Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI SHORT


TERM MEMORY PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL
KOTA MAKASSAR

OLEH:
DINDA ANGGINA SARI (C2014201118)
DIANA MAIN (C2014201116)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa pertumbuhan emas anak sangat penting dimasa sebelum
6 tahun karena pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan pesat, yang memiliki karakteristik unik. Karakteristik
seorang anak sesuai dengan tingkat usia anak itu sendiri yang secara
umum perkembangannya digolongkan sesuai dengan tingkat usia
untuk menstimulus perkembangan anak yang membutuhkan
pendidikan anak usia dini atau PAUD. Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 angka 14
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan sebaiknya dimasa ini anak telah menempuh pendidikan
untuk mengembangkan tahapan tumbuh kembang untuk
mendapatkan stimulus dari lingkungan belajar (Dikir et al., 2016).
Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan
yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu
tahap yang diharapkan meningkat, secara kuantitatif maupun kualitatif
pada tahap selanjutnya. Proses pembelajaran anak di TK dengan usia
5-6 tahun sebelum pandemi ini masih dilakukan secara offline (tatap
muka) dimana anak-anak masih dapat berkonsentrasi dalam
mengikuti pembelajaran seperti biasa sehingga anak dapat menerima
stimulus dengan baik. Namun hal ini menjadi permasalahan dimasa
pandemi, karena seperti yang diketahui pola pengajaran yang
dilakukan kebanyakan TK cenderung menanamkan pembelajaran
secara akademik atau calistung (baca, tulis, dan hitung) namun
dimasa pandemi metode yang dilakukan adalah metode pembelajaran

1
secara online yang menyebabkan stimulus minat anak dalam belajar
berkurang dan fokus anak teralihkan (bermain) (Astuti et al., 2014).
Upaya yang dapat meningkatkan kemampuan otak anak yaitu
berupa serangkaian latihan gerakan sederhana dan mudah untuk
meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan
keseluruhan kemampuan otak. Hal ini berdampak bagi anak jika anak
menjadi objek dan pendidik menjadi subjek dalam proses
pembelajaran, dimana anak belum mengerti semua hal sedangkan
pendidik mengerti segalanya, sehingga anak tersebut mengalami
keterlambatan dalam proses pembelajaran (Dikir et al., 2016). WHO
(2017) menyatakan keterlambatan perkembangan anak dibidang
kognitif dan motorik kasar menyebabkan hambatan dalam proses
belajar di sekolah di beberapa negara Asia pada anak dibawah usia 5
tahun yang berbeda-beda. Menurut penelitian yang dilakukan
Bhattacharya (2017) di India menyatakan bahwa keterlambatan
perkembangan anak usia 2-23 bulan sebesar 9,5%. Penelitian yang
dilakukan di Thailand terhadap anak dibawah 5 tahun menemukan
sebesar 22,9% mengalami suspek keterlambatan perkembangan.
Sementara itu, penelitian di Cina menemukan 42% anak mengalami
keterlambatan dibidang kognitif dan 10,2% (Yue, et.al., 2015, dalam
Septian, N, S, 2018). Berdasarkan hasil Riskesdas (2018)
menunjukkan usia anak yang mengalami keterlambatan dibidang
kognitif berada pada usia 5-17 tahun sebesar 3,3%. Sulawesi Selatan
provinsi tertinggi dan posisi di Sulawesi Barat sebanyak 1,4%.
Selanjutnya di Sulawesi Selatan, dari 1732 anak ada 533 anak atau
31,93% yang mengalami keterlambatan perkembangan (Astuti et al.,
2014).
Salah satu bentuk perkembangan yang harus dicapai seorang
anak yaitu fungsi kognitif yang merupakan aspek penting dalam
perkembangan terutama usia 4-6 tahun. Stimulasi perkembangan
otak anak sangat diperlukan hanya saja beberapa lembaga
3

pendidikan dalam pembelajaran kurang mengstimulasi perkembangan


anak didik. Sementara ini anak dapat menyerap segala informasi
hingga mencapai 80%. Berbagai informasi yang diberikan kepada
anak merupakan tugas orang dewasa baik orang tua, guru dan yang
lainnya. Gangguan dalam perkembangan kognitif menyebabkan
hambatan dalam proses belajar di sekolah yang menimbulkan
berbagai macam tingkah laku seperti minat belajar kurang dan
kepribadian anak yang ikut terpengaruh seperti anak merasa rendah
diri, peragu, dan sering was-was dalam menghadapi lingkungan.
Kemampuan memori pada anak dibutuhkan jika anak-anak akan
menyimpan informasi melalui peristiwa atau pengalaman kedalam
ingatan yang akan diolah menjadi pengetahuan untuk diingat kembali
apabila dibutuhkan (Astuti et al., 2014).
Short term memori atau disebut juga memori jangka pendek
bersifat terbatas baik kapasitas maupun durasi yang mana Informasi
akan hilang dalam waktu 20-30 detik, memori jangka pendek
dibutuhkan ketika menyelesaikan sebagian besar tugas-tugas kognitif
yang mencerminkan peran penting memori jangka pendek sebagai
sebuah memori kerja yang menjaga dan memanipulasi informasi.
Memori jangka pendek sangat diperlukan pada anak usia 5-6 tahun
dalam menyelesaikan tugas yang bersifat akademik yang berfungsi
sebagai sebagian dari fungsi kognitif. Sehingga dibutuhkan stimulus
untuk meninggkatkan kemampuan short term memori salah satunya
adalah brain gym (Suneki et al., 2012).
Brain gym adalah serangkaian latihan gerakan sederhana dan
mudah untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan
menggunakan keseluruhan kemampuan otak. Brain gym terkait
dengan fungsi gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang disatukan dan
dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi dari
otak kanan dan kiri untuk meningkatkan fungsi kognitif. Kemampuan
belajar membangun harga diri dan rasa kebersamaan yang penting
untuk diterapkan pada anak-anak sejak pada periode golden age.
Penelitian yang dilakukan oleh Buschke (1990), dalam Roman et al.,
(2018) menemukan peningkatan kecepatan berhitung pada anak usia
5-6 tahun yang melakukan brain gym selama 2 minggu dengan durasi
latihan 15 menit yang dilakukan setiap hari, dengan menggunakan
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST) (Suneki et al., 2012).
Berdasarkan hasil kunjungan observasi di TK Aisyiyah
Bustanul Athfar fenomena yang ditemukan sebelum masa pandemi
didapatkan kemampuan upaya mengasah kemampuan otak anak di
TK sebelum masa pandemi proses pembelajaran yang diberikan anak
dapat memahami dan berkonsentrasi lebih mudah namun dimasa
pandemi ini karena proses pembelajaran secara online
mengakibatkan hal tersebut tidak dapat tercapai. Berdasarkan hasil
wawancara kepada guru di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal dari 10 anak
menunjukkan kemampuan short term memori sangat rendah
dibuktikan dengan kemampuan mengingat pada anak yang kurang,
seperti hasil observasi yang peneliti lakukan diruang kelas TK, tampak
seorang anak memegang mainan kemudian beberapa menit anak
tersebut lupa dimana ia meletakan mainannya. Selanjutnya 3 dari 10
anak ada yang tidak mampu mengingat dimana ia meletakkan
mainannya dan peneliti juga menemukan belum diterapkannya
kegiatan dalam bentuk brain gym tetapi masih menerapkan gerakan
olahraga fisik secara umum yang diajarkan dari masing-masing
sekolah, oleh karena masih dalam keadaan pandemi, namun jika
brain gym tidak dilakukan dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan stimulus otak anak seperti anak mudah lupa dan
kurang berkonsentrasi dan dapat berpengaruh terhadap masa depan
anak yang akan menjadi generasi bangsa. Dari uraian tersebut, maka
peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
“Brain gym Terhadap Fungsi Short Term Memori Anak Usia 5-6
Tahun Di TK Aisyiyah Bustanul Athfar Kota Makassar”.
5

B. Rumusan Masalah
Masa Pertumbuhan emas anak sangat penting dimasa sebelum 6
tahun karena pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan sedang berada dalam tahap
awal masa kanak-kanak karena anak memiliki karakteristik yang unik
dan peneliti menemukan belum di terapkannya kegiatan stimulasi
dalam bentuk brain gym dan masih menerapkan gerakan olahraga fisik
yang umum yang diajarkan dari sekolah masing-masing anak karena
masih dalam masa pandemi. Sehingga dibutuhkan stimulus untuk
meningkatkan fungsi memori pada anak. Dengan demikian rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Brain Gym Terhadap
Fungsi Short Term Memori Pada Anak Usia 5-6 Tahun?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui pengaruh brain gym terhadap fungsi short term
memori pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengidentifikasi fungsi short term memori sebelum
dilakukan brain gym pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah
Bustanul Athfar Makassar.
b. Untuk Mengidentifikasi fungsi short term memori sesudah
dilakukan brain gym pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah
Bustanul Athfar Makassar.
c. Untuk Menganalisis Pengaruh fungsi short term memori sebelum
dan sesudah dilakukan brain gym pada anak usia 5-6 tahun di
TK Aisyiyah Bustanul Athfar.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang
pengaruh senam otak pada anak usia 5-6 tahun untuk
meningkatkan stimulus fungsi short term memori pada anak.
2. Bagi Institusi Di TK
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pembelajaran
tentang hubungan pengetahuan mengenai pengaruh brain gym
terhadap fungsi short term memori pada anak usia 5-6 tahun baik
secara teoritis maupun praktik untuk menambahkan pengetahuan
serta keterampilan dalam menghadapi masalah yang terjadi pada
anak untuk stimulus fungsi memori pada anak.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang pengaruh
senam otak pada anak usia 5-6 tahun untuk stimulus fungsi
memori pada anak.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perkembangan Anak


1. Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun
Di Indonesia pada umumnya anak usia 5-6 tahun sudah
berada dalam jenjang PAUD atau TK. Proses pembelajaran
yang diterima anak-anak terkadang tidak hanya sekedar
bermain, tetapi ada yang sudah belajar mengenal bahkan
belajar menulis huruf dan angka. Sejatinya anak pada usia ini
di anjurkan lebih banyak bermain, namun banyak faktor yang
menyebabkan orang tua harus memasukan anaknya ke PAUD
atau TK. Anak yang sudah memasuki TK biasanya akan
dipersiapkan untuk memasuki usia sekolah dasar (Astuti et
al., 2014).
Pada masa usia 5-6 tahun anak sangat senang kalau
diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya
sendiri, karena mereka sedang membutuhkan perhatian. Pada
masa ini juga muncul rasa ingin tahu yang besar dan
menuntut pemenuhannya. Anak terdorong untuk belajar hal-
hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk
mengetahui sesuatu (Suneki et al., 2012).
Masa kanak-kanak merupakan masa strategis
sekaligus kritis dikatakan strategis karena masa ini merupakan
masa peka untuk memperoleh stimulasi dan pembelajaran
yang memungkinkan anak dikondisikan untuk memperoleh
keberhasilan dalam hidupnya. Dikatakan masa kritis karena
jika terjadi salah asuh dan tidak mendapatkan stimulasi dan
perlakuan yang tepat. Maka perkembangan anak pada masa
selanjutnya akan mengalami gangguan (Andrea et al., 2019).
2. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun
Dalam perkembangan kognitif, anak berada dalam tahap
praoprasional perkembangan kognitif. Anak sangat aktif untuk
mengeksplorasi benda-benda yang ada di lingkungannya.
Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang
ditemuinya merupakan proses belajar yang sangat efektif, anak
mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahaya yaitu
dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain, dan belajar mengungkapkan isi hati
dan pikirannya, perkembangan kognitif (daya pikir) sangat
pesat ditujukan dengan rasa keingintahuan anak terhadap
lingkungan sekitarnya. Anak cenderung mengikuti apa yang di
lihat dan di dengarnya. Anak lebih mudah mengigat sesuatu
dari apa yang ia senangi, hal tersebut akan lebih mudah masuk
dalam fungsi short them memori (Septian et al., 2021)
Dalam perkembangan sosial, anak cenderung bermain
secara individu walaupun permainan dilakukan anak secara
bersama-sama dengan anak-anak seusianya. Diusia ini anak
senang bermain di luar rumah dan bertemu dengan teman-
teman baru. Meski belum terlalu intens dalam bermain bersama
dan masih sering berubah-ubah tetapi anak seusia ini sudah
cukup baik jika bermain dan bekerja kelompok. Dalam
kehidupan bersosialnya anak pada usia ini akan memilih teman
yang baik didalam ingatanya, dan mulai menjalin persahabatan.
Rasa percaya diri, merasa dirinya berarti dan dan merasa
memiliki, menjadi penting karena anak mulai berinteraksi
dengan orang-orang diluar keluarganya. Anak-anak pada usia
ini juga membandinkan dirinya dengan teman-teman yang
lainnya (Putranto et al., 2009).
Perkembangan emosional, pada anak usia 5-6 tahun anak
mulai memahami peraturan dengan lebih baik, bahkan
9

terkadang menuntut teman atau orang lain untuk mematuhi


aturan tersebut, meskipun dia sendiri tidak melaksanakannya,
emosi sering kali mempengaruhi dalam proses belajarnya,
sehingga mempengaruhi anak dalam memahami dan
menerima apa yang disampaikan oleh orang lain (Putranto et
al., 2009).

3. Memori
Memori adalah kemampuan individu untuk menyimpan,
mempertahankan, dan mengingat informasi dan pengalaman.
Pada dasarnya memori adalah sesuatu yang membentuk jati
diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya. Memori memberi manusia kemampuan mengingat
masa lalu, dan perkiraan dalam masa depan. Memori
merupakan kumpulan reaksi elektro kimia yang rumut yang di
aktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam
jarinag syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian
otak. Memori yang sifatnya dinamis ini terus beruba dan
berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang di
simpan penyimpanan informasi didapat dilakukan melalui dua
tahap yaitu memori jangka pendek dengan memori jangka
pendek (Bhinnety et al., 2015).
Memori merupakan bagian dari fungsi kognitif, fungsi kognitif
meliputi fungsi antara lain: Fungsi reseptif, yang melibatkan
kemampuan untuk mendapatkan informasi; fungsi memori dan
belajar dimana informasi yang didapat, disimpan, dan dapat
dimunculkan kembali; fungsi berpikir, yaitu cara
mengkoordinasi informasi. Fungsi ekpresif yaitu informasi yang
diperoleh kemudian di informasikan dan digunakan (Dikir et al.,
2016).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori :
1) Usia
Bila dibandingkan dengan anak-anak atau dengan orang
dewasa anak yang lebih kecil lebih mungkin untuk
menyimpan materi berupa visual dalam ingatan jangka
pendeknya. Ditemukan bahwa anak diusia 5 tahun akan
mengalami kesulitan kembali mengulang serangkain
gambar-gambar yang sama dan dari objek-objek secara
visual dibadingkan serangkain gambar yang berbeda-
beda. Sedangkan pada anak yang usi berkisar 10 tahun
tidak mengalami kesulitan dalam objek-objek yang
menggamrkan sama secara visual. Anak yang lebih tua
akan melakukan pengulangan secara verbal untuk
menyimpan item-item didalam short term memory
mereka, sehingga visual yang muncul tidak relavan
(Andrea et al., 2019).
2) Stimulasi
Pada penelitian tikus menunjukan bahwa pemberian
stimulasi pada umur berapa pun dapatecara bermakna
dapat memperbaiki fungsi memori. Latihan dan
tantangan mental pada umur pertengahan, saat terdapat
perubahan memori ringan, mungkin memberikan
keuntungan yang paling kuat dan menyeluruh pada fingi
memori. Data penelitian tersebut menunjukkan saat
orang menua atau kuarng melatih otaknya, stimulasi
kognitif dapat membantu untuk mengkompensasi
penurunan memori (Andrea et al., 2019).
11

3) Pengolahan Informasi
a) Jenis Informasi
Jenis informasi menentukan penting tidaknya informasi
tersebut di simpan dalam memori atau justru di hapus
atau dihilangkan karna diangap tidak penting. Bila
informasi dianggap sangat penting oleh otak maka
informasi tersebut akan tertanam kuat dalam memori
(Andrea et al., 2019).
b) Penggunaan Teknik Memori
Teknik memori adalah teknik memasukan informasi
kedalam otak yang sesui dengan kerja otak, karena
metode yang di gunakan sejalan dengan cara otak
beroperasi dan berfungsi maka hal itu akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi otak dalam
menyerap dan menyimpan informasih (Andrea et al.,
2019).
c) Perhatian, Fokus dan Konsentrasi
Perhatian, fokus dan konsentrasi yang baik diperlukan
dalam memasukan informasih kedalam otak kita, dan
pada saat yang bersamaan muncul berbagai macam
pikiran lain yang silih berganti, maka otak akan bingung
dan tidak tahu harus memberikan perhatian pada
informasi yang mana ini akan menyebabkan lemahnya
kemampuan dalam menyimpang informasi (Andrea et
al., 2019).

4. Short Term Memory


Short term memory adalah tempat menyimpan informasi
yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang lebih pendek.
Short term memory merupakan penyimpanan sementara
peristiwa atau item yang diterima dalam waktu sekejap, yakni
dalam beberapa menit, bahkan bisa lebih cepat (dalam
hitungan detik). Short term memory tidak bersifat permanen,
pemyimpanannya, akan terhapus dalam waktu pendek, kecuali
di upayakan secara khusus, dengan cara mengulan-ulangnya
(Dikir et al., 2016).
Berdasarkan teori Atkinson-shiffrin karakteristik short term
memory secara umum adalah kapasitas penyimpanannya
terbatas, disadari, cepat diakses, hilang dalam 30 detik, akan
menjadi memori jangka panjang jika terus di ulang (Bhinnety et
al., 2015).
Short term memory memiliki kerangka penting dalam pikiran
sadar, jika secara sadar kita mencoba memecahkan suatu
masalah, kita sering mengunakan memori jangka pendek
sebagai ruang kerja mental dan menggunakannya untuk
menyimpang bagian-bagian masalah atau informasih yang
diambil dari memori jangka panjang yang relevan dengan
masalah. Riset lain menyatakan bahwa short term memory
digunakan bukan hanya dalam masalah numerik tetapi juga
dalam seluruh masalah kompleks yang sering dihadapi
termasuk dalam kegiatan berbahasa, karena alasan ini short
term memory sering disebut sebagai memori kerja dan
mengkonseptualisasikan sebagai semacam papan tulis dimana
pikiran melakukan perhitungan dan menuliskan hasil parsialnya
untuk di gunakan kemudian (Dikir et al., 2016).
Para ahli psikologi mempunyai pandangan yang sama
tentang proses ingatan dan membaginya kedalam tiga tahapan,
yaitu:
a. Encoding
Enconding adalah proses dimana informasi sensoris di ubah
kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat di
lakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan
13

beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok


kata sebagai kalimat (even larger chunks) (Dikir et al., 2016).
b. Storage
Storage merupakan the next step in memory is to hold on to
the information for same periode of time. Tahapan ini
merupakan tahapan untuk menyimpan informasi dalam
beberapa saat (Dikir et al., 2016).
c. Rehearsal
Rehearsal adalah pengulangan informasi secara sadar
sebagai usaha untuk mempertahankan informasi dalam short
term memory. Retrieval adalah suatu proses untuk
menemukan memori yang disimpan dan membuatnya
menjadi dapat digunakan. Ada dua jenis retrieval yaitu:
recognition adalah mengenali bahwa stimulasi tertentu telah
disajikan sebelumnya, dan recal: adalah mengeluarkan
bagian spesifik dari informasi. Selective attention adalah
membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada
banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu
lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus,
contohnya volume dan ritme suara (Dikir et al., 2016)
Dalam penelitian lain disebutkan bahwa short term
memory menyimpan informasi selama 15-30 detik, dengan
asumsi tidak ada latihan ataupun pengulangan. Untuk
pengukuran short term memory peneliti dapat menggunakan
beberapa alat ukur seperti missing scan task (Wulandari et
al., 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Brain Gym


1. Pengertian dan Sejarah Brain Gym
Pada dasarnya brain gym dikembangkan berdasarkan touch
for health kinesiology, yaitu ilmu tentang gerakan tubuh. Ilmu ini
merupakan penggabungan pengetahuan barat (tentang tes otot
dan sikap tubuh) & pengetahuan timur (tentang pengaliran
energi). Berdasarkan T.f.H, Dr.Paul dan Gail Dennison
menciptakan suatu metode sederhana yang dikenal sebagai
brain gym yang merupakan inti dari “educational kinesiology”
(Dannison, 2009 dalam Dikir et al., 2016).
Brain gym merupakan kumpulan gerakan-gerakan sederhana
dan aktifitas yang mudah dan menyenangkan yang bertujuan
menghubungkan atau menyatukan akal dan tubuh serta dapat
merangsang dimensi otak kiri dan kanan (Suneki et al., 2012).
Brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan
tubuh yang dikembangkan oleh edu-K yaitu singkatan dari
educational kinesiology. Kinesiology berasal dari kata Yunani
“kinesis” yang berarti gerakan, sehingga kinesiologi diartikan
sebagai ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational
kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh dalam
pendidikan. Edu-K pertama kali dikembangkan oleh Paul E.
Dennison seorang pendididik dan pelapor penelitian otak
berkebangsaan Amerika bersama istrinya Gail E. Dennison
seorang mantan penari (Dikir et al., 2016).

