Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN LENGKAP/AKADEMIK HASIL PENELITIAN

KLUSTER
PENELITIAN PEMBINAAN/ KAPASITAS (PUSAT)

KEGIATAN PLAY OUTDOR UNTUK MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN MOTORIK ANAK TAMAN
KANAK-KANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh:

USMAN, S.Pd., M.Pd


NIDN. 2126067602
ID PENELITI. 21333224140243

STAI AL-GAZALI BULUKUMBA


SULAWESI SELATAN
2023

i
BIODATA PENELITI

1 a Judul Penelitian : Kegiatan Play Outdor untuk Mengembangkan


Kemampuan Motorik Anak Usia 5-6 Tahun
b Kluster : Penelitian Pembinaan/ Kapasitas (PUSAT)
2 ID Peneliti : 21333224140243
a Nama Lengkap & Gelar : USMAN, S.Pd., M.Pd
b NIDN : 2126067602
c Golongan Kepangkatan : III/B
d Jabatan Akademik : Asisten Ahli
e Fakultas : TARBIYAH
f Unit Kerja : STAI AL-GAZALI BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN
g Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

ii
KEGIATAN PLAY OUTDOR UNTUK MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN MOTORIK ANAK TAMAN
KANAK-KANAK USIA 5-6 TAHUN

USMAN
STAI Al GHAZALI Bulukumba
email. usmancamming@gmail.com

ABSTRAK
Kegiatan paly outdoor dapat memberikan dampak positif bagi
perkembangn gerak anak, aktivitas dialam terbuka akan memberikan stimulasi
pada gerak lokomotorik, non lokomotorik dan manipulatif. Dengan kegiatan
berjalan cepat, berlari, membungkuk, menekuk, menggiring bola, kemampuan dan
melempar akan menjadi stimulus dalam perkembangan gerak anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektivitas permainan play outdoor
terhadap perkembangan gerak anak di Kelompok B TK Pelangi Bulukumba.
Dengan Sampel penelitian sebanyak 20 orang. Penelitian ini menggumakan
metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen one group test pretest dan
postest. Untuk melihat kemampuan motorik anak dilakukan dengan unjuk kerja,
kemudian data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji statisitik parametrik paired sampel t
test dan N Gain skor. Dari hasil analisis data simpulkan bahwa kegiatan play
outdoor memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
kemampuan motorik gerak lomotorik, non lokomotorik dan manipulatif. Dan hasil
uji N Gain berada dalam kategori tinggi hal mengindikasikan bahwa kegiatan play
outdoor efektivit efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik anak didik
kelompok B di TK Pelangi Bulukumba.

Kata Kunci : Motorik, play outdor, lokomotorik, non lokomotorik, manipulatif

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas fisik pada masa anak-anak memiliki manfaat jangka pendek dan
panjang pada perkembangan kognitif (P. Tandon et al., 2020). Aktivitas fisik yang
teratur akan membuat anak menjai mahir sehingga keterampilan motorik kasar
merupakan prediktor penting dalam menunjang aktivitas fisik dimasa dewasa
(Tangse & Dimyati, 2021). Meningkatkan keterampilan motorik ini dapat
memberikan peluang yang lebih baik untuk pengembangan berbagai keterampilan
perseptual, sosial, dan kognitif kepada anak-anak.(Wick et al., 2017). Penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang aktif cenderung memiliki kesehatan yang
lebih baik dan hasil kognitif dibandingkan dengan teman sebaya yang kurang aktif
(Timmons et al., 2012).
Meskipun umumnya dipercaya bahwa anak-anak secara otomatis
memperoleh keterampilan motorik seiring perkembangan tubuh mereka,
kematangan normal hanya berarti bahwa anak akan mampu melaksanakan
sebagian besar keterampilan gerakan dengan tingkat kinerja yang rendah. Untuk
meningkatkan tingkat kinerja dan repertoar gerakan anak, diperlukan latihan
terus-menerus dan instruksi. (Gallahue & Donnelly, 2007; Pica, 1997; Wang,
2004).
Permainan dapat melatih fungsi eksekutif dan keterampilan regulasi diri
anak-anak, serta memungkinkan mereka berlatih dalam berbagai cara. Pada usia
ini, anak-anak mulai menikmati permainan dengan aturan, namun minat dan
keterampilan mereka bervariasi secara luas. Karena aspek penting dalam
pengembangan keterampilan ini adalah adanya tantangan yang konsisten, penting
untuk memilih permainan yang menantang namun tidak terlalu sulit untuk setiap
anak. Lingkungan yang merangsang, dukungan emosional yang baik, serta
stimulasi kognitif yang memadai dapat membantu meningkatkan kemampuan
fungsi kognitif anak (Frankel and Kaplan 2013)
Hasil oberservasi yang dilakukan pada TK Pelangi Bontoraja di Kabupaten
Bulukumba yaitu TK Pelangi Bontoraja menunjukkan bahwa kemampuan anak

iv
didik pada aspek motorik masih sangat rendah. Dari 20 anak didik yang terdaftar
pada kelompok B menunjukkan data bahwa kemampuan gerak lokomotorik, non
lokomotorik dan kemampuan gerak manipulatif. Hasil tes awal menunjukkan
ketika anak diberikan kesempatan untuk melakukan gerak perpindahan satu titik
ke titik lain anak masih ragu dan gerakan masih sangat lambat. Pada kemampuan
non lokomotorik anak masih kaku dalam gerakan-gerakan yang melibatkan otok
peresendian. Pada gerakan manipulatif ketika anak diberikan tugas melempar bola
untuk dimasukkan dalam keranjang anak masih kesulitan melakukannya mereka
sulit melakukan konsentrasi, pada gerakan menangkap bola anak masih kesulitan
menangkap bola kecil dan besar. Hal ini semakin diperparah oleh sikap orang tua
yang mengangap kegiatan motorik adalah kegiatan yang tidak berkosntribusi pada
kemampuan kognitif anak.
Kegiatan pengembangan motorik pada anak tidak sepopuler dengan
pengembangan aspek kognitif, bahasa atau dikenal dengan istilah calistung. Fakta
yang terjadi dilapangan orang tua lebih mementingkan kemampaun anak pada
aspek kemampuan yang bersifat kognitif sehingga akativitas fisik anak menjadi
berkurang. Ada fenomena anak ketika pulang kerumah lebih banyak
menghabiskan waktu dengan minim aktivitas fisik. Guru juga ketika melakukan
aktivitas fisik hanya sekedar aktivitas yang tidak memberikan tantangan dan
sifatnya temporer atau tidak konsisten.
Tahap prasekolah sering disebut sebagai "masa keemasan" dalam
perkembangan motorik karena sebagian besar keterampilan motorik dasar, seperti
berlari, melompat, melempar, dan menangkap, dikembangkan selama tahun-tahun
ini (Johnson et al., 2019). Meskipun perkembangan motorik dini sering diabaikan,
kenyataannya beberapa anak prasekolah mengalami kesulitan dalam menguasai
keterampilan motorik tersebut, yang dapat mengganggu partisipasi mereka di
rumah, prasekolah, atau taman bermain (Cantell et al., 2019)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pate et al., 2013) memberikan
dukungan aktivitas fisik yang sehat pada anak-anak dalam konteks bermain di luar
ruangan, dapat memiliki dampak positif pada kesehatan dan perkembangan
mereka. Kegiatan Play outdoor ini memberikan kesempatan yang tidak dapat

