Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI“N” USIA 3 BULAN DENGAN


IMUNISASI DPT-HB Hib 2 DAN POLIO 3 DI PUSKESMAS
PEMATANG KANDISKABUPATEN MERANGIN

NAMA : RINA SETIA AGUSTIN


2115901138

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “N” USIA 3 BULAN DENGAN


IMUNISASI DPT-HB Hib 2 DAN POLIO 3 DI PUSKESMAS
PEMATANG KANDIS KABUPATEN MERANGIN

Disusun Oleh :

RINA SETIA AGUSTIN (2215901138)

Telah disetujui oleh pembimbing

Pada tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Bd. Marta Ulina, Am. Kep S.Tr. Keb) (Vitria Komala Sari, S.ST, M.Keb)

ii
Kata Pengantar
Segala puji hanyalah milik Allah SWT semesta alam yang menguasai
seluruh isi langit dan bumi, yang senantiasa mengenggam hati-hati manusia.
Dengan limpahan rahmat, karunia dan petunjuknya, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan pada tumbuh kembang bayi usia 3 bulan
dan imnunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3. Salawat dan salam untuk Rasul mulia
Muhammad SAW, semoga kita semua selalu meneladani segala sisi kehidupan
beliau. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas pada Program Profesi
Pendidikan Bidan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock.
Laporan ini dibuat tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta
dorongan maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Clinical Intruktur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan


karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu
dengan hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap laporan
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri,
Amin.

Bukittingi, Maret 2023

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh kembang merupakan salah satu proses yang harus dilalui
dalam kehidupananak.Pada bayi umur 6 sampai 12 bulan kemampuan
tumbuh kembang lebih terlihat karena anak lebih banyak bereksplorasi.
Secara fisiologis, bayiumur (0-12) bulan merupakan kelompok yang
paling rawan terhadap gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena
perubahan dari ASI (Air Susu Ibu) ke makanan biasa dan belum memiliki
sistem kekebalan, hingga lebih rentan terpapar infeksi. secara
epidemologis kelompok yang paling rawan adalah 6-12 bulan (Dewi dkk,
2015).
Pertumbuhan dan perkembangan, dua peristiwa yang berbeda
namun saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pertumbuhan (growth)
yaitu berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah, atau
dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).Perkembangan (development)
adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses deferensiasi sel-sel,
jaringan organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Adriana, 2017).
Tumbuh kembang pada anak tak lepas dari peran serta orangtua.
Tingkat pendidikan dan sosial orangtua yang relatif rendah dapat
mempengaruhi tumbuh kembang pada anak karena mereka menganggap
bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah
kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para
orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai pengertian yang sama. Dalam tumbuh
kembang anak tidak sedikit peran ibu dan ekologi anak yaitu peran ibu
2

sebagai para genetik faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan


dan psikologis terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan
kepribadian melalui ibu, sehingga ibu dapat memberikan stimulasi
perkembangan kognitif dengan cara anak diperlukan interaksi dengan
lingkungannya antara lain dengan bergerak, melihat, memegang,
mendengar, mencium, melakukan sesuatu dan melakukan interaksi sosial
dengan lingkungannya. Hal ini terkait dengan tempat pertama anak belajar
beradaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga. Agar anak dapat tumbuh
kembang dengan optimal, di perlukan lingkungan yang kondusif
(Soetjiningsih, 2019).
Berdasarkan uraian diatas penulisn tertarik membuat laporan kasus
tentang Asuhan kebidanan pada tumbuh kembang bayi usia 3 bulan dan
imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Manajemen Asuhan kebidanan pada tumbuh kembang
bayi usia 3 bulan dan imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada tumbuh kembang
bayi usia 3 bulan dan imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pengumpulan data subjektif
b. Unutk dapat melakukan pengumpulan data objektif
c. Untuk dapat melakukan Analisa kasus
d. Untuk dapat melakukan Penatalaksanaan Kasus
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi
penulisdalam memberikan dan menyusunasuhan kebidanan pada
tumbuh kembang bayi usia 3 bulan dan imunisasi DPT-HB Hib 2
dan polio 3.
.
3

1.4.2 Bagi klien


Untuk memberikan informasi tentang asuhan kebidanankebidanan
pada tumbuh kembang bayi usia 3 bulan dan imunisasi DPT-HB
Hib 2 dan polio 3.
1.4.3 Bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan dalam meningkatkan informasi ilmu kebidanan,
sebagai dokumentasi dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuh kembang anak(bayi)


I. PengertianPerkembangan
Perkembangan (development) adalah perubahan bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan yaitu bertambahnya
kemampuan strukturdan fungsi lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai prosespematangan.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan,
organ maupun sistem organ yang berkembang sedemikian rupa.
Perkembangan meliputi proses perkembangan kognitif, bahasa,
motorik, dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Almatsier, 2016).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan (Soetjaningsih, 2019).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur danfungsi tubuh yang lebih kompleks sebagai hasil dari
proses pematangan.Perkembangan merupakan suatu proses yang
bersifat kualitatif yangpengukurannya lebih sulit daripada
pengukuran pertumbuhan. Termasukperkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksidengan
lingkungannya. Pertumbuhan berdampak pada aspek fisik,
sedangkanperkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
organ (Zaidah, 2020).
Perkembangan ditandai dengan bertambahnya struktur dan
fungsi tubuhyang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
5