2. Manfaat Brain Gym Pada Anak


Beberapa alasan yang dikemukakan terhadap perlunya
melakukan brain gym yaitu (Septian et al., 2018) :
a. Anak yang sulit belajar dan sulit menerima dan
menyimpan informasi akan berusaha dengan terlalu
keras, sehingga terjadi peningkatan stres di bagian otak.
b. Mekanisme integritas otak anak melemah, sehingga
menyebabkan bagian-bagian otak tertentu jadi kurang
berfungsi.
15

c. Informasi yang diterima di otak bagian belakang sulit


diekspresikan, sehingga anak merasa kurang berhasil dan
merasa stres yang mengakibatkan semangat belajar atau
bekerja menjadi berkurang.
d. Anak yang kurang belajar dan berusaha, prestasinya
statis bahkan menurun dan perasaan tidak berhasil akan
semakin bertambah, sehingga semakin sulit untuk keluar
dari lingkungan negatif tersebut.
Gerakan-gerakan dalam brain gym dapat mengakses
kedua belahan otak secara simultan, belahan otak akan
kembali switched on dan berada dalam kondisi terintegrasi
dengan meningkatkan fungsi kognitif yang berkaitan dengan
short term memori dan fokus serta konsentrasi anak (Dikir et
al., 2016).
Brain gym dapat meningkatkan tingkat konsentrasi siswa
dalam belajar dan penelitian Nugroho (2010) menyatakan
bahwa brain gym dapat meningkatkan rentang perhatian anak
dengan ADD (attention deficit disorder). Uji analisa yang
digunakan untuk mengetahui manfaat senam otak terhadap
koordinasi adalah data pre and post test. Efektifitas brain gym
pada peningkatan konsentrasi belajar, peningkatan fungsi
kognitif dan short term memori (Septian et al., 2021).

3. Pembagian Dimensi Dalam Brain Gym


Brain gym memiliki 26 gerakan yang mencakup tiga dimensi
otak, setiap gerakan brain gym memiliki sistem kerja sendiri-
sendiri dan memiliki dimensi yang berbeda. Gerakannya
mencakup tiga dimensi otak yaitu, lateralis, pemfokusan, dan
pemusatan (Septian et al., 2021).
a. Dimensi Lateralis
Brain gym berfungsi untuk memberi stimulasi dalam
dimensi lateralis. Kemampuan lateral adalah keterampilan
berkomunikasi, berbahasa, dan keterampilan melakukan
kegiatan jarak dekat yang memerlukan koordinasi tubuh kiri
dan kanan (Septian et al., 2021).
Jika keterampilan ini dikuasai maka anak dapat
menterjemahkan kode atau simbol tertulis, penguasaan
tersebut merupakan kemampuan dasar akademik.
Ketidakmampuan untuk menyeberangi garis tengah
mengakibatkan apa yang disebut tidak mampuan belajar
(Abduh et al., 2018).
b. Dimensi Pemfokusan
Dimensi Pemfokus adalah kemampuan menyeberangi
“garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang
(occipital) dan depan otak (frontal lobe). Brain gym berfungsi
untuk meningkatkan aktifitas dalam dimensi pemfokusan
(Septian et al., 2021).
Kurang fokus menyebabkan kurangnya ekspresi diri dan
keaktifan dalam pembelajaran. Masalah yang terjadi dalam
dimensi ini misal anak yang kurang fokus (underfocused,
kurang perhatian, kurang pengertian, terlambat bicara,
hiperaktif) dan anak yang fokus berlebih (overfocused).
Gerakan brain gym dapat membantu melepaskan hambatan
fokus dengan atifitas bagian depan dan belakang otak
(Abduh et al., 2018).
c. Dimensi Pemusatan
Dimensi Pemusatan adalah kemampuan menyeberangi
garis tengah antara bagian atas dan bawah tubuh dan
mengaitkan fungsi sistem limbik (Mid brain) yang
berhubungan dengan informasi, emosi, dan otak besar
(serebrum) yang berhubungan dengan berpikir abstrak.
17

Ketidak mampuan untuk mempertahankan dimensi


pemusatan ditandai dengan ketakutan yang berlebihan, tidak
mampuan untuk menyatakan emosi, kerjasama otak besar
dan sistem limbik yang terganggu (Septian et al., 2021).
Selain kebugaran kognitif melalui berbagai jenis gerakan
juga mempertimbangkan kebugaran fisik, brain gym
mempengaruhi latihan yang meningkatkan kemampuan daya
tahan, kelenturan, keseimbangan, panca indera dan
emosional. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan
sintetis, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan dan kiri
baik bersamaan ataupun tidak, sehingga terdapat aktivasi
otak kanan maupun kiri (Abduh et al., 2018).

4. Prinsip Gerakan Brain Gym


a. Hubungan Otak-Tubuh
Geissner (2008) dalam Putranto et al., (2009) bahwa proses
belajar tidak semuanya merupakan proses dikepala. Pikiran
dan tubuh bekerja sama membantu dalam mempertahankan
atensi dalam memecahkan masalah dan dalam proses
menginggat solusi. Keadaan fisiologis tubuh juga
mendukung usaha mental. Ketika orang berdiri untuk
merengangkan kakinya setelah melakukan pekerjaan mental
yang lama, tubuh telah diminta untuk membantu
menyegarkan pikiran.
b. Pembelajaran Gerak
Istilah lainnya adalah keterampilan gerak, yakni sebuah
gerakan yang membutuhkan gerak tubuh secara volunter
yang mempunyai tujuan. Pada setiap gerakan diperlukan
perhatian dan kosentrasi. Gerakan dilakukan secara lambat
dengan penuh perasaan gembira sambil memperhatikan dan
menghayati sikap setiap anggota tubuh berada dan
menyentuh bagian anggota tubuh dengan lambat (Purwanto
et al., 2009).
Selain itu gerakan-gerak dilakukan dengan simetris,
yaitu dilakukan dengan anggota tubuh kanan dan kiri baik
bersamaan atau tidak sehingga terdapat aktivitas otak baik
kiri maupun kanan (Purwanto et al., 2009).
c. Integrasi Sensori
Integrasi sensori adalah kemampuan otak
mengkoordinasikan informasi sensoris dan lingkungan
sekitar dari tubuh sendiri. Salah satu asumsi dari teori
integrasi sensori didasari oleh pengetahuan bahwa otak
adalah suatu organ yang berfungsi secara teringrasi, tetapi
juga terdiri atas struktur yang terorganisasi secara hierarkis.
Kortes mempunyai fungsi seperti abstraksi, logika, bahasa
dan juga tiap area mempunyai fungsi spesifik (Purwanto et
al., 2009).
d. Menyilang Garis Tengah Tubuh
Gerakan menyilang kepala, mata, dan anggota gerak
merupakan kunci keberhasilan untuk mengkoordinasikan
fungsi hemisfer otak kanan dan kiri (Putranto, 2009).
Gerakan menyilang akan mengaktifkan hemisfer kanan dan
kiri sekaligus. Selain itu semakin sering kedua hemifer
tersebut teraktifasi akan semakin banyak koneksi yang
terjadi melalui korpus kolosum. Makin banyak koneksi,
proses yang terjadi diantara kedua hemifer semakin cepat
sehingga semakin banyak fungsi intelegensi yang dapat di
pakai. Kedua hemifer otak mempunyai fugsi yang berbeda,
bahkan berlawanan satu dengan yang lain, sehingga
integrasi dan perpaduan fungsi kedua hemifer tersebut dapat
menciptakan pola pikir yang utuh (Purwanto et al., 2009).
e. Merayap dan Merangkak
19

Sudah sejak lama dibuktikan bahwa gerakan alternatif


seperti merayap dan merangkat dapat meningkatkan
kemampuan otak tengah (mid brain) dan korteks serebri.
Otak tengah merupakan pusat untuk kemampuan perhatian,
kewaspadaan, berkelompok dan ritual (Purwanto et al.,
2009).
f. Pengamatan dan Mengikuti Jejak Penglihatan
Didalam brain gym ada gerakan yang di lakukan dengan
mengamati dan menggikuti jejak penglihatan atau bola mata
yang bergerak dari suatu arah kearah yang lain. Stimulasi
dari otak belahan kiri menuju ke kanan dan balik lagi
merupakan integrasi kedua belahan tersebut. Gerakan ini
secara khusus juga dipergunakan untuk meningkatkan
kemampuan membaca (Purwanto et al., 2009).
g. Relaksasi
Teknik-teknik relaksasi bila dilakukan secara teratur dapat
membantu mengontrol stress untuk mencapai keadaan yang
tenang bahkan saat didalam situasi yang penuh dengan
tekanan. Brain gym diharapkan dapat membantu anak untuk
mengontrol stres karena didalamnya terdapat unsur-unsur
pemijatan, meditasi, peregangan pernafasan abdominal
dalam yang akan membantu untuk mencapai keadaan yang
tenang (Purwanto et al., 2009).

5. Gerakan-Gerakan Dalam Brain Gym


Gerakan-gerakan yang digunakan adalah gerakan-gerakan
yang berada di dalam dimensi lateralitas, dimensi pemfokusan
dan dimensi pemusatan. Gerakan yang diambil hanya
beberapa gerakan sesuai dengan kebutuhan untuk penelitian.
Sebelum anak-anak mulai pelajaran apapun, mereka harus
menjalani PACE. PACE adalah 4 gerakan yang diperlukan
untuk dapat belajar menggabungkan seluruh otak. PACE
merupakan singkatan dari positive, active, clear, energetic.
Semua gerakan braim gym ini dilakukan sampai 8 kali
perhitungan sambil menghirup dan melepaskan nafas setiap
kali hitungan penelitian yang dilakukan oleh Buschke (1990,
dalam Roman 2018) menemukan peningkatan kecepatan
berhitung pada anak usia 5-6 tahun yang melakukan brain gym
selama 2 minggu dengan durasi latihan 15 menit yang
dilakukan setiap hari, dengan menggunakan Nijmeegse
Schoolbekwaamheids Test (NST) (Septian et al., 2021).
a) Energetik (minum air)
Air merupakan energi listrik yang sanggat baik untuk tubuh. 2
per 3 tubuh manusia (70%) terdiri dari air. Air dapat
mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang
efisien antara otak dan system saraf, menyimpan dan
menggunakan kembali informasi secara efisien.
Fungsinya dari gerakan ini :
1) Konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental).
2) Melepaskan stres, meningkatkan konsentrasi dan
ketrampilan sosial.
3) Kemampuan bergerak dan beradaptasi.
4) Koordinasi mental dan fisik meningkat (mengurangi
berbagai kesulitan yang berhubungan dengan
perubahan neurologis) (Septian et al., 2021).
b) Gerakan Clear (Pijatan Saklar Otak / Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan ini sakelar otak (jaringan lunak di
bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), yang
terletak persis di atas pembuluh darah karotis dapat
memperbaiki sirkulasi oksigen, dipijat dengan satu tangan,
sementara tangan yang lain memegang pusar. Ketika
sakelar otak ini diaktifkan akan melancarkan pengaliran
21