v
ditemukan di ruang dalam dan lingkungan fisiknya memberikan kontribusi pada
pembelajaran anak melalui fasilitas yang dimiliki. Oleh karena itu, desain ruang
terbuka yang ditujukan untuk anak-anak sangat penting. Ruang terbuka ini akan
lebih bermakna dan bermanfaat ketika mereka berkontribusi pada pembelajaran
anak-anak. Bermain dan belajar di luar ruangan adalah elemen penting dalam
pendidikan awal dan perkembangan anak karena aktivitas ini memiliki dampak
positif yang signifikan pada pertumbuhan dan pembelajaran anak. Penelitian ini
menyoroti pentingnya merenungkan peran bermain di luar ruangan secara kritis
dalam konteks pendidikan dan perawatan anak usia dini (Waller et al., 2010)
Menjadi hal menarik untuk melakukan kajian bagaimana melakukan
kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik anak dalam bentuk
penelitian eksperimen. Penelitian ini akan mengesksplorasi kegiatan yang akan
memberikan pengalaman yang komprehensif dalam bentuk kegiatan untuk
melatih kemampuan gerak lokomotorik, non lokomotorik serta gerak manipulatif..
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran kemampuan motorik anak didik sebelum dan
sesudah penerapan kegiatan play outdoor di TK Pelangi Bulukumba
2. Apakah ada pengaruh kegiatan play outdoor terhadap peningkatan
keterampilan motorik anak didik di TK Pelnagi Bulukumba?
3. Bagaimana efektivitas play outdoor untuk meningkatkan ketarampilan
motorik anak didik di TK Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalh yang telah diuraikan, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan play outdoor untuk
meningkatkan kemampuan motorik anak didik di TK Pelangi Bulukumba
2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan play outdoor terhadap peningkatan
keterampilan motorik anak didik di TK Bulukumba
3. Untuk mengetahui efektivitas kegiatan play outdoor terhadap peningkatan
ketarampilan motorik anak didik di TK Bulukumba

vi
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak terkait dalam dunia pendidikan. Selain itu, dapat dijadikan sarana
untuk lebih mengembangkan pembelajaran untuk pengembangan kemampuan
motorik anak
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Melalui kegiatan play outdoor, dapat memberikan kesempatan pada pendidik
mengembangkan kreativitasnya dan mengembangkan profesionalisme guru
dalam menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan
fisik anak usia dini.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di TK Kabupaten Bulukumba.
c. Bagi Penelitian Lainnya
Penelitian ini memberikan sumbangan terhadap perkembangan pengetahuan
dan pemahaman tentang efektivitas kegiatan play outdoor. Temuan dan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi penelitian-
penelitian lain yang ingin menyelidiki manfaat dan play outdoor ini dalam
konteks pembelajaran dan pengembangan keterampilan motorik anak usia
dini.

vii
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Motorik Anak
Kemampuan motorik merupakan proses mengendalikan perilaku yang
terjadi dalam keterampilan motorik sepanjang hidup (Gümüşdağ, 2019).
Perkembangan motorik juga didefinisikan sebagai perubahan berkelanjutan dalam
perilaku motorik yang terjadi selama hidup akibat interaksi struktur biologis
individu, tuntutan tugas motorik, dan kondisi lingkungan. Perkembangan perilaku
motorik melibatkan segala jenis gerakan, dari gerakan tidak disengaja hingga
gerakan yang disengaja, dalam berbagai konteks fisik dan sosial, perkembangan
ini dasar bagi persepsi, kognisi, dan interaksi sosial (Adolph & Franchak, 2017).
Kemampuan motorik merupakan keterampilan untuk melakukan gerakan
yang melibatkan motorik kasar serta motorik halus (Johnson et al., 2019).
Kegiatan motorik berupa keterampilan motorik kasar melalui aktivitas-aktivitas
yang melibatkan gerakan tubuh seperti berlari, melompat, dan mengayuh.
Keterampilan motorik kasar sebagai bagian dari pengembangan holistik anak-
anak prasekolah (Bautista et al., 2020). Masa awal anak merupakan waktu yang
tepat untuk mengembangkan literasi fisik, memperoleh keterampilan gerak, dan
mendorong aktivitas fisik (Buckler & Bredin, 2021)
Motorik kasar merupakan kemampuan untuk menggunakan otot besar
tubuh dengan gerakan melibatkan tubuh. Ketika anak mencapai usia dua tahun,
mereka sudah bisa menguasai keterampilan motorik dasar seperti merangkak,
berjalan, berlari, duduk, berdiri, dan naik tangga. Selanjutnya, mereka akan
belajar gerakan yang lebih rumit dan menjadi dasar untuk melakukan aktivitas
sehari-hari dan rekreasi. Secara progresif, anak-anak belajar melakukan dan
menguasai gerakan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif yang lebih rumit,
yang menjadi dasar untuk banyak aktivitas sehari-hari yang kompleks (misalnya,
berpakaian, mandi) dan aktivitas rekreasi (misalnya, olahraga, permainan)
(Bautista et al., 2020; Veldman et al., 2015).
Kemampuan motorik (misalnya, keterampilan motorik dasar seperti
seimbang, melompat, dan melempar) sangat penting bagi anak-anak untuk aktif

viii
secara fisik, sehingga mengurangi kemungkinan mengembangkan pola aktivitas
fisik yang tidak sehat dan kegemukan (Barnett et al., 2019). Kemampuan gerakan
dasar motorik seperti berlari, melompat dan memantul, akan menjadi kemampuan
seumur hidup dan akan menjadi dasar untuk keterampilan baru dimasa datang
(Gallahue & Donnelly, 2007).
Keterampilan motorik kasar merupakan dasar bagi banyak keterampilan
khusus yang diperlukan dalam permainan dan kegiatan lainnya. Keterampilan ini
melibatkan penggunaan otot-otot besar dan dapat dibagi menjadi keterampilan
lokomotor (misalnya, berlari, melompat, dan meluncur) dan keterampilan
manipulatif objek (misalnya, tendangan, menangkap, dan melempar; (Gallahue &
Donnelly, 2007) (Gümüşdağ, 2019). Keterampilan manipulatif merupakan
keterampilan kontrol objek yang memungkinkan anak-anak untuk memanipulasi
dan memproyeksikan objek, seperti melempar, menangkap, memukul, memantul,
menendang, menarik, dan mendorong (Wick et al., 2017)
Keterampilan motorik halus merujuk pada kemampuan menggunakan otot-
otot kecil yang terdapat di seluruh tubuh, terutama otot-otot yang melibatkan
koordinasi antara mata dan tangan (D’Hondt et al., 2008). Ini melibatkan
kemampuan mengontrol gerakan yang halus dan presisi, seperti menggenggam,
menulis, menggunting, dan melakukan tugas-tugas lain yang memerlukan
koordinasi halus antara mata dan tangan (Fatmawati, 2020; Khadijah & Amelia,
2020) Keterampilan motorik halus ini penting dalam pengembangan anak karena
berperan dalam kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti makan, berpakaian, dan bermain dengan mainan atau alat-alat kreatif
(Nuryanah & Ramdhani, 2022; Retnoningsih & Jamilah, 2020) .
Gerakan lokomotor adalah gerakan yang mengakibatkan proses perubahan
posisi tubuh dari posisi awal ke posisi lainnya. Gerakan lokomotor adalah dasar
yang penting untuk diperkenalkan dan dipelajari oleh anak-anak usia dini.
(Gallahue & Donnelly, 2007; Goodway et al., 2019). Gerakan ini meliputi
keterampilan melempar, menangkap, loncat jauh, loncat vertikal, berlari, dan
berhenti pada anak-anak diukur keterampilan berhenti, melempar bola, dan

