszcyk, & Vigorito, 1971).
Pendengaran merupakan kuci dari perkembangan bahasa, kekurangan dalam
pendengaran harusnya diidentifiksi dan ditangani sejak saat dini. The National
Institutes of Health (1993) merekomendasikan setiap bayi untuk dipindai, hal
tersebut untuk mengetahui kelainan pendengaran pada tiga bulan pertama.
d. Pengelihatan
Indra pengelihatan merupakan indra yang baru berkembang tepat ketika
seorang bayi dilahirkan. Struktur retina mata seorang bayi belum komplet, dan
saraf optiknya sedang berkembang, oleh karena itu mata seorang bayi yang baru
lahir, lebih kecil dibandingkan mata mereka yang dewasa. Bayi yang baru lahir
buta terhadap cahaya yang terang. Peralatan pengelihatan seorang bayi sangatlah
sempit, dan akan bertambah dua kali lipat lebih luas pada usia 2 hingga 10 minggu
(E. Tronick,1972). Tidak hanya itu, kemampuan untuk mengikuti target bergerak,
dan juga persepsi terhadap warna, akan berkembang dengan cepat pada bulan
pertama.
Pengelihatan akan semakin membaik dan akurat pada tahun pertama,
mencapai level 20/20 pada usia enam bulan (Alin, 1987). Adapun pengelihatan
binokular yaitu penggunaan kedua bola mata untuk fokus, memungkinkan
persepsi dalam dan jauh biasanya baru akan berkembang pada bulan ke-4 dan ke-5
(Bushnell & Boudreau, 1993).
2. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK PADA BAYI
Bayi tidak perlu diajarkan keterampilan motorik dasar seperti merangkak,
menggengggam, dan berjalan. Mereka hanya membutuhkan ruang untuk bergerak dan
kebebasan untuk melihat apa yang dapat mereka lakukan. Saat sistem saraf pusat,
otot, dan tulang siap dan lingkungannya menawarkan kesempatan yang bagus untuk
melakukan eksplorasi dan praktik, para bayi sering mengagetkan orang dewasa
dengan kemampuan baru mereka.
a. Patokan Perkembangan Motorik Bayi
Perkembangan motorik ditandai dengan beberapa ciri, yaitu kemampuan yang
berkembang secara sistematik, setiap penguasaan kemampuan baru
mempersiapkan bayi untuk kemampuan berikutnya. Pertama bayi akan belajar
tentang keterampilan sederhana lalu kemudian mengkombinasikannya ke dalam
sistem tindakan yaitu sistem peningkatan kombinasi keterampilan yang kompleks,
sehingga memungkinkan cakupan gerakan yang lebih luas dan lebih presisi serta
kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan. Misalnya dalam perkembangan
ketepatan menggenggam, pertama seorang bayi akan mencoba untuk mendapatkan
sesuatu dengan menggunakan kedua tangannya, dari hal tersebut bayi akan
menguasai princer grasp. Kemudian dalam perkembangan berjalan, pertama-tama
seorang bayi akan dapat mengontrol beberapa gerakan tangan dan kaki yang
berbeda, lalu kemudian bayi akan menyatukan semua gerakan tersebut untuk
membuat langkah pertama.
b. The Denver Developmental Screening Test
Tes pemindaian yang diberikan kepada anak berusia 1 sampai 6 tahun untuk
mengetahui apakah mereka berkembang dengan normal. Tes ini digunakan untuk
mengukur keterampilan motorik kasar (gross motor skill) yaitu kegiatan yang
menggunakan sebagian besar otot (misalnya, berguling dan menangkap bola), dan
keterampilan motorik halus (fine motor skill) yaitu keterampilan fisik yang
melibatkan sedikit otot kecil serta koordinasi mata dan tangan (misalnya,
menangkap rattle atau menyalin lingkaran). Selain itu tes ini juga digunakan untuk
mengukur perkembangan bahasa (misalnya memahami devinisi kata), dan
kepribadian serta perkembangan sosial (tersenyum sendiri dan berbaju tanpa
dibantu).
c. Kontrol Kepala
Sebagian besar bayi yang baru lahir dapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan
ke kanan ketika bayi tersebut ditidurkan terlentang. Dalam dua atau tiga bulan
pertama, ketika bayi ditidurkan tengkurap banyak dari mereka yang sudah dapat
mengangkat kepala mereka cukup tinggi, hingga suatu ketika sampai pada titik di
mana mereka kehilangan keseimbangan dan berguling. Pada usia 4 bulan hampir
semua bayi sudah bisa menjaga kepala mereka tetap tegak ketika digendong
dengan posisi duduk.
d. Kontrol Tangan
Bayi dilahirkan dengan reflek menggenggam. Hal tersebut dapat kita buktikan
ketika kita meletakkan satu jari kita ke telapak tangan bayi, maka tangan bayi
tersebut akan reflek menggenggam jari kita. Pada usia 3 setengan bulan, sebagian
besar bayi sudah dapat menggenggam benda ukuran sedang seperti mainan, tetapi
mereka akan kesulitan memegang objek yang lebih kecil. Kemudian mereka akan
mencoba menggenggam satu objek dan mengalihkan nya ketangan yang lain, lalu
setelah itu mereka akan menggenggam (bukan mengambil) obyek kecil. Saat
berumur 7-11 bulan, barulah tangan mereka sudah cukup terkoordinasi untuk
mengambil benda kecil, seperti daun, dengan menggunakan princer grasp. Seiring
berkembangnya bayi ketepatan kontrol tangan akan semakin meningkat pula. Pada
bulan ke 15, bayi normal dapat membangun sebuah menara dengan dua kotak.
Beberapa bulan setelah ulang tahun yang ketiga, anak akan menyalin lingkaran
dengan baik.