darah yang kaya zat asam ke otak. Hal ini sangat penting
agar otak dapat bekerja dengan baik maka diperlukan
seperlima bagian dan seluruh zat asam yang di butuhkan
oleh otak. Bisa dilakukan dengan mengganti-ganti tangan
untuk mengaktifkan kedua bagian otak. Disamping itu,
menaruh tangan di pusar membangun kembali pusat
gravitasional tubuh. Gerakan ini dapat menggaktifkan otak
untuk mengirim pesan dari bagian otak kanan ke sisi kiri
tubuh dan sebaliknya fungsinya dari gerakan ini :
1. Keseimbangan / koordinasi tubuh kanan dan kiri.
2. Meningkatkan penerimaan oksigen.
3. Stimulasi arteri karotis untuk meningkatkan aliran darah
ke otak.
4. Meningkatkan aliran energi elektromagnetik.
5. Manfaat secara akademik dari gerakan ini adalah dapat
meningkatkan kemampuan membaca, koordinasi tubuh
antara mata dengan tangan, koreksi terbaliknya huruf
dan angka, memadukan konsonan, dan tetap dibaris
saat membaca.
c) Gerakan Active (Gerakan Diagonal)
Cara melakukan gerakan yaitu kaki kiri menapak dan tangan
kiri mengangkat ke atas sedangkan tangan kanan menyilang
kedalam dan kaki kanan mengangkat ke samping luar.
Gerakan silang ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak
dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua
keterampilan yang bertujuan untuk menyeberangi garis
tengah penglihatan, pendengaran, kinestetik, perabaan,
sentuhan, gerakan mata dari kiri kekanan.
Fungsinya dari gerakan ini :
1. Meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata
(binocular).
2. Manfaatkan akademik adalah meningkatkan kemampuan
mengeja, menulis, mendengarkan, membaca dan
memahami (Abduh et al., 2018).
d) Gerakan Positive (Owl Movement / Burung Hantu)
Gerakan burung hantu untuk menunjukkan kepada
keterampilanketerampilan penglihatan, pendengaran dan
putaran kepala. Gerakan ini juga memperpanjang otot
tengkuk dan bahu, dengan mengatur kembali jangkauan
gerakannya dan peredaran darah ke otak. Cara melakukan
gerakan: Tarik napas dalam-dalam. Biarkan bahu dalam
kondisi relaks. Tungukkan kepala ke depan. Putar leher
pelan-pelan ke arah kanan dan terus ke kiri membentuk
setengah lingkaran. Bernapas dalam-dalam dengan
menghisap udara dari hidung dan mengeluarkan dari mulut
menirukan bunyi burung hantu (“huuu”) lakukan dengan
mata terbuka. Fungsinya dari gerakan ini :
1. Memperkuat atensi dan konsentrasi.
2. Meningkatkan fungsi otak dan sistem pendengaran.
3. Melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu untuk
meningkatkan kemampuan perhatian dan ingatan,
(Abduh et al., 2018).
e) Gerakan 8 Tidur
Cara melakukan gerakan ini yaitu membuat angka 8 tidur di
udara, tangan mengepal dan jari jempol keatas, dimulai
dengan menggerakan kepalan ke sebelah kiri atas dan
membentuk angka 8 tidur diikuti dengan gerakan mata
melihat ke ujung jari jempol.
Fungsi dari gerakan ini :
1. Mengaktifkan bagian dalam telinga untuk keseimbangan.
2. Mengintergrasikan otak untuk mendengar dengan kedua
telinga.
23

3. Membuat rileks otot-otot tengkuk yang tegang.


4. Meningkatkan daya ingat (mengingat pengoperasian
dalam berhitung), pendengaran, gerakan seluruh tubuh
dan integrasi penglihatan (Septian et al., 2021).
f) Gerakan Mengaktifkan Tangan
Cara melakukan gerakan ini, luruskan tangan keatas
samping telinga. Letangan tangan yang satunya dibawah
siku, lewat belakang kepala. Gerakan tangan pertama ke
arah luar, dalam, belakang dan depan sambil tangan kedua
menahan dengan halus. Manfaat dari gerakan ini
melepaskan keteganggan otot pundak, mengontrol gerakan
dan meningkatkan koordinasi mata dan tangan (Septian et
al., 2021).
g) Gerakan Pijat Daun Telinga
Cara melakukan gerakan ini yaitu, daun telinga dipijat dan
ditarik keluar dengan jari telunjuk dan jempol diatas, ke
samping, dan ke bawah. Gerakan ini bertujuan untuk
menyebrangi garis tengah pendengar (termasuk pengenalan,
perhatian, pembedaan, bunyi, presepsi, dan ingatan melalui
pendengaran), mendengar suarah sendiri, ingatan jangka
pendek, keterampilan bicara dalam hati dan berpikir,
kebugaran fisik dan mental meningkat, mendengar dengan
kedua telinga bersama, mengaktifkan formatio reticularis
(menyaring suara yang menggangu dari yang perlu
didengar). Manfaat dalam hal akademik dari gerakan ini
adalah meningkatkan pemahaman anak ketika mendengar,
berbicara didepan umum, menyanyi, memainkan alat musik,
menulis, berbicara dalam hati dan penyampaian lisan,
mengeja (memecahkan dan menciptakan sandi) (Septian et
al., 2021).
h) Menguap Berenergi
Merupakan refleks pernapasan alami yang meningkatan
peredaran udara ke otak dan merangsang seluruh tubuh.
Lebih baik menutup mulut ketika menguap namun jangan
menahanya karena akan menimbulkan ketegangan rahang.
Cara melakukannya ketika kita seolah-olah menguap maka
tutup mata rapat-rapat dan pijat pipi setingkat geraham atas
dan bawah, ulangi tiga sampai enam kali.
Fungsinya dari gerakan ini :
1. Meningkatkan persepsi sensori dalam fungsi dari mata
dan otak untuk bersuara dan mengunya.
2. Meningkatkan oksigen dan agar berfungsi dengan
secara efisien dan rileks.
3. Meningkatkan perhatian dan daya tangkap penglihatan.
4. Gerakan otot wajah lebih rileks, memperbaiki komunikasi
lisan dan ekspresi.
5. Meningkatkan kemampuan memilih atau menyaring
informasi penting dari yang tidak penting.
6. Manfaat dalam hal akademik, gerakan ini dapat
meningkatkan gerakan membaca dengan suara, menulis
kreatif dan berbicara di depan umum (Septian et al.,
2021).
i) Gerakan Pasang Kuda-Kuda
Cara melakukan gerakan ini diawali dengan bukalah kaki,
arakan kaki ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan,
ambil napas dengan kepala lurus ke depan, tekuk lutut
kanan, kemudian hembuskan napas sambil membalikan
kepala ke arah kanan. Ulangi dengan kaki kiri, gerakan ini
mempunyai tujuan menunjang ingatan jangka pendek, tubuh
terasa rileks, meningkatkan perhatian dan konsentrasi
(Septian et al., 2021).
25

C. Tinjauan Umum Hubungan Brain Gym Dengan Short Term


Memory
Perkembangan otak sangat berhubungan dengan kognitif.
Para peneliti tubuh kembang menyimpulkan adanya hubungan
yang sangat erat antara otak dengan kognitif. Fungsi kognitif
seperti memory jangka panjang, memori jangka pendek, persepsi
fisioal berhubngan dengan sttruktur anatomi otak. Kemampuan
kognitif yang deperankan otak sangat berhubungan dengan struktur
masingmasing otak yang sangat spesifik dan memiliki fungsi
memori yang berbed (Pratiwi et al., 2020).
Aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan senam otak
dimensi pemusatan menstimulasi labyrintus vestibularis pada
telinga bagian dalam yang kemudian mengaktifkan formatio
reticularis di batang otak yang memilih informasi agar yang
relevan saja yang di angkat dan menciptakan kesiangan yang
menunjang konsentrasi (Septian et al., 2021).
Senam otak merupakan stimulasi gerakan. Gerakan dapat
memengaruhi plastisitas pada otak. Gerakan intensif dapat
meningkatkan jumlah terminal presinaps, dan meningkatkan
jumlah cabang dendrit pada neuron postsinaptik. Hal tersebut
berkaitan dalam penguatan sinaps yang mendukung
pembentukan memori jangka pendek (Abduh et al., 2018).
Tomporowski dalam Rayung et al., (2015) menyatakan
bahwa aktivitas yang berfokus pada latihan keseimbangan dan
koordinasi dapat meningkatkan fungsi kognitif. Gerakan-gerakan
senam otak menerapkan gerakan fisik dengan prinsip gerakan
menyilang. Gerakan tersebut menggerakkan Sekstremitas pada
sisi tubuh menyilang garis tengah dan berkoordinasi dengan
ekstremitas pada sisi tubuh lainnya. Hal ini menyebabkan kedua
hemisfer digunakan secara bersamaan. Penggunaan kedua
hemisfer secara bersamaan membuat kita dapat mengakses
semua informasi sensoris serta dapat berkomunikasi secara
efektif, bergerak, dan bereaksi terhadap informasi tersebut.
Aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan senam otak
dimensi pemusatan menstimulasi labyrintus vestibularis pada
telinga bagian dalam yang kemudian mengaktifkan formatio
reticularis di batang otak yang memilah informasi agar yang
relevan saja yang diangkat dan menciptakan kesiagaan yang
menunjang konsentrasi.
Senam otak merupakan stimulasi gerakan. Gerakan dapat
memengaruhi plastisitas pada otak. Gerakan intensif dapat
meningkatkan jumlah terminal presinaptik dan memperbesar
ujung saraf sinaps pada neuron presinaps, dan meningkatkan
jumlah cabang dendrit pada neuron postsinaptik. Hal tersebut
berkaitan dalam penguatan sinaps yang mendukung
pembentukan memori jangka pendek. Anak-anak dengan tingkat
kebugaran yang lebih tinggi menunjukkan amplitudo P3ERP (P3-
event-related brain potential) lebih lebar yang menandakan
peningkatan atensi atau perhatian terhadap stimulus dan latensi
P3-ERP lebih pendek yang mengindikasikan kecepatan proses
kognitif yang lebih cepat (Silfania et al., 2016).