ix
menangkap bola. Menurut hasil analisis tes keseimbangan, kecepatan, dan
menangkap (Gümüşdağ, 2019)
Gerak dasar nonlokomotor adalah aktivitas gerak yang dilakukan tanpa
berpindah tempat atau posisi. seperti membungkuk, meregang, menarik, memutar,
mengayun, mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dan membalik
(Gallahue & Donnelly, 2007; Goodway et al., 2019).
Gerak dasar manipulatif adalah garakan yang dilakukan dengan berpindah
posisi atau tidak baik dengan mempergunakan alat ataupun tanpa mempergunakan
alat. Gerakan ini adalah upaya untuk membagi kekuatan terhadap obyek seperti
mengankat benda, menghindar dari lemparan bola, menangkap benda yang
dibuang (Anggraini, 2022; Cleland Donnelly et al., 2016; Gallahue & Donnelly,
2007; Goodway et al., 2019)
B. Konsep Play Outdor
Dalam konteks pembelajaran pada masa kanak-kanak, bermain adalah
bentuk aktivitas terbaik interaksi anak dengan lingkungan yang dilakukan dengan
suka rela (Armstrong et al., 2019). Bermain akan memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengenal berbagai macam potensinya serta melatih kreativitas dan
memberi kesempatan melatih fisik, meningkatkan kemampuan bahasa, mental,
sosial, emosional, dan motorik. Bermain diluar yang memiliki ruangan yang tanpa
sekat adalah aktivitas terbaik bagi anak (Acar, 2014).
Kegiatan play outdor merupakan kegiatan yang dilakukan diluar ruangan
yang melibatkan aktivitas fisik dengan motorik kasar yang melibatkan otot besar
serta otot kecil atau motorik halus. Aktivitas tersebut bersifak aktif sehingga
perlunya peran guru mendorong aktivitas fisik anak-anak di taman bermain,
terutama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan merangsang
aktivitas fisik yang lebih aktif (Boldemann et al., 2006). Kegiatan ini mendukung
aktivitas fisik yang lebih aktif bagi anak-anak prasekolah, terutama selama waktu
bermain di luar ruangan di sekolah (Brown et al., 2009).
Bermain di luar ruangan mempengaruhi berbagai aspek kemampuan fisik,
kognitif, sosial, dan emosional. Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan bermain
di alam bebas cenderung memiliki kemampuan motorik yang lebih baik,

x
kreativitas yang lebih tinggi, koneksi dengan alam yang lebih dalam, dan interaksi
sosial yang lebih positif (Fjørtoft, 2001)
Kegiatan play outdoor yang dilakukan di area terbuka seperti taman,
halaman belakang, lapangan, atau ruang terbuka lainnya di luar lingkungan dalam
ruangan (Burdette & Whitaker, 2005). Interaksi langsung dengan lingkungan alam
dan penggunaan berbagai elemen di luar ruangan, seperti tanah, pasir, air,
tumbuhan, dan objek alami lainnya, merupakan ciri khas dari bermain di luar
ruangan. Aktivitas ini dilakukan fisik tanpa struktur yang dilakukan di luar
ruangan pada waktu senggang anak utuk yang dilakukan secara mandiri
(Tremblay et al., 2015).
C. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dikukan oleh (Ali et al., 2021) Kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa program aktivitas fisik selama 10 minggu memiliki efek
positif pada keterampilan gerakan dasar anak usia 3-4 tahun dalam
lingkungan pendidikan anak usia dini. meningkatkan keterampilan gerakan
dasar anak usia 3-4 tahun. Hasil ini menunjukkan pentingnya program
aktivitas fisik dalam meningkatkan keterampilan motorik pada usia dini.
Hal ini dapat memberikan panduan bagi lembaga pendidikan dan orang tua
dalam memperhatikan pentingnya kegiatan fisik yang terstruktur untuk
mendukung perkembangan motorik anak-anak.
2. Penelitian (Bautista et al., 2020) menyebutkan bahwa pengembangan
keterampilan motorik kasar (gross motor skills) dilakukan diluar ruangan
memberikan peningkatan kemampuan gerakan lokomotorik, non
lokomotorik dan gerakan manipulatif. Penelitian mengambil sampel
sebanyak 108 kelas anak taman kanak-kanak.
3. Penelitian (Han et al., 2022)kemampuan keterampilan gerakan dasar
secara signifikan dan positif berkorelasi dengan fungsi kemampuan
kognitif anak. Para pengambil kebijakan di bidang pendidikan anak usia
dini, guru prasekolah, dan peneliti harus memperhatikan hubungan ini
dengan serius dan mengimplementasikan program intervensi motorik yang
kompleks dan sesuai di masa depan untuk merangsang perkembangan

xi
keterampilan motorik dan kognitif tingkat tinggi pada anak-anak
prasekolah. Dalam konteks ini, penting untuk diakui bahwa keterampilan
gerakan dasar tidak hanya penting untuk perkembangan motorik anak,
tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan kognitif
anak.
4. Penelitian (Koolwijk et al., 2023) Intervensi keterampilan gerakan dasar
(berjalan, berlari, melompat, melempar, menangkap, menendang) efektif
dalam meningkatkan kemampuan keterampilan gerakan dasar pada anak-
anak usia dini (2-5 tahun). Dari 16 studi yang dipilih, 14 studi melaporkan
adanya efek intervensi yang signifikan secara statistik, dengan efek yang
bervariasi dari negatif kecil hingga positif sangat kuat. Dalam
meningkatkan efektivitas intervensi gerak dasar, terdapat beberapa elemen
yang berperan penting, antara lain: mengintegrasikan semua keterampilan
gerakan dasar dalam intervensi dengan berbagai aktivitas; menggabungkan
praktik yang disengaja (deliberate practice) dan permainan yang disengaja
(deliberate play); durasi intervensi; volume intervensi; dan menyediakan
program pelatihan dengan bimbingan selama intervensi guru. Kesimpulan
ini menunjukkan bahwa intervensi keterampilan gerakan dasar dapat
memberikan manfaat yang signifikan bagi perkembangan motorik anak-
anak usia dini. Dalam merancang intervensi yang efektif, penting untuk
mempertimbangkan elemen-elemen yang telah disebutkan di atas guna
meningkatkan hasil yang diinginkan.

xii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis peneleitian adalah kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi
experiment). Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
pengaruh penerapan bermain play outdoor terhadap keterampilan motorik anak
didik di TK Bulukumba . (Sugiyono, 2017). Desain penelitian yang digunakan
adalah pretest-posttest (Creswell & Creswell, 2018).
B. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian 2023/2024 bulan Januari sampai Mei 2024. Tempat
pelaksanaan penelitian di TK Bulukumba yang berlokasi di Jalan Dr. Ratulangi.
Kegiatan penelitian dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada masing-masing
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
C. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (Pretest and
Posttest) yang dapat diilustrasikan pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Desain pelaksanaan Pretest-Posttest

Observasi Awal Perlakuan Postest


O1 X O2

Keterangan
O1 : Observasi awal
X : Perlakuan
O2 : Kemampuan motorik anak didik setelah kegiatan play
outdoor)
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh anak kelompok B didik TK Bulukumba yang akan
dipilih dengan cara purposive sampling sehingga diperoleh sampel 1 kelas dengan
jumlah anak didik 20 orang. Peneliti mengamsumsikan bahwa populasi memiliki
tingkat kemampuan motorik sama atau homogen.

