Anda di halaman 1dari 165

LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan ProfesiNers Keperawatan


Departemen Keperawatan Jiwa
Dengan Dosen Pembimbing Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun oleh:
JAYA DWIPUTRANTO
NIM. 190070300011027
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DAFTAR ISI
Laporan Pendahuluan Psikososial

1. Sehat Jiwa Usia Bayi .............................................................................. 3


2. Sehat Jiwa Anak (1,5 – 3 Th) .............................................................................. 22
3. Sehat Jiwa Pra Sekolah .............................................................................. 41
4. Sehat Jiwa Anak Sekolah .............................................................................. 66
5. Sehat Jiwa Remaja .............................................................................. 79
6. Sehat Jiwa Dewasa Muda ............................................................................. 106
7. Sehat Jiwa Dewasa Tua .............................................................................. 115
8. Sehat Jiwa Lansia .............................................................................. 132
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI

1. KONSEP TEORI
1. Definisi

Masa bayi adalah masa yang berlangsung selama 2 tahun pertama setelah 2 minggu
periode bayi yang baru lahir (postnatal). Meskipun masa bayi sering dianggap masa bayi
baru lahir,label masa bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode postnatal
yang pada masa ini ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya. Umumnya ahli psikologi
perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama ini dengan
menyebutnya periode vital,karena kondisi fisik dan psikologi bayi merupakan pondasi yang
kukuh untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.Pada usia tersebut, Errikson
menambahkan terjadi perkembangan psikososial dimana padausia ini bayi belajar terhadap
kepercayaan dan ketidakpercayaan (Trust and Mistrust). Masa inimerupakan krisis pertama
yang dihadapi oleh bayi (Videbeck, 2008).

Selama beberapa bulan masa bayi,keadaan tidak berdaya itu secara berangsur-angsur
agak menurun. Akan tetapi,tidak berarti bahwa keadaan tidak berdaya secara cepat
menghilang dan bayi menjadi mandiri,tetapi setiap hari,setiap minggu,setiap bulan,bayi
semakin mandiri,sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua, ia menjadi
seorang manusia yang berbeda dengan masa bayi. Oleh karena itulah ”bayi” banyak
ditafsirkan sbagia individu tidak berdaya,maka semakin umum orang menamkan masa bayi
selama 2 tahun itu sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah bayi
yang telah berhasil menguasai tubuhnya sehingga relatif mandiri.

2. Karakteristik perkembangan pada masa bayi:

Perkembangan refleks
Pada masa bayi terlihat gerakan-gerakan spontan, yang disebut reflek. Reflek adalah
gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkordinasi sebagai reaksi
terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respon penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
a) Reflek menghisap dan mencari

3
Bayi baru lahir secara otomatis akan menghisap benda yang ditempatkan di
mulutnya. Jika bayi menemukan puting susu ibu,maka ia akan menghisap secara kuat
dan berirama tanpa belajar lebih dahulu. Reflek mencari dan menghisap akan
menghilang setelah bayi berusia kira-kira 3 sampai 4 bulan. Kemudian pada usia 1
tahun reflek menghisap menyatu dan diperluas dengan aktivitas makan yang di sengaja.
1. Reflek moro
Reflek moro adalah suatu respon tiba-tiba dari bayi yang baru lahir sebagai
akibat adanya suara atau gerakan yang mengejutkan. Reflek moro ini juga
merupakan suatu upaya umempertahankan hidup. Oleh karena itu,reflek tersebut
merupakan hal yang normal bagi semua bayi yang baru lahir. Respon ini akan
menghilang ketiaka bayi mendekati usia 6 bulan.
2. Reflek menggenggam (grassping reflex)
Refleks menggengam terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi
dan bayi akan merespon dengan cara menggengam dengan kuat. Reflek
menggengam merupakan langkah awal bayi untuk lebih memudahkan melakukan
aktivitas menggengam selanjutnya yang lebih disengaja. Reflek menggengam ini
akan berkurang pada bulan ke-3.
b) Kemampuan merangkak
Diartikan sebagai keterampilan bergerak maju dengan tangan dan kaki sambil
mengangkat badan dari dasar tempat menelungkup. Dengan tercapainya kemampuan
merangkak si bayi mulai bereksplorasi menjelajahi tempat bermain dan rumahnya
sambil memperkukuh otot-ototnya.
c) Kemampuan duduk
Bertujuan untuk mendapatkan kebebasan bergerak bagi kepala,tubuh dan kedua
belah tangan. Dengan fasilitas kebebasan ini,bayi bisa memperhatikan gerakan-gerakan
tangan dan jari-jari sambil memanipulasikan kepalanya.
d) Kemampuan diri dan berjalan
Tegak berdiri dan berjalan pada dua kaki itu merupakan keterampilan khas
mmanusiawi.
e) pola tidur dan bangun
Bayi yang baru lahir menhabiskan lebih banyak waktunya untuk tidur. Rata-rata
bayi baru lahir tidur selama 16-17 jam sehari,walaupun ada beberapa bayi yang rata-
rata tidurnya lebih sedikit,yaitu sekitar 10-11 jam perhari.
e) Pola makan dan minum

4
Perkembangan fisik bayi bergantung pada makanan yang baik selama 2 tahun
pertama. Bayi yang membutukan makanan yang mengandung sejumlah
protein,kalori,vitamin dan mineral. Bagi bayi usia 6 bulan pertama ASI merupakan
sumber makanan dan sumber energi yang utama,karena ASI adalah susu yang bersih
dan dapat dicerna,serta mengandung zat antibodi bagi bayi.
f) Pola buang air
Buang air yang terkendali atau terlatih merupakan suatu bentuk keterampilan
fisik dan motorik yang harus dicapai oleh bayi. Kemapuan untuk mengendalikan buang
air ini sangat bergantung pada kematangan otot dan motivasi yang dimiliki.
Pengendalian buang air kecil dimulai pada usia 15-16 bulan,tetapi sampai akhir masa
bayi pengendalian buang air kecil ini belum sempurna (Hurlock,1994)
g) Perkembangan Inteligensi
Menurut Piaget,dilihat dari perkembangan kognitif,pada usia bayi ini berada pada
periode sensorimotorik. Bayi mengenal objek-objek yang berada di lingkungannya
melalui sistem pengindraan (pengelihatan dan pendengaran) dan gerakan motoriknya.
h) Perkembangan emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak
fisiologis dan perilaku yang tampak. Beberapa tahapan perkembangan emosi pada bayi
secara umum adalah :
1. Usia 2 bulan pertama
Pada usia ini tipikal emosinya ialah heran,senang,kejijikan dan kesukaran.
Bayi pada usia ini juga menunjukkan minatnya yang meningkat terhadap
berbagai orang dan benda-benda di sekitarnya.
2. Usia 2-4 bulan
Bayi sudah mampu tersenyum dan menunjukkan kesenangannya terhadap
orang tua,terutama ibunya.
3. Usia 3 -10 bulan
Anak-anak yang normal akan memainkan permainan yang
sederhana,seperti ‘memberi dan menerima’.
4. Usia tahun ke 2
Pada usia ini selain menangis ketika dia lapar,anak yang normal
seringkali menuntun tangan ibunya ketempat penimpanan makanan misalnya
lemari makanan (kulkas).

5
i) Perkembangan bahasa
Kemapuan dan kesiapan belajar bahasa pada manusia segera mengalami
perkembangan setelah kelahirannya.
j) Perkembangan moral
Pada masa ini,tingkah laku bayi hampir semuanya didominasi oleh dorongan
naluriah belaka. Oleh karena itu,tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah
laku bermoral atau tidak bermoral. Dengan melihat kecenderungan perilaku anak
tersebut, maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak,sebaiknya
dilakukan hal-hal sebagi berikut:

Berilah pujian,ganjaran atas sesuatu yang menyenagkan anak (seperti


mencium,dipeluk dan diberi kata-kata pujian) apabila dia melakukan perbuatan
baik.
Berilah hukuman atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang apabila
dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman adalah sebuah pengkondisian
dengan tujuan memberikan konsekuensi tidak menyenangkan dengan harapan
akan emmepengaruhi frekuensi perilaku di masa mendatang. Namun seorang ahli
behavior lebih mendukung penggunaaan tindakan penguatan daripada hukuman.
Hukuman boleh dilancarkan apabila tindakan penguatan tidak memberikan dampak
apapun terhadap perilaku seseorang. Meskipun begitu, hukuman harus diberikan
seringan mungkin dan tidak boleh menyakiti fisik maupun psikis seorang anak.

3. Proses Terjadinya
a. Predisposisi
1) Biologi
Faktor biologi merupakan faktor fisik dari bayi baik selama kehamilan sampai
kelahiran. Faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Latar belakang Genetik : latar belakang bawaan normal, tidak memiliki latar
belakang penyakit yang menurun secara genetik.
b. Tidak ada riwayat kembar monozygot.: tidak ada riwayat penyakit keturunan,
riwayat terjadi kelainan kromosom 6,4,8,5,22 (seperti sindrom down, sindrom
turner)

6
c. Riwayat Prenatal baik : ibu selalu melakukan pemeriksaan kehamilan,
melakukan suntik TT
d. Riwayat intranatal dan postnatal baik: lahir secara spontan, tidak terjadi asfiksia
pada bayi, IRDS dan penyulit saat melahirkan. Pada post natal bayi memiliki
reflek hisap yang baik, pemberian ASI tidak mengalami hambatan.
e. Status nutrisi : Berat badan lahir tidak kurang dari 2500 gram
f. Tidak ada kelainan hormone
g. Riwayat kehamilan dan persalinan: ibu saat hamil menderita preklamsia,
kejang, hipertensi, saat lahir bayi BBLR dan lahir sebelum waktunya
h. Status Gizi: BB 5 bulan < 2 x BB lahir, BB 1 tahun < 3 x BB lahir dan TB 1
tahun< 1,5 x TB lahir
i. Kondisi kesehatan secara umum: riwayat imunisasi dasar
j. Penyakit Infeksi

2) Psikologis
a. Intelegensi/ ketrampilan verbal
Mampu mengoceh dan tertawa saat dibunyikan suara kerincingan. Menengok
ke arah sumber suara pada saat dipanggil namanya. Kecerdasan dimiliki anak
sejak lahir, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dapat di dorong
oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secra cemerlang.

b. Moral
Perkembangan moral anak yang dikemukakan Kohlberg didasarkan pada
perkembangan kognitif anak, pada infant masuk kedalam fase preconventional
anak belajar baik, dan buruk atau benar dan salah melalui budaya sebagai
dasar dalam peletakan nilai moral (Supartini, 2004). Peran orang tua yang
menjadi panutan moral bayi saat berbicara dengan bayi.

c. Kepribadian
Infant memiliki respon dengan menangis saat terjadi ketidaknyamanan pada
dirinya, contohnya popok basah,lapar dan lain sebagainya.

d. Pengalaman masa lalu


Pengalaman saat intranatal, prenatal, dan post natal, pada fase ini apakah
kehamilan diinginkan, terjadi trauma, apakah bayi mendapat perhatian dari
ibunya seperti IMD

e. Konsep diri

7
Mulai tidak mempercayai, membedakan diri dari lingkungan.

f. Motivasi
Tersenyum saat ada yang mengajak bercanda, memeluk dan mencium

g. Self control
Bayi mulai mengenal orang – orang terdekatnya yang menjadi kepercayaan,
sehingga jika diajak oleh orang lain dia akan merespon menangis, karena
merasa asing.

3) Sosial Budaya
a. Usia : 0 – 18 bulan
b. Gender : laki – laki / perempuan
c. Status sosial: anak kandung, anak adopsi
d. Latar belakang budaya: Ras/suku bangsa kulit putih mempunyai pertumbuhan
somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia
e. Pengalaman sosial: digandeng, dipeluk dan dibuai saat menangis menjadi
senang, Diberi makan dan minum jika haus dan lapar, diselimuti jika
kedinginan, diajak bermain dan berbicara
f. Peran sosial: bayi diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
g. Agama dan Keyakinan : apakah gama yang diikuti bayi sama dengan kedua
orang tuanya atau dengan orangtua yang berbeda agama

2. Faktor Presipitasi
1) Natural
Biologi
a. Pemberian ASI Esklusif
b. Nutrisi gizi seimbang
c. Makanan tambahan diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
d. Makanan padat diberikan setelah usia 12 bulan
e. BB bayi sesuai dengan TB: BB 5 bulan = 2 x BB lahir, BB 1 tahun 3 x BB lahir

Psikologis
Keluarga memperlakukan bayi dengan penuh kasih sayang, menyebut dengan
panggilan sayang, memberikan respon saat bayi melakukan sesuatu Menunjukkan
rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman pada bayi
a. Sering mengajak anak berbicara dengan lembut, panggil bayi dengan namanya
b. Sering memeluk dan mencium anak’
c. Membuai, menimang dan menidurkan anak dan membacakan cerita
d. Membujuk ketika bayi rewel
e. Sering mengajak anak bermain

8
f. Memperlihatkan gambar yang lucu dan menarik
g. Mengajak melihat dirinya dikaca
h. Pada saat bayi menangis segera mencari tahu kebutuhan dasar yang
terganggu (lapar, haus, basah dan sakit)

Sosial Budaya
a. Eksternal : Cuaca, keadaan geografis, struktur bangunan, ventilasi baik
kepadatan hunian layak, lingkungan memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak
b. Internal : Keluarga merasa bangga dan menerima bayi dalam keluarganya
dengan mengajaknya mengenal lingkungan, bersalaman, dan mengenalkan
dengan orang lain.

2) Origin
a. Internal: Anak senang dan gembira menerima stimulasi dan pertumbuhan
perkembangan sesuai usia
b. Eksternal: Pola asuh diikuti oleh fasilitas dan pelayanan yang memadai

3) Timing
Stimulasi disesuaikan dengan usia bayi, sehingga pencapaian perkembangannay
sesuai jangan sampai lebih lambat dalam menstimulasi.
4) Number
Semakin sering stimulasi dilakukan semakin baik bagi perkembangan anak, dan
disesuaikan dengan usia anak.

3. Ciri- ciri masa bayi

o Masa bayi adalah masa dasar yang sesunguhnya.


o Masa bayi adalah masa pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat.
o Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan.
o Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.
o Masa bayi adalah permulaan sosialisasi.
o Masa bayi adalah permulaan berkembangnya penggoolongan peran sexs.
o Masa bayi adalah masa yang menarik
o Masa bayi merupakan permulaan kreativitas

4. Tugas perkembangan masa bayi

9
 Belajar berjalan. Terjadi pada usia antara 9-15 bulan. Pada usia ini tualang kaki,otot
dan susunan sarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
 Belajar memakan makanan padat, Hal ini terjadi pada tahun kedua. Sistem alat-alat
pencernaan makanan dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal
tersebut.
 Belajar berbicara, Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya
kepada orang lain dengan perantara suara itu.
 Belajar buang air kecil dan buang air besar, Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu
yang sesuai dengan norma masyarakat. Untuk memberikan pendidikan kebersihan
kepada nak usia dibawah 4 tahun,cukup dengan pembiasaan saja,yaitu setiap kali mau
buang air,bawalah anak ke kamar mandi tanpa banyak memberikan penerangan
kepadanya.
 Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Agar pengenalan terhadap jenis kelamin
berjalan normal,maka orang tua perlu meperlakukan ankanya,baik dalam memberikan
alat mainan,pakaian,maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak
 Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Dalam proses mencapai kestabilan jasmaniah
ini,orang tua perlu memberikan perawatan yang intensif,baik menyangkut emberian
makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
 Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua,saudara dan orang lain.

3. Tanda dan Gejala


1) Aspek Motorik
Anak Usia Infant 0 – 6 bulan
Motorik Kasar
a. Menggerakkan kepala kekiri/kanan.
b. Mengangkat tangan kewajahnya
c. Menendang dan meluruskan kaki jika telentang
d. Mendekatkan kedua tangan

Motorik Halus

a. Bereaksi terhadap bunyi


b. Mengikuti benda dengan mata
c. Senyum

Anak Usia Infant 6 – 12 bulan


Usia 6 – 9 bulan:

Motorik Kasar

a. Duduk tanpa bantuan


b. Mengangkat kepala
c. Melonjak
d. Berdiri dengan bantuan

10
Motorik Halus

a. Memegang dan memasukkan benda


b. Membuat bunyi-bunyian
c. Mencari mainan

Usia 9 – 12 bulan:

Motorik Kasar

a. Merangkak
b. Berjalan dengan bimbingan
c. Membungkuk

Motorik Halus

a. Menggambar
b. Menyusun balok

Anak Usia Infant 12 – 18 bulan

Motorik Kasar

a. Menyusun dua kotak


b. Memasukkan kubus dalam dua kotak

Motorik Halus

a. Menyusun dua kotak


b. Memasukkan kubus dalam dua kotak

2) Aspek Kognitif
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Mengenal orang yang dekat/familiar
b. Mulai berusaha mencari benda yang hilang
c. Menendang saat lapar

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Menunjukkan gambar
b. Mengulang kata-kata
c. Menunjuk bagian-bagian tubuhnya

11
Anak UsiaInfant 12 – 18 bulan

a. Mengikuti perintah sederhana


b. Meniru kegiatan orang lain

3) Aspek Bahasa
Anak Usia Infant 0 – 6 bulan
a. Mengoceh spontan
b. Mulai menggumam

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Mengeluarkan suara tanpa arti


b. Mencari sumber suara
c. Menirukan kata-kata

Anak Usia Infant 12 – 18 bulan

Dapat mengatakan lima sampai sepuluh kata

4) Aspek Emosi
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Terpenuhinya kebutuhan rasa aman dan nyaman
b. Mengenal lingkungan diluar rumah

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman


b. Mengenal lingkungan diluar rumah

Anak UsiaInfant 12 – 18 bulan

Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing

5) Aspek Kepribadian
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Melihat diri didepan kaca
b. Terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman

12
Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Berusaha meraih mainan


b. Terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman

Anak UsiaInfant 12 – 18 bulan

Mengekspresikan rasa takut dan malu

6) Aspek Moral
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Menggunakan tangan kanan dalam memberikan sesuatu dengan arahan orang
lain
b. Menggunakan tangan kanan dalam menerima sesuatu dengan arahan orang
lain

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Menggunakan tangan kanan saat makan


b. Menggunakan tangan kanan saat memberikan sesuatu
c. Menggunakan tangan akan saat menerima sesuatu

Anak Usia Infant 12 – 18 bulan

a. Menggunakan tangan kanan saat makan


b. Menggunakan tangan kanan saat memberikan sesuatu
c. Menggunakan tangan akan saat menerima sesuatu

7) Aspek Spiritual
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Tampak nyaman dan mendengarkan ketika ibunya membacakan kitab suci
b. Tampak nyaman ketika dibacakan doa

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Tampak memperhatikan dan mendengarkan ketika ibunya membacakan kitab


suci
b. Tampak senang ketika dibacakan doa makan

Anak UsiaInfant 12 – 18 bulan

13
a. Tampak memperhatikan dan mendengarkan ketika ibunya membacakan kitab
suci
b. Tampak senang ketika dibacakan doa makan

8) Aspek Psikososial
Anak UsiaInfant 0 – 6 bulan
a. Tumbuhnya kemampuan sosialisasi
b. Senang / nyaman ketika diberikan pujian

Anak UsiaInfant 6 – 12 bulan

a. Bisa bermain ciluk ba


b. Menoleh ketika dipanggil namanya

Anak UsiaInfant 12 – 18 bulan

Mengeksplorasi sekeliling rumah

4. Sumber Koping
1) Personal
a. Masaintrauterinbaik, tidakadagangguan
b. perkembangannormal (sehnat)
c. Senangmenerima stimulasi
d. Tidakadagangguan fungsitubuh.

2) Sosial
a. Orangtualengkap danmotivasitinggi untukstimulasi perkembangan.
b. Sanitasilingkungan baik.
c. Masyarakatdi sekitarnyabaik(aturan, norma,agamadan pendidikan)
d. Orangtuamengetahui caramenstimulasi pertumbuhandan
perkembangansesuai usiaanak.

3) Material Asset
a. Orangtuabekerja, sosialekonomimemadai
b. Saranadanprasarana tersediasesuaidengan usiaperkembangan
c. Positif belief : terhadap kesembuhannya dan layanan kesehatan

14
5. Mekanisme Koping
1) Konstruktif
Berespon terhadap stimulus yang datang secara tepat, menangis jika kebutuhan
dasar tidak terpenuhi
2) Destruktif
Sering menangis hingga berontak ketika digendong, dan regreasi dan sering
mengompol

6. Pohon Diagnosa

Rasa Percaya

Kesiapan peningkatan perkembangan rasa percaya pada anak usiainfant

Pengetahuan keluarga efektif

15
2. KONSEP ASKEP SEHAT JIWA PADA BAYI

1. PENGKAJIAN

a. Pengertian.
Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan bayi,
ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diaali dengan
kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan psikososial
berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak
terpenuhi maka akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah
besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan baru.

b. Karakteristik perilaku
Pada table dibawah ini akan menguraikan perilaku bayi yang menunjukkan rasa percaya
dan rasa tidak percaya.
Karakteristik perilaku bayi

Target Prilaku bayi


perkembangan
Perkembanngan 1. Tidak langsung menagis saat bertemu dengan orang
yang normal : lain
berkembangnya 2. Menolak saat digendong oleh orang yang tak
rasa percaya dikenalnya
3. Menangis saat digndong oleh orang yang tak
dikenalnya
4. Menangis saat tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit,
panas)
5. Bereaksi senang saat ibunya datang menghampiri
6. Menangis saat ditinggalkan ibunya
7. Memperhatikan/memandang ajah ibunya/ orang yang
mengajaknya bicara
8. Mencari suara ibu/orang lain yang memasnggil
namanya

16
Penyimpangan 1. Menangis menjerit-jerit saat ditinggal ibunya
perkembangan : 2. Tidak mau berpisah sama sekali sama ibunya
berkembangnya 3. Tidak mudah berhubungan dengan orang lain
rasa tidak percaya

2. DIAGNOSA

POTENSIAL (NORMAL) RESIKO (PENYIMPANGAN)


Bberkembangnya rasa percaya Resiko berkembangnya rasa tidak
kepercayaan

3. TINDAKKAN KEPERAWATAN
a. Bayi
1) Tujuan
a) Merasa aman dan nyaman
b) Dapat mengambangkan rasa percaya
2) Tindakan keperawatan

Tindakkan keperawatan untuk perkembangan psikososial bayi

Tugas perkembangan Tindakan keperawatan


Perkembangan yang 1. Panggil bayi sesuai namanya
normal : rasa percaya 2. Gendong dan memeluk saat bayi menangis
3. Pada saat bayi menangis segera cari
kebutuhan dasar yang terganggu (lapar, haus,
basah, sakit)
4. Memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman
bayi
 Membuai saat bayi menangis
 Memberi minum atau makan saat bayi lapar

17
 Menyelimuti dengan selimut saat kedinginan
5. Bicara dengan bayi saat meraat bayi
6. Ajak bayi bermain (bersuara lucu,
memeperlihatkan benda berwarna menarik,
menggerakkan benda)

Penyimpangan 1. Memenuhi kebutuhan dasar dan rasa aman dan


perekmbangan : rasa tidak nyaman
percaya 2. Fokuskan perhatian pada bayi, Jika sedang
menyusui, jangan sambil mengerjakkan pekerjaan
lainnya
3. Tidak membiarkan bayi tidur sendiri tapi tetap
bersama orang tua
4. Kontak dengan bayi sesering mungkin
5. Tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tidak
memainkan bayi dengan cara mengganti ganti
puting dan empeng
6. Tetaplah memberi asi 2 tahun
7. Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering
( bayi bingung karena harus memupuk
kepercayaan pada banyak orang)

b. Keluarga
1. Tujuan :
a) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan yang normal dan
menyimpang.
b) Menjelaskan cara menstimulasi perekembangan awalnya.
c) Mendemostrasikan cara menstimulasi perkembangan anaknya.
d) Merencanakan tindakan menstimulasi perkembangan anaknya.

18
2. Tindakaan keperawatan untuk keluarga

Tindakan keperawatan untuk keluarga

Tugas perlembangan Tindakan keperawatan


Perkembangan yang a. Jeleskan pengertian perkembangan
normal : rasa percaya psikososial, karakteristik perilaku bayi yang
normal dan menyimpang
b. Jelaskan cara memupuk rasa percayabayi
pada ibu/keluarga

1. Panggil bayi sesuai namanya


2. Berespon secara konsisten terhadap
kebutuhan bayi
o Susui segera saat bayi
menangis
o Ganti popok/ celana bila basah
atau kotor
o Lindungi dari bahaya jatuh
o Kurangi stres bayi dengan cara :
rawat bayi dengan kasih sayang,
memeluk, menggendong,
mengeloni dengan tulus dan
sepenuh hati.
o Memberikan lingkungan yang
aman dan nyaman bagi bayi
o Mengajak bayi bermain
o Mengajak bayi bicara saat
sedang merawat bayi
o Segera membawa ke pelayanan
kesehatan terdekat bila terdapat
masalah kesehatan (sakit)

19
c. Demonstrasikan cara memupuk rasa
percaya bayi
d. Rencanakan tindakkan untuk memupuk rasa
percaya bayi

Penyimpangan a. Informasikan penyebab rasa tidak percaya


perkembangan : rasa bayi
tidak percaya b. Ajarkan cara menjalin hubungan saling
percaya dengan bayi :

 Memenuhi kebutuhan dasar : makan,


minum, kebersihan, BAB/BAK,
istirahat/tidur, bermain
 Memenuhi rasa aman dan nyaman :
melindungi bayi dari rasa sakit, panas,
cedera (jatuh, tidak membiarkan
sendirian,berikan kasih sayang)

c. Segera membawa ke pelayanan kesehatan


saat sakit.

Terapi Spesialis

a. FPE (psikoedukasi keluarga)


b. Terapi Kelompok Terapeutik (TKT)
c. Terapi suportif

20
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, A.2007.Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.Bandung: PT Refika


Aditama

Keliat, B. A. 2006. Modul IC-CMHN. Jakarta : Fakultas ilmu keperawatan Unversitas Indonesia

Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: EGC

Mansur,H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta :Salemba Medika

Stuart,Gail W. (2013). Priciples & Practice of Psychiatric Nursing ed.9. Philadelphia: Elsevier
Mosby

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Videbeck, S.J.( 2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Wong, et all.(2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6, vol 1 alih bahasa :Agus
Sutarna, Netty Juniarti, H.Y.Kuncara. Jakarta:EGC

21
Asuhan Keperawatan Perkembangan Psikososial
Masa Toddler (18 Bulan-3 tahun)

A. PerkembanganPsikososial
1. Kepercayaan Dasar Vs Kecurigaandasar (awalprakanak-kanak (0-2 th)
Pada usiainianaksangattergantung pada ibuatau orang yang dianggapibu. Ibu
menjadisumberkasihsayang dan memenuhikebutuhananak. Ibu
selaludiharapkankeberadaannya pada saatdibutuhkan. Ibu menjadifigurdipercaya
dan diandalkan. Apabilafaseiniberhasildilaluidenganbaik,
anakakanmengembangkankeperyaankepada orang lain dan dirinya,
diaakanbelajarmenerima dan pemberi. Sebaliknyaapabilaibumenarikdiri,
diatidakadasaatdibutuhkan,
atauibuterlalucepatataumendadakmenyapihataumeninggalkananak,
ataupunseringmembentak, memaki, memukul,
apalagisampaimenelantarkananakakanmengembangkanketakutanakanisolasi;
kecemasankehilanganibu, munculkecurigaan, ketidakpercayaankepadadiri dan
lingkungandisekitarnya (distrust)(Yusuf et.al 2015).

2. Otonomi Vs rasa malu dan ragu-ragu (akhir masa prakanak-kanak, sekitar 2-4 th)
Pada faseinianakmulaibelajaruntukberdirisendiri (otonomi). Untukitu orang
tuadiharapkandapatbertindaktegastetapimelindungi, mendukung dan
memberikesempatankeinginanotonomisertamelindungidarikeraguan dan rasa
bersalah. Apabilafaseiniberhasildilaluidenganbaik, anakakanmengembangotonomi,
denganmemandangdirisebagaipribadi yang terpisahdari orang tua,
tapimasihtergantung. Sebaliknyaapabilagagalanakakanmengembangkan rasa malu
dan ragu, merasadiritidakmampu dan meragukandirisendiri.
Engganbelajarketerampilandasar, sepertiberjalan dan
berbicarasertaadainginmenyembunyikanketidakmampuannya(Yusuf et.al 2015).