D. Tinjauan Umum Alat Ukur Missing Scan Task


Short term memory memiliki peran mendasar dalam
banyak komponen penting perkembangan kognitif, termasuk
kontrol, pemahaman dan organisasi. Saat ini masih sedikit yang
diketahui tentang pengukuran fungsi short term memory pada
anak dengan usia prasekolah. Hal ini dikarenakan anak-anak
usia prasekolah memilikih karakter yang lebih impulsif, kurang
mahir secara verbal, fungsi bicara dan bahasa. Namun demikian
penilaian fungsi short term memory pada anak usia prasekolah
27

dimungkinkan dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi


“pindai hilang”
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan Buschke (1990
dalam (Abduh et al., 2018) dengan orang dewasa menunjukkan
lebih banyak informasih yang dapat disimpan dalam memori
dengan menggunakan metode “pindai hilang” dari pada tugas-
tugas rentang memori konvensional seperti rentang angka.
Kelayakan metodologi missing scan task pada anak-anak usia
prasekolah dinilai dengan mengukur kemampuan anak-anak
untuk menyelesaikan tes missing scan task dengan
menggunakan mainan, benda, gambar-gambar yang sangat
akrap disekitar anak.
a. Validitas dan Rehabilitas Missing Scan Task
Validitas missing scan task dievaluasi dengan 3 cara :
1) Karena fungsi short term memory meningkat seiring
dengan bertambahnya usia anak, maka hasil evaluasi
melihat hubungan antara kinerja fungsi short term memory
dan kronologis usia dalam sampel anak prasekolah.
2) Hubungan dihitung antara skor fungsi short term memory
dan ukuran kemampuan bahasa global.
3) Hubungan dinilai juga antara fungsi short term memory dan
ukuran kinerja independen memori verbal dan nonverbal.
b. Metode Missing Scan Task
Missing scan task adalah metode yang digunakan untuk
mengukur kapasitas penyimpanan memori jangka pendek,
yang dianggap indenpenden dari efek proses pengambilan
(pengenalan atau penarikan kembali). Missing scan task
dimodifikasi untuk mendapatkan ukuran fungsi short term
memory yang baru untuk anak-anak usia prasekolah 3-6
tahun. 32 kartu gambar hewan digunakan sebagai
rangsangan tes. Contoh hewan dalam set uji termasuk kura-
kura, ayam, kelinci, dan bebek. Setiap kartu bergambar
hewan dituliskan nama untuk mencegah kosa kata baru.
Untuk menilai pengetahuan yang ada tentang nama-nama
hewan di kartu tes stimulus, anak-anak diminta untuk
menyebutkan gambar masing-masing hewan pada kartu
sebelum melakukan missing scan task. Jika anak tidak
mengenali hewan tersebut, maka hewan itu tidak termasuk
dalam kelompok uji. (Abduh et al., 2018).
Ketika melakukan missing scan task anak duduk
berhadapan dengan eksperimen dan menjelaskan kepada
anak bahwa mereka akan memainkan permainan memori.
Eksperimen mengeluarkan lima kartu bergambar hewan
yang dipilih secara acak di set pertama dan meletakannya
didepan anak. Kemudian anak diminta untuk menyebutkan
nama hewan dengan keras dan mengigat, karena hewan-
hewan itu akan disembunyikan oleh eksperimen kemudian
anak diminta untuk meyebutkan nama hewan yang ada di
kartu tersebut yang ada didepan anak dan yang
disembuyikan. Setiap anak diberi waktu sekitar 10 detik
untuk melihat binatang-binatang di set memori dan menyebut
nama hewan dengan keras sebelum eksperimen
menyembunyikan nama hewan 2 hingga 3 detik kemudian
satu kartu gambar dibawah kembali dihadapan anak (dipilih
secara acak) dengan menanyakan kepada anak “hewan
mana yang hilang?”. Anak harus menunjukkan pemahaman
tentang intruksi sebelum melanjukan dengan missing scan
task, dan anak diberi waktu 10 detik untuk menjawab kaertu
gambar hewan apa yang di sembunyikan. Semua anak diuji
berhasil menyelesaikan set latihan dan menujukan ke set tes
berikutnya. Jika anak tidak mengenali hewan tersebut maka
29

hewan tersebut tidak termasuk dalam set tes. (Abduh et al.,


2018).
Anak yang berusia lebih kecil (usia 3-4 tahun), ukuran
set memori dimulai dengan 3 gambar hewan dan bertambah
panjang satu hewan setiap kali anak melaporkan gambar
dengan benar. Untuk anak usia yang lebih besar (5-6 tahun)
jumlah kartu hewan yang di tetapkan dimulai dengan 4 kartu
hewan dan bertambah panjang satu kartu hewan setiap kali
kartu hewan yang hilang dapat diidentifikasi (Bhinnety et al.,
2015).
Alasan memulai untuk titik awal yang berbeda adalah
untuk menjaga penilaian tetap singkat dan menarik bagi anak
untuk tetap mempertahankan perhatian. Uji coba yang benar
mengharuskan anak untuk mengingat gambar dan
menyebutkan kepada eksperimen nama yang benar dari
gambar hewan yang hilang dari kartu set memori. Setelah
satu percobaan selesai dan dilakukan dengan benar, ukuran
memori ditingkatkan satu item. Jika anak salah menyebutkan
nama hewan yang hilang, ukuran set memori yang sama diuji
lagi dengan set item yang baru. Dalam melakukan tes pada
anak itu ditunjukan hewan yang hilang setelah setiap
percobaan untuk mengetahui kebenaran jawaban dari anak
tersebut. Missing scan task menyimpulkan, bahwa ketika
anak gagal untuk menyebutkan gambar hewan yang hilang
dengan benar pada dua percobaan dari ukuran memori yang
sama, atau dengan benar menyelesaikan ukuran yang
ditetapkan dari 10 kartu bergambar hewan. Hewan-hewan
disetiap set memori selalu baru dan diacak untuk setiap
ukuran yang ditetapkan tanpa penggantian (Abduh et al.,
2018).
E. Standar Operasional Prosedur
Tabel 2.2
Standar Operasional Prosedur Brain gym
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengertian Senam otak atau brain gym adalah kumpulan latihan yang berbasis
gerakan tubuh sederhana. Dimana gerakan itu dibuat untuk
merangsang otak kiri dan otak kanan.

Tujuan 1. Mengurangi kecemasan.

2. Meningkatkan konsentrasi belajar.

3. Secara aktif meningkatkan potensi dan keterampilan yang dimiliki


karena senam otak menyenangkan dan menyehatkan.

Petugas Peneliti

Persiapan 1. Anak-anak dan guru disekolah diberitahu tujuan dari senam otak.
anak 2. Melakukan kontrak waktu.

3. Menyiapkan air putih sebelum melaksanakan senam otak tersebut.

Persiapan 1. Kartu gambar hewan


alat dan 2. Laptop (Musik)
lingkungan 3. Spiaker
4. Lingkugan yang aman, segar, bersih, indah dan sejuk/alami.
31

4. Tahap pra interaksi.


Melakukan kontrak waktu Dilakukan 1 kali dalam sehari dalam
waktu 5 menit dan dilakukan 3 kali pertemuan dalam kurung waktu
14 hari.
5. Mengecek kesiapan anak.
6. Tahap orientasi.
7. Memberikan salam kepada anak-anak.
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
9. Menanyakan persetujuan dan kesiapan anak-anak sebelum
kegiatan dilakukan.
10. Tahap kerja
a. Menganjurkan anak-anak minum air putih terlebih dahulu.
b. Memberikan petunjuk pada anak mengenai cara senam otak.
1) Gerakan Clear (Pijatan Saklar Otak/Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan : Sakelar otak (jaringan lunak di
bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), yang
terletak persis di atas pembuluh darah karotis dapat
memperbaiki sirkulasi oksigen, dipijat dengan satu tangan,
sementara tangan yang lain memegang pusar. Ketika sakelar
otak ini diaktifkan akan melancarkan pengaliran darah yang
kaya zat asam ke otak, dan gerakan ini dilakukan 3 kali
pertemuan dalam kurun waktu 14 hari dengan durasi latihan 15
menit.
2) Gerakan Active (Gerakan Diagonal)
Gerakan ini di lakukan dengan kaki kiri menapak dan tangan kiri
mengangkat ke atas sedangkan tangan kanan menyilang
kedalam dan kaki kanan mengangkat ke samping luar. Gerakan
silang ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan
merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan
yang bertujuan untuk menyeberangi garis tengah penglihatan,
pendengaran, kinestetik, perabaan, sentuhan, gerakan mata
dari kiri kekanan, dan gerakan ini dilakukan 3 kali pertemuan
dalam kurung waktu 14 hari dengan durasi latihan 15 menit.

3) Gerakan Positive (Owl Movement / Burung Hantu)


Cara melakukan gerakan ini tarik napas dalam-dalam. Biarkan
bahu dalam kondisi relaks. Tungukkan kepala ke depan. Putar
leher pelan-pelan ke arah kanan dan terus ke kiri membentuk
setengah lingkaran. Bernapas dalam-dalam dengan menghisap
udara dari hidung dan mengeluarkan dari mulut menirukan
bunyi burung hantu (“huuu”) lakukan dengan mata terbuka, dan
gerakan ini dilakukan 3 kali pertemuan dalam kurung waktu 14
hari dengan durasi latihan 15 menit.
33

4) Gerakan 8 Tidur
Cara melakukan : gerakan dengan membuat angka delapan
tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol keatas, dimulai
dengan menggerakan kepalan ke sebelah kiri atas dan
membentuk angka depan tidur. Diikuti dengan gerakan mata
melihat ke ujung jari jempol, dan gerakan ini dilakukan 3 kali
pertemuan dalam kurung waktu 14 hari dengan durasi latihan 15
menit.
5) Gerakan Mengaktifkan Tangan
Cara melakukan gerakan ini, luruskan tangan keatas samping
telinga. Letangan tangan yang satunya dibawah siku, lewat
belakang kepala. Gerakan tangan pertama ke arah luar, dalam,
belakang dan depan sambil tangan kedua menahan dengan
halus. Manfaat dari gerakan ini melepaskan keteganggan otot
pundak, mengontrol gerakan dan meningkatkan koordinasi mata
dan tangan, dan gerakan ini dilakukan 3 kali pertemuan dalam
kurung waktu 14 hari dengan durasi latihan 15 menit.
6) Gerakan Pijat Daun Telinga
Cara melakukan: daun telinga dipijat dan ditarik keluar dengan
jari telunjuk dan jempol diatas, ke samping, dan ke bawah.
Gerakan ini bertujuan untuk menyembragi garis tengah
pendengar (termasuk pengenalan, perhatian, pembedaan,
bunyi, presepsi, dan ingatan melalui pendengaran), mendengar
suarah sendiri, ingatan jangka pendek, ketrampilan bicara
dalam hati dan berpikir, kebugaran fisik dan mental meningkat,
mendengar dengan kedua telinga bersama, mengaktifkan
formatio reticularis (menyaring suara yang menggangu dari
yang perlu didengar). Manfaat dalam hal akademik dari gerakan
ini adalah meningkatkan pemahaman anak ketika mendengar,
berbicara didepan umum, menyayi, memainkan alat musik,
menulis, berbicara dalam hati dan penyampaian lisan, mengeja
(memecahkan dan menciptakan sandi), dan gerakan ini
dilakukan 3 kali pertemuan dalam kurung waktu 14 hari dengan
durasi latihan 15 menit.
35

7) Menguap Berenergi
Merupakan refleks pernapasan alami yang meningkatan
peredaran udara ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Lebih
baik menutup mulut ketika menguap namun jangan menahanya
karena akan menimbulkan ketegangan rahang. Cara
melakukannya ketika kita seolah-olah menguap maka tutup
mata rapat-rapat dan pijat pipi setingkat geraham atas dan
bawah, ulangi tiga sampai enam kali, dan gerakan ini dilakukan
3 kali pertemuan dalam kurung waktu 14 hari dengan durasi
latihan 15 menit.