xiii
E. Definisi Operasional Variabel
a. Play outdoor. Kegiatan bermain yang dirancang khusus oleh peneliti yang
dilakukan diluar ruangan yang melibatkan motorik kasar dan motorik
halus, dengan melibatkan gerakan lokomotor dan gerakan non lokomotor
serta garakan manipulatif
b. Keterampilan motorik kemampuan anak dalam melakukan kegiatan yang
melibatkan koordinasi otot besar dan kecil yang dilakukan secara sengaja untuk
melakukan gerakan gerakan lokomotor dan gerakan non lokomotor serta
garakan manipulatif
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahapan
persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan persiapan yaitu,
a Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah TK Pelangi Bulukumba
Makassar untuk meminta izin
b Melakukan observasi kesekolah dan melakukan wawancara dengan guru K
Pelangi Bulukumba Makassar. Dalam kegiatan ini dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan motorik anak didik
c Menyusun proposal penelitian
d Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam
pengembangan kemampuan motorik anak didik meliputi Rencana Program
Pembelajaran Harian (RPPH) yang sesuai dengan tema pada saat
penelitian dilakukan.
e Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengobservasi kemampuan motorik anak didik,
f Mempersiapkan alat dokumentasi seperti kamera dan alat penunjang dalam
penelitian
g Melakukan validasi terhadap instrumen penelitian
h Mengurus surat izin penelitian

xiv
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan pelaksanaan, yaitu :
a Melaksanakan pretest untuk mengetahui kemampuan motorik anak didik
kegiatan ini dilakukan dengan melihat indikator yang dijadikan acuan
b Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam Rencana
Program Pembelajaran Harian (RPPH), mulai dari kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, istirahat dan kegiatan penutup
c Melakukan postest berupa tes kemampuan anak didik dalam bentuk
penilaian yang telah disusun dalam lembar obesrvasi yang memuat
indikator pencapaian perkambangan kemampuan motorik anak didik,.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir dari prosedur penelitian ini terdiri dari
a Mengumpulkan data
b Menganalisa data
c Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
data.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian instrumen yang dugunakan adalah :
1. Unjuk Kinerja
Uji kinerja pada kemampuan motorik anak dilakukan dengan beberapa
cara. yaitu, dengan memberikan kegiatan kepada anak didik sehingga
memperlihatkan kemampuan dalam melakukan gerakan lokomotor, non
lokomotor serta gerakan manipulatif. Akan yang dapat melakukan kegiatan akan
memperoleh nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Lembar Observasi
Pedoman observasi digunakan oleh peneliti dengan tujuan agar peneliti
selama mengumpulkan data dapat dilakukan secara terarah sehingga peneliti
memperoleh gambaran mengenai kondisi yang telah di rencanakan sebelumnya.
Adapun pedoman observasi tentang kemampuan motorik anak yang telah disusun
berdasarkan (Kemendikbud, 2014). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
skala likert dengan rentang 1-100, dimana nilai maksimal adalah 100 dan nilai

xv
minimal adalah 1. Setiap indikator dalam penelitian ini disusun dalam 4 kategori
penilaian yang harus dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran untuk menilai
tingkat pencapaian dari kemampuan anak didik. Sebelum lembar observasi
teresebut digunakan maka akan divalidasi oleh ahli. Adapun kriteria penilaian
perkembangan kemampuan motorik anak didik sebagai berikut :
Kriteria Rentang Keterangan
Belum Berkembang (BB) 1-25 Anak belum mampu
melakukan gerakan
lokomotorik, non
lokomotorik dan manipulatif
secara tepat dan tepat dan
masih walau dengan adanya
bimbingan dan arahan dari
guru dan masih melakukan
kesalahan secara berulang
Mulai Berkembang (MB) 26-50 Anak telah mampu
melakukan gerakan
lokomotorik, non
lokomotorik dan manipulatif
secara tepat dan tepat dan
masih membutuhkan
bimbingan dan arahan dari
guru dan masih melakukan
kesalahan secara berulang
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 51-75 Anak mampu melakukan
gerakan lokomotorik, non
lokomotorik dan manipulatif
secara tepat dan tepat tanpa
bimbingan dan arahan dari
guru dan mampu
melakukanya walau masih
ada kesalahan
Berkembang sangat baik (BSB) 76-100 Anak mampu melakukan
gerakan lokomotorik, non
lokomotorik dan manipulatif
secara tepat dan tepat tanpa
bimbingan dan arahan dari
guru dan mampu
melakukanya secara berulang
tanpa kesalahan

xvi
3. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar kegiatan anak didik yaitu berupa RPPH, skenario pembelajaran
serta petujuk pelaksanaan kegiatan. Keterlaksanaan proses pembelajaran
digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang tertuang
dalam RPPH. Lembar Observasi Chek List keterlaksanaan proses pembelajaran
ditujukan untuk mengamati proses kegiatan guru sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran ataukah belum. Lembar Observasi Chek List keterlaksanaan proses
pembelajaran ini menggunakan skala Guttman berupa “Ya” dan ”Tidak”.
4. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar kegiatan anak didik yaitu berupa RPPH, skenario pembelajaran
serta petujuk pelasksanaan kegiatan. Keterlaksanaan proses pembelajaran
digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang tertuang
dalam RPPH. Lembar Observasi Chek List keterlaksanaan proses pembelajaran
ditujukan untuk mengamati proses kegiatan guru sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran ataukah belum. Lembar Observasi Chek List keterlaksanaan proses
pembelajaran ini menggunakan skala Guttman berupa “Ya” dan ”Tidak”. Lembar
ini divalidasi oleh para ahli sehingga valid dari materi, konstruksi dan bahasanya.
Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi
persyaratan. Persyaratan pokok penelitian yang digunakan untuk pengumpulan
data penelitian yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas berhubungan erat dengan
ketepatan dengan apa yang seharusnya diukur atau dengan kata lain validitas
adalah ketepatan dengan apa yang diukur sehingga alat tersebut betul betul
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah
berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur,
kecermatan hasil ukur, dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran
ulang. Validitas dan reliabilitas yang diperlukan dalam penelitian ini adalah.
Validitas instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini validitas isi (content
validity). Setelah instrumen disusun, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli
(expert judgment). Validitas instrumen menunjukkan kemampuan suatu instrumen

xvii
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ahli dan praktisi melakukan validasi agar
memperoleh bukti validitas isi yang kemudian instrumen direvisi para ahli.
Data hasil validasi para ahli untuk masing-masing perangkat pembelajaran
dianalisis dengan mempertimbangkan hasil penilaian, komentar, dan saran-saran
dari validator. Hasil analisis tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi
perangkat pembelajaran. Menurut Setiawan et al (2022) kegiatan yang dilakukan
dalam proses analisis data kevalidan perangkat pembelajaran dan instrumen yang
relevan dengan pengembangan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel yang meliputi:
(1) aspek (Ai); (2) kriteria (ki); (3) hasil penilaian validator (vij).
b. Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteria dengan rumus:

K i=
∑ V ij
n

Dengan :
K i = rerata kriteria ke-i
V ij = skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilaian ke-j
n = banyaknya penilai

c. Mencari rerata tiap aspek dengan rumus:

Ai =
∑ K ij ,
n

dengan:
Ai = rerata aspek ke-i
K ij = rerata untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

d. Mencari rerata total ( X )=


∑ Ai ,
n
dengan:

( X ) = rerata total
Ai = rerata aspek ke-i
n = banyaknya aspek

xviii
e. Menentukan kategori validasi setiap kriteria K i atau rerata aspek Ai atau
rerata total X dengan kategori validasi yang telah ditetapkan;
f. Kategori validasi sebagai berikut:

3 , 5 ≤V ≤ 4 berarti sangat valid.


2 , 5≤ V <3 , 5 berarti valid.
1 ,5 ≤ V <2 , 5 berarti cukup valid.
1 ≤V <1 , 5 berarti tidak valid.
Keterangan:
K i untuk mencari validasi setiap kriteria
Ai untuk mencari validasi setiap aspek
X untuk mencari validasi keseluruhan aspek
V adalah validitas perangkat pembelajaran metode kinestetik
Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat
pembelajaran metode kinestetik di memiliki derajat validitas yang memadai
adalah: (i) nilai V untuk keseluruhan aspek pada perangkat dan instrumen yang
relevan dengan pengembangan perangkat pembelajaran minimal dalam kategori
“valid”, dan (ii) nilai V untuk setiap aspek minimal berada dalam kategori
“valid”. Apabila tidak demikian, maka perlu dilakukan revisi berdasarkan saran
para validator atau dengan melihat kembali aspek-aspek yang nilainya kurang.
Selanjutnya dilakukan validasi ulang lalu dianalisis kembali. Demikian seterusnya
sampai memenuhi nilai V minimal berada di dalam kategori valid (Sambolinggi,
2014).
Adapun nama-nama validator yang telah menilai instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian pembelajaran metode eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.6 Nama Validator Perangkat Pembelajaran
No Nama Validator Pekerjaan Validator

1 Dr. Syamsuardi, S.Pd., M.Pd Dosen PGPAUD FIP UNM V1

2 Dr. Sadaruddin, S.Pd., M.Pd Dosen PGPAUD FKIP UIM V2

xix
Berdasarkan penilaian ahli terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

Tabel. 1.2 Rangkuman Hasil Analisis Kevalidan Instrumen


VALIDITAS RELIABILITAS
No Perangkat Pembelajaran
V Kategori R Kategori

Lembar penilaian kemampuan Sangat


1. 3,50 0,90 Reliabel
Motorik anak didik Valid

2. Skenario Kegiatan anak didik 3,40 Valid 0,96 Reliabel

Skenario pelaksanaan kegiatan 3,40 Valid 0,95 Reliabel


3.
playoutdoor

Berdasarkan Tabel 1.5 Nilai validitas seluruh instrumen yang akan


digunakan dalam penelitian pada pembelajaran metode eksperimen untuk
mengembangkan kemampuan kognitif anak didik berada dalam batas interval
2,50 ≤ V < 3,50, yang artinya keseluruhannya berada pada kategori valid dengan
koefisien rebiabilitas R≥ 0,75 artinya berada pada kategori reliabel.
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan perangkat pembelajaran tersebut telah memenuhi kriteria “sangat
valid” dan “reliabel”. Sehingga berdasarkan hasil ini maka instrumen penelitian
layak untuk digunakan, dengan tetap melakukan revisi sesuai dengan saran dari
validator.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan mempergunakan sebagai
berikut :
1. Lembar Observasi
Observasi terdiri dari dua macam yaitu observasi proses pembelajaran
untuk mengetahui aktivitas guru dan observasi kemampuan motorik anak di
kelas. Observasi kemampuan motorik anak dilakukan dalam dua waktu yaitu
observasi awal perkembangan kemampuan motorik yaitu observasi yang

xx
dilakukan sebelum diterapkan play outdoor dan observasi akhir perkembangan
kemampuan motorik ik yaitu pada saat sudah diterapkan kegiatan play outdoor.

2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati
dokumen yang ada baik berupa catatan perkembangan anak didik maupun
dokumentasii kegiatan anak tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
yang merupakan data sekuder untuk memperkaya hasil penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan terhadap data penelitian ini meliputi:
Teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan dan
mengkomunikasikan data.
2. Analisis Inferensial
Teknik analisis statistik infrensial parametrik dengan bantuan SPPS IBM
23. Menurut Ross and Victor L. Willson (2017) pengujian komparasi
menggunakan pired sampel t-test digunakan jika data diperoleh dari satu
kelompok yang sama dan pastinya data berdistribusi normal (Oktaviani &
Notobroto, 2014).
Dengan langkah-langkah terdiri dari uji normalitas ini menggunakan uji
one-sample kolmogrov smilnrov-z dengan bantuan SPSS 23.0 for windows melalui
taraf signifikansi 0,05. Jika taraf signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima, atau data
berdistribusi normal. Jika taraf signifikasi < 0,05 maka H 0 ditolak, atau data tidak
berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis merupakan prosedur untuk menentukan hipotesis
penelitian diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 5%. Pengujian hipotesis berdasarkan
pada hasil perhitungan menggunakan SPSS 23.0 for windows dengan perumusan
hipotesis nol. Kriteria pengujiannya sebagai berikut: H 0 diterima apabila

xxi
siginifikansi (2-tailed) ≥ 0,05, sedangkan H0 ditolak apabila siginifikansi (2-tailed)
< 0,05.
Untuk menguji efektivitas digunaka N-Gain Uji gain ternormalisasi (N-
Gain) untuk menghitung sumbangan efektif seberapa besar jauh efektivitas
perlakuan yang diberikan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung N
Gain Score yang dikemukakan oleh (Meltzer, 2002) adalah sebagai berikut :
Skor Posttest−Skor Pretest
N Gain=
Skor Ideal−Skor Pretest
Sedangkan pembagian kategori skor Gain adalah sebagai berikut :
Nilai N-Gain Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah

xxii
BAB IV
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Kemampuan Motorik Anak Didik Sebelum Penerapan dan
Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor

Sebelum dilakukan penerapan kegiatan playoutdor maka dilakukan upaya


mengetahui kondisi awal kemampuan motorik anak didik di TK Pelangi
Bulukumba. Peneliti melakukan tes awal dalam bentuk melalui unjuk kerja untuk
mengetahui kemampuan motorik anak dengan melihat 3 indikator kemampuan
yang dijadikan alat untuk mengukur kemampuan motorik anak yaitu
a) kemampuan lokomotorik yang terdiri dari kemampuan berjalan cepat,
kemampuan berlari, b) kemampuan non lokomotorik yang terdiri dari kemampuan
membungkuk, kemampuan menekuk, c) kemampuan manipulatif yang terdiri
kemampuan menggiring bola, kemampuan melempar.
a. Kemampuan Lokomotorik Anak Didik Sebelum dan Setelah Penerapan
Kegiatan Play Outdor.

Data deskriftif memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang


distribusi kemampuan lokomotorik anak sebelum dan sesudah penerapan kegiatan
play outdoor. Dengan data lengkap, kita dapat mengukur sejauh mana variasi,
menentukan pusat distribusi, dan mendapatkan gambaran yang lebih kaya
mengenai respons anak terhadap kegiatan tersebut. Data ini dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang efektivitas kegiatan play outdoor terhadap
kemampuan lokomotorik anak
Tabel. 1.5 Gambaran Deskriptif Kemampuan Lokomotorik Anak Didik
Sebelum Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor

Jenis Data Deskriptif Pretest Pretest


N 20 20

xxiii
Jenis Data Deskriptif Pretest Pretest
Mean 45.30 84.15
Median 44.50 85.50
Mode 44 88
Std. Deviation 4.041 7.191
Range 16 30
Minimum 39 68
Maximum 55 98
Sum 906 1683
Berdasarkan dari data kelas ekperimen menunjukkan bahwa dari 20 anak

didik nilai mean rata adalah 45.30, nilai tengah atau median 44.50, nilai yang

sering muncul mode 44, Std. Deviation 4.041, nilai jarak terendah ke nilai

tertinggi adalah 16, nilai minimum 39, nilai maximum 55 dan nilai total nilai

keseluruhan anak didik adalah 906.

