Abstract
Developmental psychologists limit the period of infancy in the first 2 years of the
postnatal period. This baby period is also called a vital period, because the physical and
psychological condition of the baby is a solid foundation for further development and growth.
as already written in this discussion, that at the time of birth the baby is in a very weak and
helpless condition. during the several months of infancy, the helplessness gradually
decreases. from day to day, week to week and month to month, the baby shows more
independence, so that when the baby ends, which is about at the age of 2 years, he has
become a human being who is different from the initial conditions of infancy.
physical, psychological and developmental conditions of the baby.
A. PENDAHULUAN
Menginginkan sesuatu yang baik dan sempurna memerlukan adanya proses yang
cukup panjang untuk mewujudkannnya. Misalnya tumbuhan, untuk menjadikan
tumbuhan itu tumbuh segar dan subur, maka tidak terlepas dari pemeliharaannya sejak
awal yakni bermula dari memilih bibit, menanam, merawat, dan membesarkannya hingga
kemudian dapat dipetik hasilnya.Sama halnya ketika orang tua menginginkan anaknya
sehat, pintar dan berbakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya maksimal untuk
mendapatkannya melalui proses panjang yang tidak mudah. Pertama, menentukan
pasangan hidup secara selektif sebagai sarana penentu bagi terciptanya bibit manusia
produktif yang dapat memberikan kemanfaatan dalam kehidupan sosial. Dengan
selektifitas itu pula akan dengan mudah untuk berkomitmen dalam menjaga keutuhan
keluarga. Senada dengan penjelasan Agoes Dariyo, yang terpenting dalam pernikahan
adalah upaya mempertahankankeutuhan hubungan pasangan suami istri dan memelihara
anak-anak sampi tumbuh menjadi orang yang dewasa dan bertanggungjawab.(Agoes
Dariyo, 2007:69)
B. PEMBAHASAN
Masa bayi dimulai dengan masa neonatal, yang terjadi setelah kelahiran sampai
bayi berumur sekitar dua minggu. Pada masa ini, bayi masih sangat lemah, padahal harus
melakukan penyesuaian diri secara radikal, supaya dapat melangsungkan hidupnya.
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi
baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya
dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri sehingga di akhir masa bayi
dikenal sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan.1
1
Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal), (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), hlm. 97
Masa bayi antara 2 minggu sampai kira-kira 1 tahun ialah masa ketika masa
kehidupannya bergantung sepenuhnya pada orang lain, sedikit demi sedikit berkembang
kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhannya secara sederhana, misalnya ia bisa
mengambil makananan sendiri dankalau haus ia bisa mengambil minum dan
meminumnya sendiri. Masa ini juga masa si bayi mulai memperkembangkan kemampuan
untuk melindungi dan menghindar dari hal-hal yang mengancam keselamatan dirinya.
Bisa mengucapkan kata-kata untuk meminta sesuatu dan untuk berkomunikasi dengan
orang lain.2
Selain kegiatan indera bayi neonatal juga sudah mempunyai aktivitas kinetik,
yaitu bayi sudah dapat merasakan gerakan-gerakan, merasakan posisi tubuh,
merasakan posisi anggota badan, merasakan gerakan-gerakan urat daging,
keseimbangan, dan gerakan memutar. Bahkan sebelum lahir, janin sudah dapat
merasakan gerakan kinestetik walaupun sangat terbatas.
Dengan nama-nama yang diberikan oleh orang tua, ada anak yang bangga, ada
yang biasa saja, dan ada yang malu. Dengan ini, maka orang tua harus sangat hati-hati
memberi nama pada anaknya supaya tidak menimbukan permasalahan dalam hidupnya.
Nama-nama yang dapat menimbulkan permasalahan pada kehidupan anak, antara lain
ialah :
a. Nama yang sangat umum, sehingga individu kurang merasa memiliki identitas
pribadi.
b. Nama yang sangat aneh, yang dapat menarik perhatian khal layak.
c. Nama yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
d. Nama yang dapat digunakan untuk segala jenis kelamin.
e. Nama yang dihubungkan tokoh tokoh yang mempunyai reputasi kurang baik.
f. Nama yang sulit disebut atau dii eja.
g. Nama yang memalukan.
h. Nama yang sudah kuno, sudah using, sudah tidak lazim dipakai lagi.4
Paa ahli nampaknya sepakat bahwa manusia mempunya 2 (dua) aspek kahidupan,
yaitu aspek fisik(jasmani) dan psikis (rohani). Kedua aspek berkembang dala diri
manusia dan saling pengaruh mempengaruhi.5
Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik pesat sehingga perlu stimulasi
sebanyak mungkin.6
4
Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),
hlm. 14-18.