gerak halus, bicara dan bahasaserta sosialisasi dan kemandirian


dengan bertambahnya kemampuan fungsitubuhyang lebih
kompleks menunju ke tingkat kedewasaan. Di dalam
prosesperkembangan anak terdapat masa-masa kritis, dimana pada
masa tersebut diperlukan suatu stimulasi yang berfungsi agar
potensi berkembang. Perkembangananak akan optimal jika terdapat
interaksi sosial yang sesuai dengankebutuhan anakdi berbagai
tahap perkembangannya (Adriana, 2017).
II. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses peningkatan pada diri
seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam ukuran.
Peningkatan karena kesempurnaan dan bukan karena penambahan
yang baru (Sudirjo dan Alif, 2018).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukurfan, atau
dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gr, pound, kg), ukuran panjang (cm, mm)
(Soetjiningsih, 2019).
III. Cara mengukur perkembangan
Perkembangan diukur dengan menggunakan KPSP yaitu
Kuisioner PraSkrining Perkembangan. Ada beberapa sektor yang
dinilai dalam perkembangananak yaitu dalam empat sektor
perkembangan meliputi yang pertama gerakanmotorik kasar adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anakmelakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot otot besar seperti
berdiri ,duduk,dan sebagainya (Kemenkes, 2017).
6

IV. Ciri-ciri tumbuh kembang bayi dan balita


a) Perkembangan menimbulkan perubahan.Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi.
b) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa
melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
c) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda.
d) Perkembangan sesuai dengan pertumbuhan. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
e) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudia menuju kearah anggota tubuh.
2. Perkembangan teradi lebih dahulu gerak kasar
(misalnya : tangan), kemudian berkembang ke bagian
jari – jari yang mempunyai kemampuan gerak halus.
f) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan (Dewi, 2015).
V. Tahapan tumbuh kembang bayi dan balita berdasarkan umur
a) Usia 0 – 3 Bulan
1. Bayi bisa mengangkat kepala setinggi 45° ketika
ditengkurapkan.
2. Melihat dan menatap.
3. Mengoceh spontan.
4. Tertawa, menggerakan kepala kekiri dan kanan.
5. Terkejut dengan suara keras.
7

Kemampuan motorik kasar pada bayi usia 0 – 3 bulan :


1. Mengangkat kepala.
Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah atau buat
suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia akan
belajar mengangkat kepalanya.
2. Berguling-guling.
Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia
dapat melihat dan tertarik pada mainan tersebut.
Kemudian pindahkan benda tersebut ke sisi lain dengan
perlahan.
3. Menahan kepala tetap tegak
Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar
menahan kepalanya tetap tegak.
b) Usia 4 – 6 Bulan
1. Berbalik dari telungkup ke telentang.
2. Mengangkat kepala setinggi 90°.
3. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
4. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik.
5. Tersenyum ketika melihat mainan / gambar yang
menarik saat bermain sendiri.
c) Usia 6 – 9 Bulan
1. Duduk.
2. Merangkak.
3. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya.
4. Memungut benda sebesar kacang.
5. Bersuara tanpa arti, misalnya mamama, bababa.
6. Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
d) Usia 9 – 12 Bulan
1. Mengangkat badan ke posisi berdiri.
2. Menggenggam erat pensil.
3. Berjalan dengan dituntun.
8

4. Mergulurkan tangan untuk meraih benda yang


diinginkan
5. Memasukan benda ke mulut
6. Mengulang menirukan bunyi yang di dengar
7. Senang bermain ciluk baa
8. Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang
tidak dikenal.
VI. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
a. Faktor genetik
Faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk factor
genetic antara lain adalah berbagai factor bawaan yang
normal maupun patologik, jenis kelamin, suku bangsa, atau
bangsa. Potensi genetic yang bermutu hendaknya bisa
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh suatu hasil yang optimal. Gangguan pertumbuhan
di negara maju lebih sering diakibatkan oleh factor genetic
ini. Sedangkan negara yang sedangt berkembang, gangguan
perkembangan selain disebabkan oleh factor genetic, juga
factor lingkungan yang kurang memadai.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik
akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakanlingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya. Factor lingkungan ini terdiri dari:
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang
menyebabkan cacat bawaan.
9

2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang
dilahirkan.
3) Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan
seperti Thalidomide, phenytoin, methadion, obat-
obatan anti kanker dan lain sebagainya dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
4) Endokrin
Hormone-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormone
plasenta, hormone tyroid, insulin, dan peptide-
peptida lain dengan aktivitas mirip insulin.
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan
lainnya.
6) Infeksi
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Chytomegalovirus, Herpes Simplex)
7) Stress
Stress yang dialami ibu selama hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lin
cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
8) Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering
menyebabkan abortus, kern icterus, atau lahir mati.
10

2.2 Kebutuhan dasar anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Soetjiningsih, 2019).
a. Kebutuhan fisi/biomedis (ASUH)
1) Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting
2) Perawatan kesehatan dasar termasuk imunisasi, pemberian
ASI, pengobatan kalau sakit.
3) Papan / pemukiman yang layak
4) Hygiene perorangan
5) Sandang
6) Kesegaran jasmani, rekreasi
b. Kebutuhan emosi/kaish sayang (ASIH)
1) Kontak fisik (kulit/mata) antara ibu dan bayi.
2) Menyusui bayi secepat mungkin.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun pertama kehidupan
mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik
fisik, mental, maupun social emosi, yang disebut “Sindrom
Deprivasi Mental”
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental (ASAH) mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas.
2.3 Gangguan tumbuh kembang
Gangguan tumbuh kembang merupakan masalah bagi negara maju
maupun negara berkembang. Setiap anak pada dasarnya akan melewati
prosestumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan tetapi
banyak faktoryang mempengaruhinya. Di Indonesia, tumbuh kembang
anak perlumendapatkan perhatian serius, angka keterlambatan
pertumbuhan danperkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-10%
mengalamiketerlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi
mengalamigangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000
bayi mengalamigangguan pendengaran serta satu dari 100 anak
11