Pada kelas kontrol menunjukkan bahwa dari 20 anak didik nilai mean rata
adalah 84.15, nilai tengah atau median 85.50, nilai yang sering muncul mode 88,
Std. Deviation 7.191, nilai jarak terendah ke nilai tertinggi adalah 30, nilai
minimum 68, nilai maximum 98 dan nilai total nilai keseluruhan anak didik
adalah 1683. Pada tahap awal ini dilakukan pula pengukuran persentase
kemampuan motorik anak didik sebelum dan sesudah penerapan kegiatan play
outdor dengan.
Dari analisis data statistik deskriptif pretest dan postest lokomotorik
sebanyak 20 sampel, terlihat bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam
kemampuan lokomotorik anak didik setelah pemberian intervensi atau perlakuan.
Rata-rata skor meningkat dari 45.30 pada pretest menjadi 84.15 pada postest,
mencerminkan dampak positif dari tindakan yang dilakukan. Median dan modus
postest yang lebih tinggi (85.50 dan 88) daripada pretest (44.50 dan 44)
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan dalam
kemampuan lokomotorik mereka. Meskipun demikian, deviasi standar yang lebih
tinggi pada postest (7.191) mengindikasikan variasi yang lebih besar dalam
respons individu anak didik terhadap intervensi. Rentang yang lebih besar pada

xxiv
postest (30) juga menandakan variasi yang lebih besar antara skor minimum dan
maksimum. Peningkatan nilai minimum dari 39 pada pretest menjadi 68 pada
postest menunjukkan bahwa bahkan kemampuan anak didik dengan kemampuan
awal yang rendah pun mengalami peningkatan. Sementara itu, nilai maksimum
postest yang mencapai 98, lebih tinggi daripada pretest (55), menunjukkan bahwa
beberapa responden berhasil mencapai tingkat kemampuan lokomotorik yang
lebih tinggi setelah intervensi. Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa
intervensi tersebut berhasil meningkatkan kemampuan lokomotorik anak didik
secara umum, meskipun respons individu dapat bervariasi. Data persentase
gambaran hasil pelaksanaan pretest dan postest sebagai berikut :
Tabel 1.6 Persentase Kemampuan Lokomotorik Anak Didik Sebelum
Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor
Pretest Interval/Kategori Postest
f % f %
0 0 25-43 Belum Berkembang (BB) 0 0
19 95 44-62 Mulai Berkembang (MB) 0 0
1 5 63-81 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 10
- - 82-100 Berkembangn Sangan Baik (BSB) 18 90
20 100 20 100
Berdasarkan dari data diatas seebelum penerapan kegiatan play outdoor,
sebagian besar siswa berada dalam kategori "Mulai Berkembang (MB)" dengan
persentase 95%. Setelah penerapan kegiatan play outdoor, terjadi peningkatan
yang signifikan ke kategori "Berkembang Sangat Baik (BSB)" dengan persentase
90%. Tidak ada ada anak didik yang awalnya dalam kategori "Belum Berkembang
(BB)" atau "Berkembang Sesuai Harapan (BSH)" yang tetap berada di kategori
tersebut setelah penerapan kegiatan play outdoor. Hasil ini menunjukkan bahwa
kegiatan play outdoor memberikan dampak positif pada kemampuan lokomotorik
anak didik, dengan mayoritas anak mengalami perkembangan yang signifikan
setelah ikut dalam dalam kegiatan play outdor.
b. Kemampuan Gerak Non Lokomotorik Anak Didik Sebelum dan Setelah
Penerapan Kegiatan Play Outdor

Data deskriftif memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang


distribusi kemampuan non lokomotorik anak sebelum dan sesudah penerapan

xxv
kegiatan play outdoor. Dengan data lengkap, kita dapat mengukur sejauh mana
variasi, menentukan pusat distribusi, dan mendapatkan gambaran yang lebih kaya
mengenai respons anak terhadap kegiatan tersebut. Data ini dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang efektivitas kegiatan play outdoor terhadap
kemampuan non lokomotorik anak
Tabel. 1.7 Gambaran Deskriptif Kemampuan Gerak Non Lokomotorik Anak
Didik Sebelum Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor

Jenis Data Deskriptif Pretest Pretest


N 20 20
Mean 42.55 84.60
Median 43.00 86.00
Mode 38 87
Std. Deviation 5.472 6.793
Range 20 29
Minimum 35 68
Maximum 55 97
Sum 851 1692

Tabel 1.7 memberikan gambaran tentang kemampuan non-lokomotorik


anak didik sebelum dan sesudah penerapan kegiatan play outdoor. Sebelum
penerapan, rata-rata kemampuan non-lokomotorik berada pada 42.55, dengan nilai
median 43.00, dan modus 38. Setelah melalui kegiatan play outdoor, terjadi
peningkatan yang signifikan, di mana rata-rata meningkat menjadi 84.60, median
naik menjadi 86.00, dan modus mencapai 87. Hal ini menunjukkan adanya
pergeseran yang positif dalam distribusi data ke arah nilai yang lebih tinggi.
Deviasi standar yang lebih tinggi pada posttest menunjukkan bahwa terdapat
variasi yang lebih besar dalam hasil kemampuan non-lokomotorik setelah
intervensi, menandakan adanya perkembangan yang beragam di antara anak didik.
Rentang data yang meningkat dari 20 menjadi 29 juga mencerminkan variasi yang
lebih besar di antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum kemampuan
non-lokomotorik naik dari 35 menjadi 68, dan nilai maksimum meningkat dari 55
menjadi 97, menunjukkan peningkatan baik pada nilai terendah maupun tertinggi.
Selain itu, total nilai kemampuan non-lokomotorik mencapai 1692 pada sesudah
penerapan, menunjukkan peningkatan yang substansial secara keseluruhan. Secara

xxvi
keseluruhan, analisis data ini memberikan indikasi positif bahwa penerapan
kegiatan play outdoor telah memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan kemampuan non-lokomotorik anak didik, dengan peningkatan
yang konsisten dan merata di seluruh distribusi data.
Data persentase gambaran hasil pelaksanaan pretest dan postest sebagai
berikut :
Tabel 1.8 Persentase Kemampuan Gerak Non Lokomotorik Anak Didik
Sebelum Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor
Pretest Interval/Kategori Postest
f % f %
0 0 25-43 Belum Berkembang (BB) 0 0
19 95 44-62 Mulai Berkembang (MB) 0 0
1 5 63-81 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 10
- - 82-100 Berkembangn Sangan Baik (BSB) 18 90
20 100 20 100
Dari tabel 1.8 sebelum penerapan kegiatan play outdoor, mayoritas anak
didik (95%) berada dalam kategori "Mulai Berkembang (MB)," menunjukkan
tingkat kemampuan non-lokomotorik yang masih dalam tahap awal. Hanya satu
anak didik (5%) yang telah mencapai kategori "Berkembang Sesuai Harapan
(BSH)." Setelah melibatkan diri dalam kegiatan play outdoor, terjadi perubahan
yang signifikan. Sebanyak 90% siswa naik ke kategori "Berkembang Sangat Baik
(BSB)," mencerminkan peningkatan kemampuan non-lokomotorik yang
substansial. Hanya dua anak didik (10%) yang tetap berada dalam kategori
"Berkembang Sesuai Harapan (BSH)." Tidak ada anak didik yang masih dalam
kategori "Belum Berkembang (BB)" atau "Berkembang Sangat Baik (BSB)"
sebelum penerapan yang tidak mengalami perubahan setelah kegiatan play
outdoor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan play outdoor
memiliki dampak positif yang signifikan pada kemampuan non-lokomotorik anak
didik, hal ini menunjukkan bahwa anak menunjukkan perkembangan yang sangat
baik setelah terlibat dalam kegiatan play oudor.
c. Kemampuan Gerak Manipulatif Anak Didik Sebelum dan Setelah
Penerapan Kegiatan Play Outdor

xxvii
Data deskriftif memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
distribusi kemampuan gerak manipulatif anak sebelum dan sesudah penerapan
kegiatan play outdoor. Dengan data lengkap, kita dapat mengukur sejauh mana
variasi, menentukan pusat distribusi, dan mendapatkan gambaran data yang lebih
kengkap mengenai respons anak terhadap kegiatan tersebut. Data ini dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang efektivitas kegiatan play
outdoor terhadap kemampuan gerak manipulatif anak.
Tabel. 1.9 Gambaran Deskriptif Kemampuan Gerak Manipulatif Anak Didik
Sebelum Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor

Jenis Data Deskriptif Pretest Pretest


N 20 20
Mean 44.35 85.50
Median 43.00 87.00
Mode 42 87
Std. Deviation 4.464 6.428
Range 15 27
Minimum 37 70
Maximum 52 97
Sum 887 1710

Tabel 1.9 diatas memberikan gambaran deskriptif mengenai kemampuan


gerak manipulatif anak didik sebelum dan sesudah penerapan kegiatan play
outdoor. Sebelum penerapan, rata-rata kemampuan gerak manipulatif berada pada
44.35, dengan nilai median 43.00, dan modus 42. Standar deviasi sebesar 4.464
mengindikasikan tingkat variasi yang relatif rendah, sementara rentang data dari
15 hingga 52 menunjukkan sebaran nilai yang cukup terbatas. Setelah penerapan
kegiatan play outdoor, terjadi peningkatan yang signifikan dalam kemampuan
gerak manipulatif anak didik. Rata-rata meningkat drastis menjadi 85.50, dengan
nilai median 87.00, dan modus 87. Standar deviasi yang lebih tinggi, yaitu 6.428,
menunjukkan adanya variasi yang lebih besar dalam hasil kemampuan gerak
manipulatif setelah intervensi. Rentang data yang bertambah dari 15 menjadi 27
mencerminkan variasi yang lebih besar di antara nilai maksimum dan minimum.
Nilai minimum kemampuan gerak manipulatif naik dari 37 menjadi 70, dan nilai
maksimum meningkat dari 52 menjadi 97, menunjukkan peningkatan baik pada

xxviii
nilai terendah maupun tertinggi. Selain itu, total nilai kemampuan gerak
manipulatif mencapai 1710 pada sesudah penerapan, menunjukkan peningkatan
yang substansial secara keseluruhan. Secara keseluruhan, analisis data ini
memberikan indikasi positif bahwa penerapan kegiatan play outdoor telah
memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kemampuan gerak
manipulatif anak didik, dengan peningkatan yang konsisten dan merata di seluruh
distribusi data. Data persentase gambaran hasil pelaksanaan pretest dan postest
sebagai berikut :
Tabel 1.10 Persentase Kemampuan Gerak Manipulatif Anak Didik Sebelum
Penerapan dan Sesudah Penerapan Kegiatan Play Outdor
Pretest Interval/Kategori Postest
f % f %
0 0 25-43 Belum Berkembang (BB) 0 0
19 95 44-62 Mulai Berkembang (MB) 0 0
1 5 63-81 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 1 5
- - 82-100 Berkembangn Sangan Baik (BSB) 19 95
20 100 20 100

Tabel 1.10 memberikan persentase kemampuan gerak manipulatif anak


didik sebelum dan sesudah penerapan kegiatan play outdoor, yang diklasifikasikan
ke dalam beberapa interval atau kategori. Sebelum penerapan, tidak ada siswa
(0%) yang berada dalam kategori "Belum Berkembang (BB)" dan sebagian besar
siswa, yaitu 95%, berada dalam kategori "Mulai Berkembang (MB)." Hanya satu
siswa (5%) yang telah mencapai kategori "Berkembang Sesuai Harapan (BSH),"
dan tidak ada yang berada dalam kategori "Berkembang Sangat Baik (BSB)."
Setelah penerapan kegiatan play outdoor, terjadi perubahan yang signifikan dalam
distribusi kategori kemampuan gerak manipulatif. Sebagian besar siswa (95%)
naik ke kategori "Berkembang Sangat Baik (BSB)," mencerminkan peningkatan
yang substansial dalam kemampuan gerak manipulatif. Hanya satu siswa (5%)
yang tetap berada dalam kategori "Berkembang Sesuai Harapan (BSH),"
menunjukkan adanya keberlanjutan perkembangan pada tingkat yang baik. Tidak
ada siswa yang tetap berada dalam kategori "Belum Berkembang (BB)" atau
"Berkembang Sangat Baik (BSB)" setelah penerapan kegiatan. Hasil ini

xxix
menggambarkan bahwa kegiatan play outdoor memberikan dampak positif yang
signifikan terhadap kemampuan gerak manipulatif anak didik, dimana anak didik
mengalami peningkatan yang cukup besar setelah terlibat dalam kegiatan tersebut.
Peningkatan tersebut tercermin dari pergeseran distribusi persentase ke kategori
yang lebih tinggi pada posttest, menunjukkan efektivitas kegiatan play outdoor
dalam meningkatkan kemampuan gerak manipulatif anak.
b. Pengaruh kegiatan play outdoor terhadap peningkatan keterampilan
motorik anak didik di TK Pelnagi Bulukumba.
Untuk mengetahui pengaruh kegiatan play outdor terhadap peningkatan
keterampilan motorik anak didik dilakukan dengan mempergunakan unjuk
peformance (unjuk kinerja) kemudian data dikumpulkan dengan lembar observasi
yang berisikan skor dengan 1-100 yang bisa dicapai oleh anak didik pada unjuk
kinerja dengan indikator, a) kemampuan lokomotorik yang terdiri dari
kemampuan berjalan cepat, kemampuan berlari, b) kemampuan non lokomotorik
yang terdiri dari kemampuan membungkuk, kemampuan menekuk, c) kemampuan
manipulatif yang terdiri kemampuan menggiring bola, kemampuan melempar.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik
parametrik untuk uji t dengan analisis data paired sampel t test yaitu analisis data
untuk membandingkan nilai rata-rata dari dua data yang saling berhubungan,
untuk melihat perbedaan pengaruh kegiatan kegiatan play outdor sebelum
pelaksanaan kegiatan dan sesudah pelaksanaan kegiatan. Sebelum melakukan uji
hipotesis untuk menetukan apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat sebagai langkah awal dalam penggunaan statistik
parametrik yaitu normalitas data.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau data yang tidak terdistribusi
normal. Uji normalitas paired sample t test menggunakan statistik Shapiro-Wilk,
yang dikategorikan normal jika Sig > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas
pretest, diperoleh 0.922, dan postest diperoleh 0.578, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal, karena Sig. > 0,05.

xxx
Tabel. 1.11 Hasil uji normalitas data pretest dan postest

Kelompok Sig. (2-tailed) Kesimpulan


Pretest 0,922 Normal
Postest 0,578 Normal

Setelah dilakukan uji prasyarat untuk analisis statistik parametrik dan


memenuhi persyaratan maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Untuk mengetahui
perbedaan rata-rata pada pretest dan postets terhadap peningkatan kemampuan
motorik anak didik dilakukan dengan melakukan uji t paired sampel t test. Hasil
uji t test dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 1.12 Uji hipotesis paired sampel t test

Nilai t hitung Nilai t tabel df Sig.