8) Gerakan Pasang Kuda-Kuda


Cara melaukan gerakan ini diawali dengan bukalah kaki,
arahkan kaki kanan ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan,
ambil napas dengan kepala lurus ke depan, tekuk lutut kanan, di
barengi hembusan napas sambil membalikan kepala ke arah
kanan. Ulangi dengan kaki kiri. Gerakan ini mempunyai tujuan
menunjang ingatan jangka pendek, tubuh terasa rileks,
meningkatkan perhatian dan kosentrasi, dan gerakan ini
dilakukan 3 kali pertemuan dalam kurung waktu 14 hari dengan
durasi latihan 15 menit. (Septian et al., 2021).
37

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual
Brain gym merupakan serangkaian gerakan sederhana yang
terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis, untuk mengstimulasi
otak dan yang dapat meningkatkan atau mengoptimalkan
keseimbangan aktifitas kedua belahan otak secara bersamaan dan
untuk meningkatkan kemampuan short term memori yang
mengalami penurunan akibat kegiatan offline dan online pada masa
pandemi.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
(indenpenden) adalah Brain gym, dan untuk variabel terikat
(dependen) adalah short term memori. Dibawah ini akan dijelaskan
mengenai kerangka konsep penelitian pengaruh brain gym
terhadap fungsi short term memori pada anak usia 5-6 tahun.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1
Bagan Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Brain Gym Short Term Memory

Keterangan :
Variabel independen
Variabel dependen
Variabel yang diteliti
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan konseptual yang digambarkan, maka
hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh brain gym terhadap fungsi
short term memori pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal kota Makassar.

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Penelitian Operasional Ukur Ukur
1. Variabel Senam otak/ Mengukur SOP Kelompok
indenp Brain gym dimensi Brain kontrol terdiri
enden: adalah gym dengan dari 15
Senam otak kumpulan Melakukan responden
(Brain gym) latihan- senam otak.
latihan yang Dilakukan
berbasis selama 2
gerakan minggu 3 kali
tubuh pertemuan Kelompok
sederhana. dengan intervensi
Dimana durasi latihan terdiri dari 15
gerakan itu 15 menit . responden
dibuat untuk
merangsang
otak kiri dan
otak kanan
anak pada
usia 5-6
tahun yang
diberikan
pada anak
yang
sekolahnya
di TK.
2. Variabel Short term Kemampuan Missing Kategori Jika total
dependen: memori Menyimpan scan test jawaban
(Numerik)
Fungsi short adalah informasi (MST) responden
term memori tempat terkait fungsi pada anak
39

menyimpan kognitif dengan skor


informasih dalam jangka 10-15
yang akan waktu dikatakan
dikeluarkan pendek Baik
segera dalam seperti
waktu yang mengingat
lebih pendek. benda
selama 15 Jika total skor
sampai 30 jawaban
detik, dengan responden
asumsi tidak pada anak
ada latihan dengan skor
ataupun <10 dikatakan
pengulangan. kurang
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental
design dengan jenis rancangan yang digunakan (kontrol group dan
intervensi group) yaitu desain yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan sehingga peneliti
dapat mengetahui kondisi subjek sebelum atau sesudah diberi
brain gym yang hasilnya dapat dibandingkan atau dilihat
perubahannya. (Setiawan et al., 2015).

Tabel 4.1
Rancangan Kontrol Group dan Intervensi Group Pretest-Postest
Design

Pre-Test Intervensi Post-Test


Brain Gym
Short Term Memory Pre
Subjek Perlakuan Short Term Memory
Post
K-A O I O1-A
K-B O - O1-B
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

K : Anak usia 5-6 Tahun


K-A : Kelompok perlakuan
K-B : Kelompok tanpa perlakuan
I : Intervensi Brain gym
O1-A : Observasi akhir kelompok perlakuan
O1-B : Observasi akhir kelompok tanpa perlakuan
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
41

Penelitian ini akan dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal


Kota Makassar. Peneliti memilih lokasi penelitian dengan
alasan karena peneliti menemukan belum di terapkannya Brain
Gym di TK tersebut, sehingga peneliti berencana melakukan
penelitian di TK Aisyiyah Bustabul Athfal Kota Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2022 di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Makassar.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan atau agregat objek/unit analisis
kemana generalisasi dirumuskan dan dari mana sampel
diambil. Populasi dalam penelitian adalah semua anak yang
bersekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Makassar yang
berjumlah 30 anak.
2. Sampel
Pada penelitian ini metode sampling yang digunakan adalah
non probality sampling, merupakan teknik pengambilan sampel
dengan tidak memberikan peluang kepada setiap anggota
populasi untuk terpilih atau tidak menjadi sampel dalam
penelitian dengan tujuan tidak untuk generalisasi dan tidak
dipilih secara acak. Teknik pengambilan sample yaitu
purposivel sampling, yaitu dengan mengambil responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini dilakukan di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi responden adalah sebagai berikut:
a) Mendapat izin dari orang tua untuk diikut sertakan dalam
penelitian secara offline atau tatap muka.
b) Anak dengan usia 5-6 tahun
b. Kriteria Esklusi
Kriteria eksklusi responden adalah sebagai berikut:
a) Anak yang dalam kondisi sakit dan cemas.
b) Anak yang tidak hadir pada saat di lakukan penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh
peneliti untuk mengukur variabel penelitian, baik variabel
indenpenden maupun variabel dependen. Instrumen penelitian ini
menggunakan missing scan task
1. Dari 32 kartu ada 15 kartu dengan gambar hewan yang
diberikan kepada anak digunakan sebagai rangsangan tes.
Contoh hewan dalam set uji termasuk kura-kura, ayam, kelinci,
dan bebek. Setiap kartu bergambar hewan dituliskan nama
untuk mencegah perlu mempelajari kosa kata baru, asalkan
anak menggunakan label ini secara konsisten dan tidak
merujuk ke hewan lain di set yang sama. Untuk menilai
pengetahuan yang ada tentang nama-nama hewan di kartu tes
stimulus, anak-anak diminta untuk menyebutkan gambar
masing-masing hewan pada kartu sebelum melakukan missing
scan task. Jika anak tidak mengenali hewan tersebut, maka
hewan itu tidak termasuk dalam kelompok uji (Abduh et al.,
2018).
2. Dengan Interpretasi Hasil yaitu:
a) Untuk menilai kapasitas memori kerja pada anak apakah
ada perubahan setelah diberikan brain gym.
b) Untuk mengetahui apakah ada perbandingan setelah
dilakukan eksperimen antara dua kelompok.
3. Brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan
tubuh dan mudah untuk meningkatkan kemampuan belajar
dengan menggunakan keseluruhan kemampuan otak. Brain
43

gym terkait dengan fungsi gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh


yang disatukan dan dipadukan, sehingga dapat membantu
mengoptimalkan fungsi dari otak kanan dan kiri untuk
meningkatkan fungsi kognitif. Brain gym dilakukan selama 2
minggu dengan durasi latihan 15 menit yang dilakukan setiap
hari.

E. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat
rekomendasi dari institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Stella Maris Makassar dengan mengajukan surat
permohonan izin kepada instansi atau lembaga tempat penelitian.
Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian
dimulai dengan menekankan masalah etika. Masalah etika yang
harus diperhatikan antara lain seperti berikut (Nursalam, 2016):
1. Etika Penelitian
Ada beberapa etika yang harus diperhatikan dalam penelitian,
yaitu :
a. Informed Consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,
mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada informed consent juga
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

b. Anomity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan
nama responden tetapi lembar tersebut diberi inisial atau
kode.
c. Confidentially (kerahasiaan)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa
nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality)
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang telah dikumpulkan akan disimpan dalam disk dan
hanya bisa diakses oleh peneliti dan pembimbing. Data-data
yang dikumpulkan berupa :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh
peneliti dari obyek yang akan diteliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil oleh peneliti dari
sumber yang sudah ada di TK Asyiyah Bustanul Athfal
Makassar.

F. Pengolahan dan Penyajian Data


Pengolahan data dan analisis data bertujuan mengubah data
menjadi informasi. Kemudian dilakukan tahap pengolahan data
sehingga menjadi informasi yang akurat, dalam pengolahan data
meliputi editing, coding, data entri, dan tabulasi.
1. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperolehkan atau
dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih
dahulu. Kalau tenyata masih ada data atau informasi yang tidak
lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).
2. Coding Sheet (membuat lembaran kode atau kartu kode).
45

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom


untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode
berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.
3. Data Entry (memasukan data)
Data entry yakni mengisi kolom atau kotak lembar atau kartu
kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
4. Tabulasi
Tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,
2014).

G. Analisis data
Setelah melakukan pengelolaan data maka selanjutnya data yang
terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan
metode statistik komputer dengan program SPSS (statistic package
and sosial science). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
analisis univariat dan bivariat (Notoatmodjo, 2014).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
jenis analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada
umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari tiap variabel. Analisa univariat bertujuan
untuk melihat distribusi karakteristik responden dan
masingmasing variabel.
2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisa univariat akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan
analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas. Uji normalitas adalah sebuah uji yang
dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada
sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Macam-macam uji
normalitas yang dapat digunakan diantarannya kolmogorov
smirnov tidak jauh beda metode lilliefors langkah-langkah
penyelesaian dan pengunaan rumus sama, namun ada
signifikansi yang berbeda. Signifikansi metode kolmogorov
smirnov menggunakan tabel pembanding kolmogorov smirnov,
sedangkan metode lilliefors menggunakan tabel pembanding
metode lilliefors. Metode shapiro wilk menggunakan data dasar
yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi data diurut,
kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikompersi dalam
shaviro will. Dapat juga dilanjutkan transformasi dalam nilai Z
dapat dihitung luasan kurva normal. uji normalitas yang
digunakan terlebih dahulu untuk menentukan uji selanjutnya.
normal. Dan apabila uji normalitas didapat nilai p>0,05, maka uji
alternatif yang digunakan adalah uji Paired Sample Test,
sedangkan apabila p<0,05, maka uji alternatif yang digunakan
adalah uji wilcoxon. Batas kemaknaan yang digunakan adalah
dengan tingkat signifikan p≤α(0,05) dan tingkat kepercayaan
95%. Bila hasil perhitungan p<α(0,05) berarti Ho di tolak maka
Ha di terima yang berarti ada pengaruh yang bermakna antara
brain gym terhadap fungsi short term memory pada anak.