mempunyai kecerdasankurang dan keterlambatan bicara populasi anak di


Indonesia menunjukkansekitar 33% dari total populasi yaitu sekitar 83
juta dan setiap tahunnyajumlah populasi anak meningkat (Prastiwi,
2019).
Beberapa faktor yang mengganggu tumbuh kembang pada anak
dalamjurnal (Putri, Lazdia, & Putri, 2018) :
a. Kondisi kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan pada
anak. Jika kondisi kehamilan ibu kurang baik
dapatmempengaruhi perkembangan pada anak.
b. Komplikasi Persalinan
Faktor komplikasi persalinan terhadap perkembangan anakdapat
mempengaruhi perkembangan balita. Terdapat hubunganantara
komplikasi persalinan dengan perkembangan anak balita.
c. Pemenuhan Nutrisi
Perkembangan balita akan baik-baik saja apabila
kebutuhannutrisinya terpenuhi. Di dalam keluarga ibu berperan
pentingdalam pemenuhan nutrisi agar perkembangan anaknya
normal dan tidak ada gangguan. Jika pemenuhan nutrisi kurang
baik makapertumbuhan akan terganggu karena gizi diperlukan
untukmembangun pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

2.4 Imunisasi DPT-HB


1. Definisi
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus
yaitu penyakit difteri, pertussis, tetanus.
a. Difteri
Diferi merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteri. Difteri bersifat ganas, mudah menular
dan menyerang terutama saluran napas bagian atas. Penularannya
bisa kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk
atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri (Proverawati & Andhini, 2021).
12

Penderita akan mengalami gejala seperti demam lebih kurang


38°C, mual, muntah, sakit waktu menalan dan terdapat
pseudomembaran putih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil,
tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher membengkak seperti
leher sapi yang disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan
sesak napas disertai bunyi (stridor). Pada pemriksaan apusan
tenggorokan atau hidung terdapat kuman difteri. Pada proses infeksi
selanjutnya, bakteri difteri akan menyebarkan racun kedalam tubuh,
sehingga penderita dapat mengalami tekanan darah rendah, hingga
efek jangka panjangnya akan terjadi kardiomiopati dan miopati
perifer. Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder
pada kulit penderita (Proverawati & Andhini, 2021).

b. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan
“Batuk Seratus Hari” adalah penyakit saluran penyakit infeksi
saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya
khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi
merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah.
Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking. Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan
imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan difteri sebanyak tiga kali
sejak berumur dua bulan dengan selang penyuntikan (Lisnawati,
2019).
Batuk ini mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertussis
dikenal dengan istilah batuk seratus hari. Penularan penyakit ini
dapat melalui droplet penderita. Pada stadium awal yang disebut
juga stadium kataralis yang berlangsung 1-2 minggu, gejala belum
jelas. Penderita menunjukkan gejala demam, pilek, batuk yang
makin lama makin keras. Pada stadium selanjutnya dikenal dengan
stadium paroksismal, baru timbul gejala khas berupa batuk lama atau
13

hebat. Stadium ini berlangsung 4-8 minggu. Pada bayi batuk tidak
khas, tetapi sering disertai penghentian napas sehingga bayi menjadi
biru. Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahaan selaput
lendir mata (konjungtiva) atau pembengkakan disekitar mata
(oedema periorbital). Pada pemeriksaan ini ditemukan kuman
pertussis (Bordella pertussis) (Mulyani & Rinawati, 2021).
c. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga
dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen).
Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak, bahkan orang dewasa.
Tetanus adalah penyakit yang menyerang sistem saraf dan seringkali
menyebabkan kematian. Tetanus menyebabkan kekejangan otot yang
mula-mula terasa pada otot leher dan rahang. Tetanus juga dapat
menyebabkan kesusahan bernapas, kejang-kejang yang dirasakan
sangat sakit, detak jantung yang tidak normal. Karena imunisasi
yang efektif, penyakit ini masih terjadi pada orang dewasa yang
belum diimunisasi terhadap penyakit ini atau belum pernah
disuntikan ulang (Mulyani & Rinawati, 2021).
d. Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang
disebabkan virus Hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini
menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang
terinfeksi. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan
(Marimbi, 2020).
2. Kemasan
Imunisasi ini dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus dalam
bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam kombinasi DT ( Difteri
dan Tetanus) dan kombinasi ketiganya atau dikenal dengan vaksin
tripel (Mulyani & Rinawati, 2021).
14

Gambar.2.1 Kemasan Vaksin DPT-Hb-Hib

Sumber: biofarma.co.id

3. Cara Pemberian Dosis


Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuscular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan
dalam dengan dosis 0,5 CC. Cara memberikan vaksin adalah sebagai
berikut :
1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
5) Tekan seluruh jarum ke bawah melalui kulit sehingga masuk
kedalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-
pelan

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi berumur 2


sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Mulyani & Rinawati,
2021).
15