Pondasi Perkembangan Motorik


Keterampilan 50% 90%
Berguling 3,2 bulan 5,4 bulan
Menggenggam mainan berbunyi 3,3 bulan 3,9 bulan
Duduk sendiri 5,9 bulan 6,8 bulan
Berdiri ketika dipegang 7,2 bulan 8,5 bulan
Menggenggam dengan ibu jari dan jari-jari yang lain 8,2 bulan 10,2 bulan
Berdiri sendiri dengan baik 11,5 bulan 13,7 bulan
Berjalan dengan baik 12,3 bulan 14,9 bulan
Membangun menara dengan dua gelas 14,8 bulan 20,6 bulan
Menaiki tangga 16,6 bulan 21,6 bulan
Loncat di tempat 23,8 bulan 2,4 tahun
Meniru lingkaran 3,4 bulan 4 tahun
Catatan : tabel ini menunjukkan usia rata-rata pada saat anak dapat melakukan
tiap keterampi;an sebanyak 50% dan 90%, merujuk Denver Training Manual II
Sumber: Diadaptasi dari Frankenbrug et al., 1992
e. Locomotion
Setelah tiga bulan, bayi normal pada umumnya akan mulai berguling dengan
sengaja (bukan karena kebetulan seperti sebelumnya). Pada usia enam bulan, bayi
sudah bisa duduk tanpa sandaran, dan diperkirakan dua setengah bulan kemudian
bayi sudah bisa duduk tanpa bantuan sekitar dua setengah bulan kemudian.
Antara 6 sampai 10 bulan, sebagian bayi sudah mulai merangkak atau merayap
dengan kekuatan mereka sendiri. Pencapaian self-locomotion ini sangat
mempengaruhi perkembangan kognitif dan psikososial. Merayap sering kali
disebut sebagai “setting event” (peristiwa pemicu) karena proses merayap
membentuk langkah untuk perubahan laiin dalam diri bayi dan dalam
hubungannya dengan lingkungan serta orang yang ada di dalamnya (Bertenthal &
Campos, 1987; Bertenthal, Campos, & Barrett, 1984; Bertenthal, Capos, &
Kemonian, 1994).
Diusia 7 bulan ke atas bayi normal dapat berdiri dengan bertumpu pada tangan
atau perabot. Kemudian, kurang lebih empat bulan kemudian, bayi sudah dapat
berdiri sendiri. Seorang bayi normal dapat berdiri dengan baik sekitar dua minggu
sebelum ulang tahun pertamanya. Semua perkembangan tersebut mengarah pada
pencapaian keterampilan motorik utama pada bayi, yaitu berjalan. Pada tahun
kedua, anak mulai memanjat tangga dengan satu persatu, dengan meletakkan satu
kaki setelah kaki yang lainnya naik; pada tahap selanjutnya mereka akan mulai
bisa menggilir pergerakan kaki tersebut. Pada tahun kedua sebagian besar balita
sudah daoat berlari dan melompat. Pada usia 3 setengah tahun, sebagian besar
anak-anak dapat berdiri seimbang satu kaki dalam jangka waktu pendek dan mulai
melompat dengan satu kaki.
f. Bagaimana Perkembangan Motor Terjadi
Kematangan dalam Konteks Rangkaian yang baru disebutkan di atas diajarkan