BAB V
47

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah IV
Katangka, Kab.Gowa. Taman Kanak-Kanak Aisyiyah IV Katangka,
Kab.Gowa yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak
dengan jenjang umur 2-5 tahun. Taman kanak-kanak ini terletak di
Jalan Pallantikang Lr. 2 Kel. Katangka Kec. Sumba Opu Kab.
Gowa.
TK Aisyiyah IV Katangka ini berdiri pada tanggal 02 Oktober
2005 di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah/Aisyiyah.
Terdapat 24 Murid di TK.Aisyiyah IVKatangka tersebut. Adapun
luas Taman Kanak-Kanak ini adalah 218 M2. Fasilitas yang
terdapat pada TK Aisyiyah IV Katangka ini terdapat 1 ruang kelas
tempat proses belajar mengajar, dimana di setiap ruang kelas
disediakan bangku dan kursi, peralatan belajar mengajar, serta
satu buah kipas angin. Di Taman Kanak-Kanak ini juga terdapat
ruang kepala sekolah, toilet, UKS (Unit Kesehatan Sekolah), dan
taman bermain bagi anak-anak.
Adapun Visi, Misi dan Tujuan pada TK. Aisyiyah IV Katangka,
Kab.Gowa adalah sebagai berikut:
1. Visi
Mewujudkan generasi muslim yang berprestasi, berakhlak
mulia, mandiri, kratif, percaya diri, dan berkepribadian islam.
2. Misi
a. Menanamkan pendidikan agama sejak dini
b. Mengembangkan dasar-dasar pelaksanaan agama islam
c. Membangun suasana yang menyenangkan dan berkesan
bagi pembentukan kepribadian anak
d. Mengusahakan peningkatan kualitas dan potensi serta
penyempurnaan sarana dan prasarana yang memadai
e. Membimbing generasi yang cerdas dan memiliki budi pekerti
yang siap memasuki pendidikan dasar
f. Mengutamakan keikhlasan dan kesabaran serta
memadukan konsep pendidikan islam sebagai konsep
pendidikan modern.
3. Tujuan
a. Mewujudkan amnesi muslim yang bertaqwa, berakhlak
mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta pada tanah air
dan berguna kelak bagi masyarakat sekitar.
b. Memajukan dan mengembangkan pengetahuan agama dan
umum serta keterampilan agar potensi anak berkembang
secara optimal
c. Bersama pemerintah memajukan dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan
anak usia dini yang berkarakter.

B. Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan menegenai
“Pengaruh Brain Gym terhadap fungsi Short Term Memory pada
Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota
Makassar”. Penelitian ini telah dilaksanankan di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Kota Makassar, sejak tanggal 14 Februari sampai
tanggal 25 Februari 2022 dengan tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh brain terhadap fungsi memory pada anak
usia 5-6 tahun. Cara pengambilan sampel penelitian menggunakan
metode purposive sampling dengan total sampel 30 responden
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu siswa TK Aisyiyah Bustanul
Athfal yang berusia 5-6 tahun. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu, kelompok kontrol berjumlah 15 orang diberikan senam irama
sebanyak 3 kali seminggu. Pada kelompok intervensi berjumlah 15
orang yang mendapatkan intervensi brain gym selama 2 minggu
49

dengan total 6 kali pertemuan, setiap pertemuan diberikan brain


gym selama 15 menit dan dilakukan sebanyak 3 kali seminggu.
Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data
meliputi editing, coding dan tabulasi data. Selanjutnya data dalam
bentuk ordinal dianalisa dengan analisis univariat dan analisis
bivariat. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil
penelitian disajikan sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini menjelaskan
presentase dari karakteristik responden, variabel indepeneden
dan variabel dependen. Berikut ini adalah hasil analisis univariat
dari penelitian.

1) Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Umur, Pekerjaandi TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Di Kota Makassar

No. Karakteristik Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. Umur 5 tahun 11 73,3% 8 53,3%

6 Tahun 4 26,7% 7 46,7%

Total 15 100% 15 100%

2. Jenis Laki-Laki 4 26,7% 6 40%

Kelamin Perempuan 11 73,3% 9 60%

Total 15 100% 15 100%

3. Pekerjaan IRT 7 46,7% 7 46,7%

Orangtua Wiraswasta 1 6,7% 5 33,3%

PNS 6 40,0% 3 20,2%

POLRI 1 6,7% - -

Total 15 100% 15 100%


(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa dari


hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap 30 responden di
TK Aisyiyah Bastanul Atfhal Kota Makassar, diperoleh
distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada
kelompok kontrol jumlah tertinggi adalah pada anak berumur 5
tahun sebanyak 8 responden (53,3%) dan terendah pada
anak berumur 6 tahun sebanyak 7 responden (46,7%).
Sedangkan pada kelompok intervensi, jumlah tertinggi adalah
pada anak berumur 5 tahun sebanyak 11 responden (73,3%)
dan terendah adalah anak berumur 6 tahun sebanyak 4
responden (26,7%).
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada
kelompok kontrol jumlah tertinggi adalah perempuan
sebanyak 9 responden (60%) dan terendah adalah laki-laki
sebanyak 6 responden (40%). Sedangkan pada kelompok
intervensi, jumlah tertinggi adalah perempuan sebanyak 11
responden (73,3%) dan terendah adalah laki-laki sebanyak 4
responden (26,7%).
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan orangtua
pada kelompok kontrol jumlah tertinggi adalah IRT sebanyak 7
responden (46,7%) dan terendah adalah PNS sebanyak 3
responden (20%). Sedangkan pada kelompok intervensi,
jumlah tertinggi adalah IRT sebanyak 7 responden (46,7%)
dan terendah adalah Wiraswasta sebanyak 1 responden
(6,7%) dan POLRI sebanyak 1 responden (6,7%).

2) Distribusi Frekuensi Data Pre Test Fungsi Short Term


Memory pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
51

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Data Pre Test Fungsi Short term Memory
Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Pada Anak Usia 5-6
Tahun Di TK Aisyiyah Bastanul Athfal Kota Makassar

N Fungsi Short Pre-Test Intervensi Pre-Test Kontrol


o. Term Memory
Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase

1. Kurang Baik 15 100% 15 100%

2. Baik - - - -

Total 15 100% 15 100%

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa dari


hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap masing-masing
kelompok responden di TK Aisyiyah Bastanul Atfhal Kota
Makassar, diperoleh data pada kelompok Pre-Test Intervensi
didapatkan mayoritas anak memiliki fungsi Short Term
Memory yang kurang baik sebanyak 15 responden (100%).
Sedangkan pada kelompok Pre-Test Kontrol juga didapatkan
mayoritas anak memiliki fungsi Short Term Memory yang
kurang baik sebanyak 15 responden (100%).

3) Distribusi Frekuensi Data Post Test Fungsi Short Term


Memory pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Data Post Test Fungsi Short term
Memory Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Pada Anak
Usia 5-6 Tahun Di TK Aisyiyah Bastanul Athfal Kota Makassar

N Fungsi Short Post-Test Intervensi Post-Test Kontrol


o. Term Memory
Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase

1. Kurang Baik 6 40.0% 15 100%

2. Baik 9 60.0% - -

Total 15 100% 15 100%

(Sumber: Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukan bahwa dari
hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap terhadap masing-
masing kelompok responden di TK Aisyiyah Bastanul Atfhal
Kota Makassar, pada kelompok Post-test Intervensi
didapatkan anak yang memiliki fungsi Short Term Memory
yang kurang baik sebanyak 6 responden (40.0%%) dan yang
baik sebanyak 9 responden (60.0%). Sedangkan pada
kelompok Post-Test Kontrol didapatkan seluruh anak memiliki
fungsi Short Term Memory yang kurang baik sebanyak 15
responden (100%).

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen (Brain Gym) dengan variabel dependen
(Short Term Memory) ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi normal pada data sebelum dan sesudah diberikan
intervensi Brain Gym, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dan Shapiro-Wilk test. Setelah dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk
menunjukkan bahwa semua data berdistribusi secara normal
53

dengan ketentuan nilai p > 0,05. Sehingga uji perbandingan


Brain Gym pre-test dan post-test yang digunakan adalah uji
Paired Sample T-test.

1) Hasil Uji Normalitas Pengaruh Brain Gym Terhadap


Fungsi Short Term Memory Pada Anak Usia 2-5 Tahun Di
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Makassar
Tabel 5.4
Hasil Uji Normalitas

Kelompok N P

Pre-Test Intervensi 0.187


15
Post-Test Intervensi 0.200

Pre-Test Kontrol 0.068

Post-Test Kontrol 15 0.095

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan hasil tabel 5.4 di atas diketahui bahwa nilai


signifikansi (P value) untuk semua kelas kelompok baik pada
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol menunjukan
hasil nilai > 0,05. Dimana ditunjukkan pada hasil uji
normalitas pada kelompok Pre-test Intervensi nilai Signifikansi
(P value) 0,187 > 0,05. Pada kelompok Post –test Intervensi
nilai Signifikansi (P value) 0,200 > 0,05. Pada kelompok Pre-
test Kontrol nilai Signifikansi (P value) 0,068 > 0,05. Pada
kelompok Post-test Kontrol nilai Signifikansi (P value) 0,095 >
0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini
berdistribusi Normal. Karena pada data penelitian ini
berdistribusi normal, maka peneliti dapat menggunakan uji
Paired Sample T-Test untuk melakukan analisis data
penelitian.