4. Efek Samping
Pemberian imunisasi DPT-HB akan memberikan efek samping
ringan dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri
pada tempat penyuntikan dan demam. Sedangkan efek berat bayi
menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4 jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock. (Proverawati &
Andhini, 2021).
5. Kontraindikasi
Pada anak yang demam, memiliki penyakit, kelainan saraf baik
yang berupa keturunan atau bukan, mudah kejang. (Mulyani &
Rinawati, 2021).
6. Imunisasi Polio
a. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliolielitis yang
merupakan penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat
mengakibatkan kelumpuhan.
b. Pemberian Imunisasi Polio
Pemberian iminisasi ini empat kali pada bayi usia 0 – 11 bulan,bisa
diberi lebih dari jadwal yang telah ditentukan dan tidak akan
berdampak buruk. Pemberian imunisasi ini melalui oral/mulut. Dan
dapat mencekal penyakit polio hingga 90 % .
c. Efek Samping
Pada imunisasi ini hamper tidak ada efek samping, hanya sebagian
kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
d. Kontra Indikasi
Imunisasi polio tidak diberikan pada anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan. Begitu juga anak dengan penyakit
HIV/AIDS, kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum.
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA TUMBUH KEMBANG BAYI USIA 3
BULAN DAN IMUNISASI DPT-HB Hib 2 DAN POLIO 3

Tanggal : 25-02-2023
Pukul : 10.00 wib

A. SUBJEKTIF
1. Identitas anak

Nama bayi : Bayi N

Tempat/tanggal lahir : Merangin /15-11-2022

Umur : 3 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

2. Identitas orang tua


Nama Ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. S
Umur : 28 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Bangsa: Melayu/ Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Sungai Ulak
3. Alasan kunjungan/keluhan :
Ibu ingin imunisasi DPT-HB Hib 2 dan Polio 3 untuk bayinya.
Ibu ingin mengetahui berat badan
4. Riwayat persalinan
Tanggal / Jam persalinan : 15-11-2022/10.30 wib
Jenis persalinan : spontan
Anak lahir seluruhnya jam : 10.30 wib
BB 3.100 gram , PB 50 cm, Apgar Score 8/9
17

5. Riwayat kesehatan lalu


i. Penyakit yang lalu : ibu mengatakan bayi dalam keadaan
sehat
ii. Riwayat perawatan : belum pernah dirawat
6. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu klien mengatakan bahwa dalam
keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular dan
keturunan dan menahun seperti TBC, Hepatitis B, Asma, Jantung,
Diabetes Militus, Hipertensi.
7. Riwayta imunisasi
 Hb0 (√)
 BCG/polio 1 (√)
 Pentavalen 1/polio 2 (√)
 Pentavalen 2/polio 3 ( )
 Pentavalen 3/polio 4 ( )
 Campak ( )
8. Pola Nutrisi : Ibu klien mengatakan bayinya diberikan ASI secara
ekslusif dan diberi sesuai dengan kebutuhan bayi atau kapan bayi
mau.
9. Pola Istirahat : Ibu klien mengatakan bayinya tidur ± 16 jam.
10. Pola Eliminasi
BAB : Ibu klien mengatakan bayinya BAB 1 x / hari, lembek,
warna kuning tengguli.
BAK : Ibu klien mengatakan bayinya BAK 5 – 6 x / hari, cair,
warna kuning, lancar.
11. Personal hygiene : Ibu klien mengatakan bayi mandi 2 x / hari,
ganti baju dan popok setiap buang air besar dan kecil.
12. Pola aktivitas bayi :
 Ibu mengatakan ketika di telentangkan bayi N sudah belajar
tengkurap.
 Bayi N mulai bisa menarik benda-benda di sekitarnya dan
memasukkan beberapa benda ke mulut.
18

 Ketika bayi N dipanggil maka kepala dan mata


berkoordinasi untuk mencari sumber suara.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital :
HR : 120x/i T : 36,5°C
RR : 38x/i
BB sekarang/PB : 5.050 gr/58 cm
Lingkar kepala : 39,5 cm
2. Pemeriksaan fisik khusus
 Kulit : Turgor kulit baik, tida ada ruam dan bintik-bintik.
 Kepala : rambut hitam, bersih
 Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
 Mulut : Bibir tidak ada kelainan, berwarna kemerahan, tidak
ada abiaplatoscizis, lidah basah.
 Perut : tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak kembung
 Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, tonus otot aktif,
jumlah jari tangan kanan dan kiri lengkap. Kaki kanan dan kiri
simteris, tonus otot aktif, jumlah jari kaki kanan dan kiri
lengkap.
 Genitalia :Tidak ada pembesan skrotum dan testisnya dua
simestris, ada lobang uretra
3. Pemeriksaan refleks
Moro : (+)
Rooting : (+)
Sucking : (+)
Grasping : (+)
Tonic neck : (+)
Babinski : (+)
19

C. ASSESSMENT
Diagnosa : Bayi N usia 3 bulan bayi sehat dengan imunisasi DPT-HB Hib
2 dan polio 3.

D. PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
bahwa bayinya dalam keadaan sehat.
2. Menjelaskan manfaat imunisasi combo adalah untuk mendapatkan
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
sedangkan imunissasi polio untuk mencegah penyakit polio. Dari
kedua vaksin tsb hanya vaksin combo yang memberikan efek
samping yang tidak begitu mengkhawatirkan yaitu kenaikan suhu
tubuh ±38ºC.
3. Melakukan inform concent yaitu suatu tindakan persetujuan dari
orangtua/wali dari klien atas tindakan yang hendak dilakukan yang
memberikan tanda-tangan yang dilakukan oleh ibu klien.
4. Memberikan imunisasi combo II dan Polio III, vaksin DPT telah di
injeksikan secara IM dip aha kiri bayi dengan dosis 0.5 cc, vaksin
polio telah diteteskan 2 tetes.
5. Melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada bayi N
menggunakan KPSP untuk mendeteksi secara dini apakah
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
6. Memberikan terapi puyer paracetamol 3x1/6 tablet/hari serta
menganjurkan ibu untuk mencegah kenaikan suhu tubuh akibat
reaksi imunisasi dengan cara memberikan ASI sesering mungkin
dan mengompres dengan air hangat jika mulai demam.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres dengan lidah buaya
jika terjadi panas, karna pada kompres lidah buaya terjadi proses
konduksi yaitu perpindahan panas yang terjadi karena adanya
kontak langsung tubuh dengan benda yang permukaannya lebih
dingin. Proses ini akan mengubah temperatur/suhu tubuh balita,
sehingga proses penurunan panas pun dapat terjadi.
20

8. Mengajarkan kepada orang tua tentang penanda perkembangan


normal bayi usia 3 bulan yaitu : mengangkat kepala dengan tegak
pada posisi telungkup, dapat menggenggam benda yang
disentuhkan pada punggung/ujung jarinya, mencari sumber suara
yang keras, mengeluarkan suara mengoceh, membalas senyuman.
9. Mengajarkan pada ibu cara-cara memberikan rangsangan yang
berarti untuk ibu dan bayi.
10. Menganjurkan ibu datang 1 bulan lagi untuk imunisasi DPT-HB
Hib 3 dan polio 4 atau jika terjadi demam 3 hari berturut-turut
tidak turun maka ibu datang ke fasilitas kesehatan.
21

CATATAN PERKEMBANGAN 2
Tanggal : 26-02-2023
Pukul : 10.00 wib

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan anaknya berumur 3 bulan
Ibu mengatakan anaknya sudah medapat imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
Ibu mengatakan setelah diimunisasi anaknya sedikit panas
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
TTV : Nadi = 104 x/ menit,Suhu = 37°C, Respirasi = 48 x/ menit
Bekas suntikan : agak memerah, tidak ada pembengkakan
ASSESSMENT
Bayi N 1 hari pasca imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
PLANNING
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya
normal merupakan reaksi dari imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
2. Menganjurkan ibu agar tetap memakan makanan yang bergizi, seperti
seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan agar ASI nya banyak
dan bergizi.
3. Menganjurkan ibu memberikan terapi puyer paracetamol 3x1/6 tablet/hari
serta menganjurkan ibu untuk mencegah kenaikan suhu tubuh akibat
reaksi imunisasi dengan cara memberikan ASI sesering mungkin dan
mengompres dengan air hangat jika mulai demam.
4. Mengingatkan ibu kembali tentang penanda perkembangan normal bayi
usia 3 bulan yaitu : mengangkat kepala dengan tegak pada posisi
telungkup, dapat menggenggam benda yang disentuhkan pada
punggung/ujung jarinya, mencari sumber suara yang keras, mengeluarkan
suara mengoceh, membalas senyuman.
5. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan-keluhan pada anaknya
22

CATATAN PERKEMBANGAN 3
Tanggal : 04-03-2023
Pukul : 10.00 wib

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan anaknya berumur 3 bulan
Ibu mengatakan anaknya sudah medapat imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
Ibu mengatakan sekarang anaknya sudah tidak panas lagi
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
TTV : Nadi = 100 x/ menit,Suhu = 36,5°C, Respirasi = 48 x/ menit
Bekas suntikan :tidak memerah, tidak ada pembengkakan
ASSESSMENT
Bayi N 1 Minggu pasca imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
PLANNING
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya
normal merupakan reaksi dari imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
2. Menganjurkan ibu agar tetap memakan makanan yang bergizi, seperti
seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan agar ASI nya banyak.
3. Mengingatkan ibu kembali tentang penanda perkembangan normal bayi
usia 3 bulan yaitu : mengangkat kepala dengan tegak pada posisi
telungkup, dapat menggenggam benda yang disentuhkan pada
punggung/ujung jarinya, mencari sumber suara yang keras, mengeluarkan
suara mengoceh, membalas senyuman.
4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan-keluhan pada anaknya
BAB IV
PEMBAHASAN
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak terhadap penyakit tertentu atau memasukkan
antigen/kuman, bakteti, vbirus, parasit, racun kuman kedalam tubuh,
sehingga tubuh membuat zat anti, berubah antibody/anti toksin yang
berfungsi untuk mencegah penyakit tertentu. Untuk mencaapi hal-hal
rtersevbut diperlukan keahlian, ilmu pengetahuan serta ketrampilan.
Aduhan kebidanan yang diberikan tidak akan mencapai hasil jika prosedur
dalm pemberian iminisasi dilanggar.
Dosis yang tepat, tempat, cara dan yang terpenting teknik
membergikan vaksin dan vaksin itu sendir. Bila diketahui kualitas vaksin
yang kurang bagus, teknik pemberian vaksin yang kurang steril sangata
besar pengaruhnya terhadap tujuam akan dicapai. Efek samping yang
timbul bukan hanya panas, nyeri befkas tempat pemberian vaksinasi,
peradangan bias juga hingga kejangdan komplikasim yang lain.
Pada kasus didapatkan bayi N datang bersama dengan ibunya
dengan alasan kunjungan ingin mengimunisasikan bayinya. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan bayi dalam keadaaan sehat dengan BB : 5050 gr,
PB 58 cm, pertumbuhan dan perkembangan baik sehingga bayi N dapat
mendapatkan iminisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3, sehingga berdasarkan
data-data yang ada tidak diketemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
Pada data subjektif ibu mengatakan ketika di telentangkan bayi N
sudah belajar tengkurap, bayi N mulai bisa menarik benda-benda di
sekitarnya dan memasukkan beberapa benda ke mulut, ketika bayi N
dipanggil maka kepala dan mata berkoordinasi untuk mencari sumber
suara. Pada bayi N juga dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang bayi
dengan menggunaka KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Hasil
yang didapatkan tumbuh kembang bayi normal yaitu sesuai dengan usia
bayi.
24