22
Menurutkifudyartanta. 2012. Periodeotonomi vs perasaanmalu dan keragu-raguan
1. Kualitas ego yang timbul :
Teori psikososial menamakan tahap perkembangan manusia dengan tahap
maskular-anal dalam tema psikososial, yang intinya adalah tumbuhnya otonomi vs
perasaan malu dan keragu-raguan. Bandingkan dengan teori freudianisme adalah
fase anal. Pada tahap maskular-anal ini anak mempelajari :
a. Apakah yang diharapkandaridirinya
b. Apakankewajiban-kewajiban dan hak-haknya
c. Apakahpembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya

Dalam masa maskular-analinik anak-anak menghadapi pengalaman-


pengalaman baru dan berorientasi pada kegiatan-kegiatan, maka ada sejenis
tuntuting anda pada kanak-kanak, yakni :
a. Tuntutanuntukmengontroldirinyasendiri
b. Tuntutanuntukmenerimakontroldari orang lain

Karena bayisudahbertambahbesar dan kuat, yaknitelahmenjadikanak-kanak,


makasudahkodratbahwaanak-anakmempunyaibanyakgerak dan kemauan-
kemauan. Untukmengendalikansifatpenuhkemauananak, maka orang tua dan
orang dewasalainnyabertindak :
a. Akan memanfaatkankecendrungan universal pada manusiauntukmerasamalu.
b. Mendoronganakuntukmengembangkan rasa otonomi dan akhirnyamandri.
c. Dalammengontrolanak-anak orang-orang dewasaharusbenar-
benarbersikapmembombong, artinyamemberibimbingansambilmenberipujian
yang membesarkanharianak-anakuntukmampuberbuatsesuatu.
d. Mendoronganak-anakuntukmengalamisituasisituasi yang
menuntutotonomidalammelakukanpilihanbebas.
e. Tidakbolehterlaluberlebihandalammenanamkan rasa malu. Hal
inipentinguntukmenghindari :
1) Anak-anaktidakmemiliki rasa
maluataumemaksanyamencobamelarikandiridarihal-haldenganberdiamdiri.
2) Anak-anaktidakberterusterang, tidaksukaberbohong.
3) Anak-anaksenangbertindakserba diam-diam.

Dalamfaseotonomy Vs rasa malu dan ragu, juga


berkembangkebebasanpengungkapandiri dan sifatpenuhkasihsayang. Bangkitnya
rasa mampupengendaliandiri pada anak-anakuntukmenumbuhkan rasa

23
kemauanbaik dan bangga yang bersifatmenetap pada dirianak.

2. Nilai yang menonjol :


Dalamfasemaskular-anal inimuncullahnilaikemauan pada anak-anak.
Darimanasumberkemauananakitu? sumbernyaialah :kemauandiri yang terlatih pada
anakitusendiri. Contoh-contohkemauanluhur yang diperlihatkan oleh orang lain
(dariibu, ayah, kakek, nenek dan sebagainya).
Bagaimanakemauananakituberkembang ?caranyakemauananakberkembangialah:
a. Anak-anakbelajardaridirisendiri dan orang lain mengenaiapa yang diharapkan
dan yang tidakdiharapkan.
b. Dengankemauanmakamenyebabkananaksecarabertahapmampumenerimaper
aturan-peraturanhukum dan kewajiban.
c. Unsur-unsurkemauanbertambahsecaraberangsur-
angsurmelaluipengalamanpengalaman yang melibatkankesadaran dan
perhatian, manipulasi, verbalisasi, dan gerakataulokomosi.
Karena kemauanolah (belajar) kemampuanuntuk :
1) Membuatpilihan-pilihanbebas.
2) Memutuskansesuatudariberbagaipilihan.
3) Bertindakuntukmelaksanakanpilihantadi.
Kemauanuntukmemilih, memutuskan dan
bertindakituberkembangterusmeningkat pada tahapanseterusnya. Jadi, inti
perkembanganpsikososialtahapkeduaadalah, timbulnya rasa kontrolkemauan dan
banggasebagai rasa otonomi, dan imbangidengantumbuhnya rasa malu dan ragu-
ragujikaanak-anakkehilanganatauberkurangnyakontrol, kemauan, kebanggaan dan
otonominya. Inilahkualitas ego baru yang timbul pada fasemaskular-anal
menurutteorierikson. Lalu tahapannyadisebutnyaotonomi Vs rasa malu dan keragu-
raguan.

3. Bahayanya :
Sebaliknya, jikaanak-
anakkehilangankontroldiridapatmenyebabkanperasaanmalu dan ragu-ragu, yang
juga dapatbersifatmenetap.

4. Ritualisasitahapkedua :
Erikson
menyebutritualisasitahapkeduadariperkembanganpsikososialanakadalahbersifatkeb
ajikanatau judicious. Hal inidisebabkanoleh :

24
a. Anak mulaimenilaidirisendiri
b. Anak mulaimenilai orang lain
c. Anak mengembangkankemampuanmenghayatisuatu rasa benaratau salah
pada tindakan-tindakan dan kata-kattertentu
d. Hal
tersebutmenyiapkananakuntukmengalamiperasaanbersalahdalamtahapberikut
nya
e. Anak juga belajarmembedakanantara“ jenis kami” dan orang-orang lain yang
dinilaiberbeda
f. Orang-orang lain yang tidaksamadenganjenisnyasendirisecaraotomatisdinilai
salah atauburuk
Hal tersebutmerupakandasarontogenesedariketerasingan yang
melandaseluruh dunia yang disebutspesies yang terpecahataudisebut juga oleh
eriksonsebagaipseudospesies, yang
menjadisumberprasangkandidalamdirimanusia.
Dalamsikluskehidupan, tahapretualisasibersifatbijaksana pada masa kanak-
kanakmenjadisumberuntukpengadilan pada orang dewasa yang
tercermindalampemeriksaandiruangpengadilan dan prosedur-prosedurdengan
mana putusan-putusan salah dan benarditetapkan.

25
5. Ritualisme :
Jika terjadipenyimpangandariritualisasitahapkeduaini,
ritualismenyadisebutlegalisme, yakni :
a. Mengagung-agungkanhurufketentuanhukumdari pada
semangathukumnyasendiri
b. Mengutamakanhukumandari pada balaskasihan

6. Karakteristik toddler normal :


a. Berjalan dan mengeksplorasirumahsertasekelilingnya
b. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaingterhadaptemannya
c. Memperlihatkanminatterhadapapa yang dikerjakananak lain dan
bermaindenganmereka.
d. Bermainbersamadengananak lain dan menyadariadanyalingkungan lain
diluarkeluarganya.
e. Pada usiatodler, merekamemperlihatkanketakutan dan ketidaksukaankepada
orang yang tidakdikenaldenganmenghindar dan menangisjika orang
tersebutmendekatimereka.
f. Todlerlebihsukameniruapa yang dilakukan oleh orang dewasa
g. Menciptakandunianyasendiri
h. Sejakumur 3 sampai 4
tahunanakmulaibelajarbermainsearabersamadalamkelompok,
berbicarasatusama lain didalamkelompok

7. Pola perilakuAnak :
Pola perilakusosialanak :
a. Meniru. agar samadengankelompok, anakmenirusikap dan perilaku orang
yang sangatiakagum
b. Persaingan.Keinginanuntukmengungguli dan mengalahkan orang-orang lain
sudahtampak pada usia 4tahun. Inidimulaidirumah dan
kemudianberkembangdalambermaindengananakdiluarrumah.

26
c. Kerjasama.Pada akhirtahunketigabermainkooperatif dan
kegiatankelompokmulainerkembang dan
meningkatbaikdalamfrequensimaupunlamanyaberlangsung,
bersamaandenganmeningkatnyakesempatanuntukbermaindengananak lain.
d. Simpati.Karena simpatimembutuhkanpengertiantentangperasaan-perasaan
dan emosi orang lain makahalinihanyakadang-kadangtimbulsebelum 3tahun.
Semakinbanyakkontakbermain, semakincepatsimpatiakanberkembang.
e. Empati.Sepertihalnyasimpati, empatimembutuhkanpengertiantentangperasaan
dan emosi orang-orang lain tetapidisampingitu juga
membutuhkankemampuanuntukmembayangkandirisendiriditempat orang lain.
Relatifhanyasedikitanak yang dapatmelakukanhalinisampaiawal masa kanak-
kanakberakhir.
f. DukunganSosial.Menjelangberakhirnyaawal masa kanak-kanak,
dukungandariteman-temanmenjadilebihpentingdari pada persetujuan orang-
orang dewasa. Anak beranggapanbahwaperilakunakal dan
perilakumengganggumerupakancarauntukmemperolehdukungandariteman-
temansebaya.
g. Membagi.Dari pengalamanbersama orang-orang lain, anakmengatahuibahwa
salah
satucarauntukmemperolehpersetujuansosialadalahdenganmembagimiliknyater
utamamainanuntukanak-anak lain.
Lambatlaunsifatmementingkandirisendiriberubahmenjadisifatmurahhati. Anak
yang pada waktubayimemperolehkepuasandarihubungan yang hangat, erat,
dan personal dengan orang lain berangsur-
angsurmemberikankasihsayangkepada orang diluarrumah, seperti guru
ataubenda-bendamatisepertimainankegemarannyaataubahkanselimut. Benda-
bendainidisebutobjekkesayangan (Bandura, 1969 dalam Yanto 2017).

8. Pola perilakuanak yang tidaksesuai :


a. Negativisme. Negativismeadalahperlawananterhadaptekanandaripihak lain
untukberperilakutertentu. Biasanyahalitudimulai pada usia 2 tahun dan
mencapaipuncaknyaantaraumur 3 dan 6 tahun.
Ekspresifisiknyamiripdenganledakankemarahan, tetapisecarasetahap demi
setahapdigantidenganpenolakanlisanuntukmenurutiperintah.
b. Agresi.Agresiadalahtindakanpermusuhan yang
nyataatauancamanpermusuhan, bisanyatidakditimbulkan oleh orang lain.
Anak-

27
anakmungkinmengekspresikansikapagresifmerekaberupapenyerangansecarafi
sikataulisanterhadappihaklain, biasanyaterhadapanak yang lebihkecil.
c. Pertengkaran. Pertengkarangmerupakanperselisihanpendapat yang
mengandungkemaraahan yang
umumnyadimulaiapabilaseseorangmelakukanpenyerangan yang
tidakberalasan. Pertengkaranberbedadariagresi;
pertamakarenapertengkaranmelibatkan 2 orang
ataulebihsedangkanagresimerupakantindakanindividu, dan keduakarena salah
seorang yang
terlibatdidalampertengkaranmemainkanperanbertahansedangkandalamagresip
eranselaluagresif.
d. Mengejek dan menggertak.
Mengejekmerupakanserangansecaralisanterhadap orang lain,
tetapimenggertakmerupakanserangan yang bersifatfisik.
Dalamkeduahaltersebutsipenyerangmemperolehkeputusandenganmenyaksika
nketidakenakan korban dan usahanyauntukmembalasdendam.
e. Perilaku yang
sokkuasa.Perilakusokkuasaadalahkecenderunganuntukmendominasi orang
lain ataumenjadi “majikan”. Jika
diarahkansecaeratepathalinidapatmenjadisifatkepemimpinan,
tetapiumumnyatidakdemikian, dan
biasanyahalinimengakibatkantimbulnyapenolakandarikelompoksosial.
f. Egosentrisme.Hampirsemuaanakkeilbersifategosentrikdalamartibahwamereka
cenderungberfikir dan berbicaratentangdirimerekasendiri.
Apakahkecenderunganiniakanhilang, menetap, atauakanberkembang,
semakinkuat, sebagianbergantung pada
kesadarananakbahwahalitumembuatmerekatidakpopuler dan
sebagianlagibergantung pada
kuatlemahnyakeinginanmerekauntukmenjadipopuler.
g. Prasangka.Landasanprasangkaterbentuk pada masa kanak-
kanakawalyaitutakkalaanakmenyadaribahwasebagian orang
berbedadarimerekadalamhalpenampilan dan perilaku. Bahwaperbedaanini oleh
kelompoksosialdianggapsebagaitandakerendahan.
Bagianakkeciltidaklahumummengekspresikanprasangkadengansikapmembeda
kan orang-orang yanggmerekakenal.
h. Antagonismejeniskelamin. ketika masa kanak-kanakberakhirbanyakanaklaki-
lakiditekan oleh keluargalaki-laki dan

28
temansebayauntukmenghindaripergaulandengananakperempuanataumemaink
an “permainananakperempuan”. Mereka juga
mengetahuibahwakelompokjsosialmemandanglaki-lakilebihtinggiderajatnyadari
pada perempuan. Walaupundemikian, pada umurinianaklaki-
lakitidakmelakukanperbedaanterhadapanakperempuan,
tetapimenghindarimereka dan menghindartiaktifitas yang
dianggapsebagaiaktifitasanakperempuan(Bandura, 1969 dalam Yanto 2017).

B. PohonMasalah

kemandirian

Simulasitumbang (18 bulan –


3 tahun) optimal

Pengetahuankeluarga yang efektif

29
C. Askep
1. Pengkajian
a. Bergaul dan mandiri :
 Mengenal dan mengakuiNamanya
 Seringmenggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
 Banyak bertanyatentanghal/benda yang asingbaginya (api, air, ketinggian,
warna dan bentukbenda)
 Mulaimelakukankegiatansendiri dan
tidakmaudiperintahmisalnyaminumsendiri, makansendiri, berpakaiansendiri.
 Bertindaksemaunyasendiri dan tidakmaudiperintah
 Mulaibergauldengan orang lain tanpadiperintah
 Mulaibermain dan berkomunikasidengananak lain diluarkeluarganya.
 Hanyasebentarmauberpisahdenganorangtua.
 Menunjukkan rasa suka dan tidaksuka.
 Mengikutikegiatankeagamaan yang dilakukankeluarga
 Mampu menyatakanakanbuar air besar dan buang air kecil
b. Motorikkasar
Berdiridengansatu kaki tanpaberpeganganselama paling sedikit 2 hitungan

c. Motorikhalus
Mampu membuatgarislurus

d. Berbicara, berbahasa dan kecerdasan


Mampu menyatakankeinginan paling sedikitdengan 2 kata.

2. Analisa Data
a. Data Subjektif :
 Klienmengenal dan mengakuinamanya
 Klienseringmengatakan : “jangan/tidak/nggak”
 Klienbanyakbertanyatentanghal/benda yang asingbaginya (api, air,
ketinggian, warna dan bentukbenda)
 Klienmampumenyatakanakanbuang air besar dan buang air kecil
b. Data Objektif :
 Klienmulaimelakukankegiatansendiri dan
tidakmaudiperintahmisalnyaminumsendiri, makansendiri, berpakaiansendiri.
 Klienmulaibergauldengan orang lain tanpadiperintah

30
 Klienmulaibermain dan berkomunikasidengananak lain diluarkeluarganya.
 Klienmauberpisahdenganorangtuahanyasebentar
 Klienmenunjukkan rasa suka dan tidaksuka.
 Klienmengikutikegiatankeagamaan yang dilakukankeluarga
 Kliensukamembantah dan tidakmenurutperintah

3. MasalahKeperawatan
Potensialmengembangkankemandirian

4. IntervensiKeperawatan
a. Tujuan :
Untukanak
1) Mengembangkan rasa kemandiriandalammelakukankegiatansehari – hari
2) Bekerjasama dan memperlihatkankelebihandiridiantara orang lain.

Tindakan keperawatanbagiusia toddler


TugasPerkembanga Tindakan keperawatan
n
Perkembangan a. Latihanak-anakmelakukankegiatansecaramandiri.
yang normal b. Pujikeberhasilan yang dicapaianak
kemandirian c. Tidakmenggunakan kata yang
memerintahtetapimemberikanalternatifuntukmemilih.
d. Hindarisuasana yang membuatnyabersikapnegatif
(memisahkandenganorangtuanya,
mengambilmainannya,
memerintahuntukmelakukansesuatu)

e. Tidakmenakut-nakutidengan kata-kata
maupunperbuatan.
f. Berikananmainansesuaiusianya (boneka, mobil-
mobilan, balon, bola, kertasgambar dan pensilwarna )
g. Saatanakmengamuk (temper tantrum)
pastikaniaamandaribahayacederakemudiantinggalkan,
awasidarijauh.
h. Beritahutindakan-tindakan yang boleh dan
tidakbolehdilakukan, yang baik dan yang

31
burukdengankalimatpositif.
Contoh :
 Mau tidakpermenNonikdiambil orang?
KalaubegituNonik juga
tidakbolehmengambilpermenTono.
 SupayacantikbilaakanpergiNonikharusmemakai
baju yang rapi.
i. Libatkananakdalamkegiaatan-kegiatankeagamaan

b. Tujuan
Untukkeluarga
1) Menjelaskanperilaku yang menggambarkanperkembanganpsikososial
2) Menjelaskancaramenstimulasiperkembangananaknya (kemandirian)
3) Mendemonstrasikan dan
melatihcaramemfasilitasiperkembangankemandiriananak
4) Merencanakantindakanuntukmenstimulasiperkembangankemandiriananakn
ya.

32
Tindakan keperawatanuntukkeluarga
TugasPerkemban Tindakan Keperawatan
gan
Perkembangan Informasikan pada keluargacara yang dapatdilakukanuntuk :
yang normal : a) Memfasilitasiperkembanganpsikososialanaknya.
Kemandirian  Berikanaktivitasbermain yang menggali rasa
ingintahuanaksepertibermaintanah, pasir, lilin,
membuatmainankertas, mencampurwarna,
menggunakana cat air,
melihatbarang/binatang/tanaman/orang yang
menarikperhatiannyadengantetapmenjagakeamanann
ya.
 Berikankebebasan pada anakuntukmelakukansesuatu
yang diinginkantetapitetapmemberibatasan.
Misalnyamembolehkananakmemanjatdengansyaratad
a yang mendampingi/mengawasiataumengajarkancara
agar tidakjatuh

b) Menstimulasi /latihanperkembangannya :
 Melatihanakmelompatkedepandengankedua kaki
diangkatbersamaan.
 Mengajakanakbermainmenumpuk dan menyusunbalok
/kubus/ kotakmenjadi “menara”, “jembatan” dan lain-
lain.
 Melatihanakmemilih dan
mengelompokkanbendamenurutjenisnya. (kancing,
kelereng, uanglogam dan lain-lain)
 Melatihanakmenghitungjumlahbenda
 Melatihanakmencocokangambardenganbendasesungg
uhnya, bicaralahtentangsifatnya, bentuk ,warna dan
sebagainya
 Melatihanakmenyebutnamanya
 Melatihanakmenyebutnamabenda dan
mengenalsifatnya
 Melatihmencucitangan/kaki dan
mengeringkannyasendiri.

33
 Memberikesempatankepadaanak, untukmemilih baju
yang akandipakai

34
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisipasien
Anak S, 2 tahunlaki-laki, merupakananaktunggaldaripasangan Bapak Rudy
( 23 tahun ) pekerjaanSatpam dan Ibu Siti (21 tahun) sebagaiiburumahtangga.
Berat badan Anak S 12 kg dan tinggi badan 100 cm. Dari hasilwawancara :ibu
Siti mengeluhperilaku Anak S yang tidakbisadiatur dan seringmembantah.

2. DiagnosaKeperawatan
Potensialmengembangkankemandirian

3. Tujuan( keluarga )
Kelargamengertitentangperkembanganpsikososial pada usiatoddler (usia 18
bulan – 3 tahun) yang normal dan
menyimpangsertacaramenstimulasiperkembangananak.

4. Tindakan keperawatan :
a. Menjelaskankarakteristikperilakuusia toddler normal :
 Mengenal dan mengakuinamanya
 Seringmenggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
 Banyak bertanyatentanghal/benda yang asingbaginya (api, air,
ketinggian, warna dan bentukbenda)
 Mulaimelakukankegiatansendiri dan
tidakmaudiperintahmisalnyaminumsendiri, makansendiri,
berpakaiansendiri.
 Bertindaksemaunyasendiri dan tidakmaudiperintah
 Mulaibergauldengan orang lain tanpadiperintah
 Mulaibermain dan berkomunikasidengananak lain diluarkeluarganya.
 Hanyasebentarmauberpisahdenganorangtua.
 Menunjukkan rasa suka dan tidaksuka.
 Mengikutikegiatankeagamaan yang dilakukankeluarga
 Mampu menyatakanakanbuang air besar dan buang air kecil
 Motorikkasar :Berdiridengansatu kaki tanpaberpeganganselama paling
sedikit 2 hitungan
 Motorikhalus : Mampu membuatgarislurus

35
 Berbicara, berbahasa dan kecerdasan : Mampu menyatakankeinginan
paling sedikitdengan 2 kata.

b. Menjelaskankepada orang tuacara-caramenstimulasiperkembangananakusia


toddler.
1) Informasikan pada keluargacara yang
dapatdilakukanuntukmemfasilitasiperkembanganpsikososialusia toddler.
 Berikanaktivitasbermain yang menggali rasa
ingintahuanaksepertibermaintanah, pasir, lilin, membuatmainankertas,
mencampurwarna,menggunakan cat air, melihatbarang / binatang /
tanaman / orang yang
menarikperhatiannyadengantetapmenjagakeamanannya.
 Berikankebebasan pada anakuntukmelakukansesuatu yang
diinginkantetapitetapmemberibatasan.
Misalnyamembolehkananakmemanjatdengansyaratada yang
mendampingi / mengawasiataumengajarkancara agar tidakjatuh.
 Sampaikanaturanumum yang dapatdimengerti oleh
anaksepertimasukrumahharusmemberisalam,
bilaakanpergiciumtangandulu, sebelum dan
sesudahmakancucitangan.
 Gunakan kata larangan yang bersifatpositifcontoh : main hujan-
hujananmenyebabkanpilek, bilarambut dan bajunyaberantakan S
menjaditidakngganteng.
 Berikanpilihanperilaku yang ingindilakukananaksepertimau mandi
ataumakandulu ?
 Latihanakmengerjakankegiatan yang dapatdilakukansendiri :pakai
baju, kaus kaki, makan.
 Melatihanakmelompatkedepandengankedua kaki diangkatbersamaan.
 Mengajakanakbermainmenumpuk dan menyusunbalok /kubus/
kotakmenjadi “menara”, “jembatan” dan lain-lain.
 Melatihanakmemilih dan mengelompokkanbendamenurutjenisnya.
(kancing, kelereng, uanglogam dan lain-lain)
 Melatihanakmenghitungjumlahbenda
 Melatihanakmencocokangambardenganbendasesungguhnya,
bicaralahtentangsifatnya, bentuk ,warna dan sebagainya.
 Melatihanakmenyebutnamanya

36
 Melatihanakmenyebutnamabenda dan mengenalsifatnya.
 Melatihmencucitangan/kaki dan mengeringkannyasendiri.
 Memberikesempatankepadaanak, untukmemilih baju yang
akandipakai
2) Diskusikandengankeluargacaraapa yang
akandigunakankeluargauntukmenstimulasiperkembanganpsikososialusia
toddler.
3) Latihkeluargamelakukanmetodetersebut dan
mendampingisaatkeluargamelakukanstimulasiperkembangananaknya.
4) Bersama keluargamenyusuntindakan yang
akandilakukandalammenstimulasiperkembangananaknya.

37
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

SP1 – keluarga :
Menjelaskanperkembanganpsikososialusia toddler yang normal dan menyimpang
dan caramenstimulasiperkembangananak.

Orientasi
Selamatpagi Bu, saya…. mahasiswakeperawatan – UB,
Bagaimanaperasaanibuhariini ? Nama ibusiapa ?Biasadipanggilapa..?O.. Bu Siti,
Bagaimanakondisikesehatansikecil Bu Siti ?Siapanamanya ?
O..SatrioBagaimanakalaukitaberbincang-bincangtentangperkembanganSatrio Bu
Siti, usianya 2 tahunyabu ?Berapa lama Bu Siti mauberbincang –
bincangdengansaya ?Bagaimanakalau 30 menit ?. Dimana kitaakanbicara ?
Diruanganinisaja ?Baiklah.., kitaakanberbincang-bincangkuranglebihselama 30
menit.

Kerja
Bu Siti, inibrosur / leaflet tentangperkembangananakusia 18 bulan – 3 tahun, Mari
kitalihatperkembangan yang normal dan menyimpang.,
sayaakanjelaskansatupersatu. Anak usia 1,5 – 3
tahunkemampuanutamanyaadalahmengaturkeinginannya,
tetapitahubatasannyasehinggaanaktidakmerasadirinyatidakdihargai,
artinyadiaakantahu mana yang bisa dan
bolehdilakukannyasertamerasapercayadiribahwadiamampumengaturkeinginannya.
Jadi kalauSatriotidakmaudiatur oleh kita, ituadalahhal yang wajar.
Tugaskitaadalahmembantumencapaikemampuanseperti yang tertulis di brosur /
leaflet ini.”
 Lakukanpermainan yang bersifatmenggali rasa
ingintahunyaselamakegiatantersebutamanbagianak, misalnya main pasir,
main lilin.
 Memberikankebebasan pada anakuntukmelakukanaktivitas yang
diinginkananakdengantetapmemberisedikitbatasan-batasan, misalnyadiijinkan
naik tanggatetapidijelaskan agar tidakjatuh dan dijaga.

 Melarangdengan kata-kata yang bersifatpositip( tangganyalicinnantikalau naik

38
Satriobisajatuh, masihingat..waktukemarinhujan-hujananSatriojadibatuk dan
pilek.
 Memberikanpilihanperilaku yang ingindilakukananak :pakai baju
beritahulangkah-langkahnya dan beripujiankalauberhasil.

“ ApakahSatriosudahsamakemampuannyaseperti yang tertulis di leaflet itu ? ”


Sebagian besarsudah ?Bagusitu, ibutinggalmembantusupayakemampuan lain
bisatercapai. Anak yang tidakbisamencapaikemampuanituakanmerasaselaluragu-
raguataumalusehinggadiaakanbergantungterus pada orang lain dan
nantisetelahbesarakanakanmerasaminder ”.

Terminasi
“ Nah Bu Siti, kitasudahdiskusitentangperkembangananakusia 18 bulan – 3 tahun
yang normal dan menyimpang, bagaimanaperasaanibusekarang?
Adakahmanfaatnya ? ” Syukurlahkalaubegitu, apakah Bu Siti
masihingatbagaimanacaramerawatSatriosupayaiaberkembanglebihbaiklagi ?
Betulsekali..bagus.., ibusudahmengingatdenganbaik.
Kalaubegituibudapatmencobabeberapacara yang belumibulakukanselamaini...dan
pada pertemuanberikutnyaceritakan pada saya.”
“ Bagaimanakalauminggudepansayakesinilagi ? Adakah yang inginibuketahuilagi?
kitabisadiskusikanminggudepan?
Kalaubegituminggudepankitaakanmempraktekkancara-cara yang
telahkitadiskusikankepadaanakibu..
Baiklah..,Saya permisidulu Bu..Selamatpagi.”

39
DAFTAR PUSTAKA

Ki fudyartanta. 2012. Psikologikeperibadianparadigmafilosofis, tipologis, psikodinamik dan


organismik-holistik. Yogyakarta :pustakapelajar.

Indiarti Mt. 2007. A to z the golden age merawat, membesarkan dan


mencerdaskanbayiandasejakdalam masa kandunganhinggausia 3 tahun. Edisi 1.
Yogyakarta : ANDI

Rahmad H Pardede. 2009. Ilmuperilakumanusiapengantarpsikologiuntuktenagakesehatan.