secar tradisional sebagai hal yang terprogram secara genetik dengan kata lain
sebagian besar merupakan rangkaian langkah yang bersifat otomatis dan telah
ditentukan, yang diarahkan oleh kematangan otak. Perkembangan motorik
merupakan proses berkesinambungan interaksi anatara bayi dan lingkungan (Ester
Thelen, 1995).
Bayi dan lingkungan membentuk sistem yang saling berkait, dan
perkembangan memiliki akibat yang saling berhubungan. Salah satunya adalah
motivasi bayi untuk melakukan sesuatu (memungut mainan, atau bergerak ke sisi
lain ruangan). Kerakteristik fisik bayi dan posisinya di-setting tertentu (misalnya,
dibaringkan miring atau digendong tegak di kolam) menawarkan kesempatan dan
batasan yang bergpengaruh apakah dan bagaimana si bayi dapat mencapai tujuan
tersebut. Akhirnya, solusi muncul ketika bayi mencoba perilaky yang ada dan
mempertahankan perilaku yang paling efesien untuk melaksanakan tugas. Alih-
alih sebagai penanggung jawab tunggal terhadap proses ini, kematangan otak
hanyalah merupakan bagian darinya.
Menurut Thelen, bayi yang normal mengembangkan keterampilan yang sama
dengan urutan yang sama karena mereka dibangun dengan cara yang sama dan
memiliki tantangan dan kebutuhan fisik yang sama. Oleh karena itu, bayi akan
menemukan bahwa berjalan lebih baik daripada merangkak, di dalam sebagian
besar situasi. Hipotesis Thelen yang menyatakan bahwa penemuan ini bersumber
dari tiap pengalaman khusus bayi dan konteks tertentu – dapat membantu
menjelaskan mengapa sebagian besar bayi belajar untuk berjalan lebih cepat
dibandingkan yang lain.
g. Pengaruh Kultural Terhadap perkembangan Motorik
Walaupun perkembangan motoris mengikuti tahapan yang tampak universal,
akan tetapi langkah-nya tampak tidak merespon faktor kontekstual. Tingkat
perkembangan bayi normal di satu kultur tidak sama dengan yang ada di kultur
lain.
Sebagian kultur secara aktif mendorong perkembangan kemampuan motoris. Di
banyak kultur di Afrika dan Indian Barat dengan perkembangan motor bayi yang
lebih dini, orang dewasanya menggunakan “kegiatan rutin” seperti latihan
memantul dan melangkah untuk menguatkan otot bayi (Hopkins & Westra, 1988).
Dalam sebuah penelitian, ibu bayi Jamica menggunaka handling routine setiap
harinya, hal tersebut membuat bayi dari Jamaica bisa lebih cepat duduk,
merangkak, dan berjalan dibandingkan dengan bayi Inggris yang ibunya tidak
pernah memberikan bantuan khusus (Hopkin & Westra, 1990).