Perkembangan tubuh sangat berkaitan erat dengan perkembangan


motorik anak. Motorikdapat di artikan sebagai perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui adanya kegiatan yangterkoordinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Maka otak kita lah yang
mensetirsetiap gerakan yang dilakukan oleh anak. Dan semakin matangnya
perkembangan system syarafpada otak yang mengatur otot ,maka
memungkinkan semakin berkembangnya kompetensi ataupunkemampuan
motorik anak tersebut. Adapun Perkembangan motorik anak dibagi
menjadi dua yaitu motorik kasar dan halus. Motorik kasar merupakan
gerakan tubuh yang menggunakan otot-ototbesar baik sebagian besar
ataupun seluruh anggota tubuh yang dapat dipengaruhi oleh
kematangananak itu sendiri.Sedangkan motorik halus merupakan gerakan
yang menggunakan otot-otot halus baiksebagian anggota tubuh tertentu
yang dipengaruhi oleh adanya kesempatan untuk belajar danberlatih
(Soetjiningsih, 2019).
Deteksi dini tumbuh kembang anakadalah kegiatan atau
pemeriksaan untukmenemukan secara dini adanya penyimpangantumbuh
kembang pada anak. Bilapenyimpangan terlambat diketahui
makaintervensi akan lebih sulit dan hal ini akanberpengaruh pada
perkembangan anak. Ada 3jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat
dikerjakan oleh tenaga kesehatan di puskesmasdan jaringannya, yaitu
deteksi dinipertumbuhan, perkembangan dan mental emosional, autisme
dan gangguan pemusatanperhatian dan hiperaktivitas. Adapun
jadwalkegiatan skrining tumbuh kembang anak sesuai rekomendasi
(Kementrian Kesehatan RI 2018).
Menurut peneliti deteksi dini tumbuhkembang anak adalah
pemeriksaan yangdilakukan secara berkala yang berinterpretasipada
kebisaan atau kemampuan anak sesuaidengan usia agar dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan rekomendasi darikementrian kesehatan RI.
Berdasarkan studiliteratur artikel yang membahas mengenaideteksi dini
perkembangan sosial terdapat 5artikel nasional. Deteksi dini
perkembangananak perlu dilakukan sedari dini, karena usiaanak 0-12
25

bulan termasuk dalam goldenperiode dan tidak dapat diulangi lagi. Hasil
inisesuai dengan pendapat ahli dan penelitianyang dilakukan sebelumnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2014 tentangPemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan
Gangguan Tumbuh Kembang Anak. Pada pasal 6 mengatakan
pemantauanpertumbuhan, perkembangandan gangguan tumbuh kembang
anak harus diselenggarakan secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan: stimulasi yang memadai;deteksi dini; dan; intervensi dini
gangguan tumbuh kembang anak.
Penelitian menunjukkan pentingnya tiga tahun pertama kehidupan
dalam membentuk pembelajaran dan pengembangan. Sejak lahir,
pengalamandan hubungan yang dini mempengaruhi hasil jangka panjang
anak dan kesempatan hidup. Hal ini termasuk pengembangan eksekutif
dan kapasitas pengalaman, mengatur dan mengekspresikan emosi, untuk
membentuk kedekatan, rasa aman, dan hubungan yang memuaskan serta
untuk menjelajah, menemukan dan belajar tentang diri sendiri dan dunia
di sekitar mereka (State of Victoria,2016).
Pada periode awal, tumbuh kembang anak lebih kritis
dibandingkan pada periode berikutnya. Periode awal merupakan saat-saat
terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi
bagi periode berikutnya. Oleh karena itu perlu diberi fasilitas secara
optimal agar perkembangan dapat berlangsung sempurna. Sempurna
tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peran orangtua.
Anak membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangannya,
seperti bayi yang sepenuhnya bergantung pada orang tuanya.
Pada kasus bayi N, ibu dianjurkan untuk melakuka rangsangan atau
stimulasi pada bayi. Stimulasi dimaksudkan untuk melatih kemampuan
bayi agar bayi dapat menguasai ketrampilan tertentu pada usia yang
seharusnya. Cukup banyak kejadian keterlambatan perkembangan terjadi
hanya karenakurangnya stimulasi. Banyak kemampuan sebenarnya telah
dapat mulaidipelajari sejak dini(Handy,2015).
26

Perkembangansangatpentinguntukdipantau, idealnya setiap anak


harus mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dari
tenaga medis terlatih secara berkala, untuk mencegah adanya gangguan
tumbuh kembang lanjutyang sulit ditangani. Semakin terlambat gangguan
dideteksi, semakin sulit penanganannya (Afifa,2016).
Usia 3-6 bulantermasuk dalam 1000 hari pertama kehidupan.
Danmerupakan masa kritis dimana otak anak mulaiberkembang.Momenini
tentunya sangatpenting bagi perkembangan anak. Dalam hal ini peran
orang tua yang sangatdibutuhkan, bahwa orang tua dapat memberikan
stimulasi pada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya terutama
oleh ibu.Karenapadamasabayi,terjalinkontak eratantara ibu dan
anak,sehingga pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar (Kemenkes
RI, 2014).
Pada kasus bayi N asuhan telah diberikan sesuai kebutuhan bayi
usia 3 bulan yaitu pemberian imunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3. Tidak
ada kesenjangan antara praktek lapangan dan teori.
.
27