Jakarta : TIM

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
IndikatorDiagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). StandarLuaranKeperawatan Indonesia Definisi dan
IndikatorDiagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). StandarIntervensiKeperawatan Indonesia Definisi dan
IndikatorDiagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Yanto.M, Syarifah.. 2017. PenerapanTeoriSosialDalamMenumbuhkanAkhlakAnak Kelas I


Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Rejang Lebong. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar.V4 no. 2

Yusuf.A, Fitriyasari.R., &Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. SalembaMedika:
Jakarta

40
LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA

USIA 3-6 TAHUN (PRA SEKOLAH)

1. Konsep Dasar

A. Pengertian

Anak merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya dan harus
dipersiapkan dengan baik guna menyongsong masa depan bangsa yang cemerlang
karena anak adalah masa depan dan generasi penerus cita – cita suatu bangsa.
Poots dan Mandleco (2012) dalam Reknoningsih (2014) menerangkan bahwa untuk
meningkatkan kesehatan anak, diperlukan perhatian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak dimana pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan
proses yang berurutan di setiap tahapan usia yang dimulai dari fase pembentukan
sampai dengan kematian. Erikson (2000, dalam Keliat 2011) menjelaskan bahwa
perkembangan psikososial mempunyai delapan tahapan perkembangan yaitu bayi,
kanak-kanak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa dan lanjut
usia. Perkembangan sosial emosi yang tidak tercapai secara optimal dapat
menimbulkan masalah sosial emosi pada anak (Kruizinga et al., 2011)
Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta
biasanya sudah mulai mengikuti program presschool (Dewi, Oktiawati, Saputri,
2015).Anak usia prasekolah merupakan anak usia 3-6 tahun yang mempunyai
tanggung jawab besar dalam aktivitas mereka sehari-hari dan menunjukkan tingkat
yang lebih matang untuk dapat berinteraksi dengan orang lain(Kruizinga et al.,
2011). Hal ini senada dengan yang tercantum pada PMK no. 66 tahun 2014 tentang
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang
Anak, anak usia pra sekolah adalah usia 3- 6 tahun.
Awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana
ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya
kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah dasar. Anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam
buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya). Potensial mengembangkan rasa inisiatif adalah tahap
perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar

41
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru (yahya, 2011).
Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan kemampuan anak
dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan
pengetahuannya. Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena
anak mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di sekelilingnya. Anak
berinisiatif melakukan sesuatu dan memberi hasil. Anak merasa bersalah jika
tindakannya berdampak negatif. Sikap lingkungan yang suka melarang dan
menyalahkan, membuat anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan
mudah mengalami rasa bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif (Keliat
et.al, 2011).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan tahap perkembangan
pra sekolah merupakan tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana anak
pada masa ini ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan
tumbuhnya kemandirian, belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru serta berfantasi, berkhayal, kreatif
dan berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri.

B. Perkembangan Anak Usia Pra sekolah

Potter (2005) dalam Reknoningsih (2014)membagi perkembangan anak usia


pra sekolah menjadi tiga bagian yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif
dan perkembangan psikososial. Perkembangan fisik pada anak pra sekolah
berfokus pada bentuk dan fungsi organ tubuh yang meliputi denyut jantung dengan
rata-rata 90x/menit, rata-rata pernapasan 22-24x/menit, rata-rata tekanan darah
95/58mmHg, berat badan meningkat + 2,5 kg per tahun, panjang badan pada usia 4
tahun 2 kali panjang lahir, ukuran kepala anak 90% ukuran dewasa pada usia 6
tahun, anak dapat berlari dengan baik, berjalan naik dan turun tangga, melompat,
melempar dan menangkap bola.
Perkembangan kognitif anak pra sekolah berkembang sesuai dengan
pertambahan usianya. Sampai dengan usia 4 tahun, kognitif berkembang sebagai
pemikiran prakonseptual yang ditandai dengan kemampua anak menilai orang,
benda, dan kejadian di luar mereka atau apa terlihat oleh anak. Sekitar usia 4
tahun, pemikiran pra operasional anak berkembang menjadi kemampuan untuk
berpikir lebih kompleks dengan mengklasifikasikan benda-benda menurut ukuran
atau warna. Pada saat usia anak mendekati 5 tahun, mereka mulai memahami
penyebab dan alasan dari hal yang umum ke arah yang lebih khusus. Kosakata

42
anak pra sekolah juga terus meningkat cepat dimana pada usia 5 tahun, anak
sudah memiliki lebih dari 2000 kata yang dapat digunakan untuk menentukan nama
benda yang dikenal, mengidentifikasi warna, mengekspresikan keinginan dan
perasaan mereka. Kemampuan bahasa anak juga berkembang menjadi lebih
sosial. Selain itu juga dijelaskan bahwa perkembangan moral anak akan meningkat
dengan kemampuan mengidentifikasi perilaku yang dapat memberikan hadiah atau
malah hukuman dan mulai melabel perilaku tersebut sebagai sesuatu yang benar
atau salah.
Potts dan Mandleco (2012) dalam Reknoningsih (2014)membangi
perkembangan pra sekolah menjadi 5 yaitu perkembangan fisik, psikoseksual,
kognitif, psikososial dan moral sebagai berikut :
1) Perkembangan Fisik
Pada usia 3 tahun, pertumbuhan rata-rata berat badan 14,6 kg dengan tinggi
badan 95 cm, anak mampu mengontrol BAB dan BAK malam hari, mampu
berjalan, berlari, melompat dan mengangkat satu kaki dalam beberapa detik, anak
mampu menumpuk 9-10 kubus, mampu membuat coretan lingkaran namun belum
mampu membuat garis. Pada umur 4 tahun, pertumbuhan anak pra sekolah
ditandai dengan rata-rata berat badan 16,7 kg, tinggi badan 103 cm, mampu
berdiri dengan satu kaki, berjalan melingkar, jinjit, menangkap bola dengan 2
tangan, menggambar garis dengan 3 bagian dan memakai sepatu dengan model
sederhana. Pada usia 5 tahun pertumbuhan rata-rata berat badan anak 18,7 kg,
gigi sudah mulai keropos atau geripis, mampu melompat tinggi, belajar berenang,
menangkap dan melempar bola, mampu berlari dengan mengkoordinasikan
lengan dan tangan, menggunakan pensil secara baik, menggunting dan
menggambar orang dengan 6 bagian tubuh.

2) Perkembangan Psikoseksual
Pada usia 3 tahun, anak mampu mengenal jenis kelamin sendiri dan orang
lain dan mulai meniru peran dan sikap di lingkungan sekitarnya. Pada usia 4
tahun, perkembangan seksual semakin matang ditandai dengan kemampuan
mengenal dan menjelaskan perbedaan jenis kelamin, serta bermain peran sesuai
dengan jenis kelaminnya. Pada usia 5 tahun, anak mulai belajar memahami peran
dari setiap jenis kelamin dan dapat menerima penjelasan tentang adanya
kemungkinan kekerasan seksual pada anak.

3) Perkembangan Kognitif

43
Karakteristik perkembangan kognitif anak pra sekolah adalah berkembangnya
pemikiran pra operasional yang ditandai dengan pemikiran yang berpusat pada
diri sendiri (egosentris), berpikir nyata, memahami alasan dan berkhayal. Pada
usia 3 tahun, anak mulai belajar melihat dan meniru sesuatu di sekitarnya,
memahami konsep waktu, banyak bertanya tentang lingkungan, takut pada
sesuatu yang spesifik, berimajinasi dan belajar mengenal warna dan angka. Pada
usia 4 tahun, egosentris anak mulai berkurang, perhatian terhadap lingkungan
berkembang, beranalogi dengan sifat yang berlawanan semisal panas dan dingin,
lebih memahami konsep waktu dan konsep ukuran atau bentuk seperti panjang,
pendek dan berat. Pada usia 5 tahun, anak mulai belajar memahami peran dalam
lingkungannya, mengelompokkan benda sesuai dengan persamaannya.
Perkembangan bahasa pada usia 3 tahun ditandai dengan anak mengerti nama,
umur, membuat kalimat dari 3-4 kata, banyak bertanya, dan mempunyai kosakata
+ 900 kata. Sedangkan di usia 4 tahun, perkembangan bahasa terlihat dari
kemampuan membuat kalimat panjang yang terdiri 4-5 kata, mengerti minimal 1
warna dan mempunyai 1500 kosakata. Pada usia 5 tahun, perkembangan bahasa
semakin meningkat dengan 2100 kosakata, mengenal minimal 4 warna, mengenal
nama hari dalam seminggu, nama bulan dan dapat mengikuti 3 perintah
sekaligus.

4) Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson (dalam Pott dan Mandleco, 2012), karakteristik
perkembangan psikososial anak pra sekolah adalah rasa inisiatif vs rasa bersalah,
dimana anak sangat energik dalam bermain dan merasa puas dengan
aktivitasnya. Anak mulai belajar bermain dengan meniru sikap orang dewasa,
bermain bersama teman, berbagi mainan dan bermain dengan aturan sederhana.
Pada usia 3 tahun, anak senang melewatkan waktu bersama orang tua, cemburu
atau sibling terhadap adiknya, mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang
sederhana, mempunyai cara penyelesaian masalah yang cenderung regression,
denial, projection, displacement, attack, ratinalization dan sublimation. Pada usia 4
tahun, rasa sibling semakin terlihat dengan munculnya rasa bersaing dengan
saudara, dan dapat berkembang menjadi perasaan frustasi terhadap orang tua
dan saudara, namun demikian anak mulai mandiri dalam berpakaian dan makan,
mudah bercerita terhadap orang lain, dan mulai mengungkapkan rasa takut
terhadap hewan, kondisi gelap dan rasa sakit. Pada usia 5 tahun, anak merasa
nyaman bersama orang tua, senang beraktivitas dengan keluarga, belajar

44
menjalankan aturan, belajar bertanggungjawab, dan mampu mengungkapkan
secara verbal tentang perasaannya.

5) Perkembangan Moral
Anak usia pra sekolah mulai belajar meminta maaf, mengucapkan terima
kasih dan mulai perhatian terhadap orang lain. Spiritual anak pun mulai
berkembang dengan meniru kegiatan agama, sikap orang tua, dan belajar
memahami konsep Tuhan dalam bahasa anak.
Keliat, et al (2011) menjelaskan perkembangan inisiatif anak pra sekolah
antara lain mengkhayal, kreatif, berinisiatif bermain dengan alat-alat di rumah,
belajar ketrampilan fisik baru, bermain bersama anak seusia, mudah berpisah
dengan orang tua, mengetahui salah dan benar, mengikuti aturan, mengenal
minimal 4 warna, merangkai kata menjadi kalimat, melakukan pekerjaan rumah
yang sederhana dan mengenal jenis kelamin.

C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Potter (2005) dalam Reknoningsih (2014)menjelaskan faktor utama yang


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari kekuatan alami dan
juga kekuatan eksternal. Kekuatan alami terdiri dari faktor hereditas atau genetik
yang menetapkan pembawaaan jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh, dan keunikan psikologis lain. Kekuatan alami lain
yang juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sisi
temperamen atau alam perasaan psikologis anak antara lain tipe perilaku atau
sikap yang mudah, sikap yang lambat, hangat dan perilaku yang sukar diatur.
Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terdiri dari faktor keluarga, kelompok teman sebaya,
pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi,
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, olah raga, status kesehatan dan lingkungan
tempat tinggal.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal


dan merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Menurut Andriana (2011) dalam Desiningrum (2012)
secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu :

45
a) Faktor Internal
1) Ras atau etnik atau Bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, tidak memiliki faktor
herediter ras atau bangsa Indonesia, begitu pula sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada anak laki-laki. Akan tetapi setalah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat bila dibandingkan dengan
anak perempuan.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak, misalnya yaitu kekerdilan.

b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak antaranya :

1) Faktor Prenatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi perkembangan janin.
b. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis Fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan darah ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap
sel darah merah janin,kemudian melalui plasenta masukkedalam
perdaran darah janin dan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kernikterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak
c. Psikologi ibu

46
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan
mental pada ibu hamil dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan.

2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak, karena kurangnya asupan oksigen dalam
otak. Sehingga tumbuh kembang anak dapat terhambat.
3) Faktor Pasca Persalinan
Pasca persalinan juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu:
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang anak, diperlukan zat makanan yang adekuat,
agar anak menjadi lebih sehat dan dapat berkembang sesuai dengan
usianya.
b. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diinginkan oleh orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
pekembangannya.
c. Sosial Ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, hal tersebut
dapat menghambat pertumbuhan anak.
d. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi antar ibu dan anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena orangtua adalah orang
terdekat anak, sehingga sangat diperlukan adannya hubungan yang
baik antara orangtua dengan anak.
e. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya
dalam keluarga misalnya yaitu penyediaan mainan, sosialisasi anak,
serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak

D. Proses Terjadinya

47
Inisiatif adalah kelanjutan autonomi. Parameternya adalah kualitas usaha,
perencanaan, dan kegiatan dengan tujuan motorik melakukan sesuatu. Melalui
cara ini, anak belajar menguasai dunia di sekitarnya, mempelajari keterampilan
dasar dan hukum alam. Contohnya: benda jatuh ke bawah, bola dan roda
menggelinding, aritmatika sederhana seperti tambah dan kurang, bertanya dan
menjawab pertanyan dengan baik dan lain-lain. Setelah penguasaan pada hal-hal
ini mulai berkembang, anak mulai beraktivitas dengan tujuan nyata. Contohnya:
anak berusia 3 tahun mulai menyusun pasir di pantai untuk membuat rumah.
Suatu emosi baru yaitu rasa bersalah (guilt) mulai timbul dan dapat
membingungkan anak bila upayanya gagal. Pengertian guilt tersebut sangat
berbeda dengan konsep rasa bersalah pada orang dewasa, yang selain bersifat
emosional juga bernuansa kognitif, sedangkan pada tingkat perkembangan ini,
pemahaman guilt lebih mendekati pemahaman emosi “kecewa” pada orang
dewasa. Karena itu, bila ia menyusun pasir terlalu tinggi sehingga “rumah”
tersebut runtuh, ia merasa bersalah dan marah atau menangis. Karena itu, kita
tidak boleh mengatakan kepada si anak, itulah, karena tidak mau mendengar
perkataan orang tua, rumahnya runtuh.” Rasa bersalah yang sangat kuat akan
timbul pada anak. Ia merasa bahwa dirinya anak nakal karena rumah tersebut
runtuh. Ia tidak berani lagi berinisiatif menyusun pasir tinggi-tinggi untuk membuat
rumah yang tinggi. Ia terhambat dalam mengembangkan jeberanian dan
kemandirian. Ia bergantung pada ide orang lain. Ia tidak mengembangkan
kompetensi menjadi orang berprestasi, konseptor, atau pemimpin dan tidak
bercita-cita tinggi (Nurdin, 2011).
Pada tahap perkembangan ini, kompetensi penilaian (judgement) mulai
berkembang melalui krisis initiative versus guilt. Berdasarkan penilaian awal
tersebut, anak mulai mengembangkan perilaku kepemimpinan, konseptor, dan
pencapaian tujuan (goal oriented behaviour). Namun, perilaku tersebut harus kita
kendalikan agar tidak menjadi risk taking behavior. Contohnya: nekad
menyeberang jalan raya, memanjat di tempat berbahaya, bermain api, dan
sebagainya. Anak tetap harus merasakan rasa bersalah bila ia melakukan
aktivitas yang tidak dapat ditoleransi. Karena itu, keseimbangan antara inisiatif
dan rasa bersalah sangat penting pada tahap perkembangan ini (Nurdin, 2011).

E. Faktor Predisposisi

1) Biologis
 Imunisasi lengkap

48
 Tidak ada riwayat sakit fisik/cacat
 Tidak ada riwayat trauma kepala
 Tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa

2) Psikologis
 Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi, emosi,
moral, spiritual, psikososial, fisik (motorik kasar dan halus)
 Kemampuan toilet training (pada usia 1-3 tahun)
3) Sosiokultural
 Dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbang di usia 1-3 tahun
 Anak yang diinginkan
 Tidak ada labeling diri negative dari keluarga
 Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi
 Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana
 Keluarga menstimulasi tumbuhnya inisiatif anak
 Belajar konsep benar-salah, baik-buruk
 Dilibatkan dalam kegiatan ibadah

F. Faktor Presipitasi

1) Biologis
 Pertumbuhan fisik sesuai usia
 tidak ada keluhan fisik saat ini
 status nutrisi baik
 tidak ada gangguan tidur
 belajar keterampilan fisik baru.
2) Psikologis
 diberi kesempatan bertanya
 diberi kesempatan bercerita tentang pengalamannya
 diberi kesempatn bermain dengan teman sebayanya
 diberi kesempatan berlatih mewarnai, membaca, menulis
3) Sosiokultural
 mendapatkan kesempatan berteman, berinteraksi dengan orang lain
 mudah adaptasi dengan lingkungan baru
 mengenal jenis kelamin

49
 mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan rumah tangga sederhana
 diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga
 mendapat kesempatan mengenal hal baru
 mendapat feedback dari lingkungan sekitar

G. Penilaian stressor

1) Kognitif
Mampu menunjukkan inisiatif, banyak bertanya, kritis terhadap informasi, mampu
menilai konsep benar-salah, sebab-akibat, mampu berbicara dengan kalimat
panjang, mengenal warna (minimal 4 warna)
2) Afektif
Amarah, takut, iri hati, sedih, cemburu, kasih sayang, gembira, ingin tahu.
3) Fisiologis
Tidak nafsu makan, perubahan kebiasaan tidur, kebiasaan latihan/aktifitas harian
anak, toileting : mengompol.
4) Perilaku
Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat dan
keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitasnya
sehingga terkesan malas dan tidak mempunyai inisiatif
5) Respon sosial
Tidak mau bermain, tidak mau keluar rumah, menarik diri.

H. Sumber Koping

1) Personal Ability
Kemampuan anak mengetahui identitas dirinya, menunjukkan minat pada hal
yang disenangi, mudah berpisah dengan orang tua
2) Social Support
Kemampuan orang tua dalam mengetahui perkembangan anak usia
prasekolah, penyimpangan tugas perkembangan, cara menstimulasi, mencari
informasi yankes
3) Material Asset
Asuransi kesehatan: jamkesmas, dll; penghasilah keluarga: mencukupi
kebutuhan keluarga, keluarga memiliki tabungan dan asset pribadi, punya akses
ke yankes
4) Positif Belief

50
Orang tua percaya dengan yankes, persepsi yang baik terhadap nakes, selalu
menggunakan yankes, keyakinan agama yang berhubungan dengan kesehatan,
keyakinan budaya keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

I. Mekanisme koping

1) Konstruktif
Mudah berpisah dengan orangtua, menghayal dan kreatif, bermain dengan
menggunakan alat-alat yang ada di rumah, belajar keterampilan fisik baru,
melakukan prilaku yang benar misal: mengikuti disiplin orangtua,
mengidentifikasi jenis kelamin, mengenal warna (minimal 4 warna), berbicara
dalam kalimat panjang
2) Destruktif
Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat dan
keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitas
sehingga terkesan malas dan tidak punya inisiatif

2. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1) Identitas
Nama anak ,usia dan jenis Kelamin, nama dan pekerjaan orang tua/wali.
2) Keluhan
Keluhan utama saat pengkajian, keluhan yang paling sering muncul / dominan
dirasakan oleh anak maupun keluhan yang disampaikan orang tua tentang
kesehatan fisik maupun perilaku anaknya.
3) Status pertumbuhan dan perkembangan saat ini
Aspek yang dikaji berupa perkembangan fisik, psikoseksual, kognitif dan moral
sesuai tahapan usia anak pra sekolah.
4) Faktor predisposisi, terdiri dari :
a. Biologis :
Imunisasi lengkap
Tidak ada riwayat sakit fisik/cacat
Tidak ada riwayat trauma kepala
Tidak ada riwayat genetic gangguan jiwa

51
b. Psikologis
Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi,
emosi, moral, spiritual, psikososial, fisik (motorik kasar dan halus)
Kemampuan toilet training (pada usia 1-3 tahun)

c. Sosiokultural
Dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbang di usia 1-3 tahun
Anak yang diinginkan
Tidak ada labeling diri negative dari keluarga
Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi
Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana
Keluarga menstimulasi tumbuhnya inisiatif anak
Belajar konsep benar-salah, baik-buruk
Dilibatkan dalam kegiatan ibadah
5) Faktor presipitasi
a. Biologis
Pertumbuhan fisik sesuai usia
tidak ada keluhan fisik saat ini
status nutrisi baik
tidak ada gangguan tidur
belajar keterampilan fisik baru.
b. Psikologis
diberi kesempatan bertanya
diberi kesempatan bercerita tentang pengalamannya
diberi kesempatn bermain dengan teman sebayanya
diberi kesempatan berlatih mewarnai, membaca, menulis
c. Sosiokultural
mendapatkan kesempatan berteman, berinteraksi dengan orang lain
mudah adaptasi dengan lingkungan baru
mengenal jenis kelamin
mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan rumah tangga
sederhana
diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga
mendapat kesempatan mengenal hal baru
mendapat feedback dari lingkungan sekitar
6) Penilaian terhadap stressor

52
Respon anak dalam menghadapi stressor baik respon kognitif, afektif, fisiologis
dan sosial

7) Sumber koping
Kemampuan yang dimiliki oleh anak dan orang tua untuk menghadapi
masalah/stressor, sumber daya lingkungan, dan asset material yang bisa
digunakan untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental anak.
8) Mekanisme koping
a. Konstruktif
Mudah berpisah dengan orangtua, menghayal dan kreatif, bermain dengan
menggunakan alat-alat yang ada di rumah, belajar keterampilan fisik baru,
melakukan prilaku yang benar misal: mengikuti disiplin orangtua,
mengidentifikasi jenis kelamin, mengenal warna (minimal 4 warna), berbicara
dalam kalimat panjang
b. Destruktif
Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat dan
keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitas
sehingga terkesan malas dan tidak punya inisiatif

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat
dapat merumuskan diagnosa keperawatan adalah :
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Pra Sekolah

C. Intervensi Keperawatan

1) Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, anak mampu:
 Berinisiatif untuk bermain pada alat – alat rumah tangga
 Menciptakan kreatifitas dan senang berhayal
 Memahami perbedaan benar dan salah
 Mengenal beberapa warna
 Merangkai kata dan kalimat
 Mengenal jenis kelamin
b. Psikomotor, anak mampu:

53
 Mempertahankan kesehatan fisik
 Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
 Membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana
 Melakukan permainan yang diajarkan
 Mencoba hal baru dan pantang menyerah
c. Afektif, klien:
 Senang bermain dengan teman sebaya
 Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar
2) Tindakan
Tindakan pada anak :
a) Latih anak kebersihan diri
b) Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik: bermain dengan
melibatkan aktifitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri
kesempatan sukses
c) Latih anak mengembangkan keterampilan bahasa: ajak anak
nerkomunikasi dengan sopan santun, beri contoh yang benar
d) Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial: motivasi anak untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
e) Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: ajari anak
mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perbedaan
jenis kelamin
f) Bantu anak mengembangkan kecerdasan: bantu anak menggali
kreatifitasnya, bimbing anak mengembangkan keterampilan baru, latih
anak mengenal huruf, angka, warna dan benda, serta latih anak membaca,
menggambar dan berhitung.
g) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama
dan budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak
h) Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah
i) Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan,
rencana/gagasan/ide
j) Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain – lain.
Tindakan pada keluarga
a) Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak pra – sekolah
b) Latih cara memfasilitasi inisiatif anak pra – sekolah, hindarkan
menyalahkan tetapi lebih kepada membimbing
c) Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif

54
d) Ajarkan cara mendorong inisiatif: bertanya ide/gagasan/keinginan anak:
fasilitasi dan dampingi serta beri pujian
e) Menyepakati waktu penggunaan smartpone dan media sosial
f) Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan
kesehatan

55
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Kongnitif, anak mampu : 1. Latih anak kebersihan diri yang belum  Moral yang merupakan salah satu
1 Kesiapan  Berinisiatif untuk bermain pada rutin dilakukan melalui kemampuan yang harus
Peningkatan alat-alat rumah tangga Metode Pembiasaan: dikembangkan dalam potensi anak
Perkembangan  Menciptakan kreatifitas dan  sikat gigi sesudah makan dan sebelum adalah ajaran baik buruknya
Usia Pra Sekolah senang berkhayal tidur, perbuatan dan kelakuan. Dengan
 Memahami perbedaan benar  BAK sebelum tidur demikian moral merupakan kendali
dan salah 2. Bantu anak mengembangkan dalam bertingkah laku. Untuk
 Mengenal beberapa warna kemampuan motorik kasar dan halus : meningkatkan perilaku moral anak
 Merangkai kata dan kalimat  Menggambar, tersebut dengan penggunan
 Mengenal jenis kelamin  Puzzle metode pembiasaan.
2. Afektif anak mampu :  Origami Penelitian yang dilakukan oleh
 Senang bermain dengan  memberikan jenis mainan konstruksi Rusmayanti & Christiana (2013)
transformasi (mis. Sepeda lipat, skuter dilakukan untuk mengetahui
teman sebayannya
rangkai) penggunaan metode pembiasaan
 Mampu mengekspresikan rasa
3. Latih anak mengembangkan dalam meningkatkan perilaku
senang, sedih, marah secara
keterampilan bahasa : moral anak kelompok B1 di TK
wajar
Bina Anak Sholeh Tuban.
3. Psikomotor anak mampu :  Biasakan meminta anak bercerita
Dari hasil penelitian menunjukkan
 Melakukan kegiatan fisik pengalaman bermain bersama teman-
bahwa perilaku moral anak di TK
sesuai usianya temannya
Bina Anak Sholeh Tuban secara
 Membantu pekerjaan rumah  Bacakan cerita pendek sebelum tidur
umum baik. Semua aspek
tangga yang sederhana 4. Latih anak mengembangkan
menunjukkan bahwa perolehan
 Melakukan permainan yang keterampilan psikososial:
skor diatas 51 %, artinya perilaku
diajarkan  Biasakan anak untuk membantu
moral anak baik, anak mampu
 Mencoba hal baru dan pekerjaan rumah yang sederhana
melakukannya dengan baik.
pantang menyerah (mis. merapikan buku, membuang
sampah)
 Ajarkan anak berbagi
permainan/makanan dengan teman

56
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
5. Latih anak memahami identitas dan
peran sesuai dengan jenis kelamin:  Kemampuan bahasa adalah salah
 Ajarkan cara berdandan/berhias laki- satu indikator perkembangan
laki anak. Bahasa tersebut terkait
dengan proses berpikir sebagai
 Berikan jenis permainan untuk anak
media untuk mengkomunikasikan
laki-laki pemikiran tersebut.
6. Bantu anak mengembangkan kecerdasan Memainkan kartu klip-klop dapat
 Fasilitasi keinginan belajar sesuai meningkatkan perkembangan
minatnya bahasa. Penelitian yang dilakukan
 Berikan tontonan yang bersifat oleh Fitra, RDM (2012) bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh
edukatif
permainan kartu klip-klop untuk
 Berikan pujian atas capaian belajarnya meningkatkan perkembangan
7. Bantu anak mengenal dan memahami bahasa pada anak-anak
nilai moral prasekolah (4-5 tahun).
 Ciptakan lingkungan keluarga yang Hasil penelitain menyebutkan
mendukung perkembangan moral bahwa bermain kartu klip-klop
secara efektif meningkatkan
anak (mis. minimalkan konflik,
perkembangan bahasa anak-anak
komunikasi antar anggota keluarga prasekolah (4-5 tahun). Itu karena
baik) permainan ini dapat membantu
 Biasakan anak untuk meminta maaf anak-anak untuk meningkatkan
jika melakukan kesalahan imajinasi, kemampuan,
 Ajarkan nilai baik buruk dengan cara pengalaman, intuisi, perasaan, dan
fantasi mereka. Karena itu,
sederhana (menonton film anak islami)
disarankan kepada orang tua,
8. Beri pujian pada pencapaian anak sekolah, dan guru untuk
terhadap tugas rumah, tugas sekolah, menggunakan game ini untuk
dan perilaku positif lainnya meningkatkan kemampuan bahasa
9. Latih disiplin dalam hal kebersihan diri, anak-anak.
bermain, istirahat dan tidur, pola makan

57
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
dan kegiatan belajar.

58
D. Implementasi Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA PRASEKOLAH
(3-6 TAHUN)

SP-1

A. Proses Keperawatan
1. KondisiKlien
Klien An. B usia 5 tahun saat ini menempuh pendidikan di pendidikan anak usia
dini (PAUD) kelas A. Keluhan fisik tidak ada.

2. DiagnosaKeperawatan
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

B. StrategiKomunikasi PelaksanaanTindakanKeperawatan
SP 1 Keluarga: Menjelaskan perkembangan psikososial anak prasekolah

1. FaseOrientasi
a. Salam Terapeutik:
“ Assalamu’alaikum, Selamat sore Ibu. Perkenalkan saya Jaya, Mahasiswa
Praktik Profesi Keperawatan Brawijaya. Nama Ibu siapa?”
b. EvaluasiValidasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
c. Kontrak
 Topik :
“Baiklah bu, hari ini kita akan berbincang-bincang tentangcaramerawat anak Ibu
yang saat ini berusia 3-6 tahun”
 Waktu :
“ Kita akan berbincang-bincang kurang lebih 30 menit ”
 Tempat:

“ Dimana ibu ingin kita berbincang-bincang? Bagaimana bila di ruang


konseling?”
 Tujuan :
“Tujuan kita berbincang- bincang hari ini yaitu agar ibu mengetahui
perkembangan perilaku anak yang normal dan menyimpang”

59
2. FaseKerja
 “ Ibu, untuk memudahkan kita dalam berdiskusi terkait perkembangan perilaku
anak, saya menggunak booklet ini yang berisi paduan tentang perkembangan anak
di usia prasekolah. Mari kita pelajari bersama mengenai ciri perkembangan anak
prasekolah yang normal seperti apa dan yang menyimang,dampaknya dan
bagaimana cara menstimulasi perkembangan anak”
 “Baiklah bu, saya akan jelaskan satu per satu. Kemampuan utama anak di usia 3-6
tahun secara normal adalah berinisiatif menggunakan situasi di rumah untuk
bermain (menyusun buku, meletakkan mainan berurutan, menata mainan)
mengerjakan pekerjaan sederhana:lipatan-lipat pakaian, meletakkan sepatu pada
tempatnya, senang bermain dengan teman sebaya, cerita berkhayal, mudah pisah
dengan orangtua, banyak bertanya danmengkuti ritual keagamaan yang dilakukan
keluarga”
 “Apakah An. B sudah sama kemapuannya sepeti yang kita pelajari ini Bu?”
 “Sebagian besar sudah? Hebat”.
 “Untuk itu Ibu tinggal menstimulasinya supaya kemampuan lain dapat tercapai.
Stimulus pada anak sangat penting, untuk meningkatkan percaya diri anak dan
menjauhkan rasa malu, pesimis, tidak memiliki cita-cita, takut salah melakukan
sesuatu dan malas melakukan kegiatan serta tidak mempunyai inisiatif”.
 “Ditakutkan, anak dengan perkembangan yang menyimpang seperti itu pada saat
dewasa akan mengalami rendah diri dan tidak dapat bergaul”
.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tadi?” Lega kah?”
Evaluasi Objektif :
“Sekarang cobaIbu sebutkan lagi apa saja perkembangan normal pada anak
usia 3-6 tahun, perkembangan yang menyimpang dan
dampakpenyimpangannya?”
b. Rencana tindaklanjut
Selanjutnya besok saya akan kembali mengunjungi Ibu dan An. B
untukmenjelaskan cara mengembangkan keterampilan motorik anak.”
c. Kontrak yang akandatang
Topik :
 “Baik bu, untuk pertemuan besok kita akan membahascara

60
mengembangkan keterampilan motorik anak”
Waktu :
 “ Jam berapa besok ibu berkenan?”
Tempat :
 “Untuk tempat bagaimana kalau disini saja di ruang konseling?”

61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

SP-2

1. Proses Keperawatan
1. KondisiKlien
Klien an. B usia % tahun saat ini menempuh pendidikan di pendidikan anak usia
dini ( PAUD) Kelas B. Tidak ada keluhan fisik
2. Diagnosa keperawatan
Kesiapan perkembangan anak usia pra sekolah
B. StrategiKomunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 2 keluarga :
Mendemonstrasikan dan melatih keluarga untukmenstimulasiperkembangan motorik anak
1. FaseOrientasi
a. Salam Terapeutik:
“ Selamat pagi Bu ? bagaimana kabarnya hari ini, wah An.B semakin ceria
ya? ”
b. EvaluasiValidasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini, apakah sehat?
c. Kontrak
Topik :
 “Baiklah bu, hari ini kita akan berbincang-bincang tentangcara
merawat anakIbu yang berusia 3-6 tahun”
Waktu :
 “Kita akan berbincang-bincang kurang lebih 30 menit ”
Tempat :
 “Di ruang Konseling ini ya bu”
Tujuan :
 “Tujuan kita berbincang- bincang hari ini yaitu cara menstimulasi
perkembangan motorik anak“

2. FaseKerja
“Baiklah Bu, saya akan mengajarkan Ibu tentang bagaimana menstimulasi
perkembangan anak di usia 3-6 tahun. Kali ini kita akan stimulasi perkembangan
motorik kasarnya ya bu yaitu dengan bermain menyusun puzzle. Nah untuk itu

62
saya akan langsung melakukannya pada An.B.
“Selamat pagi An. B, Sedang apa ini, An. B suka bermain? Suka main apa?
Ayo main sama kakak, kakak punya mainan puzzle yang bagus”
“Nah, untuk bermain menyusun puzzle. Nanti, puzzle nya disusun agar
sesuai dengan gambarnya ya? Mengerti? Bagus sekali. Nah, ayo sekarang coba
kita susun bareng-bareng.
“Waah pintar. Baiklah, An. B, Kakak akan berbicara lagi dengan dan Ibu,
An. B terus bermain ya.?”
“Tadi Ibu sudah melihat bagaimana cara menstimulasi inisiatif anak.
Sekarang Ibu coba melakukannya. Bagus sekali Bu. Jadi, kalau An. B mau
melakukan sesuatu, jangan langsung dilarang, bahkan dapat disuruh melakukan
sesuatu. Pertahankan cara Ibu mengasuh An. B, semoga perkembangannya akan
bagus. Agar perkembangan An. B lebih baik lagi, mari kita rencanakan kegiatan
kita selanjutnya”
“Apakah masih ada yang ingin Ibu tanyakan ?”

4) Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaanIbu setelah kita latihan tadi ?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan lagi cara menstimulasi perkembangan
motorik yang telah saya sampaikan tadi ?”
b. Rencana tindaklanjut
Selanjutnya besok saya akan kembali mengunjungi Ibu dan An. B lagi
untukmenjelaskan perkembangan moral anak usia 2-6 tahun dan cara
mestimulasinya.
c. Kontrak yang akandatang
Topik :
 “Baik bu, untuk pertemuan besok kita akan
membahasperkembanganmoral anak usia 3-6 tahun dan cara
menstimulasinya”
Waktu :
 “Jam berapa besok ibu ada waktu?”
Tempat :
 “Untuk tempat bagaimana kalau di ruang bermain anak bu?”
 Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu danterimakasih.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, N.L, Astuti, D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Penerbit : Badan Penerbit Universitas Muria Kudus. ISBN: 9 789021 180761.

Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan
Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar Lampung. FIK UI :
Jakarta

Depkes.(2006). Pedoman Pelaksanaan Simualsi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: Depkes RI

Desiningrum DR. (2012). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak. Semarang : UPT UNDIP
Press Semarang

Dewi, R.C., Oktiawati, A., & Saputri, L.D. (2015). Teori dan Konsep Tumbuh Kembang : Bayi,
Toddler, Anak, dan Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika

Fitra, RDM. 2012. INOVASI PERMAINAN KARTU KLIP-KLOP TERHADAP


PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH (4-5
TAHUN) DI RA MUSLIMAT NU VII KABUPATEN PAMEKASAN. Universitas
Airlangga Surabaya : Psychiatry Nursing Journal

Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Kruizinga, I., Jansen, W., Carter, A. S., & Raat, H. (2011). Evaluation of an early detection
tool for social-emotional and behavioral problems in toddlers: the brief infant toddler
social and emotional Assessment-A cluster randomized trial. BMC Public Health,
11(1), 1-6.

Muhmila M., Hardisana., dan Indria Dini. 2010. Psikologi Umum dan Anak: AKBID YPSDMI
GARUT;

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,


Perkembangan, dan gangguan tumbuh Kembang Anak.

Potts & Mandleco. 2012. Pediatric Nursing; Caring for Children and Their Families. 3rd ed.
Clifton Park. New York

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI.

Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta.

64
Erlangga; Jahja Yurdik. 2011.

Rusmayati R. 2013. PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENINGKATKAN


PERILAKU MORAL ANAK KELOMPOK B DI TK BINA ANAK SHOLEH TUBAN. Jurnal BK
UNESA. Volume 04 Nomor 01 Tahun 2013, 329 - 337

Reknoningsih. 2014. Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik Pra Sekolah Terhadap


Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah dengan Pendekatan Model
Konseptual Hildegard Peplau. Karya Ilmiah Akhir .FIK UI.

65
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA
ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

1. Pengertian
Anak usia sekolah adalah seseorang yang berada pada rentang usia 6-12 tahun
(Erikson dalam Wong, 2011) dan telah memenuhi syarat untuk menempuh pendidikan
di sekolah karena mulai berkembangnya intelektual pada anak. Fase ini disebut juga
fase industri karena pada masa ini mulai terjadi banyak perubahan pada anak dimulai
dari perubahan fisik, emosi, kognitif dan psikososial (Yusuf, 2010). Perkembangan
kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri.
Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan
atau kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah
diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (Keliat et.al, 2015). Dalam istilah freudian periode perkembangan
psikososial ini digambarkan sebagai periode laten. Tenaga anak disalurkan ke dalam
pembelajaran keterampilan tertentu, bermain aktif, dan memperoleh pengetahuan.
Aturan-aturan dipelajari dan anak menginginkan dan mengembangkan keberhasilan.
Banyak pembelajaran terjadi melalui guru dan teman sebaya daripada terutama melalui
keluarga (stolte, 2004). Plaget (1975) menguraikan tahap ini sebagai masa operasional
konkret. Proses berpikir meningkat menjadi kompleks dan logis. Anak ini dapat memilah
dan mengelola fakta-fakta. Pemecahan masalah tetap konkret dan merefleksikan
pengalaman anak itu sendiri. Akan tetapi, pikiran menjadi kurang berpusat pada diri
sendiri dan anak ini dapat mempertimbangkan pandangan orang lain (stolte, 2004).
Karakteristik penting pada tahap perkembangan ini adalah berkembangnya
kemampuan kognitif/intelektual, keterampilan sosial, pemahaman yang baik tentang
menyelesaikan tugas, kemampuan mengendalikan emosi. Periode perkembangan anak
mulai menjauh dari kelompok kelurga dan bepusat di sekitar dunia yang lebih luas dari
hubungan sebaya. Kemampuan kemandirian anak dalam periode ini lebih banyak di
luar lingkungan rumah terutama di sekolah. Anak akan belajar dari lingkungan tempat
tinggal dan mengadakan adopsi perilaku serta membedakan mana yang baik dan tidak
(Crandell & Zanden, 2012). Dalam hal ini keluarga (orang tua), lingkungan sekolah
maupun masyrakat memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan anak usia
sekolah. Perkembangan individu ini akan terus berlanjut, bersifat progresif dan
berkesinambungan yang banyak dipengaruhi oleh faktor protektif ataupun faktor resiko.

66
Menurut Keliat et.al (2015) karakteristik perilaku anak usia sekolah (produktif),
antara lain: menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan, mempunyai rasa
bersaing (kompetisi) ,senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai
sahabat karib, berperan dalam kegiatan kelompok. Sedangkan penyimpangan
perkembangan (harga diri rendah), antara lain: tidak mau mengerjakan tugas sekolah,
membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas, tidak ada kemauan untuk
bersaing dan terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, memisahkan
diri dari teman sepermainan dan teman sekolah. Batasan karakteristik
(subyektifitas):mengenali keberdayaan, menjelaskan bahwa stressor dapat ditangani,
memiliki kesadaran adanya kemungkinan perubahan lingkungan, (obyektifitas): mencari
pengetahuan mengenai strategi baru, mencari dukungan sosial, menggunakan strategi
berfokus pada masalah, menggunakan sumber spiritual.

2. Perkembangan anak usia Sekolah (Stuart, 2013)


Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks pada pola yang teratur dan dapat diperikirakan sebagai hasil
dari proses pematangan (Jahja, 2011). Perkembangan anak usia sekolah dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor protektif dan faktor resiko (Barankin & Khanlou,
2009dalamKarina,2014).Faktorprotektifadalahfactoryang meningkatkan ketahanan
individu dalam mencapai tugas perkembangan dan kekuatan untuk menghadapi resiko-
resiko permasalahan yang terjadi.Sedangkan faktor resiko yaitu faktor yang
menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan klien. Kedua faktor tersebut
bersumber dari klien (anak usia sekolah), orang tua, keluarga, teman sebaya, sekolah
dan masyarakat (Santrock, 2007).
Menurut konsep adaptasi stuart (2013) faktor predisposisi dan presipitasi yang
mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah meliputi faktor protektif dan
predisposisi. Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis
danjumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami tekanan.Faktor
ini meliputi biologis, psikologis, dan sosial budaya.Sedangkan Faktor presipitasi adalah
stimulus yang dialami klien saat ini.Faktor predisposisi dan presipitasi akan dijelaskan
sebagai berikut:
2.1 Faktor Predisposisi
a. Biologis
 Riwayat pre natal, intra natal, post natal
 Riwayat imunisasi lengkap
 Riwayat status gizi baik

67
 Tidak ada riwayat penyakit fisik kronis/cacat
 Tidak ada riwayat trauma kepala
 Tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa
b. Psikologis
 Intelengensi
 Kepribadian
 Riwayat kehilangan
 Riwayat kekerasan dalam keluarga
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
 Konsep diri: mempunyai rasa bersaing. Punya rasa bersaing dalam melakukan sesuatu
 Senang beraktivitas atau mengikuti perlombaan
 Ideal diri yang tidak realistis
 Punya cita-cita
 Pola asuh keluarga
c. Sosial budaya
 Kemampuan bergaul di rumah/luar rumah
 Punya hobi yang sama dengan teman
 Membina hubungan dengan teman sebaya
 Memiliki kelompok usia sebaya
 Patuh terhadap norma/aturan yang berlaku di rumah/sekolah
 Kondisi ekonomi keluarga
2.2 Faktor Presipitasi
a. Nature
Biologi
 Memiliki tubuh ideal
 Status nutrisi baik
 Sakit fisik
 Aktif secara motorik
 Latihan Fisik yang cukup
Psikologis:
 Kreatifitas tinggi
 Memiliki rasa percaya diri tinggi
 Perasaan bersaing
 Diberi kesempatan bercerita
 Diberi kesempatan mengikuti lomba untuk melatih rasa bersaing

68
 Dilatih kedisiplinan dan tata tertib di sekolah dan di rumah
 Diberikan kesempatan menjalankan hobi tertentu
 Diberikan dukungan, motivasi maupun penghargaan
Sosial:
 Diberikan kesempatan bermain dengan teman sebaya
 Diberikan kesempatan menjalankan tanggung jawab
 Keluarga dan masyarakat mendukung keberadaannya
b. Origin
Internal: kreatifitas tinggi, percaya diri, perasaan bersaing
Eksternal: pola asuh & stimulasi dari keluarga baik, masyarakat menerima &
mendukung keberadaanya
c. Timing
 Waktu terjadinya stimulasi diberikan usia 6-12 th
 Lamanya stressor terjadi: optimal
 Frekuensi: optimal
d. Number
Jumlah dan kualitas stressor: tidak berlebihan, stimulus tumbang optimal (bio-
psikososio spiritual).

2.4 Penilaian stressor


2.3.1 Motorik kasar dan halus
a. Lompat tali atau karet
b. Permainan engklek
c. Menangkap dan melempar bola
d. Menulis tulisan sambung
e. Menggunting kertas dengan mengikuti pola yang sudah ada
f. Menggambar atau melukis dengan pencil warna
2.3.2 Kognitif
a. Menerima nasehat dari orang lain
b. Menerima perbedaan pendapat
c. Kritis terhadap informasi
d. Menceritakan kelebihan diri
e. Berpikir dirinya orang yang sehat dan menyenangkan
f. Menyebutkan bentuk benda dan fungsinya
g. Menjawab pertanyaan sebab akibat
h. Menjawab soal penjumlahan

69
2.3.3 Bahasa
a. Perkenalan diri dan cerita pengalaman yang disenangi
b. Menceritakan kembali cerita pendek
c. Mengisi teka-teki silang
2.3.4 Emosi dan kepribadian
a. Berani mengekspresikan perasaan
b. Menyampaikan perasaan marah, senang, takut sedih.
c. Menyampaikan pendapat dan keinginan
d. Mengatasi masalah yang sedang dihadapi
e. Puas dengan keberhasilan yang dicapai
f. Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan.
g. Mengungkapkan kesalahan
h. Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
2.3.5 Moral dan spiritual
a. Menepati janji pada kelompok
b. Melakukan kewajiban dan menepati janji
c. Mengikuti peraturan
d. Mengikuti kegiatan keagamaan
e. Melakukan doa secara rutin
f. Membaca kitab suci.
2.3.6 Psikososial
a. Permainan dalam kelompok
b. Mengerkajakan tugas kelompok
c. Permainan dengan gotong royong dan tolong menolong.
d. Bermain dan bercerita dengan teman akbar
e. Tanggung jawab tugas kelompok
f. Menghargai hak orang lain yang berdeda dengan diri sendiri
2.4 Sumber koping
Sumber koping anak usia sekolah adalah suatu strategi yang dicapai anak untuk
memenuhi tugas tumbuh kembangnya pada fase industri. Kemampuan individu dalam
mencapai tugas tumbuh kembang anak usia sekolah untuk mencapai fase industrinya
adalah (1) Mencari informasi kepada orang tua, saudara (2) Dapat mengidentifikasi
masalah (3) Mempunyai tubuh yang sehat (4) Bergaul dengan teman sebaya (5) Suka
tantangan dan kompetitif (6) Bisa berhitung (7) Mampu membaca dengan lancar (8)
Mengetahui hubungan sebab akibat dan (9) Percaya diri (Keliat, Daulima, Farida, 2007).
Stuart (2013) membagi sumber koping terdiri dari kemampuan individu (pengetahuan
dan kecerdasan dalam mengatasi masalah), dukungan sosial, material asset dan

70
keyakinan yang positif. Berikut ini akan membahas tentang sumber koping anak sekolah
menurut model stress adaptasi Stuart (2013), yaitu;
a. Personal Ability
Pada konsep anak usia sekolah melputi anak tahu tentang kelebihan/
kemampuan dirinya sendiri, tahu tentang pencapaian tugas sekolah/rumah, dapat
menerima dan menjalankan tugas yang diberikan, dapat menilai keberhasilan
dirinyadengan realistis dan dapat menggunakan fasilitas alat yang diberikan
kepadanya.
b. Social Support
Sosial support pada anak usia sekolah adalah caregiver. Kemampuan caregiver
meliouti kemampuan dalam menstimulasi perkembangan anak usia sekoah,
memotivasi dan mengikutsertakan anak pada kegioatan kelompok anak usia
sekolah, keberadaan kader kesehatan jiwa di lingkungan tempat tinggal memotivasi
anak mengikuti kegiatan stimulasi serta memantau perkembangan pencapaian
anak dan kemampuan caregiver.
c. Material Asset
Ada jaminan kesehatan,asuransi, JKM, JKD/SKTM, BPJS, penghasilan keluarga
mencukupi kebutuhan, keluarga punya tabungan, keluarga punya asset pribadi,
punya akses pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik, bidan, dokter),
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
d. Positive Belief
Percaya dengan pelayanan kesehatan, persepsi yang baik terhadap tenaga
kesehatan, selalu menggunakan pelayanan kesehatan, keyakinan agama yang
berhubungan dengan kesehatan, keyakinan budaya klien & keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
2.5 Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan beberapa usaha yang secara langsung dilakukan
oleh klien untuk mengelola stres yang dihadapi dan menjadi pertahanan diri maupun
pertahanan ego yang digunakan klien dalam jangka panjang dalam menghadapi
suatu stresor.Mekanisme yang dapat digunakan dapat berupa mekanisme koping
jangka pendek atau jangka panjang.Mekanisme koping terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu
mekanisme koping konstruktif dan destruktif.Mekanisme koping konstruktif bersifat
membangun dan menguatkan ketahanan mental klien, sedangkan mekanisme
koping destruktif bersifat merusak dan menyebabkan kondisi maladaptif pada
klien.Adanya kemampuan klien dalam mengatasi masalah yang memunculkan
mekanisme koping konstruktif digunakan perawat sebagai dasar untuk menyusun

71
kegiatan yang bertujuan untuk menguatkan kemampuan klien. Berikut ini akan
dibahas tentang mekanisme koping menurut Stuart (2013), yaitu:
a. Adaptif
Berteman dengan sesama jenis & mempunyai teman bermain tetap/sahabat
karib, ikut berperan serta dalam kegiatan kelompok, berinteraksi secara baik
dengan orang tua, dapat mengendalikan keinginan/dorongan yang kuat,
berkompetisi dengan teman/saudara sebaya, berusaha menyelesaikan tugas
rumah/sekolah yang diberikan, mengetahui nilai mata uang, melakukan hobi,
berpikir bahwa dirinya adalah orang yang menyenangkan dan sehat.
b. Destruktif
Tidak mau mengerjakan tugas sekolah/rumah, membangkang orang tua
untuk mengerjakan tugas, tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas,
tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, memisahkan diri dengan teman
sepermainan dan teman sekolah.

3. Aspek yang perkembangan usia sekolah


4. Pohon Diagnosa Keperawatan

Perkembangan industri (produktif) anak optimal

Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah

Pengetahuan keluarga efektif status nutrisi anak baik

5. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah

6. Tanda dan Gejala:


a. Subyektif:
1) Menyebutkan nama dan jenis kelamin
2) Menjelaskan nama dan fungsi benda
3) Membaca do’a
4) Mengungkapkan perasaan marah, senang, takut , dan sedih
5) Menyampaikan pendapat dan keinginan, puas dengan keberhasilan
6) Menceritakan kebaikan dan mengungkapkan kesalahan

72
b. Obyektif:
1) Membaca, menulis, berhitung
2) Mempunyai prestasi akademik
3) Mempunyai teman sebaya

7. Tujuan Asuhan keperawatan


a. Kognitif, anak mampu:
1) Mengembangkan kecerdasan
2) Memahami nilai-nilai moral
3) Mempelajari pelajaran sekolah
4) Menyelesaikan tugas sekolah
5) Beradaptasi
6) Memiliki rasa bersahabat dan bersaing
7) Senang berkelompok
b. Psikomotor, anak mampu:
1) Mempertanhan kesehatan fisik
2) Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
3) Melakukan hobi
4) Menyelesaikan kegiatan rumah tangga yang sederhana
c. Afektif, anak mampu:
1) Mengekspresikan perasaan
2) Mengungkapkan kesalahan
3) Merasakan bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan
4) Merasakan kepuasan terhadapkeberhasilan yang dicapai

8. Tindakan Keperawatan:
a. Tindakan pada anak sekolah
1) Bantu anak mengembangkan kecerdasan: mendiskusikan kelebihan dan
kemampuan anak, menjelaskan dan melatih ketrampilan, memberi bacaan
dan permainan yang meningkatkan kemampuan, melibatkan anak dalam
pekerjaan rumah tangga sederhana, latih anak sesuai dengan pelajaran di
sekolah dan kembangkan hobi yang dimiliki anak.
2) Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak
3) Latih anak mengembangkan ketrampilan sosial: beri waktu bermain diluar
rumah bersama teman dan kelompoknya, motivasi anak untuk mengikuti

73
perlombaan untuk melatih bersaing dan bersahabat, latih anak berinteraksi
dengan orang lain
4) Latih kedisiplinan pada anak, bimbing anak saat menonton televisi,
membaca buku cerita, bermain gadget, dan menilai manfaatnya
5) Ajarkan kebersihan diri
6) Beri pujian pada setiap pencapaian anak

b. Psikoedukasi pada keluarga:


Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan pada
keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik.
Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart,
2013). Prinsip psikoedukasi ini membantu anggota keluarga dalam meningkatkan
pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan melalui pemberian informasi dan
edukasi yang dapat mendukung terhadap pencegahan dan peningkatan dukungan
kesehatan bagi anggota keluarga. Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes
pada klien pertumbuhan dan perkembangan yang sehat (Anderson, 1983 dalam Levine,
2002). Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling bertukar informasi
tentang perawatan kesehatan mental terkait pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah, membantu anggota keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia
sekolah yang sehat, dan membantu pengobatan yang dibutuhkan untuk menurunkan gejala
dan lainnya (Varcarolis, Carson and Shoemaker, 2006). Selain itu untuk meningkatkan
pengetahuan anggota keluarga tentang stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah,
memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya meningkatkan kemampuan hidup
sehat sesuai dengan tahap perkembangannya, dan melatih keluarga untuk lebih bisa
mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain.
Indikasi psikoedukasi keluarga adalah keluarga yang membutuhkan latihan
keterampilan komunikasi atau latihan menjadi orang tua yang efektif, keluarga yang
mengalami stress dan krisis, Keluarga yang membutuhkan pembelajaran
dalamrangka mempertahankan kesehatan mentalnya dengan latihan ketrampilan dan
keluarga yang membutuhkan pendidikan dan dukungan dalam upaya preventif
(pencegahan) timbulnya masalah kesehatan keluarga.
Proses Pelaksanaan program Family Psyhcoeducation adalah bertemu keluarga
berdasarkan pada kebutuhan, dan keluarga mendapat kesempatan untuk bertanya, bertukar
pandangan dan bersosialisasi dengan anggota yang lain dan tenaga kesehatan jiwa
profesional. Adapun proses kerja untuk melakukan psikoedukasi pada keluarga adalah
mengidentifikasi dan seleksi keluarga yang membutuhkan psikoedukasi sesuai indikasi dan
kriteria yang telah ditetapkan, menjelaskan tujuan dilaksanakan psikoedukasi keluarga,

74
membuat kontrak waktu, bahwa terapi akan dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan
dan anggota keluarga yang mengikuti keseluruhan pertemuan adalah orang yang sama
yang tinggal serumah dengan klien. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai pada terapi
psikoedukasi dapat dilakukan dalam 4 (empat) sesi, yaitu :
Sesi pertama : Melakukan pengkajian terhadap keluarga dalam menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan
terapis adalah menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini dalam
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, masalah pribadi dari
anggota keluarga (caregiver) sendiri, masalah dalam dalam menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah, menanyakan perubahan- perubahan yang terjadi dalam
keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah,
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menyampaikan perubahanperubahan yang
dialami dalam keluarga seperti perubahan peran dalam keluarga dan fungsi keluarga dalam
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, menanyakan keinginan
dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi keluarga.
Sesi kedua : Melakukan perawatan/cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia
sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah mendiskusikan tentang cara
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, menyampaikan penjelasan tentang cara
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan kesempatan pada caregiver
untuk menanyakan tentang cara menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah setelah
diberikan penjelasan (hal yang kurang jelas setelah diberi penjelasan), dan memberikan
reinforcement positif terhadap apa yang sudah disampaikan oleh caregiver.
Sesi ketiga : Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi tumbuh
kembang anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah
menanyakan anggota keluarga (caregiver) terkait cara menstimulasi tumbuh kembang anak
usia sekolah, memberikan pujian/ penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
(caregiver) menyampaikan pendapat / perasaannya, menjelaskan ansietas yang dialami
akibat ketidakmampuan dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan cara
menurunkan ansietas, meminta anggota keluarga (caregiver) mengidentifikasi tanda dan
gejala dan cara mengurangi ansietas dan beban sesuai dengan penjelasan
terapis.memberikan pujian / penghargaan atas kemampuan anggota keluarga (caregiver)
menyampaikan pendapat / perasaannya, mendemontrasikan cara mengurangi ansietas dan
beban yang dialami oleh anggota keluarga (caregiver) yaitu relaksasi atau deep breathing
dan meminta anggota keluarga untuk mendemontrasikan ulang cara menurunkan ansietas
dan beban yaitu deep breathing.