3. PERKEMBANGAN FISIK PERSEPTUAL PADA BAYI


a. Teori Ekologi
Bebeapa dekade terakhir, banyak peneliti perkembangan perseptual bayi
dituntun oleh pandangan ekologi dari Eleanor dan James J. Gibson (E. Gibson,
1969, 1989, 2001; J. Gibson, 1966, 1979).
Merujuk kepada Gibsons, aktivitas motor dan sensoris lebih atau kurang
terkoordinasi dari lahir. Pembelajaran perseptual terjadi melalui kemampuan
mendeteksi dan membedakan yang terus tumbuh, kerakteristik lingkungan kaya
sensoris. Kemampuan inilah yang mengizinkan bayi dan balita untuk mengenali
affordance, dan kesadaran ini merupakan keharusan untuk mengatasi suatu
medan.
b. Metode Penelitian Persepsual pada Bayi
1. Visual Perfensi Visual
Robert Fantz (1963)0 adalah pelopor pada metode ini. Fantz membuat
penemuan penting yang meningkatkan kemampuan untuk meneliti persepsi
visual bayi: bayi melihat pada hal yang berbeda-beda pula. Ini memungkinkan
si eksperimenter untuk menentukan berapa lama bayi yang baru berumur 2
hari melihat lebih lama pada stimulus yang terpola. Metode penelitian Fantz
disebut sebagai metode prefferensi visual yaitu mempelajari apakah bayi dapat
membedakan satu stimulus dari stimulus lain dengan mengukur panjang waktu
yang digunakan untuk stimulus yang berbeda-beda.
2. Habituasi dan Dishabituasi
Cara lain yang digunakan peneliti untuk mempelajari persepsi bayi
adalah dengan memberikan stimulus seperti pemandangan atau suara beberapa
kali. Habituasi adalah menurunnya respons terhadap stimulus setelah
penyajian yang berulang-ulang. Dishabituasi adalah pengembalian respons
habituasi setelah sura, baum atau sentuhan yang berulang-ulang (Rovee-
Collier, 2004). Beberapa pengukuran yang digunakan peneliti dalam studi
habituasi adalah perilaku menghisap, detak jantung dan pernafasan, serta
panjang waktu bayi melihat pada satu objek.
3. High-Amplitude Sucking
Metode ini digunakan untuk mengukur perhatian bayi pada suara.
Dalam metode ini, bayi diberi puting susu buatan untuk dihisap, dan puting
susu tersebut dihubungkan dengan sistem yang menghasilkan suara. Awalnya,
bayi menghisap berulang-ulang, sehingga suara tersebut juga sering terjadi.
Kemudian, secara bertahap, mereka kehilangan minat mendengarkan
pengulangan suara yang sama dan mulai jarang menghisap. Setelah itu,
eksperimenter pun mengubah suara yang dihasilkan oleh puting susu buatan
tersebut. Ketika bayi mengulangi peningkatan perilaku menghisap seperti
tahap awal, kita dapat menyimpulkan bahwa bayi tersebut telah mengenali
perubahan suara dan menghisap lebih sering karena mereka ingin mendengar
suara baru yang menarik tersebut.
4. Respons Orientasi dan Tracking
Suatu teknik yang digunakan untuk menentukan apakah bayi dapat
melihat atau mendengar. Teknik ini berhubungan dengan memutar kepala ke
arah pemandangan atau suara. Teknik lain, yaitu Tracking terdari gerakan
mata yang mengikuti sebuah objek yang bergerak dan dapat digunakan untuk
menentukan apakah bayi dapat melihat.
5. Peralatan
Adapun beberapa peralatan yang digunakan peneliti untuk mengukur persepsi
pada bayi yitu; videotape memungkinkan peneliti untuk meneliti perilaku
abstrak, komputer berkecepatan tinggu memungkinkan peneliti untuk
melakukan analisis data kompleks dalam hitungan menit, dan masih banyak
peralatan lain yang digunakan puntuk merekam pernafasan, detak jantung,
gerakan tubuh, fiksasi visual, dan perilaku menghisap, yang memberikan