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan


mencegah atau memberantas beberapa penyakit, sasaran imunisasi adalah
bayiu usia 0-11 bulan dengan jangka waktu pemberian yang berbeda-
beda.Dalam pemberian imunisasi perlu banyak hal yang diperhatikan antara
lai jenis imunisasi, usia bayi, jadwal, efek samping, dosis dan cara. Prosedur
pemberian imunisasi harus sesuia dengan jadwal pemberian sesuai dengan
penjelasan diatas.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan usia
merupakan hal yang perlu diperhatikan juga karena hal tersebut sangat
berkaitan dengan keberhasilan dalam pemberian asuahn kebidanan pada anak
sehat.
Asuhan kebidanan yang diberikan tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik, penanganan pada demam pasca imunisasi dilakukan dengan
evidabce based, yaitu dengan menggunakan kompres air hangat atau dengan
menggunakan kompres lidah buaya.
5.2 Saran

1) Bagi institusi
Diharapkan laporan tugas akhir ini dapat meningkatkan kualitas
pendidikan bidan khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada
tumbuh kembang bayi usia 3 bulan dan imnunisasi DPT-HB Hib 2 dan
polio 3.
2) Bagi pasien
Kepada pasien diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
ibu tentang asuhan kebidanan pada tumbuh kembang bayi usia 3 bulan
dan imnunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3.
3) Bagi penulis
Bagi penulis diharapkan dapat mengembangkan pola pikir ilmiah dan
melaksanakan asuhan kebidanan asuhan kebidanan pada tumbuh
28

kembang bayi usia 3 bulan dan imnunisasi DPT-HB Hib 2 dan polio 3
melalui pendidikan serta mendapat pengalaman secara nyata di lapangan
agar dapat memberikan pelayanan kebidanan yang lebih efektif dan lebih
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. 2017. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak Edisi
2.Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.

Dewi, R.C., Oktiawati, A., dan Saputri, L.D. 2015. Teori dan Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak, dan Usia Remaja. Yogyakarta :
NuhaMedika.

Kemenkes RI. 2017. Pedoman PelaksanaanStimulasi Deteksi dan Intervensi


DiniTumbuh Kembang Anak di TingkatPelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:
Departemen Kesehatan Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. PedomanPelaksanaan SDIDTK di


TingkatPelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta: Departemen KesehatanJenderal
Pembinaan KesehatanMasyarakat.

Lisnawati, L. (2019). Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta:Trans Info


Medika.
Marimbi, H. (2020). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita (kedua). Yogyakarta:Nuha Medika.
Mulyani, N. S., & Rinawati, M. (2021). Imunisasi Untuk Anak (kedua).
Yogyakarta:Nuha Medika.
Proverawati, A., & Andhini, C. setyo D. (2021). Imunisasi dan Vaksinasi (2nd
ed.). Yogyakarta:Nuha Medika.
Soetjiningsih, Dr. 2019. Tumbuh KembangAnak. 2 ed. diedit oleh S. Prof. dr.
IG.NGde Ranuh. JAKARTA: EGC

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Imunisasi


Sasaran : Ibu yang mempunyai bayi
Hari/tanggal : Menyesuaikan
Pukul : Menyesuaikan
Konselor : Bidan
A. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan konseling diharapkan ibu mampu mengetahui tentang
pentingnya pemberian imunisasi pada bayi.
TUJUAN KHUSUS

Setelah diberikan konseling, diharapkan ibu yang akan bersalin


mampu :

1) Mengetahui pengertian imunisasi


2) Mengetahui manfaat imunisasi
3) Mengetahui macam-macam imunisasi dan efek samping
B. MATERI
1) Pengertian imunisasi
2) Manfaat imunisasi
3) Macam-macam imunisasi dan efek samping
C. MEDIA
1) Leaflet
D. METODE PENYULUHAN
1) Ceramah
2) Demonstrasi
3) Tanya jawab

E. PELAKSANAAN

No Kegiatan Respon masyarakat Waktu


1. Pendahuluan 5 menit
a. Penyampaian salam a. Membalasa salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan topik c. Memperhatikan
penyuluhan d. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan e. Memperhatikan
e. Menjelaskan waktu
pelaksanaan
2 Penyampaian materi 20 menit
a. Materi a. Memperhatikan penjelasan
1) Pengertian dan mencermati materi
imunisasi
2) Manfaat
imunisasi
3) Macam-macam
imunisasi dan
efek samping
b. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya b. Bertanya
c. Menjawab pertanyaan
peserta
c. Memperhatikan
3 Penutup 5
a. Menyimpulkan hasil a. Memperhatikan me
penyuluhan
b. Mengakhiri dengan b. Menjawab salam
salam

F. EVALUASI

G. REFERENSI
Hadianti Dian N, Mulyati E, Ratnaningsih E. 2014. Buku Ajar Imunisasi.
Edisi 1. Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Hamidin AS. 2014. Buku lengkap imunisasi alami untuk anak. Yogyakarta
: Saufa.