75
Sesi keempat : Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk membantu keluarga dalam
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan
terapis adalah menanyakan hambatan yang dirasakan keluarga (caregiver) dalam
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan hambatan yang dirasakan oleh
anggota keluarga (caregiver) sendiri, menanyakan pendapat anggota keluarga (caregiver)
tentang peran setiap anggota keluarga dalam menstimulasitumbuh kembang anak usia
sekolah, menjelaskan tentang cara berbagi peran dalam keluarga yang lain selama
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberi kesempatan pada keluarga
(caregiver) menyebutkan kembali bagaimana membagi peran dalam keluarga selama
menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, memberikan pujian/ penghargaan atas
kemampuan anggota keluarga (caregiver) dalam memberikan pendapatnya, mendiskusikan
bersama anggota keluarga (caregiver) cara mengatasi hambatan dan mencari solusi yang
terbaik untuk caregiver dan anggota keluarga yang lain.
c. Tindakan pada kelompok
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) pada anak usia sekolah berfokus pada interaksi
yang terjadi antar anggota kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam TKT ini meliputi
sharring pengalaman, dan bersama-sama menemukan solusi untuk memecahkan
masalah yang dirasakan anggota kelompok serta mencari cara yang efektif untuk
mengantisipasi masalah yang akan dihadapi (Townsend 2005). Tujuan pemberian terapi
ini pada anak usia sekolah adalah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok
terkait pencapaian tugas tumbuh kembangnya serta membantu anak bersama
kelompoknya mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga anak memiliki
kemampuan dalam mencapai perkembangan fase industri yang optimal (Kaplan, 1996;
Montgomery, 2002). Beberapa tindakan kelompok yang dapat dilakukan antara lain:
1) Tindakan Ners: Edukasi kelompok anak sekolah dan kelompok orang tua
2) Tindakan keperawatan spesialis : terapi kelompok terapeutik anak sekolah, merupakan
salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya
untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan
dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok
terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota
kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
a) sesi satu : stimulasi perkembangan aspek motorik
b) sesi dua : stimulasi aspek kognitif dan bahasa
c) sesi tiga : stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian
d) sesi empat : stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
e) sesi lima : stimulasi perkembangan aspek psikososial

76
f) sesi enam : monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) anak usia sekolah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap optimalnya tugas perkembangan anak usia sekolah. Penelitian terkait
hubungan perkembangan fase industri dengan peningkatan tugas perkembangan anak
sekolah antara lain oleh Istiana, Keliat, Nuraini (2011) dan Sunarto, Keliat, Pujasari (2011)
melakukan penelitian yang sama dengan melibatkan orangtua dan guru di setting sekolah,
menunjukkan hasil yaitu terjadi peningkatan bermakna pada kemampuan pengetahuan,
psikomotor dan kemampuan industri anak serta didapatkan pengaruh yang signifikan terkait
peran guru dan orangtua terhadap perkembangan anak usia sekolah.
Menurut Stuart (2013), Hamid (2010), Yusuf (2010), Wong (2011) optimalnya
karakteristik perkembangan fase industri pada anak usia sekolah meliputi antara lain1) Anak
sangat menyukai kegiatan secara fisik atau kekuatan badan seperti berlari, kejar-kejaran, 2)
Mempunyai keinginan untuk bersaing dengan teman-teman dan memiliki keinginan untuk
bertanding dengan teman sebaya, 3) Mampu membaca,menulis dan berhitung, mampu
melaksanakan pekerjaan rumah dan sekolah dengan perasaan senang, 4) realistis dan
senang berkhayal dan berfantasi, 5) menjalankan aturan dalam permainan, 6) memiliki
kemampuan komunikasi yang baik dengan orang baru, 7) Senang berkelompok dengan
kelompok sebaya dan menceritakan pengalamannya dengan teman sebaya serta
mempunyai sahabat akrab.

(Wetik, 2017)

(Yusuf, Fitriyasari, & Nihayati, 2015)

77
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,B.A., Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC

Keliat,B.A., Dkk.(2019). Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta EGC

Tim Pokja Askep PSIK UB, (2011).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program
Pendidikan Kekhususan KeperAwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Stuart,(2013)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby

Stuart, G. (2013). Principle and practice of psychiatric nursing (10th ed.).Philadelphia:


Mosby.

Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC

Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).


Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Wetik, S. V. (2017). Peningkatan Perkembangan Anak Usia Sekolah Melalui Terapi


Kelompok Terapeutik Dengan Pendekatan Model Stress Adaptasi Stuart Dan Health
Promotion Model. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(3), 1–80.

Yusuf, A., Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
(Deka Hasbiy, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

78
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA: REMAJA

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA


Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan
atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya
kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996
tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang
sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,
sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan
semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar
terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dmas dimastuhkan
oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang
secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum
dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang
melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.Pengetahuan dan pengalaman yang
cukup dapat membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut.
Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah
penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia
sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.
Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di sekolah
oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab
permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin
dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan teman
(Noviana, 2010).

Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks


sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat
kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan fungsi
jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau hambatan

79
dalam melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah psikososial yang diartikan sebagai
setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun
sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh
cukup besar. Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai gangguan jiwa.

B. PENGERTIAN REMAJA
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
World Health Organization (2017), mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa
kanak-kanak dan sebelum dewasa dengan rentang usia 10-19 tahun, sedangkan
dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 pada tahun 2014,
remaja merupakan individu dengan usia antara 10 sampai 19 tahun dan belum
menikah. Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Masa remaja juga dikatakan sebagai masa pencarian identitas diri.Identitas


adalah potret diri yang tersusun atas berbagai aspek, antara lain, identitas
pekerjaan/karir, identitas politik, identitas spiritual, identitas relasi (lajang, menikah,
bercerai), identitas prestasi/intelektual, identitas seksual, identitas budaya/etnik,
minat, kepribadian dan identitas fisik (Santrock, 2012). Menurut Erikson, tugas
remaja adalah mengatasi krisis identitas diri versus kebingungan identitas (Papalia,
et al., 2011).

C. TANDA DAN GEJALA MENJADI REMAJA


WHO (WorldHealthOrganization) memberikan definisi tentang remaja yang
lebih bersifat konseptual.Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari


kanak-kanak menjadi dewasa.

80
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak
dan sebelum masa dewasa.Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan
remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah
mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)
menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya.Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk
diperhatikan. Selain itu tanda dan gejala dari kesiapan perkembangan remaja,
sebagai berikut

Subyektif Obyektif
 Remaja dapat menilai secara obyektif  Bertanggung jawab terhadap tugas
kelebihan dan kekurangan yang diberikan
 Memiliki sahabat  Menemukan identitas diri yang
 Merasa tertarik pada lawan jenis obyektif
 Mengembangkan bakat yang disukas  Memiliki cita cita masa depan
 Mempunyai prestasi akademik
 Memunyai teman sebaya

D. RENTANG RESPON

Adaptif MaladMal adaptif


1. Remaja yang aktiv kegiatan 1. Memberontak
positif 2. Minum alcohol
2. Memiliki banyak tema 3. Pemakai napza
3. Memiliki prestasi/potensi 4. Menjadi anak jalanan
akademik 5. Tidak taat pada aturan
4. Mengembangkan hobi rumah/social/sekolah
5. Taat pada aturan
rumah/social/sekolah

81
E. BATASAN USIA REMAJA
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada
laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan
yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Menurut Papalia &
Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak
perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya
dibandingkan dengan perempuan.Namun adanya status yang lebih matang, sangat
berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

F. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA


Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas tersebut
antara lain:

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

82
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja
adalah sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kolompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.

G. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


BIOLOGIS PSIKOLOGIS SOSIAL
1. Riwayat Imunisasi 1. Intelengensi: Normal 1. Mampu bergaul di luar
lengkap 2. Terbiasa menceritakan rumah
2. Riwayat Status Gizi baik masalahnya 2. Punya hobi dengan
3. Tidak ada Riwayat 3. Tidak ada riwayat sebaya
penyakit fisik kehilangan 3. Mampu membina
kronis/cacat 4. Tidak ada riwayat hubungan dengan
4. Tidak ada riwayat trauma kegagalan sekolah/putus sebaya
kepala sekolah 4. Patuh terhadap
5. Tidak pernah merokok, norma/aturan
5. Tidak ada riwayat KDRT
narkoba, minum
6. Semangat bersekolah 5. Pola komunikasi dua
minuman keras
7. Punya rasa optimis arah
6. Tidak ada riwayat
genetik gangguan jiwa dalam beraktivitas 6. Memiliki tugas &
8. Senang beraktivitas & tanggung jawab dalam
7. Memiliki tubuh ideal
berkompetisi keluarga
8. Tidak ada sakit fisik
9. Tidak merokok, narkoba 9. Senang mendapatkan 7. Tidak ada labeling negatif
10. Suka olahraga menghargaan di lingkungan keluarga &
11. Lakukan perawatan 10. Punya cita-sita masyarakat
tubuh 11. Senang menceritakan 8. Berpartisipasi dalam
12. Tidak alami gangguan pengalamannya kegiatan kemasyarakatan
tidur 12. Memandang diri positif 9. Membina hubungan
13. Mengetahui identitas dengan lawan jenis
dirinya 10. Punya setiakawan yang
tinggi

83
14. Menjalankan peran 11. Memilih sendiri teman
sebagi anak, pelajar dekatnya tanpa campur
15. Senang dengan tangan orang tua
perubahan fisiknya 12. Diberi kesempatan
16. Mendapatkan dukungan berteman
teman sebaya 13. Diberi kesempatan
17. Kreatif & memiliki inisiatif menjalankan hobi dg
18. Menerima arahan akan teman sebaya
rencana masa depan 14. Bebas menentukan
19. Menerima perubahan pilihan tanpa campur
fisik tangan
20. Diberi kepercayaan
menerima tugas &
tanggung jawab
21. Diberi kesempatan
menyukai tokoh idoda
22. Diberi kesempatan
berpendapat
23. Dilibatkan dalam
pengambilan keputusan

H. PERKEMBANGAN REMAJA
Terdapat 3 perubahan pada Remaja, meliputi Seksualitas, Psikis, Kognitif
dan Emosi.

1 Seksualitas
a. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul
dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula
lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar,
lebih gelap dan agak keriting.
b. Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal
ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
c. Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar
dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula
dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada
wanita tetap lebih lembut.

84
e. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum
dan selama masa haid.
f. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g. Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita.
2. Perkembangan Psikis
Perkembangan psikis menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada
masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada
remaja adalah:

a Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:


 Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering
terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
 Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan
luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir
terlebih dahulu.
 Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang
pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan intelegensia, pada remaja perkembangan ini
menyebabkan:
 Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka
memberikan kritik.
 Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012).Remaja telah
mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan
suatu ide baru.

85
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka
cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin
abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja
mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-
pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang
mungkin.

3. Perkembangan Emosi
Masa Remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan
masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun
bagi lingkungannya.Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak
jelas pada perubahan tingkah lakunya.Perkembangan emosi remaja juga
demikian halnya.Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah
laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada
individu tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap
apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan
memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut yang dapat mempengaruhi perkembangan


emosi remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan jasmani.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua
terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang
pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya
sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan
anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta
kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul
karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat
menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan
orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja
seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara
khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama

86
dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam
suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki
kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan
kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan
terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan
positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar. Ada sejumlah pandangan dunia luar
yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri
remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
Kadangkadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi
mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang
wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih
dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada
diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah
menjadi tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja
lakilaki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat
predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya,
apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering
sianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang
kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika
tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana
dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar
yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan
remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak
dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak,
sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat
pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan
tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para
peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih
percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada

87
kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis
apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui
penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

I. PATHWAY PERKEMBANGAN REMJA


Kesiapan peningkatan perkembangan usia remaja

Mekanisme koping remaja

Sumber koping remaja

(kemampuan personal positif, dukugan social, kognitif, keyakinan)

Penilaian terhadap stresoor

(kognitif, afektif, fisiologis, respon social)

Faktor presipitas

(kognitif, origin, timing, number)

Faktro predisposisi

(biologis, psikologis, sosio cultural)

88
A. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Identitas Nama,Usia, Jenis Kelamin, Nomor Rekam Medik (CM) dan Diagnosa
Medis
2. Keluhan
Keluhan utama saat pengkajian yang paling sering muncul / dominan dirasakan
klien dan intervensi yan telah klien/keluarga berikan untuk meringankan keluhan.
3. Status Perkembangan
Untuk mengetaui klien berasa distatus perkembangan infant/toddler/ preschool/
school/ adolenses/ youngadult/adult/old.Form ini juga digunakan untuk mengkaji
gangguan fisik/psikosexual/psikososial/kohnitif/moral pasien.
4. Faktor Presipitasi
Data yang dikaji berupa riwayat perkembangan kesehatan 6 bulan terakhir terdiri
dari bio, psiko, sosial, spritual untuk mengetahui stimulasi dan perkembangan pasien
sesuai dengan umur pasien.
5. Faktor predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor pendukung (bio, psiko, sosial) yang berkontrmas
dimassi timbulnya gangguan perkembangan. Faktor predisposisi yang harus dikaji
meliputi: kapan terjadinya, keluhan/tanda gejala, penyebab/faktor faktor yang melatar
belakangi, apa yang sudah dilakukan.
6. Pengkajian Psikososial
Data yang dikaji adalah penulusuran genetik yang berupa genogram, riwayat
penakit pasien/ keluarga beserta penatalaksanaannya, data tentang konsep diri klien (citra
tubuh, identitas diri, peran, ideal diri, harga diri), hubungan sosial dan aspek spiritual serta
pemknaan dalam spiritual.

7. Penilaian terhadap stressor


Pengkajian yang digunakan untuk mellihat respon individu jika berhadapan dengan
stressor, terdiri dari respon kogitif, afektif,fisiologis, dan respon sosial.
8. Sumber koping

89
Mengkaji kemampuan personal untuk meneglaola koping jika berhadapan
dengan stressor, mulai dari penyelesaian masalah, status kesehatan, kemamuan
social, intelegensi, pengetahuan, tumbuh kembang, sampai ke konsep diri
pasien(citra diri, ideal diri identitas, peran, harga diri). Serta mengkaji dukungan social
yang didapatkan pasien, asset material untuk kebutuhan pasien, keyakinan pasien.
9. Mekanisme koping
Kaji respon klien dalam menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif (konstruktif) atau maladaptive (distruktif)
B. DIAGNOSIS
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kognitif, remaja mampu:
 Mengetahui aspek positif dan kekurangan diri
 Mengetahui identitas diri, tujuan dan cita-cita masa depan
 Memahami norma dan peraturan yang berlaku
 Berprestasi dalam bidang akademik
2. Psikomotor, remaja mampu:
 Mengembangkan kemampuan diri
 Meraih prestasi pada kegiatan positif
 Beraktivitas dengan aktif
3. Afektif, remaja mampu:
 Menyampaikan pendapat dengan asertif
 Mengendalikan emosi

D. INTERVENSI PADA REMAJA


1. Diskusikan kemampuan, karya, dan prestasi yang positif dan yang kurang. Berikan
pujian dan diskusikan cara mempertahankan dan meningkatkannya.
2. Diskusikan identitas diri yang dimiliki secara fisik, psikologi (kebahagiaan, cita cita, dan
prestasi) dan social (keluarga, sahabat).
3. Diskusikan norma dan pengaturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah dan tempat
umum.
4. Diskusikan bahaya pergaulan bebas, narkoba, bulliying, gadget dan cara-cara
menghindarinya.

90
5. Motivasi mengembangkan hal-hal positif dalam kehidupan sebagai identitas diri remaja.
6. Berikan pujian pada tiap keberhasilan yang diraih remaja.
E. INTERVENSI PADA KELUARGA
1. Jelaskan perkembangan yang harus dicapai remaja
2. Latih cara memfasilitasi remaja untuk mengembangkan identitas dan kekhassannya.
3. Latih keluarga untuk mendampingi remaja:
 Diskusikan tentang keberhasilan yang dicapai dan memeberi pujian
 Mendorong pengembangan bakat yang menjadi identitas dari remaja
 Memfasilitasi persahabatan dengan teman sebaya
 Menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan masalah yan dihadapi
 Menyediakan waktu bersama kelurga, kelompok social, dan kegiatan social
lainnya.
 Perhatikan dan mendampingi agara terhindar dari pergaulan bebas, narkoba,
dan kekerasan.
 Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media social dengan bijaksana
dan terhindar dari ketergantungan gadget.
4. Ciptakan suasana keluarga yang melibatkan remaja
5. Diskusikan penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan kesehatan.
F. INTERVENSI PADA KELOMPOK
1. Edukasi kelompok remaja dan kelompok orang tua

91
G. INTERVENSI PADA REMAJA
Perencanaan
Dx Kep Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Kesiapan Tum: Setelah 1x Membina hubungan saling percaya Komunikasi memiliki salah satu
peningkatan pertemuan dengan prinsip komunikasi peranan yang penting dalam
perkembanga  Remaja mampu diharapkan pasien terapeutik yaitu: kehidupan manusia, salah satu unsur
memenuhi
n remaja dapat menunjukka dalam komunikasi yaitu untuk
perkembangan 1. Sapapasien dengan rama secara
tanda tanda dapa menyampaikan informasi. Dalam
kognitif, verbal maupun nonverbal.
psikomotor dan membina hubungan merawat dan membimbing proses
2. Perkenalkan diri dengan sopan
afektifnya sebagai saling percaya 3. Tanyakan nama lengkap pasien pemulihan terhadap pasien gangguan
remaja serta dengan perawat, dan nama panggilannya jiwa, perawat mempunyai resiko yang
terhindar dari hal dengan kriteria hasil: 4. Jelaskan tujuan pertemuan sangat besar, sehingga perawat harus
hal negative. 5. Jujur dan menepati jani memiliki kemampuan dalam
TUK I  Ekspresi
6. Tunjukkan sikap empati dan menangani pasien gangguan jiwa.
bersahabat.
menerma pasien apa adanya Salah satu kemampuan yang harus
 Pasien dapat  Pasien 7. Beri perhatian pada pemenuhan perawat miliki yaitu komunikasi.
membina meunjuukan rasa kebutuhan pasien. Komunikasi merupakan pelekat antara
hubungan saling senang
 Pasien bersedia perawat dalam melakukan proses
percaya
berjabat tangan. perawatan atau pemulihan kepada
 Pasien bersedia pasien Komunikasi yang tidak efektif
menyebutkan akan mengarahkan kepada proses
nama perawatan atau pemulihan yang tidak
 Ada kontak mata. tepat dan pengembangan rencana
 Pasien bersedia asuhan tidak akan memenuhi pasien.
duduk Komunikasi yang digunakan oleh
berdampingan perawat harus efektif, sehingga
dengan perawat perawat dalam menyampaikan pesan
 Pasien bersedia kepada pasien gangguan jiwa bisa
mengutarakan diterima dan dimengerti, dan juga
masalah yang dalam proses perawatan dan
dihadapinya pemulihan kepada pasien gangguan
jiwa bisa dilakukan dengan baik.

92
Komuikasi yang dilakukan dinamakan
bina hubungan saling percaya adalah
dasar dalam melakukan tindakan
keperawatan selanjutnya hal ini akan
membeikan dapak positif untuk
melanjutan interaksi dengan pasien.
Selain itu BHSP yang baik
mempengaruhi sifat keterbukaan
pasien terhadap kondisinya, dapat
juga digunakan untuk mengidentifikasi
apa yang sedang dialami dan
dirasakan pasien.

(Boham, Sumangkut, & Marentek, 2019).

TUK I: Setelah 1x 1. Memfasilitasi remaja untuk Komunikasi keluarga yang baik akan
pertemuan mengikuti kegiatan yang positif menunjang remaja dalam
Remaja dapat dan bermanfaat
diharapkan pasien menemukan kegiatan positif,
mencapai tumbuh
dapat menunjukka 2. Tidak membatasi atau terlau membuat lingkungn rumah semakin
kembang secara mengekang remaja melainkan
tanda tanda dapa nyaman, menjadikean keluarga yang
optimal membimbingnya
membina hubungan demokratis tidak ada pengekangan
saling percaya 3. Menciptakan suasana rumah maupun perbedaan derajat dalam
dengan perawat, yang nyaman untuk rumah. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan kriteria hasil: pengembangan bakat dan komunikasi merupakan suatu kunci
kepribadian diri
dalam keluarga. Seperti study kasus
1. Remaja dapat 4. Menyediakan waktu untuk
yang dilakukan (Muliaty, Shuhufi, &
memilih dan diskusi, mendengarkan keluhan,
Arif, 2019) mengungkapkan bahwa
mengikuti kegiatan harapan dan cita-cita remaja
dengan komunikasi yang benar maka
positif 5. Tidak menganggap remaja
sebagai junior yang tidak dapat menanggulangi kenakalan
2. Remaja dapat
memiliki kemampuan apapun remaja, teknik komunikasi yang
merasa nyaman
dilakukan dengan komunikasi pribadi
saat dirumah
secara tatap muka sehingga pesan
3. Remaja dapat
yang disampaikan mudah dimengerti,
menemukan
bakatnya jelas, dan tepat sasaran. Sehingga

93
4. Remaja dpat menghasilkan keterbukaan serta
mulai menyiapkan menguatkan hubungan emosional
masa depannya antara anak dan orang tua. Metode
(cita-cita) yang sapat digunakan dalam
komunikasi tatap muka seperti:
1. Metode dialog/diskusi
2. Metode teladan
3. Metode pembiasaan
4. Metode perhatian
5. Metode nasihat.
(Muliaty, Shuhufi, & Arif, 2019)
TUK II: Setelah 1x 1. Memfasilitasi remaja untuk Remaja pada umumnya meiliki
pertemuan mengikuti kegiatan yang positif banyak komunitas hobi maupun
Remaja dapat bersama komunitas remaja
diharapkan pasien komunitas belajar. Di Komunitas
kembali mencapai (olah raga, seni, bela diri,
dapat menunjukka terdapat istilah sense of community
tahap pramuka, pengajian,dll)
kepahaman dalam adalah suatu perasaan yang dimiliki
perkembangannya 2. Berperan sebagai teman curhat
mencapai tahap oleh individu bahwa dirinya adalah
secara normal atau mendorong remaja untuk
perkembangan bagian dari suatu kelompok, penting
secara optimal bergaul dengan teman / orang bagi satu sama lain dan untuk
lain
dengan kriteria hasil: kelompoknya, serta kepercayaan
3. Berikan lingkungan yang
(Goodwin et al., 2009). Menurut Arnett
1. remaja dapat nyaman bagi remaja untuk
(dalam Lane, 2015), pada tahap
mengikuti melakukan aktifitas bersama
kelompoknya emerging adulthood, self-efficacy
kegiatan positif
2. remaja dapat 4. Membimbing remaja secara yang dimiliki oleh individu masih
bergaul dengan bijak bila remaja terlibat belum stabil karena individu berada
teman sebayanya kriminal, narkoba, perkelahian dalam masa peralihan dan mengalami
3. remaja dapat dan tindak asusila banyak perubahan. Akan tetapi,
bersosialisasi 5. Sediakan waktu dan sesering Sense of community dapat membantu
dengan mungkin diskusi dengan remaja individu untuk mengerjakan tugas
kelompoknya yang diberikan oleh komunitasnya
4. remaja dapat karena, individu yang memiliki sense
menghindari of community akan lebih berusaha
kegiatan negatif untuk mengerjakan tugasnya dengan
baik karena ia menganggap bahwa

94
kelompok adalah hal yang penting
bagi dirinya dikarenakan sense of
community memiliki hubungan positif
dengan self-efficacy karena kelompok
memberikan ekspektasi yang harus
dicapai oleh anggota kelompok
lainnya. Selain itu, hubungan yang
terjadi di dalam kelompok dapat
meningkatkan kepercayaan diri
individu dalam mencapai ekspektasi
yang diberikan oleh kelompok.
Sumber informasi yang didapatkan
oleh individu melalui komunitasnya
dapat meningkatkan ketahanan
individu dalam menyelesaikan tugas.
Hal ini disebabkan karena dalam
menyelesaikan sebuah tugas yang
diberikan, individu membutuhkan
referensireferensi yang berguna untuk
menjadi bekalnya. Selain itu,
pengalaman orang lain dapat menjadi
suatu acuan ataupun bahan
pembelajaran bagi individu. Sehingga,
ketika individu menemukan suatu hal
yang menghambat penyelesaian
tugas tersebut, individu dapat
menjadikan pengalaman orang lain
sebagai referensinya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
hingga selesai (Lukito, Lidiawati, &
Matahari, 2018).
Pendidikan kesehatan pada
remaja tentang bahaya napza juga

95
dinilai sangat penting. Pendidikan
kesehatan yang diberikan dengan
baik dan benar maka akan membantu
meningkatkan pengetahuan
seseorang, kelompok, maupun
masyarakat selain itu dengan
pemberian pendidikan kesehatan
sebagai informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang baru
Setelah diberikan pendidikan
kesehatan sebagian besar responden
mengalami peningkatan
pengetahuan, mereka tidak hanya
telah mengetahui namun juga telah
mampu memahami tentang
pencegahan penyalahgunaan NAPZA
dengan baik dan secara
keseluruhannya seperti dampak bagi
individu, lingkungan sosial, dan
masyarakat. (Carolina & Taringan,
2019)

TUK III: Setelah 1x 1. Jelaskan ciri perkembangan Pada masa remaja terdapat
pertemuan remaja yang normal dan perubahan perubahan dalam proses
1) Keluarga mampu menyimpang
diharapkan keluarga pertumbuhan dan juga
memahami
dapat membantu 2. Jelaskan cara yang dapat perkembangan sehingga remaja
perilaku yang dilakukan keluarga untuk
menggambarkan remaja dalam perlu beradaptasi terhadap
mencapai tahap memfasilitasi perkembangan perubahan yang terjadi. Dalam hal
perkembangan remaja yang normal
remaja yang perkembangan ini, rasa percaya diri yang dimiliki
3. Fasilitasi remaja untuk
normal dan dengan kriteria hasil: remaja dapat menimbulkan
berinteraksi dengan kelompok
menyimpang dan sebay pandangan hidup yang positif pada
1. Mengetahui
mengembangkan remaja dalam menghadapi

96
kemampuan perkembangan 4. Anjurkan keluarga agar permasalahan dalam hidupnya. Oleh
psikososial remaja remaja normal memotivasi remaja untuk bergaul karena itulah pentingnya
dan negative dengan orang lain yang meningkatkan koping pada remaja
2. Memfasilitasi membuatnya nyaman supaya dapat digunakan dalam
interaksi remaja mencurahkan perasaan, menghadapi permasalahan yang
3. Keluarga dapat perhatian, dan kekhawatiran terjadi dalam hidupnya. Remaja perlu
memotivasi 5. Berperan sebagai teman curhat
diimbangi dengan dukungan sistem
remaja dalam bagi remaja
pada remaja untuk keoptimlah
bersosialisasi 6. Berperan sebagai contoh bagi
4. Keluarga dapat remaja daam melakukan kesehatan jiwa remaja (emosional,
menjadi tempat interaksi sosial yang baik psikologis dan sosial) diantaranya:
yang nyaman 1.Keluarga
untuk bercerita 2.Sekolah
5. Keluarga dapat 3.Teman sekelas
menjadi role 4.Teman dekat
model yang baik Dalam jurnal yang berujudul
untuk remaja Gambaran Dukungan Sosial
Terhadap Kesejahteraan Emosional,
Psikologi Dan Sosial Pada
Kesehatan Jiwa Remaja
mengungkapkan bahwa dukungan
social tersebut mempengaruhi
kesejahteraan emosional, psikologi
dan social remaja, dan factor yang
paling berkontribusi adalah factor
dukungan social orang tua
(Sulistiowati, Keliat, Bersal, &
Wakhid, 2018).

97
H. STRATEGI PELAKSANAAN DAN SPTK PADA REMAJA
SP PASIEN KELUARGA
1. 1. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti 1. Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal
kegiatan yang positif dan bermanfaat dan menyimpang
2. Tidak membatasi atau terlau mengekang 2. Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk
remaja melainkan membimbingnya memfasilitasi perkembangan remaja yang normal
3. Menciptakan suasana rumah yang nyaman 3. Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan
untuk pengembangan bakat dan kelompok sebay
kepribadian diri 4. Anjurkan keluarga agar memotivasi remaja untuk
4. Menyediakan waktu untuk diskusi, bergaul dengan orang lain yang membuatnya
mendengarkan keluhan, harapan dan cita- nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan
cita remaja kekhawatiran
5. Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
5. Tidak menganggap remaja sebagai junior
6. Berperan sebagai contoh bagi remaja daam
yang tidak memiliki kemampuan apapun
melakukan interaksi sosial yang baik
2. 1. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti
kegiatan yang positif bersama komunitas
remaja (olah raga, seni, bela diri,
pramuka, pengajian,dll)
2. Berperan sebagai teman curhat atau
mendorong remaja untuk bergaul dengan
teman / orang lain
3. Berikan lingkungan yang nyaman bagi
remaja untuk melakukan aktifitas bersama
kelompoknya
4. Membimbing remaja secara bijak bila
remaja terlibat kriminal, narkoba,
perkelahian dan tindak asusila
5. Sediakan waktu dan sesering mungkin
diskusi dengan remaja

98
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 1

KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN REMAJA

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Saudara Alif pamungkas remaja berusia 17 tahun, pelajar kelas 3 SMA.Sdr alif
tinggal bersama kedua orang tua dan 1 adiknya.Sehari-hari alif berangkat ke sekolah
bersama teman dekatnya.alif merupakan seorang siswa SMA yang aktif disekolah
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
3. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
b. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat
c. Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja melainkan membimbingnya
d. Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-cita
remaja
e. Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan
apapun
4. Tindakan keperawatan
5. Membina hubungan saling percaya
a. Mendiskusikan dengan remaja factor-factor yang melatarbelakangi
perkembangan remaja
b. Memotivasi remaja untuk melakukan kegiatan yang positif
c. Memberikan reward kepada remaja atas kegiatan positif yang telh dilakukan
d. Memasukkan kejadwal kegiatan harian remaja
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Orientasi:

1. Salam terapeutik
“Selamat pagi mas, perkenalkan. nama saya ani mahasiswi Profesi Keperawatan UB
yang bertugas untuk membantu warga dalam mendiskusikan masalah kesehatan yang
dialami warga di RW ini selama 2 minggu, kalua boleh tau nama mas siapa? Suka
dipanggil siapa?”
2. Evaluasi/validasi.

99
“Bagaimana kabar Mas hari ini? Apa yang Mas rasakan hari ini?adakah yang mas
pikirkan ”
3. Kontrak : topik, waktu, tempat
“Bagaimana kalau Mas menceritakan pada saya bagaimana perasaan dan keadaan
mas? Boleh tentng kegiatan dirumah/kegiatan disekolah.“

“Kira-kira mas mau berapa lama kita akan berbincang?baik 30 menit ya mas??”

“kitamau berbincang-bincang dimana mas? Di sini saja?Baiklah.”

Kerja:

“Apa saja kegiatan yang sering mas lakukan di sekolah? Ooh, membaca buku di
perpustakaan ya,kalau dirumah? Kegiatan mana yang paling mas sukai? Apa yang mas
rasakan jika mas sedang mengikuti kegiatan di sekolah? Senang dan semangat ya.
Bagaimana dengan kondisi fisik masdengan banyaknya kegiatan yang mas ikuti? Lalu Apa
tujuan mas mengikuti kegiatan – kegiatan tersebut?”

“Sejak kapan masmerasa senang mengikuti kegiatan bersama teman – teman? Siapa yang
menginspirasi untuk aktif di berbagai kegiatan? Apakah hal tersebut merupakan keinginan
mas secara pribadi atau ada orang lain yang menyuruh? Seberapa sering dalam seminggu
mengikutikegiatan di luar rumah? Pernahkah ada masalah yang terjadi antara mas dengan
teman-teman? Kalau pernah, apa yang mas akukan ketika ada masalah? Apakah cara yang
mas lakukan mampu menyelesaikan masalah? Adakah cara lain yang biasa mas lakukan?

“Bagaimana dengan orangtua mas, apakah massering menceritakan masalah mas dengan
orangtua? Pernahkah mas mengalami trauma terkait dengan pertemanan di masa lalu?
Kapan? Bagaimana ceritanya? Oh begitu ya mas. Bagus,… bagaimana kalau sekarang kita
buat agenda kegiatan harian agar dapat lebih rapi”

Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Penilaian subjektif :
“Bagaimana perasaan Mas sekarang?Apa Mas merasa senang setelah kita
bercakap-cakap?”
b. Penilaian objektif :
“Kalau begitu, coba Mas jelaskan lagi, hal-hal yang Mas dapatkan dari
perbincangan kita tadi”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan)

100
“Baik, karena kegiatan mas yang banyak bagaimana kalau kita membuat jadwal
kegiatan harian?gunanya unuk melatih kedisiplinan dan agar kegiatan mas dapat
tertata rapi? Mau ya?Kalau begitu kita mulai menyusun kegiatan tersebut ya. Nah
setelah mas mempunyai jadwal kegiatan ini, mas bias menerapkan kegiatan sesuai
jadwal dan akan kita evaluasi keefektifan penjadwalan ini terhadap waktu mas
minggu depan, jangan lupa dicatat ya kegiatannya”

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)


“Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan
sekarang sudah 30 menit mas,, Bagaimana minggu depan pada hari yang sama
saya akan main lagi kesini dan kita lihat bagaimana pelaksanaannya?setuju? kalau
minggu depan jam berapa mas ada waktu luang untuk ketemu dengan saya?
Dimana?” Sampai ketemu minggu depan ya, ditempat ini,OK? Assalamu’alaikum.”

101
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 2

KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN REMAJA

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Saudara Alif pamungkas remaja berusia 17 tahun, pelajar kelas 3 SMA.Sdr alif tinggal
bersama kedua orang tua dan 1 adiknya.Sehari-hari alif berangkat ke sekolah bersama
teman dekatnya.alif merupakan seorang siswa SMA yang aktif disekolah
2. Tujuan khusus
a. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif (olah raga, seni, bela
diri, pramuka, pengajian,dll)
b. Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktifitas bersama
kelompoknya
c. Membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat kriminal, narkoba,
perkelahian dan tindak asusila
d. Sediakan waktu dan sesering mungkin diskusi dengan remaja
3. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan kegiatan positif untuk menunjang cita cita
b. Mediskusikan tentang lingkugan nyman untuk pelajar
c. Memberikan penkes untuk menjauhi tindakan kriminal, narkoba, atau perkelahian
d. Memotivasi untuk membentu SHG pada remaja remaja yang memiliki cita” sama

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Orientasi:

4. Salam terapeutik
“Selamat pagi mas alif, masih ingat dengan saya? Iya benar saya ani mahasiswi dari
universitas brawijaya”
5. Evaluasi/validasi.
“Bagaimana kabar masalifhari ini? Apakah masalifmasih aktiv min basket? Wahh bagus,
kalua jadwal yang kita bikin kemarin, apakah mas melakukan kegiatan sesuai jadwal? Apa
manfaat yang mas rasakan jika melakukan kegiatan sesuai jadwal? Wahh iya, lebih mudah
mengatur waktu ya ”

102
6. Kontrak : topik, waktu, tempat
“Bagaimana kalau mas alifhari ini kita ngobrol” tentang kegiatan yang bias dilakukan untuk
menunjang cita cita mas alifdan juga bercerita tentang bahaya criminal diusia remaja?.“

“Kira-kira mas alifmau berapa lama kita akan berbincang?baik 30 menit ya mas??”

“masalif mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?Baiklah.”

Kerja:

“baikmas alif, hari ini kita akan berbicara perihal hal positive yang bias mas aliflakukan utuk
menunjang cita cita mas alif, kira kira mas alifsuka aktivitas apalagi? Ohh olahraga pull up ya
mas, menurut masalifapakah olah raga tsbt bias menunjang cita-cita mas alifohh ya, untuk
mempermudah test masuk, pintar sekali mas alif”

“selain olah raga mas alifjuga harus mempersiapkan secara test tulis, apakah mas alifsudah
menyiapkannya? Kalua dirumah apakah masalifbias belajar? Ohh dirumah kurang nyaman ya,
karena berisik. Lalu bagaimana mas mensiasati hal tersebut? Ohh belajar di rumah teman yang
lebih tenang ya, baguss mas tidak apa-apa agar bias sharing pemikiran saat menemukan soal
yang sulit ya.”

“oh iya mas alifdi era milenial ini banyak hal negative yang aksesnya sangat mudah seperti
membeli alcohol/ narkoba, apakah mas tau hal tersebut? Tau ya, banyak teman mas alifyang
melakukan hal tersebut? Saran saya masaliftidak usah mengikuti hal tersebut karena dapat
menghalangi cita” mas alifdan masih banyak kerugian yang didapatkan jika mengkonsumsi
alcohol/napza. Apakah masalifpaham?

“selain menjalankan hobi bersama, apakah mas alifada grub senidir dengan remaja remaja lain
yang bercita” menjadi tentara? Wah ada ya? Kegiatannya biasanya apa saja mas? Apa manfaat
yang mas dapatkan jika bergabung dalam grub tersebut? Apakah kegiatan di grub tersebut
selalu positif? Ahh sangat banyak ya manfaat jika kita berkumpul dengan orang” yang memiliki
tujuan yang sama”

Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Penilaian subjektif :
“Bagaimana perasaan masalifsekarang? Apa Mas merasa senang setelah kita
bercakap-cakap?”

103
b. Penilaian objektif :
“Kalau begitu, coba mas alifjelaskan lagi, hal-hal yang Mas dapatkan dari
perbincangan kita tadi, wahh pintar”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan)
“Baik, jangan lupa memasukkan semua kegiatan ke jadwal harian, agar lebih teratur dan
tepat waktu ya mas…”

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)


“Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan sekarang sudah
30 menit mas .saya berpesan semoga mas alifmenjauhi pergaulan negative dan cita-“nya bias
tercapai. Assalamu’alaikum.”

104
DAFTAR PUSTAKA

Ali, m & asrori, m., (2016). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik.
Jakarta :bumi aksara
carolina, p., & taringan, y. U. (2019). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan remaja dalam pencegahan penyalahgunaan nafza di sma katolik st. Petrus
kanisius palangka raya. Jurnal surya medika volume 4 no 2, 79-87.
Harahaf, nurhafni. Pengembangan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang perawatan anak
rumah sakit umum daerah langsa. 2013
Jahja, yudrik.(2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: prenadamedia group

Keliat.,daulima,n,h.,c.,&farida(2011).Manajemenkeperawatanpsikososialdankader kesehatan
jiwa: cmhn (intermediate course). Jakarta:egc

Keliat, b. A., soimah, mulia, m., wibawa, i. R., triyaspodo, k., rasmawati, & khoirunnissa, m. L.
(2019). Asuhan keperawatan jiwa. Jakarta: egc.
Lukito, a. C., lidiawati, k. R., & matahari, d. (2018). Sense of community dan self-efficacy pada
mahasiswa yang mengikuti komunitas kesenian . Jurnal psikologi talenta volume 04, no
01.
Muliaty, a., shuhufi, m., & arif, m. (2019). Studi kasus dalam menanggulangi kenakalan remaja
melalui komunikasi keluarga . Jurnal idaarah, vol 3, no 1, 8-19.
Papalia, et. Al. (2011) human development, 10th ed. Salemba humanika: jakarta

Psulistiowati, n. D., keliat, b. A., bersal, & wakhid, a. (2018). Gambaran dukungan sosial
terhadap kesejahteraan emosional, psikologi dan sosial pada kesehatan jiwa remaja.
Jurnal ilmu permas: jurnal ilmiah stikes kendal volume 8 no 2, 116-122.
Sarwono, sarlito (2014) psikologi lintas budaya. Indonesia: rajawali pers.

105
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL DEWASA MUDA(18-25 TH)

A. Pengertian
Perkembangan psikososial dewasa muda (18-25 tahun) adalah
tahapan perkembangan individu mampu melakukan interaksi yang akrab
dengan orang lain, terutama lawan jenis yang memperlihatkan kasih
sayang dan cinta serta mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini, individu
mencoba untuk mandiri dan mencukupi kebutuhannya dengan bekerja.
Interaksi yang dilakukan mengarah pada bekerja, perkawinan dan
mempunyai keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat. Kegagalan
dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat
menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian
kemudian menyendiri(Keliat et al., 2019).

B. Karakteristik perilaku Dewasa Muda

TUGAS PERKEMBANGAN PERILAKU DEWASA MUDA


Perkembangan yang normal : a. Menjalin interaksi yang hangat
akrab dengan orang lain dan akrab dengan orang lain
b. Mempunyai hubungan dekat
dengan orang – orang tertentu
(pacar, sahabat)
c. Mempunyai hubungan
heteroseksual dan membentuk
keluarga
d. Mempunyai komitmen yang
jelas dalam bekerja dan
berinteraksi
e. Merasa mampu mandiri untuk
kehidupan (sudah bekerja)
f. Memperlihatkan tanggung
jawab secara ekonomi, sosial
dan emosional
g. Mempunyai konsep diri yang
realistis/ sesuai kenyataan
h. Menyukai dirinya dan
mengetahui tujuan hidupnya
i. Berinteraksi baik dengan
keluarga
106
j. Mampu mengatasi stress
akibat perubahan dirinya
k. Menganggap kehidupan
sosialnya bermakna
l. Mempunyai nilai yang menjadi
pedoman hidupnya
Penyimpangan perkembangan : a. Ketakutan / tidak siap
menyendiri/isolasi menerima akibat perbuatannya
b. Sulit untuk memulai suatu
hubungan
c. Tidak mempunyai teman dekat
d. Menghindari komitmen dalam
berinteraksi
e. Mudah beralih dalam
bekerja/karier atau gaya hidup,
mudah terpengaruh
f. Tidak mempunyai nilai sebagai
pedoman hidup
g. Tidak mempunyai hubungan
akrab dengan orang lain
h. Tidak mampu mengatasi stress

C. Proses Terjadinya Masalah


Pada tahap ini fisik dan ego harus mampu menguasai mekanismen
reaksi somatis dan berbagai konflik internal lainnya dalam upaya
mengatasi ketakutan terhadap kehilangan ego sehingga timbul situas
dari kenyataan (self abandon). Pencegahan timbulnya situasi ini akan
mengembangkan keterbukaan dan kepuasan diri (self
absorption).Intimacy Vs isolation ini segera dimulai saat tahap masih
mengandung konflik tahap ke 5 yang memberi nuansa dewasa muda
masih ingin menggabungkan identitas dirinya dengan kelompok. Mereka
ingin diterima dan diakui dalam kelompok sebayanya. Kecenderungan
ini berlanjut terus sampai masa dewasa bahkan sampai masa tua.
Namun dalam tahap ini, individu harus siap untuk memahami intimacy
(hubungan antarpersonal yang sangat dekat), dan juga isolation
(kenyataan bahwa kita adalah kita, dia adalah dia, sendirian dan
terpisah dari yang lain).
Kemampuan untuk menyeimbangkan intimacy dengan isolation
adalah prasyarat cinta pada pasangan hidup. Kita harus mengetahui
cara mencapai kesendirian dan belajar mencintai seseorang secara
intim untuk melebur menjadi bagian diri kita yang tidak terpisahkan. Nilai
terpenting dalam tingkat perkembangan ini adalah kesetiaan absolut
107
terhadap keluarga yang terdiri atas suami, istri, anak (fidelity). Nilai
fidelity ini mencerminkan tingkat peradapan. Semakin rendah tingkat
suatu peradapan, pemuasan motivasi banal, seperti seksualitas semakin
diutamakan. Semakin tinggi tingkat peradapan nilai estetik dan
kesetiaan semakin diutamakan. Karena itu, suatu sistem sosial-budaya
yang masih membenarkan poligami berarti masih berada dalam tahap
perkembangan semi-primitif.
Ego harus siap bila intimacy harus berakhir (perceraian,pasangan
hidup meninggal, dikhianati,dll). Karena pada usia inilah, manusia dapat
hidup berpasangan. Pada kehidupan suami istri, fungsi seksualitas
terdiri atas seksualitas banal (ketertarikan fisik) dan seksualitas estetik
(ketertarikan berdasarkan sifat-sifat internal). Fungsi seksualitas banal
hanya penting pada usia produktif. Semakin dewasa usia perkawinan,
semakin tinggi usia kronologis, dan semakin tinggi tingkat peradapan
seseorang, kepentingan fungsi seksualitas estetik semakin bertambah.
Pada tahap dewasa, fungsi seksualitas estetik mendominasi fungsi
seksualitas banal, dan pada usia tua, fungsi seksualitas estetik
merupakan satu-satunya fungsi seksualitas karena fungsi biologis telah
sangat menurun.
FAKTOR PREDISPOSISI

Biologis Psikologis Sosial Budaya


 Riwayat imunisasi lengkap  Terbiasa menceritakan  Memiliki kemampuan
 Tidak ada riwayat sakit fisik masalah pada orang bergaul di rumah/luar rumah
kronis/cacat terdekat dengan baik
 Tidak ada riwayat trauma  Riwayat kegagalan  Memiliki kegiatan yang
kepala sekolah/putus sekolah menyenangkan
 Tidak pernah merokok,  Tidak ada riwayat KDRT  Tidak sulit dalam membina
narkoba  Ada semangat dalam hubungan dg teman
 Tidak ada riwayat genetil menjalankan usaha  Patuh pada norma
gangguan njiwa dalam  Optimis dalam melakukan  Pola komunikasi dengan
keluarga. sesuatu anggota keluarga
 Senang beraktivitas atau  Menjalankan tugas dan
mengikuti kegiatan tanggung jawabnya dalam
 Mandiri, tidak tergnatung pekerjaan dan keluarga
ada orang lain  Tidak ada labeling negatif di
 Punya tujuan hidup yang lingkungan
jelas keluarga/masyarakat
 Menyukai dirinya  Berpartisipasi dalam
kegiatan kemasyarakat
10.

108
FAKTOR PRESIPITASI

Nature Origin Timing Number


Faktor Biologis 1. Internal 1. Waktu tertjadi  Jumlah dan
 Memiliki tubuh ideal Dapat stressor di kualitas stressor:
 Tidak ada sakit fisik menerima rentang usia semua stressor
 Tidak merokok dan perubahan fisik 21-25 th yang ada selama
narkobaMenyenangi kegiatan olah dan psikologis 2. Lamanya usia dewasa
raga 2. Eksternal stressor terjadi muda
 Melakukan perawatan tubuh  Keluarga optimal
 Tidak mengalami gangguan tidur mendukung
dan istirahat masyarkat
Faktor Psikologis menerima
1.Menerima dari masukan orang dan
terdekatn akan rencana masa mendukung
depoan ttg keluarga/pekerjaan kebefradaany
2.Menyukai pekerjaanya a
3.Diberikan pekerjaan kepercayaan
menerima tugas dan tanggung
jawab
4.Dapat mengambil keputusan sendiri
5.Dapat memberikan pendapat
poribadi
6.Menyadari nilai-nilai yang ada pada
dirinya
7.Percaya diri dalam bekerja dan
bergaul
8.Dapat menerima perubahan diri.
9.Senang menerima tanggung jawab
secara ekonomin dan siosial
Faktor Sosial Budaya
 Diberi kesempatan mengembangkan
skill & kemampouannya
 Diberikan semangat dan dukunan
mngembangkan karier dan bekerja

PENILAIAN STRESSOR

Kognitif Afektif Fisiologik Behavior Respon Sosial


 Menerima kritikan  Menanggap  BB ideal  Mempertahankan  Mau bergaul dengan
orang lain i dengan TB kontak mata siapa saja
 Mampu pertanyaan  Tidak  Menjaga perasaan &  Tidak memilih-milih
menyelesaikan  Yakin dalam mengalami privasio orang teman pergaulan
masalah sendiiri menjawab kesulitan tidur  Mengikuti topik lawan  Mampu memilih
 Menerima  Tidak takut  Nafsu makan bicara sendiri teman dekat
perbedaan dalam baik  Membanggakan  Ikut ambil bagian
pendapat ekspresikan  Tekanan darah dirinyan di hadapan dalam kegiatan di
 Memberikan dan normal oang lain lingkungan sekitar
109
pendapat [pribadi pendapat rumah/tempatnbeker
yang  Berani ja
sejalan/bertentang menceritaka
an dengan n
pendapat orang pengalaman
lain pribadi
 Menceritakan  Bangga
kelebihan dirinya terhadap diri
 Dapat berfikir sendiri
rasional  Dapat
 Dapat memikirkan mengontrol
ide-ide kreatif emosi
dalam  Tidak
menyelesaikan mudah
masalahnya putus asa

SUMBER KOPING

Personal Ability Sosial Support Material Assets Positive Believe


 Tahu ttg karakteristik  Keluarga tahu ttg  Ansuransi kes:  Percaya dengan
perkembangan tumbuh kembang JKM/SKTM pelayanan
psikososial yg dewasa muda  Memiliki pekerjaan kesehatan.
normal  Keluarga tahu  Memiliki tabungan  Persepsiu yang
 Tahu perilaku penyimpangan pada  Memiliki aset baik terhadap
menyimpang umur dewasa muda pribadi(rumah, tanah, tenaga kesehatan
 Tahu cara mencapai  Keluarga tahu cara kebun)  Selalu
perkembangan stimulasi tumbuh  Pelayanan kesehatan menggunakan
psikososial yang kembang dewasa dekat dengan rumah pelayanan
normal muda kesehatan
 Nerinteraksi dengan  Keluarga memotivasi  Keyakinan agama
banyak orang dewasa muda untuk yang berhubungan
 Mempunyai mendiri bekerja dengan kesehatan
pekerjaan  Keluarga memberikan  Keyakinan budaya
 Memotivasi diri dorongan dan poujian klien & keluarga
melakukan yang realistif keluarga yang berhubungan
timndfakan untuk & lingkungan memberi dengan kesehatan
perkembangan rasa aman
dirinya
 Tahu sumber
informasi
 Dapat identifikasi
masalah sendiri
 Menemukan cara
tepat untu
menyelesaikan
masalah
 Mengetahui
kemampuan diri

110
SUMBER KOPING

KONSTRUKTIF DESTRUKTIF
Mnejalin interaksi yang akrab dan hangat dgn Ketakutan/tidak siap menerima akibat
orang lain
perbuatannya
Mempunyai hubungan dekat dg orang-orang
Sulit untuk memulai hubungan
tertentu.
Mempunyai hubungan heteroseksual dan Tidak mempunyai teman dekat
membentuk keluarga. Menghindari komitmen dalam interaksi
Mempunyai komitmen yang kjelas dalam Mudah beralih dalam bekerja/karier
bekerja dan berinteraksi. Mudah berpengaruh
Merasa mampu mandiri untuk kehidupan Tidak mempunyai nilai sebagai pedoman
(sudah bekerja hidup
Nenoerlihatkan tanggyung jawab secara Tidak mmpunyai hubungan akrab dengan
ekonomi, sosial dan emosional orang lain
Mempunyai konsep diri yang realistis/sesuai Tidak mampu mengatasi stres
kenyataan
Menyukai dirinya dan mengetahui tujuan
hidupnya
Berinteraksi baik dengan keluarga
Mampu mengatasi stress akibat poerubahan
dirinya
Menganggap kehidupan sosialmnya bermakna
Mempunyai nilai yang menjadi pedoman
hidupnya

D. Diagnosa Keperawatan
Potensial (Normal): Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa
Muda
Resiko (Penyimpangan): Risiko isolasi sosial

E. Tindakan keperawatan
Menurut Keliat et.al (2019) tindakan keperawatan untuk
perkembangan psikososial dewasa muda bertujuan :
1. Dewasa Muda
a. Tujuan
1) Kognitif, dewasa muda mampu
 Mengetahui perkembangan dewasa muda
 Mempunyai pengetahuan untuk bekerja
 Memahami pentingnya kelompok sosial
2) Psikomotor, dewasa muda mampu:
 Mempunyai pekerjaan
 Mempunyai hubungan intim dengan lawan jenis
 Aktif dalam kegiatan masyarakat
111
3) Afektif, dewasa muda mampu:
 Mengendalikan emosi
 Memiliki rasa kepercayaan diri
 Memiliki jiwa penolong
 Mencintai keluarga dan pekerjaan
b. Intervensi
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa
muda:
1) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal
dan menyimpang
2) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal :
a) Menetapkan tujuan hidup
b) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
c) Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di
masyarakat
d) Memilih calon pasangan hidup
e) Menetapkan karier/pekerjaan
f) Mempunyai pekerjaan
3) Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara
mengatasinya melalui oekayanan kesehatan
4) motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan
tindakan yang dapat memenuhi perkembangan psikososialnya.

2. Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan
perkembangan dewasa muda yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu memahami cara menstimulasi
perkembangan dewasa muda
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk
menstimulasi perkembangan dewasa muda
4) Keluarga mampu merencanakan cara menstimulasi
perkembangan dewasa muda
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan dewasa
muda normal yang perlu dicapai serta perkembangan yang
menyimpang
2) Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa muda untuk bekerja
dan mendapat pasangan hidup:
 Memberi pendapat dan ide tentang pekerjaan

112
 Memberi motivasi dan dukungan untuk bekerja
 Memberi pendapat dan ide tentnang pasangan hidup dan
keluarga
 Memberi motivasi dan dukungan untuk berkeluarga
3) Diskusikan dan motivasi peran serta dalam masyarakat
4) Memberi dukungan pujian atas keberhasilan dalam bekerja
dan kehidupan keluarga

113
Daftar Pustaka

Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. Ek., Daulima, N. H. ., Wardani, I. Y.,


Susanti, H., … Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa (M. Ester,
ed.). Jakarta: EGC.

Keliat,Budi Dkk.(2015).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC

Stuart,(2009)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby

Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing


Diagnosis). Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

114
LAPORAN PENDAHULUAN
SEHAT JIWA USIA DEWASA TUA

1. Pengertian
Kesiapan perkembangan dewasa tua adalah tahap perkembangan pada usia 40
– 65 tahun. Perkembangan dewasa tua meningkatkan keberhasilan dalam keluarga,
pekerjaan, dan kepedulian terhadap masyarakat (Keliat, dkk, 2019). Dewasa tua disebut
juga menghasilkan keturunan. Jika perkembangan tidak tercapai dapat terjadi stagnasi
dari perkembangan.Pada masa ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri
untuk membuat ikatan dengan orang lain yang menghasilkan hubungan intim. Orang
dewasa mengembangkan pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan
terikat dalam tugas awal sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada
masa ini seseorang berada pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini
kebutuhan untuk mencari kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang
berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi peran yunior pada pekerjaan,
memulai perkawinan dan peran orang tua dan memulai pelayanan pada komunitas ke
suatu tempat yang lebih senior di rumah, pekerjaan dan di komunitas.
Perkembangan masa dewasa dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Dewasa awal
Dewasa awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap
kritikal selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan
(30-an). Ia dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia berada pada
tahap awal pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, sesorang perlu
membuat pilihan yang tetap demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan
keluarga.pada masa ini juga seseorang akan menhadapi dilemma antara pekerjaan
dan keluarga.berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir
dan juga hubungan dalam keluarga.dan masalah yang timbul tersebut merupakan
salah satu bagian dari perkembangan.
Sosio-emosional.sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri
setiap individu dalam warna afektif yang meyertai setiap keadaan atau perilaku
individu.
Menurut teori Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka di dalam
lingkunganumur 20 an ke 30an. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan
memikul tanggung jawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai
berlaku dan berkembang.
Tahap perkembangan Psikososial pada usai dewasa muda yaitu Keintiman
vs isolasi pada tahap ini adalah tantangan pada hubungan (Erickson 1902-1994,

115
dalam Wade & Tarvis. Pada tahap ini individu sudah mulai selektif membina
hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada
tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan orang lainnya.

2. Dewasa madya
Masa dewasa madya adalah masa peralihan dewasa yang berawal dari masa
dewasa muda yang berusia 40-65 tahun.pada masa dewasa madya, ada aspek-
aspek tertentu yang berkembang secara normal,askep-askep tertentu yang
berkembang secara normal, askep-askep lainnya berjalan lambat atau berhenti.
Bahkan ada askep-askep yang mulai menujukkan terjadinya kemunduran-
kemunduran.
Aspek jasmaniah mulai berjalan lamban, berhenti dan secara berangsur
menurun.aspek-aspek psikis (intelektual-sosial-emosional-nilai) masih terus
berkembang,walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau peningkatan
kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas.pada akhir masa
dewasa madya(sekitar usia 40 tahun),kekuatan aspek-aspekp psikis ini pun secara
berangsur ada yang mulai menurun, dan penurunannya cukup drastic pada akhir
usia dewasa.untuk lebih jelasnya,berikut ini akan disajikan uraian secara lebih rinci
tentang perkembangan fisik,intelektual,moral, dan karir pada masa dewasa.
Menurut Lavinson, masa dewasa Madya berusia 40-50 tahun. Masa dewasa
Madya adalah masa peralihan dari masa dewasa awal. Pada usia 40 tahun
tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itru mulailah peralihan ke,masa madya
(tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini seseorang memiliki 3 macam
tugas:
1. Penilaian kembali pada masa lalu
2. Perubahan struktur kehidupan
3. Proses individuasi
Artinya seseorang menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini, dan
dengan pandangan kedepan seseorang merubah struktur kehidupannya dengan
penyesuaian pemikiran rasional pada zaman ini pula. Proses individuasi akan
membangun struktur kehidupan baru yang langsung sampai fase penghidupan
yang berikutnya yaitu pemulaan masa madya (45-50 tahun).
Perkembangan psikososial pada dewasa madya adalah Generativitas vs
stagnasi adalah tantangan pada masa paruh baya. Generativitas adalah perluasan
cinta ke masa depan (Erikson 1902- 1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Pada tahap
ini salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan

116
antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa
(stagnansi).
Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi
penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu
perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang lain. Melalui generativitas akan
dapat dicerminkan sikap memerdulikan orang lain, sedangkan stagnasi yaitu
pemujaan terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa
pun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu perduli, sehingga
mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang
ada adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam
lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya di tengah-tengah area
kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif. Ritualisasi dalam
tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu
interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang
yang berada pada usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu
apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan
pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk
dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan di antara orang dewasa dan
penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan (Erikson dalam
Sumanto, 2014). Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian,
sedangkan kegagalan menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia (Upton,
2012).

3. Dewasa Akhir
Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir
(60 keatas). Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak
lansia dan anaknya yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang
bertanggung jawab. Di samping itu permasalahan dari diri sendiri yang berubah fisik,
mulai tanda penuaan yang cukup menyita perhatian.
Saat individu memasuki dewasa akhir mulai terlihat gejala penurun fisik dan
psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik,pencarian
makna hidup selanjutnya. Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap
integriti vs despair yaitu kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis
psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negative yang mampu mempengaruhi

117
kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan
puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosialnya dan produktifitasnya
yang puas. Lawannya adalah Despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat,
rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif
dalam peran social, gaya hidup sehat dan kesehatan fisik.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat
berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan
semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan dirinya
dari kehidupan socialnya Karen berbagai keterbatasan yang dimiliknya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi social para lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan
dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak
fisik dan berkurangnya komitmen.

2. PerkembanganFisikDewasaTua/ DewasaMadya
Rentang dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada
umumnya berkisar antara usia 40-60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan
berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock,1980: 320). Masa usia dewasa
madya diartikan sebagai suatu masa menerima keterampilan fisik dan semakin besar
tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sabar akan popularitas muda
tua dan semakin berkurang jumlah waktu yang tersiisa dalam kehidupan, suatu masa
ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karir, dansuatu titik
ketika individu meneruskan sesuatu yang berarti pada generasi berikutnya.
Perkembangan fisik menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu
terdapat ketakutan, diman penampilannya pada masa ini akan menghambat
kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya
tarik lawan jenis. Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana
yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan usia
deewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah daripada
perempuan yang lebih muda atau lebih tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa
madya lebih mungkion menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh
negative terhadap penampilan fisiknya dan adapun beberapa perubahan fisik
maupun tampak lebih awal seperti diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau
bagian terjadi diusia 40 tahun, menurunya perkembangan fisik mennjjukkan bahwa
masa dewasa madya telah datang.
Beberapa perubahan fisik pada masa dewasa madya antara lain:
1. Timbulnya uban

118
2. Kulit mulai keriput
3. Gigi menguning
4. Tubuh semakin pendek karena otot-otot melemah
5. Punggung orang dewasa melemah karena piringan sendi ditulang belakang
megalami penurunan
6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya,
misalnya seorang laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30
kemungkinan akan menjadi 5 kaki 9 7/8 inci diusia 50 tahun, dan mungkin akan
menjadi 5 kaki 9 ¼ pada usia 60 tahun.
7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan
paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun
8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran
9. Menopause, pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami menopause,
diman apda periode ini haidndan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara
keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan
bagi wanita, seperti hot fluses, mual, letih dan cepatnya denyut jantung. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya produksi hormon ekstrogen oleh indung telur
10. Penurunan kebugaran fisik. Masalah kesehatan utama pada masa dewasa
madya antar alain penyakit kanker, kardiovaskuler dan obesitas

3. Ciri-ciriDewasaTua

1. Usia dewasa tua (madya merupakan periode yang sangat di takuti


Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya
semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak yang mempunyai
alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah: banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya yaitu: kepercayaan
tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan
berhentinya reproduksi.
2. Usia dewasatua (madya) merupakan masa transmisi
Usia ini merupakan masa transmisi seperti halnya masa puber, yang
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masanya dan
memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani
dan perilaku jasmani baru
3. Usiadewasatua (madya) adalah masa stres

119
Bahwa usia ini merupakan masa stres. Penyesuaian secara radikal
terhadap peran dan pola hidup berubah, khususnya bila disertai dengan
berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan
psikologis membawa kemasa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian
yang pokok harus dilakukan dirumah, bisnis dan aspek seosial kehidupan
mereka
4. Usiadewasatua(madya) adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterprestasi “usia berbahaya” ini berasal dari
kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang
berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan
merupakan berbahay dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu
masa dimana seseorang mengalami kesulitan fisik sebagai akibat dari terlalu
banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya
memperhatian kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dngan cepat
dikalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide.
Khususnya suicide. Khususnya dikalangan pria.
5. Usia dewasatua (madya) adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa.
Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya, mereka bukan muda lagi,
tetapi juga bukan tua
6. Usia dewasatua (madya) adalah masa berprestasi
7. Usia dewasatua (madya) merupakan masa kritiss
Menurut Erikson, usia madya meripakan masa kritis dimana baik
generativitas/ kecenderungan untuk menghasilkan stagnasi atau
kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Erikson pada
masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka
berhenti (tetap) tidakmengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila
orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan
berhasil, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag
(menetapkan) pada hidupnya.
8. Usia dewasatua (madya) adalah masa evaluasi
Pada usia ini pada umumnya manusia mencapai puncak prestasinya,
maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk
mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan
harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga
terdekat.
9. Usiadewasatua(madya) di evaluasi dengan srtandar ganda

120
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar
bagi wanita. Walaupun perkembangan cenderung mengarah ke persamaan
peran antara pria dan wanita baik dirumah, perusahaan perindustrian, profesi
maupun dalam kehidupan social namun masih terdapat standar ganda
terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek
terhadap kehidupan pria maupun wanita usia madya tetapi ada dua aspek
yang perlu diperhatikan: yaitu Pertama aspek yang berkaitan dengan
perubahan jasmani, Kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan
sikap pada usia tua
10. Usiadeawastua(madya) merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak yiodak lagi tinggal bersama orang tua,
contonya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal
diluar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka
dirumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka
11. Usia dewasa (madya) merupakan masa jenuh
Banyak pria dan wanita yang memasuki masa ini mengalami
kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Para pria merasa jenuh dengan
kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit
memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara
rumah dan membesarkan anak-anak mereka. sehingga ada yang merasa
kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat merasa jenuh
4. TugasPerkembanganDewasa

Tugas-tugas pada Tugas-tugas pada usia Tugas-tugas pada


kedewasaan awal pertengahan kematangan akhir
1. Memilih seorang Memperoleh tanggug jawab Menyesuaikan terhadap
teman hidup social sebagai warga Negara penurunan kekuatan fisik
yang sudah dewasa dan kesehatan
2. Belajar hidup Memantapkan dan memelihara Penyesuaian terhadap
dengan standart hidup ekonomi masa pension dan
pasangannya penurunan pendapatan
3. Memulai suatu Mengembangkan kegiatan Menyesuikan terhadap
keluarga waktu luang orang dewasa kematian pasangannya
4. Memelihara anak- Membantu anak-anak muda Mengikuti kegiatan
anak menjadi orang dewasa yang kelompok sebaya
bahagia dan bertanggung
jawab

121
5. Mengatur rumah Berhubungan dengan Mengadakan pertemuan
pasangannya sebagai seorang social dan jaminan social
pribadi sebagai warga Negara
6. Memulai suatu Menerima dan menyesuaikan Menentukan pengaturan
pekerjaan perubahan fisik pada usia hidup fisik yang
peetengahan memuaskan
7. Tanggung jawab Menyesuaikan terhadap orang
sebagai warga tua yang sudah berumur
Negara
8. Menemukan satu
kelompok social
yang simpatik

5. PerkembanganPsikososial

Ada tiga tahapan perkembangan psikososial pada usia dewasa antara lain:
1. Keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation)
Adalah tantangan pada usia dewasa muda, hal terpenting pada tahap ini
adalah adanya suatu hubungan (Erikson 1902- 1994 dalam Wade & Tavris, 2008).
Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy dan
isolation. Pada tahap ini individu sudah mulai selektif membina hubungan yang intim,
hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul
dorongan untuk membentuk hubunganyang intim dengan orang-orang tertentu, dan
kurang akrab atau renggang dengan orang lainnya.
Pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya
kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki
pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan
tumbuh sifat merasa terisolasi. Adanya kecenderungan maladaptif yang muncul
dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu bebas,
sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memedulikan dan merasa
tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan
sahabat, tetangga, bahkan dengan orang kekasih kita. Sementara dari segi lain
(malignansi) akan terjadi keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi
atau menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan, dan masyarakat, selain itu dapat
juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian
yangdirasakan.

122
Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan
orang lain. Cinta yang dimakdsud tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih
namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi
yang terjadi pada tahap ini yaitu adanya afilisiasi dan elitism. Afilisiasi menunjukkan
suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta
yang dibangun dengan sahabat, dan kekasih. Sedangkan elitisme menunjukkan
sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain.
Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan kegagalan menghasilkan
kesepian dan kesendirian (Erikson dalam Sumanto, 2014).

2. Generativitas vs stagnasi (generativity versus stagnation)


Adalahtantanganpada masa paruhbaya. Generativitasadalahperluasancintake
masa depan (Erikson 1902- 1994 dalam Wade &Tavris, 2008).
Padatahapinisalahsatutugasuntukdicapaiialahdapatmengabdikandirigunakeseimbang
anantarasifatmelahirkansesuatu (generativitas) dengantidakberbuatapa-apa
(stagnansi).
Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi
penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu
perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang lain. Melalui generativitas akan
dapat dicerminkan sikap memerdulikan orang lain, sedangkan stagnasi yaitu
pemujaan terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa
pun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu perduli, sehingga
mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang
ada adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam
lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya di tengah-tengah area
kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif. Ritualisasi dalam
tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu
interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang
yang berada pada usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu
apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan
pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk
dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan di antara orang dewasa dan
penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan (Erikson dalam
Sumanto, 2014). Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian,

123
sedangkan kegagalan menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia (Upton,2012).

3. Integritas ego vs keputusasaan (ego integrity versus despair)


Adalahtantanganakhirdari masa lanjutusia (Erikson 1902-1994 dalam Wade
&Tavris, 2008). Hal terpentingpada masa iniialahadanyarefleksiataskehidupan.
Saatberanjaktua, orang berusahamencapaitujuanakhiryaitukebijaksanaan,
ketenangan spiritual, danpenerimaandalamhidup. Orang
dewasaakhirperlumelihatkebelakangdalamkehidupanmerekadanmerasakansuatu
rasa pemenuhan. Keberhasilantahapinimendorongperasaanarif,
sedangkankegagalanmenghasilkanpenyesalan, kepahitan, dankeputusasaan
(Upton,2012).

6. Karakteristik

a. Karakteristik Prilaku Normal


1. Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
2. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu (pacar, sahabat)
3. Membentuk keluarga
4. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
5. Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
6. Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
7. Mempunyai konsep diri yang realistis
8. Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
9. Berinteraksi baik dengan keluarga
10. Mampu mengatasi stress akibat perubahan dirinya
11. Menganggap kehidupan sosialnya bermakna.
12. Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupnya.

b. Karakteristik penyimpangan perkembangan


1. Tidak mempunyai hubungan akrab
2. Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
3. Konsep diri tidak realistis
4. Tidak menyukai diri sendiri
5. Tidak mengetahui arah hidup
6. Tidak mampu mengatasi stress
7. Hubungan dengan orang tua tidak harmonis
8. Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggung jawab
9. Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh

124
10. Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)

125
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas Nama,Usia, Jenis Kelamin, Nomor Rekam Medik (CM) dan Diagnosa Medis
2. Keluhan
Keluhan utama saat pengkajian yang paling sering muncul / dominan dirasakan klien dan
intervensi yan telah klien/keluarga berikan untuk meringankan keluhan.
3. Status Perkembangan
Untuk mengetaui klien berasa distatus perkembangan infant/toddler/ preschool/
school/ adolenses/ youngadult/adult/old. Form ini juga digunakan untuk mengkaji
gangguan fisik/psikosexual/psikososial/kohnitif/moral pasien.
4. Faktor Presipitasi
Data yang dikaji berupa riwayat perkembangan kesehatan 6 bulan terakhir terdiri dari bio,
psiko, sosial, spritual untuk mengetahui stimulasi dan perkembangan pasien sesuai
dengan umur pasien.
5. Faktor predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor pendukung (bio, psiko, sosial) yang berkontrmas
dimassi timbulnya gangguan perkembangan. Faktor predisposisi yang harus dikaji
meliputi: kapan terjadinya, keluhan/tanda gejala, penyebab/faktor faktor yang melatar
belakangi, apa yang sudah dilakukan.
6. Pengkajian Psikososial
Data yang dikaji adalah penulusuran genetik yang berupa genogram, riwayat penakit
pasien/ keluarga beserta penatalaksanaannya, data tentang konsep diri klien (citra
tubuh, identitas diri, peran, ideal diri, harga diri), hubungan sosial dan aspek spiritual
serta pemknaan dalam spiritual.
7. Penilaian terhadap stressor
Pengkajian yang digunakan untuk mellihat respon individu jika berhadapan dengan
stressor, terdiri dari respon kogitif, afektif,fisiologis, dan respon sosial.
8. Sumberkoping
Mengkajikemampuan personal untukmeneglaolakopingjikaberhadapandengan
stressor, mulaidaripenyelesaianmasalah, status kesehatan, kemamuan social,
intelegensi, pengetahuan, tumbuhkembang, sampaikekonsepdiripasien(citradiri,
ideal diriidentitas, peran, hargadiri). Serta mengkajidukungan social yang
didapatkanpasien, asset material untukkebutuhanpasien, keyakinanpasien.
9. Mekanismekoping
Kajiresponkliendalammenghadapisuatupermasalahan, apakahmenggunakancara-
cara yang adaptif (konstruktif) atau maladaptive (distruktif).

126
2. Tanda dan Gejala

Subjektif:
a. Melakukan hal – hal positif
b. Menyayangi keluarga
c. Menolong orang lain
d. Rajin ibadah
e. Memiliki motivasi yang tinggi
Objektif:
a. Mempunyai pekerjaan
b. Mempunyai keluarga
c. Mempunyai kelompok sosial
d. Mempunyai bakat

3. Tujuan Asuhan Keperawatan

1. Kognitif, dewasa tua mampu memahami:


a. Ciri perkembangan usia dewasa tua
b. Perlunya pekerjaan
c. Perlunya berkeluarga
d. Perlunya peduli dan berperan aktif dalam keluarga dan masyarakat
2. Psikomotor, dewasa tua mampu:
a. Melakukan pekerjaan dengan tekun dan kreatif
b. Merawat keluarga dengan harmonis
c. Melakukan kegiatan bersama masyarakat
3. Afektif, dewasa tua mampu:
a. Mengendalikan emosi
b. Memiliki rasa kepercayaan diri
c. Memiliki jiwa penolong
d. Memiliki kepuasan hidup
e. Berguna bagi banyak orang

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN GENERALIS


1. Meningkatkan pemisahan dari autokratis keluarga
Intervensi:
a. Perkuat kebebasan yang sesuai
b. Gali tindakan alternatif untuk membantu dalam membuat keputusan
c. Dorong komunikasi dengan keluarga

127
2. Memulai identitas orang dewasa
Intervensi:
a.Hargai tindakan bebas
b.Perkuat keputusan yang sesuai
3. Menjalankan peran kepemimpinan dalam komunitas
Intervensi:
a.Perkuat kesenangan dalam aktivitas komunitas
b.Gali cara untuk berpartisipasi dalam aktivitas komunitas
c.Dorong perkembangan keterampilan kepemimpinan
4. Memulai keseimbangan tanggungjawab pribadi dan pekerjaan
Intervensi:
a.Perkuat kebutuhan untuk menyeimbangkan tanggung jawab pribadi dan pekerjaan
b.Bantu menentukan kesenangan dan menyediakan sumber daya untuk
mengembangkan kesenangan ini
5. Mengembangkan hubungan dalam pekerjaan
Intervensi:
a.Perkuat kebutuhan untuk jaringan kerja
b.Gali alternatif kerier dan cara untuk kemajuan
c.Gali pilihan untuk peningkatan tanggungjawab dan cara untuk mengatasi
peningkatan tanggung jawab
6. Meningkatkan kemampuan meyelesaikan masalah
Intervensi:
a.Bantu dalam aktivitas penyelesaian masalah dengan mengeksplorasika alternatif
b.Bantu dalam mengklarifikasi tujuan
c.Berikan informasi tentang sumber untuk perkembangan keterampilan atau
pencapaian tujuan
7. Menetapkan perilaku peran perkawinan
Intervensi:
a.Perkuat diskusi tentang pandangan dengan pasangan atau calon pasangan
b.Berikan informasi tentang pandangan atau opini alternatif
8. Memulai penerimaan peran ganda menjadi orangtua
Intervensi:
a.Gali perasaan
b.Gali nilai dan alternatif mengenai orangtua
c.Perkuat prilaku pencarian informasi
d.Berikan informasi tentang prilaku orangtua atau kelas orangtua

128
9. Mengevaluasi ulang dan mengembangkan keterampilan menjadi orangtua yang
konsisten dengan kebutuhan pertumbuhan anak
Intervensi:
a.Hargai pengakuan adanya perbedaan
b.Berikan informasi tentang perkembangan kebutuhan anak
c.Sarankan keterampilan alternatif sebagai orangtua
10. Menyesuaikan perubahan karier
Intervensi:
a.Gali perasaan tentnag perubahan karier
b.Sarankan cara untuk mengurangi stress selama perubahan karier
c.Sarankan strategi untuk memudahkan adaptasi dengan perubahan karier atau
menguatkan strategi yang telah digunakan gali dampak perubahan pada diri/ atau
keluarga
11. Menyesuaikan relokasi
Intervensi:
a. Gali dampak perubahan pada diri dan/atau keluarga
b. Berikan informasi tentang sumber lokal
c. Perkuat aktivitas pencapaian tujuan
12. Menyeimbangkan peran ganda
Intervensi:
a.Gali perasaan tentang peran ganda
b.Bantu dalam memprioritaskan aktivitas
c.Diskusikan aktivitas yang bisa dikurangi atau diterima oleh oranglain
13. Mengembangkan tujuan jangka panjang untuk keamanan keluarga
Intervensi:
a.Gali tujuan yang realistis dengan klien
b.Bantu dalam memprioritaskan tujuan yang sesuai
c.Diskusikan strategi untuk mencapai tujuan

5. TindakanKeperawatan

 Tindakan pada dewasa tua:


TindakankeperawatanNers
a. Diskusikan tentang perkembangan usia dewasa tua yang normal dan
menyimpang
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan usia dewasa tua:
1) Menetapkan tujuan hidup

129
2) Mempunyai pekerjaan
3) Merawat keluarga dengan baik
4) Berinteraksi dengan banyak orang
5) Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
c. Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya melalui
pelayanan kesehatan.
 Tindakan pada keluarga:
a. Jelaskan tahap perkembangan yang harus dicapai usia dewasa tua
b. Mendiskusikan cara memfasilitasi dewasa tua mencintai keluarga
1) Memperhatikan pasangan dan anak
2) Menyediakan waktu untuk keluarga
3) Berkomunikasi terbuka dan saling menghargai
c. Mendiskusikan cara bekerja agar berhasil
1) Bekerja disiplin dan tekun
2) Membangun hubungan baik ditempat kerja
d. Diskusikan peran serta di masyarakat
1) Ikut serta kegiatan sosial
2) Ikut serta kegiatan nasional,spiritual yang berguna bagi masyarakat

130
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda jual. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta
Juntika Nurihsan. 2000. Buku Bimbingan dan Konseling untuk Orang Dewasa. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna., dkk. 2019. AsuhanKeperawatanJiwa. Jakarta: EGC
Kurniawan, Yudi.,Sulistyarini. 2016. Komunitas SEHATI (sehatJiwadanHati)
sebagaiIntervensiKesehatan mental BerbasisMasyrakat.
JurnalPsikologidanKesehatan Mental Vol.1 (2), 112-
124.https://www.researchgate.net/publication/312342418. Diakses26 April 2020

Muhibbin Syah. 1997 Buku Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya


Santrock, jhon W. 2002. Buku Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5
jilid 2. Jakarta: Erlangga
Stuart dan Sadeen. (1995). Buku saku Diagnosa keperawatan jiwa edisi 3. EGC. Jakarta
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasa-akhir/
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/psikologi-perkembangan-dewasa-awal/
http://www.psikologizone.com/teori-teori-fase-dewasa/06511569
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/masa-dewasa-madya-40-60-tahun
http://rawapening.wordpress.com/2009/04/16/santrock-memandang-perkembangan-dewasa/

131
LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA USIA LANSIA

A. DEFINISI

Usia lanjut menurut World Health Organisation (WHO) ialah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Usialanjutadalahseseorang yang mengalamiperubahanbiologis, fisik,

kejiwaan, dan sosial,

haliniakanmemberikanpengaruhpadasemuaaspekkehidupanpadausialanjutt

ermasukkesehatan (Fatimah, 2010).MenurutKemenkesRepublik Indonesia,

seseorangdikatakanusialanjutjikaiaberusia 60 tahunkeatas,

halinitercantumdalam UU No. 13 tahun 1998 (Kemenkes RI,

2013).Lanjutusia (lansia)

merupakanperiodepenutupdalamrentangkehidupanseseorang,

yaitusuatuperiodedimanaseseorangtelahberanjakjauhdariperiodeterdahulu

(Papiliadkk, 2004).

Lanjutusiamerupakantahapperkembanganpsikososial yang terakhir

(kedelapan) dalamteori Erikson.

Padatahapinilansiadikatakanberadapadatahapintegritas ego versus

keputusasaan (integrity versus despair) (Videbeck, 2008; Lahey,

2002).Seoranglansiadikatakansehatjikamampuhidupdanberfungsisecaraefe

ktifdalamkehidupanmasyarakat, diantaranyamampumelatih rasa

132
percayadiridanotonominyasehinggadapatmencapaiderajatkesehatanmaksi

mum yang dapatdicapainya.

B. KLASIFIKASI LANSIA

Menurut Depkes RI, 2013 Klasifikasi Lansia :

1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau

uang jasa

5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

C. TANDA GEJALA

a. PerubahanAspekBiologi

Seseorangakanmengalamiperubahanfisikmaupunbiologisketika

merekamemasukiusialanjut. Perubahanfisik yang dialamilansiaberupa

turgor kulit yang tidakelastis, penurunaninderapenglihatan,

penurunaninderapenghidu, penurunanfungsipengecapan,

pendengaranmulaiberkurangsertaadanya gangguan musculoskeletal.

Perubahanlain yang munculadalahpada system termoregulasidan

133
hormonal. Perubahan-perubahaniniterjadikarena proses

degeneratifotak, (Rahayu, 2016).

b. PerubahanAspekPsikologi

Tahapperkembangan yang

harusdicapaipadalansiadiantaranyamampumenyesuaikanterhadap

proses perubahankehilangan,

kemudianmempertahankanintegritashargadiri,

danmempersiapkankematian, (Stuart, 2015).

c. PerubahanAspekSosial

Lansiamampuuntukberpartisipasidalamkegiatan

social,melakukaninteraksi, menstimulasifungsikognitif,

sehinggamemperlambatproses terjadinyademensia, (Videbeck,

2008). Proses perubahan social yang

terjadipadalansiadiantaranyalansiamengalamiketerbatasandalam

proses merawatdiri, (Rahayu, 2016).

d. PerubahanAspekSeksual

Perubahanseksual yang

nampakpadalansiasepertipenurunanaktivitasseksualdiakibatkankaren

a factor hormonal dandoronganseksual,

akantetapihalinitidakhilangsamasekali,(Aspiani, 2014).

e. Perubahan Aspek Spiritual

134
Lansiaakansemakinmeningkatkankehidupankeagamaannya,

sehinggadapatmemberikanartihidupdan rasa

berartidalammengatasimasalah yang terjadiakibat proses penuaan,

(Nugroho, 2008).

D. TEORI PROSES MENUA

Menurut Yusuf, A., & Nihayati. 2015 ada beberapa teori yang berkaitan

dengan proses penuaan, yaitu sebagai berikut :

1. Teori Biologi
 Teori genetik dan mutase.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekulmolekul (DNA) dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). Teori ini

merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa tubuh terdapat jam

biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya penuaan.

 Teori nongenetic.

Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri atas berbagai teori, di

antaranya adalah sebagai berikut :

a. Teori rantai silang (cross link) Teori ini menjelaskan bahwa molekul

kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan, mengakibatkan

jaringan yang kaku pada proses penuaan. Sel yang tua atau usang

135
menyebabkan ikatan reaksi kimianya menjadi lebih kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi.

b. Teori fisiologis Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,

yang terdiri atas teori oksidasi stres dan pemakaian dan rusak (wear

and tear theory).

c. Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-

sel tubuh lelah (terpakai).

d. Reaksi dari kekebalan sendiri (autoimmune theory) Metabolisme di

dalam tubuh memproduksi suatu zat khusus. Saat dijumpai jaringan

tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat khusus, maka jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit.

e. Teori immunology slow virus Sistem imun menjadi efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat

menyebabkan kerusakan organ tubuh. Teori ini menjelaskan bahwa

perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya

keseimbangan di dalam sel T sehingga produksi antibodi dan

kekebalan menurun.

f. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

g. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas.

Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan

oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

136
protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Radikal bebas terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan

bermotor dan rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar

ultraviolet, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan

kolagen pada proses penuaan.

h. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah

sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori Sosial

 Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada situasi

tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-pokok

interaksi sosial adalah sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999:

43):

a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya

mencapai tujuan masing-masing.

b. Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang

memerlukan biaya dan waktu.

c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang

memerlukan biaya.

d. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah

terjadinya kerugian.

e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan

olehnya.

137
 Teori penarikan diri

Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya derajat

kesehatan mengakibatkan seseorang lanjut usia secara perlahan

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas. Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple

loss), yaitu sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 45):

a. Kehilangan peran (loss of role).

b. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).

c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores

and values).

 Teori aktivitas

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972)

yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada

bagaimana seseorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam

melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama

mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan

dengan kuantitas aktivitas yang dilakukan (Hardywinoto dan Setiabudi,

1999: 46).

 Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus

kehidupan lanjut usia, sehingga pengalaman hidup seseorang pada

suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lanjut

usia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan

138
seseorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia

(Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 47).

 Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami

oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst

dan Duval, terdapat tujuh tugas perkembangan selama hidup yang

harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu sebagai berikut:

a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.

b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.

c. Menemukan makna kehidupan.

d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.

f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.

g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.

3. Teori Psikologis

Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas

perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus

berjalan meskipun orang tersebut telah menua.

 Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s hierarchy of

human needs)

Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima

tingkatan mulai dari yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman,

kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu

aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan kebutuhan

tersebut. Menurut Maslow, semakin tua usia individu maka individu

139
akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah

mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut telah mencapai

kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada di

dalamnya, otonomi, kreatif, independen, dan hubungan interpersonal

yang positif.

 Teori individualisme Jung (Jung’s theory of individualism)

Menurut Carl Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua yaitu

ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai lanjut usia

cenderung introvert. Dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia

tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa

menyeimbangkan antara sisi introvert dan ekstrovertnya, tetapi lebih

condong ke arah introvert. Dia senang dengan dirinya sendiri, serta

melihat orang dan bergantung pada mereka.

 Teori delapan tingkat perkembangan Erikson (Erikson’s eigth stages of

life)

Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai

individu adalah integritas ego vs menghilang (ego integrity vs

disappear). Jika individu tersebut sukses mencapai tugas

perkembangan ini, maka dia akan berkembang menjadi individu yang

arif dan bijaksana. Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap

ini, maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan

 Optimalisasi selektif dengan kompensasi (selective optimisation with

compensation) Menurut teori ini, kompensasi penurunan tubuh ada

tiga elemen yaitu sebagai berikut:

140
a. Seleksi Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses

penuaan maka mau tidak mau harus ada peningkatan

pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.

b. Optimalisasi Lanjut usia tetap mengoptimalkan kemampuan yang

masih dimilikinya untuk meningkatkan kehidupannya.

c. Kompensasi Berbagai aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan

karena proses penuaan diganti dengan aktivitas lain yang mungkin

bisa dilakukan dan bermanfaat bagi lanjut usia.

E. KARAKTERIKTIK PERILAKU NORMAL

a. Mempunyaihargadiritinggi

b. Menilaikehidupannyaberarti

c. Menerima nilai dan keunikan orang lainMenerima dan menyesuaikan

kematian pasangan

d. Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn

e. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin

f. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga

g. Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat

h. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

F. GANGGUAN PADA KESEHATAN JIWA LANSIA

141
Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi,

demensia, fobia, dan gangguan terkait penggunaan alkohol. Lansia dengan

usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi melakukan bunuh diri. Banyak

gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki, bahkan dipulihkan.

a. Gangguan demensia

Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat

keluarga, dan jenis kelamin wanita. Perubahan khas pada demensia terjadi

pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi gangguan

perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering,

kemarahan, kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur dan waham

b. Gangguan depresi

Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah

menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan tidur (khususnya bangun pagi

terlalu cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan

menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh

c. Gangguan kecemasan

 Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-

kompulsif, gangguan kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres

akut, dan gangguan stres pasca trauma.

 Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat

daripada yang lebih muda, tetapi efeknya sama. Gangguan

kecemasan mulai muncul pada masa remaja awal atau

142
pertengahan, tetapi beberapa dapat muncul pertama kali setelah

usia 60 tahun.

 Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus

diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang menghasilkan

gangguan. Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan dalam

penanganannya.

G. POHON MASALAH

Potensialberkembangnyaintegritasdiri

Stimulasi Tum- Bang

( > 65 Tahun) optimal

PengetahuanKeluarga/individuEfektif

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lanjut.

143
I. INTERVENSI KEPERAWATAN:

a. Tujuan:

1) Kognitif, lansia mampu:

a) Memahami ciri perkembangan usia lanjut

b) Menilai makna kehidupan

c) Memahami nilai dan keunikan orang lain

2) Psikomotor, lansia mampu:

a) Melakukan kegiatan sehari – hari sesuai dengan kemampuan

b) Melakukan kegiatan sosial dan spiritual

c) Menuntun generasi berikut dengan bijaksana

3) Afektif, lansia mampu:

a) Merasa berarti dalam hidup

b) Merasa dicintai

c) Menerima ditinggal oleh orang yang dicintai

d) Menerima perubahan kehidupan.

b. TindakanKeperawatan

1) Tindakan pada lansia:

a) Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia

b) Diskusikan makna dan perubahan fisik

 Makna kesehatan fisik yang telah dirasakan

 Perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan adaptasi

yang perlu dilakukan. Misalnya: penglihatan berkurang

diatasi dengan memakai kacamata; pendengaran

berkurang diatasi dengan alat bantu dengar; mobilisasi

144
yang berkurang diatasi dengan alat bantu jalan,

pegangan dikamar dan kamar mandi; cara berpakaian

yang aman; cara bangun dari tempat tidur yang aman.

 Pemeriksaan fisik teratur, olahraga lansia, makanan

sehat.

c) Diskusikan makna dan perubahan pikiran

 Prestasi yang pernah dicapai melalui akademik

pekerjaan, dan keluarga.

 Perubahan daya ingat: cepat lupa atasi dengan

menempatkan segala sesuatu pada tempat

tertentu(jangan berubah – ubah); konsentrasi berkurang

atasi dengan membaca, bermain catur/halma/teka – teki

silang; daya orientasi yang berkurang atasi dengan

menempatkan kalender, jam dengan angka yang besar.

d) Diskusikan makna dan perubahan fungsi sosial

 Perubahan aspek sosial yaitu berkurangnya sahabat, hal

ini dapat diatasi dengan mengenang masa lalu;

mengingat keluarga dan sahabat, melihat album foto,

membentuk kelompok sosial lansia.

 Perubahan pekerjaan yaitu pensiun. Hal ini dapat diatasi

dengan mengembangkan bakat yang dapat dilakukan

dirumah misalnya membuat telur asin dan berkebun.

e) Diskusikan makna dan perubahan aspek spiritual

 Kenang masa – masa aktif dalam kegiatan spiritual

145
 Sesuaikan kegiatan spiritual dengan kondisi fisik

 Membentuk kegiatan ibadah lansia; pengajian,

penelaahan alkitab, berdoa bersama.

2) Tindakan pada Keluarga

a) Jelaskan tahap perkembangan dan perubahan yang terjadi

pada lansia

b) Jelaskan cara memfasilitasi integritas diri lansia

c) Sediakan waktu bercakap – cakap dengan lansia tentang

makna hidup yang dialami dan berikan pujian

d) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi lansia; terang,

tidak licin, ada alat bantu berpegangan, tanda – tanda tempat

yang jelas dan lain – lain

e) Fasilitasi pertemuan antar generasi dan beri kesempatan

menyampaikan pengalaman

f) Diskusikan tentang rencana pembagian warisan dan

pemakaman

g) Diskusikan masalah kerekatan yang mungkin terjadi dan

pelayanan kesehatan yang tersedia.

146
Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
TUM: Setelah dilakukan intervensi 1. Bina hubungan saling percaya dengan mengemukan Dengan membina hubungan saling
Lansia mampu keperawatan selama 1 kali pertemuan prinsip komunikasi terapeutik: percaya akan membantu
memahami lansia dapat membina hubungan saling a. Sapa lansia dengan ramah baik verbal dan non mempermudah kerjasama agar klien
perkembangan usia percaya, dengan kriteria hasil: verbal lebih kooperatif
lanjut yang utuh - Ekspresi wajah bersahabat, b. Perkenalkan diri dengan sopan
dan mampu - Lansia menunjukkan rasa senang, c. Jelaskan tujuan pertemuan
menuntun generasi ada kontak mata, d. Tunjukkan sikap empati dan menerima lansia apa
berikutnya dengan - Mau menjawab salam dan adanya.
bijaksana - Duduk santai berdampingan dengan e. Beri perhatian kepada lansia.
perawat saat pengkajian
TUK 1:
Lansia dapat
membina hubungan
saling percaya
TUK 2 Setelah dilakukan intervensi 1. Adakan pertemuan dengan lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada
Lansia dapat keperawatan selama 1 kali pertemuan 2. Diskusikan makna kesehatan fisik yang dirasakan lansia adalah suatu perubahan yang
mengenal makna lansia dapat mengetahui perubahan 3. Diskusikan perubahan fisik yang terkait dengan lansia normal yang di alami setiap lansia.
dan perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan a. Penglihatan berkurang diatasi dengan kacamata
fisiknya mengetahui cara mengatasinya, b. Mobilisasi yang kurang diatasi dengan alat bantu jalan,
dengan kriteria hasil: pegangan di kamar dan kamar mandi
Lansia dapat menyebutkan tanda-

147
tanda perubahan fisik dan dapat c. Cara berpakaian yang aman
menyebutkan cara mengatasinya d. Cara bangun dari tempat tidur yang aman.
4. Diskusikan manfaat pemeriksaan fisik secara teratur,
olahraga lansia, dan makanan sehat.

TUK 3 Setelah dilakukan intervensi 1. Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia Memori merupakan salah satu bagian
Lansia dapat keperawatan selama 1 kali pertemuan, 2. Diskusikan prestasi yang pernah dicapai melalui terpenting dari fungsi kognitif manusia
mengenal makna lansia dapat mengenal makna dan akademik, pekerjaan, dan keluarga
dan perubahan perubahan pikiran dan menyebutkan 3. Diskusikan perubahan daya ingat:
pikiran (fungsi cara mengatasinya, dengan kriteria a. Cepat lupa atasi dengan menempatkan segala
kognitif) hasil: sesuatu pada tempat tertentu (jangan berubah-
- Lansia mampu menyebutkan makna ubah)
dan perubahan pikiran b. Konsentrasi berkurang atasi dengan membaca,
- Lansia mampu menyebutkan cara bermain catur/halma dan mengisi teka teki silang.
mengatasinya c. Daya orientasi berkurang atasi dengan
menempatkan kalender, jam dengan angka yang
besar.

TUK 4 Setelah dilakukan intervensi 1. Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia Peningkatan dalam pola aktivitas dapat
Lansia dapat keperawatan selama 1 kali pertemuan, 2. Diskusikan aspek sosial yaitu berkurangnya sahabat, secara negatif mempengaruhi kesehatan
mengenal makna lansia dapat mengenal makna dan hal ini dapat diatasi dengan mengenang masa lalu, fisik dan mental bagi lansia.
dan perubahan perubahan fungsi sosial serta mengingat keluarga dan sahabat, melihat album foto,
fungsi sosial menyebutkan cara mengatasinya, membentuk kelompok.
dengan kriteria hasil: 3. Perubahan pekerjaan yaitu pensiun, hal ini dapat
- Lansia mampu menyebutkan makna diatasi dengan mengembangkan bakat yang dapat
dan perubahan fungsi sosial dilakukan dirumah, misalnya membuat telur asin,

148
- Lansia mampu menyebutkan cara memelihara ayam/bebek dan berladang
mengatasinya

TUK 5 Setelah dilakukan intervensi 1. Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia Pemberian Terapi Spiritual dapat
Lansia dapat keperawatan selama 1 kali pertemuan, 2. Kenang masa – masa aktif dalam kegiatan spiritual menurunkan tingkat depresi lansia.
mengenal makna lansia dapat mengenal makna dan 3. Diskusikan kegiatan spiritual dan sesuaikan dengan
dan perubahan perubahan aspek spiritual serta kondisi fisik.
aspek spiritual menyebutkan cara mengatasinya, 4. Membentuk kegiatan ibadah lansia: pengajian,
dengan kriteria hasil: penelaahan Alkitab, berdoa bersama.
- Lansia mampu menyebutkan makna
dan perubahan aspek spiritual
- Lansia mampu menyebutkan cara
mengatasinya

TUK 6 Setelah dilakukan intervensi 1. Diskusikan dengan keluarga tahap perkembangan dan Lansia (usianya diatas 60 tahun) merasa
Keluarga dapat keperawatan selama 1 kali pertemuan, perubahan yang terjadi pada lansia hidup mereka sudah dekat dengan akhir
mengenal makna keluarga dapat mengenal makna dan 2. Jelaskan cara memfasilitasi integritas diri lansia hayat dan pada masa ini kasih sayang
dan perubahan perubahan pada lansia dan 3. Sediakan waktu untuk bercakap – cakap dengan lansia dari lingkup keluarga terdekat
pada lansia menyebutkan cara mengatasinya, tentang makna hidup yang dialami dan berikan pujian. merupakan kenikmatan tersendiri.
dengan kriteria hasil: 4. Sediakan tempat yang aman dan nyaman buat lansia:
- Keluarga mampu menyebutkan terang, tidak licin, ada alat bantu pegangan, dll
makna dan perubahan pada lansia 5. Fasilitasi pertemuan antar generasi dan beri
- Keluarga mampu menyebutkan cara kesempatan lansia untuk menyampaikan
mengatasi perubahan pada lansia. pengalamannya
6. Diskusikan rencana pembagian warisan dan

149
pemakaman
7. Diskusikan masalah keeratan yang mungkin terjadi dan
pelayanan kesehatan yang tersedia

150
SRATEGI PELAKSANAAN LANSIA DAN KELUARGA

SP KLIEN USIA LANJUT SP KELUARGA


SP. 1 : SP 1.
Membina Hubungan Saling Percaya - Membina hubungan saling
percaya
- Menanyakan pengalaman
keluarga selama merawat lansia
- Menjelaskan makna dan
perubahan pada lansia
- Menjelaskan cara mengatasi
perubahan pada lansia.
- Menganjurkan keluarga untuk
menyediakan waktu bercakap-
cakap dengan lansia

SP 2. :
Menjelaskan makna dan perubahan
fisik dan cara mengatasinya

SP 3 :
Lansia dapat mengenal makna dan
perubahan pikiran (kognitif) :
- Lansia mampu menyebutkan makna
dan perubahan fungsi kognitif
- Lansia mampu menyebutkan cara
mengatasinya

SP 4 :
lansia dapat mengenal makna dan
perubahan fungsi sosial serta
menyebutkan cara mengatasinya

SP 5 :
lansia dapat mengenal makna dan
perubahan aspek spiritual serta
menyebutkan cara mengatasinya,
dengan kriteria hasil:
- Lansia mampu menyebutkan makna
dan perubahan aspek spiritual
- Lansia mampu menyebutkan cara
mengatasinya.

STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 1

151
SEHAT JIWA LANSIA

C. Proses Keperawatan
6. Kondisi klien
Klien adalah lansia dengan kondisi kesehatan yang baik, masih
melakukan kegiatan baik untuk keperluan individu maupun di masyarakat.
7. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
8. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
9. Tindakan keperawatan
b. Membina hubungan saling percaya
c. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara
mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil
berjabat tangan dengan klien
d. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


(Sp 1) Lansia
Orientasi
- Salam Terapeutik : “selamat pagi, Boleh saya kenalan dengan nenek?
Nama saya Regina. Saya Mahasiswa Keperawatan Brawijaya, saya
sedang praktik di Desa Cempaka ini nek. Kalau boleh saya tau
namanenek siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”.”
- Evaluasi/validasi: Bagaimana perasaan nenekhari ini? Bagaimana
tidurnya tadi malam?

- Kontrak :

152
 Topik : “Apakah nenek tidak keberatan ngobrol dengan saya?
Bagaimana kalau ngobrol tentang perkembangan nenek? nenek
setuju?”
 Waktu : “Berapa lama kira – kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau
10 menit? Bisa?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang?“Bagaimana kalau
di sini saja?
Kerja
“ Nenek, kalau boleh tau perubahan apa saja yang nenek rasakan saat
ini?”
“ Baik, jadi nenek sudah mulai memahami perubahan-perubahan yang
terjadi setelah memasuki masa usia lanjut ya. “
“ Jika nenek tidak keberatan saya akan membuat jadwal kegiatan untuk
mengajak nenek mengenai perubahan fisik, perbahan fungsi kognitif atau
berpikir, perubahan fungsi social serta perubahan spiritual yang memang
normal terjadi pada usia lanjut dan acara mengatasinya. Ada banyak hal
yang bisa kita diskusikan, mulai besok kita akan berdiskusi ya nek.
Bagaimana nenek dengan gambaran penjelasan yang sudah saya
sampaikan, Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?

Terminasi:
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”
 Tindak lanjut ; “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan
membahas mengenai makna dan perubahan fisik yang perlu nenek
ketahui dalam menjalani perkembangan usia lanjut.”
 Kontrak yang akan datang
“Kalau begitu bagaimana jika besok saya kembali untuk
menemuinenek? Apakah nenek bersedia?”“ Bagaimana jam 09.00
apakah nenek bisa?”
“ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu
yanek.
Sampai jumpa besok ya nek?” Slamat pagi,,,,

153
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 2
SEHAT JIWA LANSIA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien sudah mulai kooepratif dan menunjukkan rasa percaya dengan
caranya bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien mampu memahami apa yang dijelaskan mengenai makna
perubahan fisik
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan makna dan perubahan fisik dan cara mengatasinya

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
- Salam Terapeutik : “selamat pagi, Nek, salam selalu sehat nenek .”
- Evaluasi/validasi: Bagaimana perasaan nenekhari ini? Bagaimana
tidurnya semalam?
- Kontrak :
 Topik : Bagaimana kalau kita mulai ngobrol tentang
perkembangan dan perubahan fisik nenek? nenek setuju?”
 Waktu : “Berapa lama kira – kira kita bisa ngobrol? nenek
maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang?“Bagaimana
kalau di teras saja?

154
2. Fase Kerja
“ Nenek, kalau boleh tau perubahan fisik apa yang nenek rasakan
saat ini?”
“ Ternyata nenek suka melihat televisi ya, acara apa nek ?”
“ Jika nenek tidak keberatan saya akan membuat jadwal kegiatan
untuk mengajak nenek berdiskusi untuk mengisi waktu luang seperti
ini, saya ingin mengajak nenek untuk berdiskusi mengenai perubahan
fisik pada usia lanjut dan acara mengatasinya. Perubahan fisik yang
dialami usia lanjut misalnya penglihatan berkurang cara
mengatasinya dengan memakai kacamata, pendengaran berkurang
bisa diatasi dengan alat bantu dengar, bila tidak bisa jalan atau tidak
kuat bisa diatasi dengan alat bantu tongkat/kursi roda.”
Bagaimana nenek dengan penjelasan yang sudah saya sampaikan,
apakah cukup jelas? Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?

3. Fase Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”
 Tindak lanjut ; “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan
membahas mengenai makna dan perubahan pikiran yang perlu
nenek ketahui dalam menjalani perkembangan usia lanjut.”
 Kontrak yang akan datang
“Kalau begitu bagaimana jika dua hari lagi saya kembali untuk
menemuinenek? Apakah nenek bersedia?”“ Bagaimana jam 09.00
apakah nenek bisa?”
“ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi
dulu yanek.
Sampai jumpa besok lusa ya nek?”

155
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 3
SEHAT JIWA LANSIA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien sudah mulai kooepratif dan menunjukkan rasa percaya dengan
caranya bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien mampu menyebutkan makna dan perubahan fungsi kognitif
c. Klien mampu menyebutkan cara mengatasinya
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan makna dan perubahan fungsi kognitif
c. Menjelaskan cara mengatasi perubahan fungsi kognitif

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat paginenek”
 Evaluasi/validasi: “ Apa nenek masih mengingat saya? Ya, benar
saya Regina....”
Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita ngobrol dua kali?”
 Kontrak waktu:
- Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna
dan perubahan fungsi kognitif atau perubahan kemampuan
berpikir,apakah nenek bersedia?”
- Waktu : “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana
kalau 20-30 menit? Bisa?
- Tempat : “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di teras agar lebih santai ?

156
2. Fase Kerja
“ Baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada
yang ingin nenek sampaikan? Saya siap mendengarkan....
“ baiklah nek jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya akan
menjelaskan beberapa hal terkait makna dan perubahan pikiran pada
lansia yang normal, nenek boleh bertanya apabila ada hal yang kurang
jelas”
“ Jika boleh tau perubahan daya ingat apa yang nenek rasakan saat ini.
Saya akan mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan dayaingat
dan cara mengatasinya. Perubahan daya ingat yang dialami lansia,
misalnya cepat lupa atasi dengan menempatkan segalasesuatu pada
tempat tertentu (jangan berubah-ubah), konsentrasi berkurang atasi
dengan membaca, saat memasak pasang alarm dengan hp mencegah
masakan gosong saat ditinggal.” “Bagaimana nenek dengan penjelasan
yang sudah saya sampaikan, apakah cukup jelas? Apakah nenek ada
yang ingin disampaikan?

3. Fase Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol dan
diskusi hari ini ?”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan
membahas mengenai makna dan perubahan fungsi sosial yang
perlunenek ketahui dalam menjalani perkembangan usia lanjut.”
 Kontrak yang akan datang : “Kalau begitu bagaimana jika besok
saya menemui nenek? Apakah nenek bersedia?”
“ Bagaimana kalau saya datang jam 09.00 apakah nenek bisa?”“
Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu
ya nek.
Sampai jumpa besok ya nek?”

157
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 4
SEHAT JIWA LANSIA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien sudah kooepratif dan menunjukkan rasa percaya dengan caranya
bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien dapat mengenal makna dan perubahan fungsi sosial
c. Klien mampu menyebutkan cara mengatasinya
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan makna dan perubahan fungsi social
c. Menjelaskan cara mengatasi perubahan fungsi sosial

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat paginenek”
 Evaluasi/validasi: “ “ Apa nenek masih mengingat saya? Ya, benar
saya Regina..., Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita
ngobrol beberapa hari ini ?”
 Kontrak waktu:
- Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna
dan perubahan fungsi sosial,apakah nenek bersedia?”
- Waktu : “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau
10 menit? Bisa?
- Tempat : “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di teras aja, agar lebih variasi ya nek ?

158
2. Fase Kerja
“ Baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada
yang ingin nenek sampaikan terkait obrolan kita sebelumnya? Saya siap
mendengarkan....“ baiklahnek jika tidak ada yang ingin disampaikan,
saya akan menjelaskan beberapa hal terkait makna dan perubahan
fungsi sosial pada lansia yang normal, nenek boleh bertanya apabila
ada hal yang kurang jelas”
“ Jika boleh tau perubahan fungsi sosial apa yang nenek rasakan saat
ini. Saya akan mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan fungsi
sosial dan cara mengatasinya. Perubahan fungsisosial yang dialami
lansia ada 2 macam yaitu perubahan aspek sosial dan perubahan
pekerjaan. Perubahan aspek sosial yaitu akan berkurangnya sahabat,
Baik nek, hal ini dapat diatasi dengan mengenang masa lalu yang
menyenangkan, nenek bisa melihat album foto yang berisi foto-foto
mereka, cara lain adalah dengan ikut kegiatan di masyarakat tentu
sudah nenek lakukan, itu sangat baik namun demikian harus tetap
menjaga kondisi fisik dan disesuaikan dengan kekuatan fisiknya ya nek.
Untuk perubahan pekerjaan karena pensiun, hal ini dapat diatasi dengan
mengembangkan bakat yang dapat dilakukan dirumah, misalnya
berkebun atau memasak makanan kesukaan. “Bagaimana nenek
dengan penjelasan yang sudah saya sampaikan, apakah cukup jelas?
Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?

3. Fase Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan
membahasmakna dan perubahan aspek spiritual ya.”
 Kontrak yang akan datang
“Kalau begitu bagaimana jika besok saya kembali untuk menemui
nenek? Apakah nenek bersedia?”“ Bagaimana kalau saya datang
sore hari apakah nenek bisa?”“ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek
sampaikan, saya permisi dulu ya nek.Sampai jumpa besok ya nek?”

159
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 5
SEHAT JIWA LANSIA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien sudah kooepratif dan menunjukkan rasa percaya dengan
caranya bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan
Lansia
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien mampu menyebutkan makna dan perubahan aspek spiritual
c. Klien mampu menyebutkan cara mengatasinya
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan makna dan perubahan fungsi spiritual
c. Menjelaskan cara mengatasi perubahan fungsi spriritual

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat sore nenek”
 Evaluasi/validasi: “ Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita
ngobrol kemarin ?”
 Kontrak waktu:
- Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna
dan perubahan aspek spiritual,apakah nenek bersedia?”
- Waktu : “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana
kalau 10 menit? Bisa?
- Tempat : “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di sini saja?

160
2. Fase Kerja
“ Baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada
yang inginnenek sampaikan terkait obrolan kita sebelumnya? Saya siap
mendengarkan....“ baiklah nek jika tidak ada yang ingin disampaikan,
saya akan menjelaskan beberapa hal terkait dengan makna dan
perubahan aspek spiritual pada lansia yang normal, nenek boleh
bertanya apabila ada hal yang kurang jelas”
“ Jika boleh tau perubahan aspek spiritual apa yang nenek rasakan saat
ini. Saya akan mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan aspek
spiritual. Perubahan aspek spiritual yang dialami lansia, misalnya jika
saat ini tidak bisa melakukan ibadah dengan maksimal karena
perubahan fisik, atasi dengan mengenang masa-masa aktif dalam
kegiatan spiritual, mengikuti kegiatan spiritual sesuaikan dengan kondisi
fisik saat ini, dengan mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan itu
bagus sekali karena dapat memenuhi kebutuhan spiritual sekaligus
kebutuhan bersosialisasi sehingga tidak merasa bosan atau jenuh
dengan kondisi yang dihadapi. “Bagaimana nenek dengan penjelasan
yang sudah saya sampaikan, apakah cukup jelas? Apakah nenek ada
yang ingin disampaikan?

3. Fase Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol dan
berdiskusi dalam beberapa hari ini ? ”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, semoga hasil dari diskusi kita dapat
bermanfaat untuk menjaga kesehatan nenek ya.”
 Kontrak yang akan datang
“Kalau begitu bagaimana jika 2 hari lagi saya kembali, Apakah nenek
bersedia?”“ Bagaimana kalau saya datang jam 09.00 bertemu
dengan anggota keluarga yang lain ? sehingga kita bisa diskusi
bersama?”“ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya
permisi dulu ya nek.
Sampai jumpa besok ya nek?”

161
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
KELUARGA
SEHAT JIWA LANSIA

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Libatkan anggotan keluarga yang memungkinkan untuk terlibat dalam
asuhan keperawatan pemberian dukungan kepada lansia.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
3. Tujuan khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menanyakan pengalaman keluarga selama merawat lansia
c. Menjelaskan makna dan perubahan pada lansia
d. Menjelaskan cara mengatasi perubahan pada lansia.
e. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan waktu bercakap-cakap
dengan lansia
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan makna dan perubahan fungsi lansia secara
menyeluruh
c. Menjelaskan cara mengatasi perubahan fungsi lansia secara
menyeluruh
d. Memfasilitasi komunikasi dengan lansia

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
- Salam Terapeutik : “selamat pagi semuanya, semoga kita semua
senantiasa diberikan kesehatan ya, amin. “
- Evaluasi/validasi: “ Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? “
- Kontrak waktu
 Topik

162
“hari ini saya akan menyampaikan informasi terkait perkembangan
dan perubahan yang di alami orang dengan usia lanjut, karena
bapak/ibu adalah anggota keluyarga terdekat dengan nenek, maka
diharapkan dapat menambah pengetahuan saat mendampingi dan
merawat nenek. Apakah bapak/ibu setuju ?
 Waktu : “Berapa lama kita bisa ngobrol pak/bu ?Bagaimana kalau
10 menit? “
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang?“Bagaimana
kalau di teras saja?

2. Fase Kerja:
“nah saya akan mulai menjelaskan tentang tahapan perkembangan dan
perubahan yang terjadi pada usia lanjut, jika ada pertanyaan silahkan
bapak /ibu langsung saja bertanya nggeh ?”“bagaimana pak dari
penjelasan saya tadi apakah ada yang ingin bapak /ibu tanyakan?
"baik jika tidak ada yang ditanyakan saya berharap bapak /ibu dapat
memahaminya”

3. Terminasi:
 Evaluasi
“Bagaimana perasaan atau pendapat bapak/ibu setelah kita ngobrol?”
“bisa bapak/ibu sebutkan apa saja tahapan perkembangan dan
perubahan pada usia lanjut ?”
“baik pak/bu jawaban sudah lumayan bagus, untuk pertemuan hari ini
saya rasa cukup sekian”
 Tindak lanjut
“saya harap bapak/ibu bisa meluangkan waktu untuk bercakap-cakap
dengan nenek, dan juga saya berharap nenek dapat disediakan
tempat aman dan nyaman seperti pencahayaan yang cukup dan lantai
yang tidak licin”
 Kontrak yang akan datang

163
“jika tidak ada lagi yang bapak/ibu tanyakan saya rasa cukup sekian,
terimakasih atas waktunya bapak/ibu, kita akan bersama-sama
membantu nenek untuk tetap sehat dan bahagia di usia lanjut ini. “

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.,Y. (2014). AsuhanKeperawatanGerontik, Aplikasi NANDA, NIC dan


NOC – jilid I.,Cetakan I. Jakarta : CV.Trans Info Media
FakultasKeperawatanKekhususanKeperawatanJiwa. Universitas Indonesia.
(2016). Draft Scanning danStandartAsuhanKeperawatan.
(tidakdipublikasikan).

Fatimah. (2010). MerawatManusiaLanjutUsiaSuatuPendekatan Proses


KeperawatanGerontik. Jakarta :CV.Trans Info Media

KementrianKesehatan RI. (2013). GambaranKesehatanLanjutUsia di Indonesia.


Jakarta :Pusat Data danInformasiKementrianKesehatan RI.

Nugroho, W. (2008).KeperawatanGerontikdanGeriatrik, Edisi 3.Jakarta : EGC

Rahayu, Septirina. (2016). PengalamanLansiaTinggal di


PantiSosialTresnaWerdha (PSTW)
dalamMenjalaniKehidupanMasaTuaStudiFenomenologi.Tesis.Program
Magister IlmuKeperawatanFakultasIlmuKeperawatanUniversitas Indonesia.

Stuart, G. W. &Laraia, M.T. (2005).Principle and Practice of Psychiatric Nursing.


(8th ed.). Philadelphia, USA: Mosby, Inc.

Stuart, G.W.(2009). Principles and Practice Of Psychiatric Nursing (9th ed).


Canada: Mosby, Inc

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar KeperawatanJiwa (Psychiatric Mental Health


Nursing).Alihbahasa :Komalasari, R. &Hany, A. Jakarta : EGC.

164
Yusuf, A., PK, R.F., & Nihayati. H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1.
Jakarta: Salemba Medika.

165

Anda mungkin juga menyukai