kunci terhadap apa yang dipersepsikan bayi.
c. Pengelihatan
Bayi yang baru lahir tidak dapat melihat benda kecil yang jauh. Sebuah objek
yang berada pada jarak 20 kaki sama jelasnya bagi bayi yang baru normal dengan
jarak 600 kaki bagi orang dewasa dengan pengelihatan normal. Seiring
berkembangnya bayi pengelihatannya pun akan semakin berkembang pula, pada
usia 1 tahun pengelihatan bayi akan sama dengan peneglihatan orang dewasa.
Begitu pula pada pengenalan warna, seluruh reseptor peka warna pada mata akan
berfungsi saat berusia 2 tahun. Namun bayi yang baru lahir tidak memiliki
kemampuan pengelihatan binokuler, kemampuan tersebut akan mulai berfungsi
saat usia 3 atau 4 bulan.
1. Pola-pola Berpersepsi (Bagaimana dunia terlihat oleh bayi?)
Peneliti menemukan bahwa bayi berusia 2 atau 3 bulan lebih suka
melihat gambar berpola dibandingkan dengan gambar yang tidak berpola. Bayi
yang sangat muda segera mengubah cara mereka mengumpulkan informasi
dari dunia visual. Para peneliti melakukan penelitian dengan memproyeksikan
gambar wajah manusia didepan mata bayi sehingga gerakan mata bayi dapat
difoto. Hailnya bayi yang berusia 2 bulan melihat lebih banyak bagian wajah
dan menghabiskan waktu lebih lama untuk meneliti detail wajah dibandingkan
bayi umur 1 bulan.
2. Kontansi Perseptual
Kontansi perseptual merupakan hal yang penting bagi. Perkembangan
konstansi perseptual membuat bayi mampu mempresepsikan dunianya sebagai
sasuatu yang stabil. Dua macam konstansi perseptual adalah konstansi ukuran
dan konstansi bentuk
3. Konstansi Ukuran
Konstansi ini merupakan persepsi bahwa objek tetap sama meskipun
retinal dari objek tersbut berubah. Peneliti menemukan bahwa bayi berusia 3
bulan menunjukkan konstansi ukuran, namun kemampuan ini masih dalam
tahap berkembang pada usia tersebut. Pada usia 4 sampai 5 bulan kemampuan
ini akan meningkat, dan untuk kemajuan lebih jauh dalam mempersepsikan
konstansii ukuran berlanjut hingga usia 10 atau 11 tahun.
4. Konstansi Bentuk
Persepsi bahwa objek tetap sama bentuknya meskipun orientasinya
bagi kita berubah. Seperti halnya konstansi ukuran, penelliti menemukan bayi
usia 3 bulan sudah memiliki konstansi bentuk (Bower, 1996; Day &
McKenzie, 1973). Meskipun demikian bayi umur 3 buan tidak memiliki
konstansi bentuk untuk objek yang terbentuk secara tidak teratur.
d. Persepsi Intermodal
Persepsi ini meliputi penggabungan informasi dari dua atau lebih modalitas
sensorik, seperti pengelihatan dan pendengaran. Bentuk penjelajahan mentah dari
persepsi intermodal dimiliki oleh bayi yang baru lahir. Bentuk penjelajahan ini
menajam seiring dengan pengalaman pada tahun pertama kehidupan (Banks,
2005; Hollich, Newman, & Jusczyk, 2005). Pada enam bulan pertama, bayi
mengalami kesulitan dalam menghubungkan input sensorik dari sumber yang
berbeda, tetapi dalam paruh kedua tahun pertama mereka menunjukkan
kemampuan yang meningkat untuk membuat hubungan ini secara mental. Oleh
karena itu, bayi dilahirkan ke dunia ini dengan beberapa kemampuan untuk
mempresepsikan hubungan antar modalitas sensorik, tetapi kemampuan intemodal
mereka berkembang seiring dengan pengalaman. Dalam perkembangan
perseptual, sebagaimana halnya dengan seluruh aspek perkembangan nature dan
nurture berinteraksi dan bekerja sama (Condy, Smith, & Spelke, 2001; Lickliter &
Bahrick, 2000).
C. BAGAIMANA PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK, SENSORIK, DAN
PERSEPTUAL PADA KANAK-KANAK

1. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK

Menurut Agoes Dariyo (2007: 43) mengemukakan bahwa yang paling menonjol
dan nampak dalam diri individu adalah terjadinya perubahan fisik. Hal ini terbukti
dengan adanya perubahan fisik individu yang terjadi sangat cepat yakni sejak masa
konsepsi hingga masa kelahirannya. Kemudian dilanjutkan masa bayi, anak-anak,
remaja dan dewasa.Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks
dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompson
dalam Syamsu Yusuf LN. (2014:101) mengemukakan bahwa perkembangan fisik
individu meliputi empat aspek yaitu:

a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;

b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,


seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan

d. Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

Gerakan motorik atau adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Pengendalian motorik biasanya
digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun olah raga.
Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya,
perkembangan Perkembangan motorik adalah ini berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak.

Keterampilan Motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh


yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian
koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Ketrampilan motorik ini dapat
dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu
keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine
motor skill). Secara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan motorik ini
mengikuti dua prinsip. Pertama, prinsip chepalocaudal (dari kepala ke ekor),
menunjukkan urutan perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi
dan terampil digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu
belajar memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan kaki dengan sengaja, dan
mereka belajar menggerakkan kaki. Kedua, Prinsip proximodistal (dari dekat ke jauh),
menunjukkan perkembangan keterampilan motorik, dimana bagian tengah badan lebih
dahulu terampil sebelum dibagian-bagian sekelilingnya atau bagian yang lebih jauh.
Bayi belajar melambaikan keseluruhan lengannya sebelum belajar menggoyangkan
pergelangan tangan dan jari-jarinya. keterampilan motorik terbagi menjadi dua
bagian, yaitu keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus.
Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot-otot besar
lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat. Sedangkan,
Keterampilan motorik halus (fine motor skill), meliputi otot-otot kecil yang ada
diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. (Desmita, 2013: 97-99).

Berkaitan dengan kemampuan motorik menurut Waharsono dalam Edy Waspada


(2014: 33) mengemukakan bahwa sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah kemampuan geraknya.
Adapun perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil menurut mursid (2015: 126-
127) bisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Sifat-sifat perkembangan fisik yang
dapat diamati adalah sebagai berikut:

a. Terjadi perkembangan otot-otot besarcukup cepat pada usia 2 tahun terakhirmasa


anak kecil. Hal inimemungkinkan anak melakukanberbagai gerakan yang lebih
leluasayang kemudian bisa dilakukannyabermacam-macam keterampilan
gerakdasar. Beberapa macam gerak dasarmeliputi: meloncat, berlari,
melempar,menangkap, dan memukulberkembang secara bersamaan tetapidengan
irama perkembangan yang berlainan.
b. Dengan berkembangnya otot-ototbesar, terjadi pulalah perkembangankekuatan
yang cukup cepat, baik padaanak laki-laki maupun perempuan.
c. Pertumbuhan kaki dan tangan secara proporsional lebih cepat
dibandingpertumbuhan bagian tubuh yang lain,menghasilkan peningkatan
dayaungkit yang lebih besar di dalammelakukan gerakan yang melibatkantangan
dan kaki.
d. Terjadi peningkatan koordinasi gerakdan keseimbangan tubuh yang cukupcepat.
e. Meningkatnya kemungkinan dankesempatan melakukan berbagaimacam aktivitas
gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan konsep-konsep dasar
objek, ruang, gaya, waktu dan sebab akibat.

Secara keseluruhan, perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang


sangat penting bagi perkembangan pribadi pada anak.

2. PERKEMBANGAN SENSORIK ANAK

Sensorik merupakan sarana anak mengenal dan memahami dunia dan lingkungan
sekitar anak. Pemerosesan sensori adalah proses menerima sensasi yang muncul di
lingkungan terdekat lalu diorganisir, diolah kemudian ditafsirkan sensasi tersebut ke
dalam sistem saraf pusat untuk menghasilkan reaksi yang tepat (Benson, Breisinger,
& Roach, 2019; Wan Yunus, Liu, Bissett, & Penkala, 2015; Watts, Stagnitti, &
Brown, 2014). Proses ini merupakan proses dasar otak yang merasakan setiap input
sensasi dari tubuh dan lingkungan sekitar yang kemudian diolah dan ditampilkan
dalam bentuk perilaku-perilaku yang tepat. Setiap informasi sensasi yang ada di
sekitar anak diharapkan dapat masuk dan diterima anak dan direspon dengan tepat
melalui perilaku anak yang sesuai. Proses ini akan mempengaruhi kesiapan dan
kemampuan anak dalam pembelajaran dan peran aktif anak pada aktivitas sehari-hari.
Sehingga saat anak sudah memasuki dunia pra sekolah seharusnya semua anak bisa
menjalani aktivitas sehari-hari sambil menjelajahi dan berinteraksi dalam lingkungan
mereka dengan mudah. Seorang anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan terdekat tergantung bagaimana pengalaman sensori yang diberikan
keluarga sebagai pendidik pertama dan utama melalui kegiatan harian anak. Oleh
karena itu penting sekali agar sensori anak distimulasi sedini mungkin sehingga
mereka kelak dapat berkembang secara optimal. Minimnya stimulasi akan
memunculkan penyimpangan pada tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap.