2) Hasil Uji Paired Sample T-Test Pengaruh Brain Gym


Terhadap Fungsi Short Term Memory Pada Anak Usia 5-6
Tahun Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Makassar
Tabel 5.5
Hasil Uji Paired Sample T-Test Pengaruh Brain Gym
Terhadap Fungsi Short Term Memory Pre-Test dan Post-Test
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Kelompok N Mean St. Deviasi P

Pre-Test Intervensi

Post-Test Intervensi 15 -4.867 2.200 0.000

Pre-Test Kontrol

Post-Test Kontrol 15 -2.200 1.014 0.000

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test pada tabel


5.5 di atas diperoleh bahwa pada kelompok intervensi nilai
Signifikansi (P value) sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil fungsi Short Term
Memory pada anak untuk Pre-test kelompok intervensi
dengan Post-test kelas intervensi.
Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test pada tabel
5.5 di atas diperoleh bahwa pada kelompok kontrol nilai
Signifikansi (P value) sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil fungsi Short Term
Memory pada anak untuk Pre-test kelompok kontrol dengan
Post-test kelompok kontrol.
55

Untuk melihat seberapa besar pengaruhnya, maka


digunakan hasil statistik deskriptif pada tabel 5.5 di bawah.
Dimana dapat dilihat nilai rata-rata hasil fungsi Short Term
Memory untuk Pre-test kelompok intervensi adalah 5,27
sedangkan pada Pos-test kelompok intervensi adalah 10,13.
Artinya terdapat peningkatan fungsi Short Term Memory. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan pula bahwa Brain Gym mampu
untuk meningkatkan fungsi Short Term Memory pada anak
usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Makassar.
Tabel 5.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengaruh Brain Gym terhadap
Fungsi Short Term Memory Pre-Test dan Post-Test pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

N Min. Max. Sum Mean Std. Deviation Variance

Pre-Test
15 3 7 79 5.27 1.280 1.638
Intervensi

Post-Test
15 7 15 152 10.13 2.416 5.838
Intervensi

Pre-Test
15 2 7 66 4.40 1.404 1.971
Kontrol

Post-Test
15 4 9 99 6.60 1.639 2.686
Kontrol

(Sumber: Data Primer, 2022)

C. Pembahasan
1) Pengaruh Brain Gym Terhadap Fungsi Short Term Memory
Anak Usia 5-6 Tahun Setelah Pemberian Senam Otak pada
Kelompok Intervensi di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota
Makassar
Hasil uji statistik dengan menggunakan Paired Sample T-
test didapatkan nilai signifikansi (p value) = 0,000 < 0,05 dimana
H0 ditolak yang artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara Brain Gym terhadap fungsi Short Term Memory Pada
Anak Usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota
Makassar.
Brain Gym merupakan perpaduan gerakan yang sederhana
dan dapat digunakan untuk meningkatkan kerja otak besar serta
dapat memaksimalkan kemampuan kognitif melalui
pembelajaran dengan menggunakan kesuluruhan kinerja otak
(Gunadi, 2010; Dennison, 2002; Gunawan, 2003; Setianingsih,
2012). Brain gym dilakukan selama 2 minggu dengan durasi
latihan 15 menit yang dilakukan setiap hari. Senam otak dapat
bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi, mengurangi stres,
meningkatkan semangat atau motivasi, meningkatkan
kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan daya ingat,
meningkatkan fokus dan perhatian terhadap sesuatu (Kartini,
2007).
Data responden pada kelompok intervensi mengalami
peningkatan pada fungsi memori jangka pendek yaitu mayoritas
memiliki fungsi memori jangka pendek dalam rentang baik
setelah diberikan senam otak selama 2 minggu. Hasil yang
diperoleh setelah intervensi tersebut menunjukkan bahwa latihan
brain gym mampu menstimulasi hipokampus sehingga dapat
mempengaruhi fungsi short term memory pada anak usia 5-6
tahun di TK Aisyiyah Athfal Kota Makassar
57

Kemampuan memori jangka pendek adalah suatu


kemampuan seseorang mengingat informasi selama 30 detik
(Wade, dan Tavris, 2007). Saat post-test dilakukan, responden
yang berada dalam kelompok eksperimen lebih cepat dan lancar
dalam mengingat dan mengucapkan kembali gambar hewan
yang bertuliskan nama seperti ayam, kura-kura, dan bebek yang
diberikan. Pengaruh kemampuan memori jangka pendek
sebelum dan setelah intervensi senam otak dapat diketahui
dengan melihat perubahan pada hewan yang tidak dikenali.
Anak-anak diminta untuk menyebutkan gambar masing-masing
hewan pada kartu sebelum melakukan missing scan task. Jika
anak tidak mengenali hewan tersebut, maka hewan itu tidak
termasuk dalam kelompok uji.
Menurut penelitian Adrienne et al. (2014) mengungkapkan
pada penelitiannya bahwa anak-anak diuji dengan ukuran WMC
(MST), memori verbal dan nonverbal (NEPSY Narrative Memory
and Memory for Designs), dan keterampilan bahasa (Peabody
Picture Vocabulary Test, edisi keempat). Anak-anak
menunjukkan peningkatan skor kapasitas memori kerja dengan
usia, yang diukur dengan MST, dengan perbedaan yang
signifikan antara 3-5 tahun dan 3-6 tahun. Korelasi yang
signifikan juga ditemukan antara MST dan bahasa dan skor
memori verbal dan nonverbal.
Sularyo dan Setyo (dalam Agustin, dkk., 2020)
memaparkan bahwa gerakan senam otak (brain gym) dapat
meningkatkan dan mengembangkan kedua belah hemisfer yaitu
hemisfer kiri dan kanan. Keadaan stres, batang otak merupakan
fokus aktivitas otak yang berfungsi untuk survival (tendon guard
refl ex) bila menghadapi bahaya. Refl eks bisa terkunci atau
terhambat oleh lingkungan, stres emosi seperti pekerjaan, ujian
serta menghambat akses ke memori (sistem limbik) dan
kemampuan berpikir (neo-cortex). Senam otak dapat
memperbaiki kemampuan semua area otak dengan cara
mengaktivasi semua fungsi sehingga sangat bermanfaat bagi
anak seperti kemampuan untuk berpikir jernih, memecahkan
masalah, kemampuan komprehensi, organisasi dan komunikasi
secara efektif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustin, dkk.
(2020), pada hasil penelitiannya diperoleh tingkat signifikan p =
0,002 dimana p<a (a=0,05) dengan demikian Ha diterima yang
berarti ada pengaruh senam otak terhadap daya ingat anak usia
sekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Upai. Senam otak yang
dilakukan dengan metode yang benar akan mempengaruhi daya
ingat siswa, sehingga diharapkan siswa mampu melaksanakan
senam otak dengan benar.
Sesuai juga dengan penelitian Prasetyo dan Saputra (2016)
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam Otak
terhadap daya ingat anak kelas V SD Muhammadiyah 11
Surabaya. Melalui senam otak atau Brain Gym, dapat
meningkatkan daya ingat dan semangat belajar sehingga
prestasi belajar ditingkatkan. Rangkaian gerakan yang diberikan
merupakan gerakan yang memiliki fungsi fokus meningkatkan
daya ingat anak sekolah.
Menurut Sari, dkk. (2018) juga menegaskan bahwa bahwa
senam otak mampu meningkatkan semangat dan mood yang
bagus, sehingga anak-anak lebih semangat untuk belajar dan
mudah untuk bermain. Stimulasi yang cukup dapat membuat
otak memiliki korteks yang lebih tebal, percabangan dendrit dan
spina menjadi lebih banyak sehingga sel otak semakin
berkembang (Harburger et al., 2007). Pernyataan dari Brown
(2003) semakin memperkuat pendapat bahwa stimulasi
diperlukan dalam perkembangan otak karena dapat
59

meningkatkan neurogenesis dan meningkatkan kerja


hipokampus sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori
jangka pendek. Stimulasi otak yang lebih diarahkan untuk anak
tuna grahita adalah stimulasi otak dengan gerakan-gerakan fisik
seperti senam otak (Sujarwanto, 2005).
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil fungsi Short Term Memory untuk Pre-test kelompok
intervensi adalah 5,27 sedangkan pada Pos-test kelompok
intervensi adalah 10,13. Artinya terdapat peningkatan fungsi
Short Term Memory. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pula
bahwa Brain Gym mampu untuk meningkatkan fungsi Short
Term Memory pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Kota Makassar.
Dari pemaparan hasil penelitian di atas, peneliti berasumsi
bahwa peningkatan fungsi Short Term Memory pada anak usia
5-6 tahun harus terus dilatih dengan stimulus-stimulus yang tepat
salah satunya adalah senam otak (Brain Gym) karena senam
otak menggunakan gerakan yang sederhana dan dalam
prakteknya lebih disenangi oleh anak-anak. Anak yang
melakukan senam otak mampu merangsang seluruh bagian otak
dan sangat bermanfaat bagi anak seperti dalam meningkatkan
kemampuan kognitifnya.
2) Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Terdapat responden yang mengganggu responden lain
ketika dilakukan pre-test, post-test, dan senam otak
sehingga responden menjadi tidak berkonsentrasi.
2. Terdapat anak yang tidak mau mengikuti senam otak
secara sendiri, sehingga diperlukan pendampingan dari
orang tua ketika proses senam otak dilaksanakan.
3. waktu penelitian yang terbatas dan tidak sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan sebelumnya karena harus
menyesuaikan dengan waktu kegiatan sekolah.
4. jumlah sampel yang terbatas hanya 30 orang saja karena
jumlah keseluruhan peserta/anak didik di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Kota Makassar.
61

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah:
1) Karakteristik responden berdasarkan umur pada penelitian ini
mayoritas adalah berumur 5 tahun sebanyak 11 responden
(73,3%) pada kelompok intervensi dan 8 responden (53,3%)
pada kelompok kontrol.
2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian ini mayoritas adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 11 responden (73,3%) pada kelompok intervensi
dan 9 responden (60,0%).
3) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orangtua pada
penelitian ini mayoritas adalah pekerjaan sebagai IRT
sebanyak 7 responden (46,7%) pada kelompok intervensi dan
7 responden pada kelompok kontrol (46,7%).
4) Karakteristik responden berdasarkan fungsi Short Term
Memory setelah dilakukan intervensi (Post-test) adalah dalam
kategori baik sebanyak 9 responden (60,0%).
5) Terdapat pengaruh Brain gym terhadap fungsi short term
memory pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal dengan menggunakan uji statistik paired sample T-test
di peroleh nilai signifikansi (p value) = 0,000 < 0,05 (p < α).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait hasil penelitian ini antara
lain, yaitu:
1) Bagi Institusi
Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pengaruh senam otak terhadap fungsi memori
jangka pendek pada anak usia 5-6 terkait teori dan konsep
tentang kemampuan memori jangka pendek.
2) Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi
perawat terutama pada departemen keperawatan anak yaitu
sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung (care
giver) dan sebagai educator sebagai upaya peningkatan mutu
dan kualitas anak usia 5-6 tahun.
3) Bagi Institusi TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Makassar
Senam otak dapat dijadikan sebagai suatu stimulasi untuk
meningkatkan kemampuan memori jangka pendek yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai pendidikan pendamping
(co educational) yang dapat diterapkan setiap hari sebelum
proses pembelajaran di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kota
Makassar untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif
anak.
4) Bagi Masyarakat
Masyarakat setelah mengetahui pentingnya stimulasi otak
secara dini termasuk senam otak, maka masyarakat terutama
keluarga dapat memberikan dan mengaplikasikan stimulasi
senam otak pada anak usia 5-6 tahun secara mandiri di
lingkungan rumah. Peran keluarga terutama orang tua
sebagai pendamping dan pemberi stimulasi secara dini dan
maksimal dapat mengoptimalkan perkembangan anak
khususnya pada kemampuan memori jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai