Disusun oleh :
Biologi A/2
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Pengembangan Peserta Didik Bapak Mujib Ubaidillah, M.Pd, yang telah
membimbing dan berkontribusi dengan memberikan ide-idenya. Laporan ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “Pengembangan Peserta Didik”. Penulis
berusaha menyusun laporan ini dengan segala kemampuan , namun penulis
menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan tugas
selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------- 1
TEMUAN-TEMUAN ---------------------------------------------------------------------------------------- 9
PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 20
A. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------------------- 20
B. Saran ------------------------------------------------------------------------------------------------ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan
prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak,
perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja,
perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini
difokuskan pada perkembangan anak usia 0-2 tahun. periode ini berlangsung
proses pertumbuhan yang cepat sekali.
Bayi yang baru lahir dan sehat, dengan cepat akan belajar menyesuaikan
diri dengan alam lingkungannya, dan melakukan tugas-tugas perkembangan
tertentu. Ada tugas-tugas melakukan kegiatan yang harus diatihnya setiap waktu,
agar bayi atau anak mampu melakukan adaptasi sosial (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial) dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui perkembangan bayi usia 0-2 tahun mengenai
fisik, sosial emosional, bahasa, kognitif, motorik ?
2. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang
bayi ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Fisik Bayi Usia 0-2 tahun.
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Sosial Emosional Bayi Usia 0-2 tahun.
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Bahasa Bayi Usia 0-2 tahun.
4. Untuk Mengetahui Perkembangan Kognitif Bayi Usia 0-2 tahun.
5. Untuk Mengetahui Perkembangan Motorik Bayi Usia 0-2 tahun.
6. Untuk Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap tumbuh
kembang bayi
1
BAB II
LANDASAN TEORITIS
a) Periode Partunate
Periode ini berlangsung sejak bayi keluar dari rahim ibu hingga tali pusar
dipotong dan diikat. Periode partunate berlangsung selama 15-20 menit setelah
dilahirkan ditandai dengan pemotongan tali pusar bayi untuk menjadi individu
yang terpisah, mandiri, dan berbeda.
b) Periode Natunate
Periode ini berlangsung sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan.
Periode neonate menurut criteria medis, berakhir dengan putusnya tali pusar,
sekitar 2 minggu setelah lahir. Menurut konteks psikologis, periode ini berakhir
dengan bertambahnya kembali berat lahir yang hilang dan indikasi dimulainya
kembali perkembangan dan penyesuaian yang diperlukan untuk hidup bebas
dari perlindungan lingkungan Rahim.
b. Perkembangan Emosi
Reaksi emosional bayi selalu disertai dengan aspek fisiologis.
▪ Pada masa bayi mulai muncul rasa takut terhadap sesuatu yang asing
atau tidak menyenangkan, misalnya takut terhadap orang yang baru
bertemu, takut jatuh, takut mendengar suara dentuman yang keras.
▪ Kecemasan juga mulai muncul pada masa bayi ini, terutama kalau bayi
harus menghadapi situasi baru atau memenuhi tuntutan orangtua,
misalnya cemas karena penyapihan dan toilet training.
▪ Pada usia 1-2 tahun, anak mulai menunjukkan kemarahan dan agresi.
C. Perkembangan Sosial
▪ Sekitar usia 6 bulan, mulai muncul senyum sosial, yaitu senyum yang
ditujukan pada seseorang (termasuk kepada bayi lain), bukan senyum
refleks karena reaksi tubuh terhadap rangsang.
3
▪ Pada usia 9 – 13 bulan, bayi mencoba menyentuh pakaian, wajah,
rambut bayi lain, dan meniru perilaku dan suara mereka.
d. Perkembangan Motorik
perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat di amati dan
terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak di
koordinasi. Namun ini terlihat pada merangkak, berjalan, dan memainkan
benda-benda. Ada tiga unsur yang memegang peranan yaitu otot dan
saraf.
Ciri-ciri gerakan motorik:
1. Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak di tujukan untuk maksud-
maksud tertentu.
2. Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda.
3. Gerak serta.
e. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada usia ini di tandai oleh kemampuan:
a. Mengembangkan imitasi, memori dan berfikir.
b. Mempersepsi ketajaman objek, yaitu objek-objek itu akan tetap
ada meskipun tidak ada lagi dalam lapangan peresepsinya.
c. Bergerak dan kegiatan yang bersifat refleksi ke aktivitas yang
mengarah kepada tujuan.
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti dengan
benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap
4
perkembangan ini tahap “sensomotorik” dalam perkembangan
konsep. Pada masa perkembangan ini bayi mulai menyusun kata-
kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan “siapa”
“apa” dan “dimana”.
f. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bahasa - tertulis, lisan,
isyarat tangan, ungkapan musik, dan sebagainya. Dalam komunikasi, orang
harus mampu mengerti apa yang disampaikan orang lain (fungsi reseptif)
dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain
(fungsi ekspresif).