Stimulasi sensorik sebaiknya diberikan melalui pendekatan bermain, mengingat


dunia anak adalah bermain dan melalui bermain anak belajar. Bermain merupakan
kegiatan yang melibatkan kemampuan dasar sensorik, motorik, kognitif, sosial
komunikasi, dan interaksi fisik serta lingkungan sosial anak (Watts, Stagnitt, &
Brown, 2014). Bermain merupakan bagian dari dunia anak yang dapat
mengembangkan potensi dan kemampuan dasar anak dalam masa tumbuh kembang.
Pengalaman inderawi merupakan kegiatan yang mendorong anak menggunakan
indera mereka untuk menjelajah dan menggali objek yang membangun pemahaman
dan mendapatkan pengetahuan anak. Aktivitas inderawi merupakan suatu bentuk
kegiatan dan bermain yang mendorong anak menggunakan satu atau lebih inderanya
untuk menstimulasi sensori anak usia dini (Coulthard, Williamson, Palfreyman, &
Lyttle, 2018; Edwards, 2017; Watts, Stagnitti, et al., 2014). Penjelajahan anak dalam
aktivitas inderawi itu sendiri akan menjadi landasan anak membangun diri untuk
memahami dunianya sendiri. Permainan inderawi merupakan cara belajar anak yang
melibatkan dan merangsang indera (Berkhout et al., 2012). Aktivitas inderawi
selanjutnya memperluas persepsi anak terhadap dunia dengan pengalaman inderawi.
Akhir dari aktivitas inderawi ini adalah mengasah persepsi inderawi dengan memberi
kesempatan anak untuk merasakan pengalaman dan berkonsentrasi pada kualitas dan
keseimbangan indera tertentu.Oleh karena itu anak-anak membutuhkan wilayah
sensorik untuk memuaskan indera dan semua indera dalam mengeksplorasi suara,
warna, cahaya, bau dan sentuhan. Sebuah tempat, dimana anak dapat menggunakan
indera penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan untuk belajar
sekaligus untuk membangun hubungan dalam proses tumbuh kembangnya. Melalui
permainan indera dapat menstimulasi sensori yang menumbuhkan ekspresi kreatif dan
membangun kepercayaan diri dan harga diri anak.

Kegiatan bermain indera dalam pemahaman umum hanya seputar panca indera,
yang terdiri dari indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera
pendengaran, indera penciuman, indera pengecapan dan indera perabaan. Tapi
ternyata, indera yang dimiliki manusia itu ada tujuh, lima indera dengan rangsangan
eksternal dan dua indera dengan rangsangan internal tubuh yaitu indera vestibular dan
indera proprioseptif. Terintegrasi pemrosesan ketujuh indera ini yang tepat akan dapat
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Dalam teori
pemrosesan sensori integrasi pertama kali oleh Ayres, 1972 yang menyatakan bahwa
setiap anak membutuhkan terintegrasinya stimulasi dari tujuh sensori, antara lain
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa, vestibular, serta
proprioceptif (Bagby, Dickie, & Baranek, 2012). Keberadaan tujuh indera yang
dimiliki akan membantu dan memudahkan anak beraktivitas harian secara mandiri.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari 155 anak-anak prasekolah menunjukan
terdapat hubungan pola pemrosesan sensorik dari ketujuh indera dengan pola perilaku
anak yang menjadi hambatan pembelajaran (Nesayan, Asadi Gandomani, Movallali,
& Dunn, 2018). Anak belajar melalui ketujuh indera yang terintegrasi dan saling
bekerja sama, sehingga anak dapat dengan mudah melakukan aktivitas sehari-hari
dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, anak yang mengalami permasalahan dalam
sensori secara umum akan mengalami kesulitan belajar kelak.

3. PERKEMBANGAN PERSEPTUAL ANAK

Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan anak terhadap


lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui
alat-alat indra yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensoris ke bagian otak.
Informasi tentang obyek penglihatan diterima oleh indra mata, informasi tentang
obyek pendengaran diperoleh melalui indra telinga, obyak sentuhan melalui kulit,
obyek penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman dan
indra-indra lainnya, oleh manusia akan terasing dari dunia yang ada disekitarnya.

Aktifitas perseptual merupakan suatu proses psikis, yang antara satu aspek
dengan aspek yang lain saling berhubungan. Apabila aspek yang satu dengan yang
lain memiliki hubungan yang baik, maka membantu siswa dalam pengolahan
informasi, begitu pula sebaliknya. Wahab (1999:51) mengemukakan tiga aktivitas
perseptual, yaitu sensori persepsi, dan atensi.