5
H. Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, (Ciputat: PT. Ciputat Press Group, 2006), hlm. 72.
6
Seto Mulyadi, Seri Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: PT. Penerbit
Erlangga, 2004), hlm. 20.
Aspek-aspek Kejasmanian yang berkembang pada masa ini ialah: otot-otot, urat-
urat daging, tulang dan kelenjar berkembang makin kuat dan sempurna untuk persiapan
berfungsinya organ-organ tubuh.7
Pada tahun pertama umumnya pertumbuhan fisik bayi sangat cepat, sedangkan
pada tahun kedua mulai meredup. Diantaranya tinggi dan berat badan. Tinggi badan
secara proporsional lebih lambat ketimbang pertumbuhan berat badan selama tahun
pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 telah tumbuh selama masa bayi berakhir. Biasanya
gigi pertama muncul pada bulan 6-8. Gigi seri bawah muncul terlebih dahulu disusul
dengan gigi seri bagian atas.
Gerakan sendiri dibagi dalam tiga kategori yaitu gerakan instinktif, gerakan
refleks, gerakan spontan (impulsif). Gerakan instinktif timbul oleh dorongan dari dalam
diri untuk memuaskan dorongan itu. Geakan refleks disebabkan oleh dorongan yang
datang dari luar berbentuk perangsang. Gerakan spontan (impulsif) dorongan atau
perangsangnya datang dari dalam diri sendiri; mulanya dirasakan sebagai tidak bertujuan
seperti menggoyang-goyangkan kaki yang tergantung, meremas-remas jari tangan, ingin
menangis dan sebagainya.
7
Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan : Bagian Ilmu Jiwa Anak, (Surabaya: PT. Usaha Nasional,
1983), hlm. 58.
Kemajuan-kemajuan motorik dalam tahn pertama yag berhubugan dengan
penguasaan badan bedasarkan hasil penelitian Gesell yang dikutip oleh Sumadi
Suryobroto sebagai berikut:
Tingkah laku instingtif pada bayi yang beberapa hari baru lahir sebagian besar
waktunya digunakan untuk tidur. Sekitar 88% untuk tidur, sekitar 7% untuk minum susu,
1% untuk tingkah laku spontan. Dalam uraian ini ada tahap-tahap perkembangan motorik
secara rinci yaitu:
a. Merangkak
Seorang bayi pada umur sekitar 8 bulan dalam keadaan tengkurap, sudah dapat
menarik lututnya ke muka melalui badannya. Kira-kira setengah bulan kemudian, bayi
dapat bergerak maju dengan menarik badannya di atas lantai dengan bantuan gerakan
tangan dan kakinya.Perut belum diangkat, kepalaberpalingkearahbagiantangandan
kaki yang di tekuk. Merangkak seperti ini disebut homolateral. Sekitar 10 bulan anak
merangkak dengan tangan dan lututnya, selanjutnya lima hari kemudian, anak
merangkak dengan tangan dan kakinya. Merangkak seperti ini disebut bilateral.
b. Berjalan
Bantuan (titahjiwa) tumit belum menyentuh lantai, langkah pendek dan tidak teratur.
Panjang langkah meningkat sampai kurang lebih anak berumur 15 bulan dan setelah
itu baru langkahnya teratur. Pada saat anak berjalan tanpa bantuan, sampai dengan
akhir tahun kedua, lebar langkah meningkat tajam. Pada permulaan anak berjalan
sendiri, badan ditegakkan, kepala tegak, penglihatan lebih diarahkan kedepan dari
pada kelantai. Gaya berjalan seperti ini untuk membantu mempertahankan
keseimbangan badan walaupun kenyataannya anak masih sering jatuh.Hal ini karena
koordinasi umum masih jelek, dan anak mengangkat kaki terlalu tinggi sehingga anak
kehilangan keseimbangan.