▪ Ada kesenjangan fungsi reseptif dan ekspresif. Kemampuan mengerti
apa yang disampaikan orang lain sudah mulai berkembang pada tahun
pertama masa bayi, sedangkan kemampuan mengutarakan
pikiran/perasaan baru berkembang kemudian.
▪ Ekspresi muka pembicara, nada suara, dan isyarat-isyarat tangan
membantu bayi untuk mengerti apa yang dikatakan padanya. Pada usia
3 bulan, bayi sudah mengerti ungkapan rasa marah, takut, dan senang.
▪ Pada usia 6 bulan, sebagian besar bayi bisa mengucapkan “ma-ma, da-
da, na-na, ta-ta” (babling)
▪ Pada usia 18 bulan, bayi memasuki tahapan dua kata, yaitu sudah
mulai mampu mengucapkan dua kata, tetapi masih terpotong,
misalnya: mama pergi mama ..gi. tahapan dua kata ini terdiri atas
open class words (dalam contoh di atas adalah kata mama), dan pivot
words (dalam contoh tadi adalah kata ..gi). Open class words biasanya
merupakan kata-kata yang lebih dulu dikenal, sedangkan pivot words
diperoleh kemudian.
C. Pola Asuh Orang Tua
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-
unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinyaakan masuk
5
ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Perilaku orang tua terhadap
anak tertentu dan terhadap semua anaknya, merupakan unsur pembinaan
lainnya dalam pribadi anak. Perlakuan keras, akan berlainan akibatnya
daripada perlakuan yang lembut dalam pribadi anak. Hubungan orang tua
dengan sesama mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak.
Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa
kepada pembinaan pribadi yang tenang terbuka dan mudah didik, karena ia
mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang.
Tapi, hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan
percecokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar
dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik
untuk berkembang, sebab selalu tergantung oleh suasana orang tuanya
(Murti, 2010).
Pola asuh orang tua dibagi menjadi tiga yaitu otoriter, permisif, dan
demokratis. Pola asuh demokratis dicirikan dengan kedudukan orang tua
yang sejajar dengan anak; orang tua bersikap rasional, realistis dan
keputusan diambil bersama-sama dengan anak dengan mempertimbangkan
kedua belah pihak; anak diberikan yang bertanggung jawab dan dibawah
pengawasan orang tua. Pola asuh seperti ini akan membimbing anak agar
dapat hidup mandiri dan mengontrol diri sendiri. Pola asuh permisif memiliki
sifat children centered yakni orang tua selalu memberikan kesempatan yang
luas kepada anakanya untuk berperilaku tanpa adanya pengawasan yang
cukup darinya sehingga anak cenderung bersikap semena – mena, kurang
disiplin dalam berperilaku serta segala kemauan anak selalu dituruti oleh
orang tua. Pola asuh otoriter (parent oriented) memiliki sifat antara lain orang
tua cenderung memberikan standart mutlak yang harus dituruti oleh anaknya,
sering menghukum anak jika anak tidak melaksanakan keinginan orang tua,
memaksakan kehendak, dan tidak mengenal kompromi sehingga akan
menghasilkan anak yang penakut, tertutup, berontak, tidak inisiatif, dan
gemar menentang (Dariyo, 2004).
Masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela
kesempatan (window oppourtunity) dan masa kritis (critical period). Sekitar
usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi
masih kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena dalam
6
beraktifitas anak memperlihatkan bahaya. Perhatian anak terhadap
lingkungan menjadi lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya
dimana lebih banyak berinteraksi dengaan keluarganya. Anak lebih banyak
menyelidiki benda disekitarnya dan meniru apa yang diperbuat oleh orang
lain. Kemungkinan dia bisa mengaduk – aduk tempat sampah, laci atau
lemari pakaian, membongkar mainan dan lain-lain. Di sinilah diperlukan
peran orang tua untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai
tumbuh kembang secara optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial
serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya
(Nursalam, 2005).
Anak yang sulit mengendarai sepeda, mengancingkan baju atau
menggunakan gunting, merupakan salah satu ciri dari gangguan
perkembangan koordinasi motorik (development coordination disorder/DCD).
DCD diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri utamanya adalah
gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus. Sebenarnya
gangguan inimengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat
berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya. Anak lebih
sulit mengatur keseimbangan setelah melakukan gerakan dan
keseimbangan saat berdiri. Dalam penelitian di Kanada terhadap 1.979 anak
dari 75 sekolah di propinsi Ontario diketahui anak dengan DCD beresiko tiga
kali lebih besar untuk kegemukan dibanding dengan anak yang tidak
menderita DCD.