Sensasi adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi


berlangsung disaat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Dengan
demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara indrawi. Misalnya
sensasi pendengaran terjadi disaat ada gelombang-gelombang udara yang bergetar
diterima oleh telinga sebelah luar dan diteruskan kebagian syaraf pendengaran.

Persepsi adalah interprestasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra


penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas
sensasi. Misalnya siswa mengetahui kalau yang didengarnya itu suara gurunya
menjelaskan, suara musik,suara mobil dan sejenisnya. Dalam prosesnya, sensasi dan
persepsi itu mungkin sulit untuk dipisahkan. Artinya kedua proses itu merupakan
sesuatu yang berlangsung secara bersamaan.

Atensi merupakan selektivitas terhadap persepsi. Dengan kesadaran siswa atau


seseorang bisa hanya tertuju kepada suatu objek atau informasi, dengan mengabaikan
objek-objek yang lain. Aktivitas atensi ini diharapkan seseorang fokus terhadap
informasi yang masuk pada dirinya, sehingga memperoleh pemahaman tentang
informasi tersebut.

Dilihat dari keragaman indra penerima informasi, persepsi dapat diklasifikasi


kedalam tiga kelompok, yakni persepsi visual atau penglihatan, persepsi pendengaran,
dan persepsi-perspsi minor lainnya. Persepsi visual ini di dasarkan pada indra
penglihatan mengutamakan peran mata dalam proses perseptual. Anak-anak
mengalami ketajaman penglihatan usia 1 sampai 10 tahun. Pada usia 10 tahun inilah
puncak dari ketajaman penglihatan pada anak.

Persepsi visual dapat dibedakan menjadi persepsi konstanitas ukuran artinya


kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek itu memiliki ukuran yang
konstan; persepsi tentang objek atau gambar pokok dan latar, persepsi ini
memungkinkan individu menempatkan suatu objek atau gambar yang berada atau
tersimpan pada suatu latar yang membingungkan; persepsi keseluruhan dan bagian,
persepsi ini merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek,
atau gambar dari keseluruhan; persepsi kedalam, merupakan kemampuan individu
untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek ; orientasi tilikan ruang,
kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal dan mengukur dimensi
ruang; persepsi gerakan, kemampuan memperkirakan dan mengikuti gerakan atau
perpindahan suatu objek oleh mata.

Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang


diterima oleh indra telinga. Persepsi ini dibagi menjadi; persepsi lokasi pendengaran,
yaitu kemampuan individu mendeteksi tempat munculnya sumber suara; persepsi
perbedaan yaitu kemampuan individu mendeteksi perbedaan suara-suara yang mirip;
persepsi pendengaran utama dan latarnya.

Persepsi minor yang lain, misalnya sentuhan, penciuman, rasa. persepsi sentuhan
pada diri anak terus menerus mengalami perkembangan, demikian juga persepsi
minor yang lainnya. Persepsi sentuhan ternyata juga membantu individu dalam
memahami informasi yang masuk pada dirinya. Demikian juga penciuman dan rasa.
Penciuman dan rasa yang sensitif atau tajam juga akan membatu individu untuk
memahami informasi yang masuk pada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Papalia, Diane E., Old, S.W., Feldman, Ruth D. (2008). Human Development (Psikologi
Perkembangan) edisi 9. Jakarta:Penerbit KENCANA.

Rosiyanah, Yufiarti, Sri M. (2020). Pengembangan media stimulasi sensori anak usia 4-6
tahun berbasis aktivitas bermain tujuh indera. Jurnal pendidikan anak usia dini. 941-957.
Diakses dari https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/758

Santrock, John W.(2007).Perkembangan anak (Child Development) edisi


11.Jakarta:Penerbit
Erlangga

Tri Murti. (2018). Perkembangan fisik motorik dan perseptual serta implikasasi pada
pembelajaran di sekolah dasar. Wahana sekolah dasar. 28. 0854-8293. Diakses dari
http://journal2.um.ac.id/index.php/wsd/

Uswatun Hasanah. (2016). Pengembangan kemampuan fisik motorik melalui permainan


tradisional anak usia dini. Jurnal pendidikan anak. 5.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/12368/0

Anda mungkin juga menyukai