c. Memegang
Pada umumnya sekitar l6 minggu bayi belum kontak dengan obyek. Anak melihat
obyek tertentu, tetapi belum memegangnya. Pada umur sekitar 20 minggu, anak
menyentuh obyek dan berusaha memegangnya tetapi belum dapat. Sekitar 28 minggu,
waktu anak berusaha memegang benda, talapak tangan turutaktif. Sekitar 36 minggu,
jari-jari telunjuk mulai memegang peranan, dan sekitar 52 minggu, koordinasi antara
ibu jari dan telunjuk sudah dapat memegang benda, walau masih ada bantuan dari
jari-jari yang lain. Bayi, waktu memegang suatun benda, selama bulan-bulan pertama
menggunakan keduatangan sama baiknya. Hal ini sebutan bidextraus Pada saat itu,
bayi menggunakan tangan kanan dan tangan kirinya secara berganti-ganti tergantung
letak benda yang akan diraihnya. Kalau letak benda lebih dekat dengan tangan
kanan, dia mengambil dengan tangan kanannya, kalau benda Iebih dekat dengan
tangan kiri, dia mengambil dengan tangan kirinya. Dengan ini maka perlu bimbingan
agar anak lebih senang menggunakan tangan kanannya.8
1. Perkembagan penglihatan
Pada umumnya indra anak yang baru lahir, belum dapat menerima
rangsangan. Matanya terbuka dan berkedip otomtis dengan gerak refleksif, tapi
sebenarnya belum dapat menerima rangsangan cahaya. Baru pada bulan ketujuh, si
bayi dapat mengikuti sesuatu yang didekat matanya, dengan memalingkan
kepalanya.
8
Sri rumini, Siti sundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) hlm. 21-22.
2. Perkembangan pendengaran
Hanya dengan waktu kurang lebih 2jam sesudah kelahiran, si bayi telah
dapat mendengar. Yaitu sejak cairan yang berasal dari lubang telinga, keluar. Ini
dapat dilihat bahwab ia telah dapat mereaksi terhadap gerakan suara, sekalipun
reaksinya itu belum mengadung arti tertentu. Kepekaan menerima rangsagan
suara, rupa rupanya yang paling cepat dimilikinya suara yang keras menimbulkan
reaksi terkejut dan suara yang lembut diterima dengan reaksi yang tenang.
4. Perkembangan Pembau
Terhadap rangsangan bau lembut, anak mereaksi positif dan bau keras,
anak mereaksi negatif, dengan memalingkan kepalanya. Bila ia membau susu
ibunya, ia mereaksi dengan gerak mencari-cari dengan memalingkan-
memalingkan kepalanya.
2. Perkembangan Intelegensi
Prof. Kohnstamm menyebut masa ini denga periode vitaal. Kata “vital” diartikan
“penting”. Jadi masa bayi dianggapnya sebagai masa perkembangan yang sangat penting.
Anak mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.10
Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah mulai nampak dalam
tingkah lakunya, dalam tingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang cerdas
9
Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 7-8.
10
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003). Hal 22
menunjukan gerakan yang lancar, serasi, dan koordinasi. Sedangkan anak yang kurang
cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi. Anak yang cerdas biasanya
cepat pula perkembangan bahasanya.
Dilihat dari perkembangan kognitif menurut piaget, usia bayi ini berada pada
periode sensorimotor. Bayi mengenal objek-objek yang berada pada lingkungannya
melalui sistem pengindraan (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan
motoriknya (reflex, seperti mengenyot, dan mengerakkan kepala kearah sumber
rangsang). Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya,
tetapi sebagian alat-alat indranya sudah langsung bisa berfungsi, seperti gerakan
mengenyot dan mengisap putting susu ibunya.12
3. Perkembangan psikososial
Pengalaman sosial sejak dini merupakan peranan yang penting dalam menentukan
hubungan sosial dimasa depan dan pola perilaku terhadap orang lain. Karena kehidupan
anak berpusat disekitar rumah, maka dirumahlah berasal perilaku dan sikap sosial kelak.
Perilaku sosial mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan meskipun dapat terjadi
perbedaan-perbedaan karena keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi
lingkungan. Pada saat dilahirkan anak tidak memilih dalam arti tidak memperdulikan
siapa yang mengurus kebutuhannya. Nyatanya anak dapat ditenangkan dengan sentuhan
lembut dari orang tua dan ASI dari seorang ibu.
Dengan bertambahnya usia anak dan banyaknya rangsangan dari orang lain, hal ini
dapat memicu perkembangan sosial bayi yang diantaranya13 :
Pada usia satu bulan, anak mulai melihat wajah orang-orang yang ada disekitarnya,
seperti wajah ibu, bapak, dan keluarga lainnya.
11
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 161
12
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 153
13
Desmita, Psikilogi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) hal.115
Pada usia dua sampai tiga bulan, anak dapat membedakan manusia dari benda-benda
mati dan anak tau bahwa manusialah yang memenuhi kebutuhann-kebutuhannya.