Di lapangan banyak sekali terjadi kasus – kasus perkembangan anak
yang sering diremehkan, disembunyikan agar tidak banyak yang tahu atau
memang belum tersosialisasikan kepada masyarakat umum mengenai
perkembangan anak yang seharusnya bahkan juga sering ditemukan kasus
– kasus yang berakibat sudah terlalu jauh, sehingga bantuan yang diperlukan
untuk menormalkan kembali perkembangan anak memakan waktu yang
tentunya lebih lama pula (Sugiyono, 2007).
Mengingat jumlah anak usia 0 – 2 tahun di Indonesia sangat besar yaitu
sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus
bangsa, kualitas tumbuh kembang anak di Indonesia perlu mendapat
perhatian serius, yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai
serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan
7
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Hermiyanti, 2007).
Kesalahan dalam memberikan pola asuh maupun menyikapi pertumbuhan
anak dengan melarang anankya untuk beraktifitas, sering memarahi ketika
anak membuat kesalahan, akan mengakibatkan anak menjadi murung
karena peran sosial dan tanggung jawab sosial yang rendah dalam
mengintrogasikan anaknya, sehingga anak menunjukkan kekakuan dan
penurunan komunikasi verbal, yang akhirnya perkembangan anak
terganggu.
8
BAB III
TEMUAN-TEMUAN
A. PROFIL ANAK
Usia : 17 Bulan
Agama : Islam
Ayah : Sudirin
Ibu : Susilawati
Ayah : Buruh
9
B. HASIL TEMUAN
1. Perkembangan Fisik dan Sosial Emosional
Lokasi : Rumah
Fisik
Sosial Emosional
a. Dapat berinteraksi dengan keluarga dan orang lain yang dekat dengan anak
10
b. Dapat mengungkapkan suatu kebutuhan
2. Perkembangan Bahas
Lokasi : Rumah
11
Bahasa
12
3. Perkembangan Kognitif
Waktu dan tempat
Lokasi : Rumah
Kognitif
4. Perkembangan Motorik
Waktu dan tempat
13
Motorik
14
5. Pola Asuh orang tua
Note;
BB : Belum Berkembang
MB : Masih Berkembang
15
BAB IV
B. Pembahasan
16
Erickson, yaitu pada tahap Otonomi vs Malu dan Ragu-Ragu. Dimana pada
tahap ini anak-anak ingin melakukan sesuatu sendiri, jika ada peluang yang
memadai, mereka belajar mandiri dan kompeten. Peluang yang tidak
memadai dan proteksi berlebihan di bidang professional menghasilkan
keraguan diri dan pencapaian prestasi yang buruk, anak-anak menjadi malu
terhadap kemampuan mereka.
17
dan sebagainya. Gerakan-gerakan itu akan berkurang seiring kemajuan
perkembangan bahasa.
Pola asuh dari orang tua juga sudah bagus orang tua memberikan
makan yang bergizi untuk menunjang pertumbuhan nya. Mengajarkan
belajar dengan baik seperti menyanyi menulis dan bermain angka dan huruf
walaupun itu dilakukan jarang karena keisya susah untuk di ajak
18
belajar,orang tua juga mengajarkan untuk saling tolong menolong dan
memberi. Tetap keisya ini terlalu di manjakan orang tua nya jadi dia sedikit
susah di atur dan dia akhirnya mempunya sifat jika iya mau harus di turuti.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan fisik bayi baik karena di beri makan yanng bergizi.
Perkembagan emosi sosial bayi sudah cukup bagus tapi ada beberapa yang
masih kurang sedangkan perkembangan bahasa nya sangat baik karna
sudah mengenal dan menyebutkan beberapa suku kata. Perkembangan
kognitif motorik nya sudah berkembang dan bagus. Disini ola asuh orang tua
sangatlah berpengaruh terhadap anak contoh nya pada kasus ini anak terlalu
di manja menjadikan dia orang yang egois kemauan nya harus selalu di
turuti.
B. Saran
Peran orang tua disini sangat penting jadi sebagi orang tua harus benar
ketika ada masalah jangan menghukum dengan hukuman fisik tapi carilah
hukuman yang membangun dan jangan menuruti kemauan anak saja karena
itu bisa menyebab kan anak menjadi berprilaku semaunya.
Berilah anak ruang untuk bergerak dan kebebasan untuk bermain,
berfantasi, bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya motorik dan
kreasi anak dan hindarkan dari benda-benda atau tempat yang berbahaya.
Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta meluruskan apabila
mereka terjadi kesalahan dalam pelafalan kata.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hermiyati S. 2007. Deteksi dan Interview Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta: EGC
Murti B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif
Nirwana, Ade Bening. 2011. Psikologi Bayi, Balita, dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
21