LAMPIRAN

IMUNISASI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu tindakan untuk memberikan perlindungan atau
kekebalan kepada tubuh anak dengan menyuntikan vaksin atau serum dari
suatu penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh (Hamidin, 2014).
B. Manfaat Imunisasi
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
2. Untuk menghilangkan penyakit tertentu didunia
3. Untuk melindungi dan mencegah penyakit menular yang bebahaya
4. Untuk menurunkan mortalitas serta cacat bawaan (Hamidin, 2014).
Adapun manfaat imunisasi bagi anak itu sendiri, keluarga dan negara
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderiaan yang
disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Manfaat bagi keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan
biaya pengobatan apabila anak saakit. Mendorong keluarga kecil
apabila si orang tua yakin bahwa anakanak menjalani masa kanak-
kanak dengan aman.
3. Manfaat untuk negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa indonesia diantara
segenap bangsa didunia(Hamidin, 2014).
C. Macam-Macam Imunisasi
Macam-Macam Imunisasi terbagi menjadi dua yaitu:
7. Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seorang karena
tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi, contonnya imunisasi
polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat dibagi menjadi 2 macam:
a. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara
otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit.
b. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari
vaksinasi yang diberikan untuk mendapat perlindungan dari suatu
penyakit.
8. Imunisasi pasif dapat dibagi dalam dua jenis :
a. Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang
karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung
langsung ketika berada dalam kandungan.
b. Imunisasi pasif buatan, dimana kekebalan ini diperoleh setelah
mendapat suntikan zat penolakan. Misalnya : pemberian vaksin
ATS (Anti Tetanus Serum) (Hadianti, 2014).
Jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun
yaitu :
1. Imunisasi BCG
a. Pengertian
Imunisasi BCG (Bacilli Calmette Guerin) merupakan imunisasi
yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC).
b. Pemberian Imunisasi BCG
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak
perlu diulang. Diberi saat bayi usia 0 – 11 bulan. Diberikan secara
intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas
ataupada paha.
c. Efek samping
Pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar gatah bening
diketiak atau leher bagian bawah , dan biasanya akan sembuh
sendiri.
d. Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang menderita
TB atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat /
menahun.

2. Imunisasi DPT
a. Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (Difteria, Pertusis, tetanus) merupakan imunisasi
dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya yang dapat merangsang
pembentukkan zat anti(toksoid).
b. Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi ini tiga kali dari bayi usia 2 -11 bulan, yaitu
pada usia 2 bulan , 4bulan dan 6 bulan. Diberikan melalui suntikan
intra muskuler (IM).
c. Efek samping
Gejala yang muncul seperti demam yang disertai rewel selama 1-2
hari, pembengkakan, agak nyeri atau pegal – pegal pada tempat
penyuntikan. Yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari ,atau
bila masih demam bias diberi obat penurun panas bayi.
d. Kontra Indikasi Imunisasi DTP tidak dapat diberi pada anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan
atau bukan,anak yang demam dan bersifat alergi.
9. Imunisasi Polio
e. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliolielitis yang
merupakan penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat
mengakibatkan kelumpuhan.
f. Pemberian Imunisasi Polio
Pemberian iminisasi ini empat kali pada bayi usia 0 – 11 bulan,bisa
diberi lebih dari jadwal yang telah ditentukan dan tidak akan
berdampak buruk. Pemberian imunisasi ini melalui oral/mulut. Dan
dapat mencekal penyakit polio hingga 90 % .
g. Efek Samping
Pada imunisasi ini hamper tidak ada efek samping, hanya sebagian
kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
h. Kontra Indikasi
Imunisasi polio tidak diberikan pada anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan. Begitu juga anak dengan penyakit
HIV/AIDS, kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum.
10. Imunisasi Campak
a. Pengertian Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbili /measles).
b. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi campak hanya satu kali pada bayi usia 9 – 11
bulan. Dan baiknya diberi pada usia 9 bulan dan dianjurkan
pemberiannya sesuai jadwal, selain antibody dari ibu sudah
menurun di usia bayi 9 bulan , penyakit campak umumnya
menyerang anak usia balita. Cara pemberian imunisasi ini melalui
subkutan.
c. Efek Samping
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi, hanya terjadi
demam ringan dan efek kemerahan pada pipi dibawah telinga pada
hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan, atau terdapat pula pembengkakan
pada daerah penyuntikan.
d. Kontra Indikasi
Imunisasi campak tidak diberikan pada anak dengan penyakit
infeksi akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan,
penyakit TBC, anak dengan kekurangan gizi berat dan anak dengan
penyakit keganasan.
11. Imunisasi Hepatitis B
a. Pengertian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu
penyakit infeksi yang dapat merusak hati.
b. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B ini diberikan tiga kali pada bayi usia 1 – 11
bulan, dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil. Imunisasi
hepatitis B diberikan dengan cara intramuskuler (IM) dibagian
lengan atau paha bagian otot depan bayi. Penyuntikan dibokong
tidak dianjurkan karena bias mengurangi efektifitas vaksin. Tingkat
kekebalannya cukup tinggi,setelah tiga kali suntikan lebih dari 95
% bayi mengalami respon imunyang cukup.
c. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan imunisasi ini hanya berupa nyeri
pada tempat penyuntikan , yang disusul demam ringan dan
pembengkakan . reaksi ini hilang dalam waktu dua hari.
d. Kontra Indikasi
Tidak dapat diberi pada anak yang menderita sakit berat (Hadianti,
2014).

Anda mungkin juga menyukai