Anak juga tampak tidak senang atau kadang-kadang menangis apabila ditinggal
sendirian dan nampak senang apabila didekati orang lain.
Pada usia empat sampai lima bulan, anak ingin digendong oleh siapa saja yang
mendekatinya. Anak akan memberikan reaksi yang berbeda pada wajah-wajah yang
tersenyum, suara-suara yang ramah dan suara-suara yang kencang. Anak juga
mencoba menarik perhatian bayi lain dengan cara melambungkan badan ke atas dan ke
bawah, menendang, tertawa, bermain-main dengan ludah, dan tersenyum dengan bayi
lain
Pada usia enam sampai tujuh bulan, anak dapat membedakan teman dan orang asing
dengan tersenyum padanya.. Pada usia ini anak juga memperlihatkan reaksi terhadap
orang dewasa, yang mana anak hanya tertarik pada orang tertentu.
Pada usia delapan sampai sembilan bulan, anak mencoba meniru kata-kata, isyarat,
dan gerakan- gerakan sederhana dari orang lain. Anak juga merasa ketakutan bila
didekati oleh orang yang belum dikenalinya.
Pada usia sepuluh sampai tiga belas bulan, anak mencoba meremas pakaian dan
rambut anak lain, meniru perilaku dan suara-suara mereka, dan bekerja sama dalam
menggunakan mainan, meskipun kadang mereka bingung bila anak lain mengambil
mainannya
Pada usia tigabelas sampai delapanbelas bulan, berebut mainan dengan anak lain
sudah berkurang, malahan anak lebih suka berbagi dan bekerja sama dengan anak
lainnya. Pada usia ini anak memiliki sifat yang keras kepala, tidak mau mengikuti
permintaan atu perintah dari orang dewasa.
Pada usia delapan belas sampai dua puluh empat bulan, anak lebih berminat bermain
dengan anak lain dan menggunakan bahan-bahan permainan untuk membentuk
hubungan sosial dengan anak yang lain. Anak juga bekerja sama dengan kegiatan
rutinitas seperti berpakaian, makan, dan mandi.
Pola emosi yang lazim pada masa bayi antara lain ialah:
1. Marah
Ekspresi marah ialah menjerit, meronta-ronta, menendang, mengibaskan tangan,
memukul, berguling-guling, meronta, menahan nafas.Hal ini terjadi karena
keinginannya dihalangi.
2. Ketakutan
Tanggapan rasa takut ialah: mejauhkan diri dari hal-hal yang menakutkan, merengek,
menangis, menahannafas. Yang menyebabkan takut pada bayi, antara lain: Suara
keras, suasana asing, ruang gelap, tempat tinggal, orang tertentu, benda tertentu, dan
binatang tertentu.
3. Rasa lnginTahu
Dilakukan dengan cara memegang benda-benda yang ingin diketahuinya.
4. Bayi Gembira
Waktu diajak bercanda, digelitik, diajak bermain, mendapat benda atau permainan
yang disenanginya.Rasa gembira diungkapkan dengan bayi tersenyum, tertawa,
menggerak-gerakan tangan dan kaki.berteriak-teriakdengan mata berbinar-binar.
5. Menyenangi Sesuatu
Yang tampak waktu bayi memeluk, mendekap, menepuk-nepuk, mencium segala
sesuatu yang disenanginya.15
5. Perkembangan Bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia
telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya.
Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara.
Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus menerus mendengar pengucapan suatu
bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa intruksi khusus atau
direncanakan. Bahkan banyak peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa
anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka
tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas. (Rice, 1993
dalam Santrock, 1995).
14
Ernawulan Syaodih, Jurnal Psikologi Perkembangan, (Online). Volume 29 Oktober 2012, hal 14.
Diakses pada 02 Maret 2020
15
Sri rumini, Sitisundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2004) hal.31-32.
Kemampuan dan kesiapan belajar bahasa pada manusia ini segera mengalami
perkembangan setelah kelahirannya. Bahkan menurut Havighurst (1984), kemampuan
menguasai bahasa, dalam arti belajar membuat suara-suara yang berarti dan berhubungan
dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu, merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dicapai pada masa bayi. Hal ini adalah karena urat-urat syarat
dan otot-otot alat bicara sudah berkembang baik secara lahir. Oleh karena itu, jauh
sebelum bayi bisa bicara, dia telah mampu meniru secara selektif nada pembicaraan
tertentu. Bahkan bayi yang baru lahir dapat mensinkronkan gerakan tubuhnya dengaan
naadaa pembicaraan orang dewasa (Hetherington & Parke, 1979). Sejak akhir bulan
pertama, bayi daapat membedakan suara manusia dengan suara-suara lainnya, dan pada
usia 2 bulan mereka merespons secara berebeda terhadap suara yang berasal dari ibunya
dan dari wanita lain yang belum dikenalnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi,
seperti halnya orang dewasa, sudah dapat membedakan antara huruf mati atau huruf
konsonan, seperti “pah” dan “bah”. Kemampuan ini muncul dalam diri bayi kira-kira 1
bulan (Eimas, 1975).
Pada pertengahan kedua tahun pertama perbendaharaan kata yang diterima bayi
mulai berkembang dan meningkat secara dramatis pada tahun kedua dari 12 kata yang
dipahami pada ulang tahun pertama hingga diperkirakan 300 kata atau lebih pada ulang
tahun kedua. Pada usia kira-kira 9 hingga 12 bulan, bayi mulai memahami pelajaran,
seperti “daah” ketika kita mengucapkan selamat tinggal. Pada saat anak-anak berusia 18
hingga 24 bulan, mereka biasanya mengucapkan pertanyaan yang terdiri dari 2 kata.
Selama tahap kedua kata ini, mereka dengan cepat memahami pentingnya
mengekspresikan konsep dan peran yang akan di mainkan oleh bahasa dalam
berkomunikasi dengan orang lain.16
16
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 112-114.
mesti bayi tersebut akan menangis pada waktu lahir ke dunia. Sebab jika bayi tersebut
tidak menangis, sebaiknya sang ibu lah gilirannya yang akan menangis.
17
Abu Ahmadi dan munawar Sholeh, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2005), hlm.84-88
kekuranngan dalam berbagai aspek akan memperlambat perkembangan motorik tersebut
secara sangat berarti.
Orang tua adalah lingkungan yang pertama dan utama yang diharapkan dapat:
2. Memperhatikan Kesehatan dan gizi karena bayi belum dapat menolong diri sendiri.
4. Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang benar dan salah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu keluarga
terutama ibu (Rukiyah, dkk, 2010). Orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam
proses pendeteksian dini tumbuh kembang anak. Pengetahuan orang tua sangat diperlukan
agar orang tua dapat melakukan skrining untuk mendeteksi secara dini. Pengetahuan
tersebut juga dipengeruhi banyak faktor salah satunya pendidikan.20
C. KESIMPULAN
Masa bayi dianggapnya sebagai masa perkembangan yang sangat penting. Anak
mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Untuk
18
Rahmitha P. Soendjojo, Sritje Hikmat dan Mien Soemartono, Seri Langkah Sukses Orang Tua
Menstimulasi Anak Usia 0-1 Tahun, (Jakarta: PT. Elex Media, 2000), hlm. 22
19
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Prenadamedia Group, 2011), hlm. 173
20
Telly Katharina, Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Sikap Terhadap Tumbuh Kembang
Anak Usia 0-24 Bulan, Jurnal Kebidanan Vol. 06 No. 02, 2016, hal. 134
mengimbangi proses perkembangan yang pesat itu ia memerlukan pemnuhan kebutuhan
seperti makanan sehat, pakaian yang bersih, perawatan yang teratur, dan sebagainya,
sampai ia mencapai usia satu setengah tahun. Sejak ia lahir sampai kemudian berusia satu
setengah tahun, ada yang mengatakan sampai usia dua tahun, kebanyakan ahli psikologi
cenderung menyebut masa bayi. Tahap Sensorismotor, yaitu pada saat lahir hingga 2
tahun. Pencapaian utamanya yaitu pembentukan konsep “keajekan objek” dan kemajuan
bertahap dan perilaku reflex ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan munawar Sholeh, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta:PT Rineka Cipta,
2005),
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008),
Sri rumini, Sitisundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2004)
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 153
Telly Katharina, Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Sikap Terhadap
Tumbuh Kembang Anak Usia 0-24 Bulan, Jurnal Kebidanan Vol. 06 No. 02, 2016,
H. Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, (Ciputat: PT. Ciputat Press Group,
2006),
Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal), (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 97
Seto Mulyadi, Seri Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta:
PT. Penerbit Erlangga, 2004),
Singgih D.Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: PT.BPK Gunung
Muda,2008),.
Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2013),
Sri rumini, Siti sundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004)