Pair 1 Pretest-Postes
24.978 1.729 19 0.00
Pengujian hipotesis ini menggunakan SPSS 23 IBM, dengan hipotesis
statistik:
H 0= T hitung ≤ T tabel
H 1 = T hitung >T tabel
Tabel 1.11 hasil uji komparasi pretest dan postest menunjukkan bahwa
nilai t hitung sebesar 24.978 dan nilai t tabel sebesar 1.729 dengan nilai sig
sebesar 0.00, data ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel.
Dengan hasil ini hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada perbedaan ditolak dan
hipotesis H1 yang menyatakan ada perbedaan diterima. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa kegiatan paly outdor dapat meningkatkan kemampuan
motorik anak usia 5-6 tahun di TK Pelangi Bulukumba. Hal ini mengindikasikan
bahwa perbedaan antara kelompok pretest dan postest tidak mungkin terjadi
akibat kebetulan semata melainkan peningkatan terajadi karena adanya penerapan
kegiatan play outdoor. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan play
outdoor memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan
motorik anak usia 5-6 tahun di TK Pelangi Bulukumba. Artinya, setelah mengikuti
kegiatan tersebut, terdapat peningkatan yang nyata dalam kemampuan motorik

xxxi
anak. Hasil ini dapat menjadi dasar untuk merekomendasikan penggunaan
kegiatan play outdoor sebagai metode dalam meningkatkan perkembangan
motorik anak pada kelompok usia tersebut. Perbedaan hasil pretest dan postest
tersebut dapat digambarkan dalam grafik 2.1
120

100
97
91 92 90
88 88 88 87 87 87
82 84 83 84 85
80 78 77 78 75
68
60
52
46 46 48 47 49
43 43 45 45 42 44 42 45 43
40 40 40 39 42
38

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

PRETEST POSTEST

c. Efektivitas kegiatan play outdor dalam meningkatkan kemampuan


motorik anak usia 5-6 tahun di TK Pelangi Bulukumba
Untuk mengukur efektivitas kegiatan play outdoor maka digunakan uji N
Gain Skor untuk mengukur sejauh mana kegiatan play outdoor efektif dalam
meningkatkan kemampuan motorik anak usia 5-6 tahun di TK Pelangi
Bulukumba. Semakin tinggi nilai N Gain Skor, semakin besar efektivitas
intervensi tersebut. Hasil analisis N Gain Skor dapat memberikan informasi yang
lebih mendalam tentang tingkat efektivitas kegiatan play outdoor terhadap
perkembangan motorik anak.
Tabel 1.13 Nilai N Gain kemampuan motorik anak
No Pretest Postest N Gain Kategori
1 52 88 0.76 Tinggi
2 46 88 0.78 Tinggi
3 43 91 0.85 Tinggi
4 43 92 0.86 Tinggi
5 45 82 0.67 Sedang
6 46 68 0.42 Sedang

xxxii
No Pretest Postest N Gain Kategori
7 45 88 0.78 Tinggi
8 42 87 0.78 Tinggi
9 44 78 0.61 Sedang
10 48 97 0.94 Tinggi
11 40 77 0.62 Sedang
12 40 84 0.74 Tinggi
13 39 87 0.78 Tinggi
14 42 90 0.83 Tinggi
15 47 87 0.76 Tinggi
16 38 78 0.64 Sedang
17 42 83 0.70 Tinggi
18 45 84 0.71 Tinggi
19 43 85 0.73 Tinggi
20 49 75 0.51 Sedang
Rata-Rata 0.72 Tinggi

Dari tabel 1.13 hasil uji N Gain Skor pada 20 anak usia 5-6 tahun di TK
Pelangi Bulukumba, diperoleh data yang menunjukkan peningkatan signifikan
dalam kemampuan motorik setelah mengikuti kegiatan play outdoor. Nilai N Gain
Skor pada setiap individu menunjukkan perbedaan antara skor pretest dan postest,
yang kemudian dinormalisasi untuk mencapai nilai yang relatif. Dari hasil ini,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak mengalami peningkatan kemampuan
motorik yang signifikan setelah mengikuti kegiatan play outdoor.
Hasil rata-rata N Gain Skor sebesar 0.72 menandakan bahwa efektivitas
intervensi ini dapat dikategorikan sebagai "Tinggi". Anak didik menunjukkan
peningkatan yang konsisten dan bermakna dalam kemampuan motorik mereka
setelah mengikuti kegiatan play outdoor. Beberapa individu bahkan mencapai N
Gain Skor tinggi di atas 0.8, menunjukkan respons positif yang luar biasa terhadap
kegiatan play outdoor play yang berikan.
Pengelompokan kategori berdasarkan N Gain Skor memperlihatkan bahwa
sebagian besar anak termasuk dalam kategori "Tinggi", yang menunjukkan
peningkatan yang besar dalam kemampuan motorik. Sedangkan, beberapa anak
termasuk dalam kategori "Sedang", yang menunjukkan peningkatan yang lebih
moderat. Hasil ini memberikan dukungan kuat terhadap efektivitas kegiatan play

xxxiii
outdoor dalam meningkatkan kemampuan motorik anak usia 5-6 tahun di TK
Pelangi Bulukumba. Implikasinya, kegiatan semacam ini dapat dijadikan strategi
yang efektif dalam pengembangan motorik anak pada kelompok usia tersebut.
2. Pembahasan
Data deskrifitip hasil analisis data pada indikator kemampuan
lokomotorik dengan aktivitas kemampuan berjalan cepat, kemampuan berlari,anak
menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini memberikan gambaran bahwa
kegiatan yang dilakakan mampu memberikan dampak pada peningkatan
kemampuan anak dalam melakukan gerak berjalan cepat secara baik, kemampuan
ini merupakan kemampaun yang harus dikuasai anak didik agar dapat beraktivitas
secara optimal dan menjadi dasar dalam pengembangan aktivitas fisik
selanjutnyanya. Hasil sejalalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Usman et al
(2023) bahwa dengan kemampuan dasar motorik yang baik akan memberikan
pondasi anak dalam melakukan ativitas yang dipelajari secara khusus maupun
yang dilakukan secara sukarela. Kemampuan berlari pada gerakan lokomotorik
merupakan kemampuan yang memberikan latihan kepada anak didik dalam
melatih fisik serta tidak mudah lelah serta melaltih kemampuan mobilitas anak
dalam bergerak cepat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sutapa and Suharjana (2019) bahwa kegiatan yang melibatkan anak secara
langsung atau berbasis kinestetik gerak lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan berlari, kecepatan, keseimbangan.
Untuk meningkatkan aktivtas fisik anak didik diperlukan variasi dalam
kegiatan fisik yang dilakukan secara terstruktur dan terukur yang dilaksanakan di
luar ruangan, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Leggett and
Newman (2017) menyerankan bahwa guru harus mampu merancang kegiatan
bermain didalam dan diluar ruangan, kegiatan bermain harus dilakukan secara
sistematis untuk mecapai hasil yang optimal.
Kegiatan play outdoor menunjukkan bahwa peningkatan waktu bermain
di luar memiliki hubungan positif dengan penurunan skor Indeks Massa Tubuh
(BMI) pada anak-anak. Temuan ini memberikan implikasi signifikan bahwa
kegiatan bermain di luar ruangan dapat menjadi strategi yang efektif dalam

xxxiv
mencegah obesitas pada anak-anak. Peningkatan durasi waktu bermain di luar
ruangan, menetapkan pedoman yang jelas terkait dengan kegiatan di luar ruangan,
mencakup rencana pelaksanaan kegiatan, waktu yang diperuntukkan, dan usaha
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas fisik. Dengan
memperbanyak waktu bermain di luar, tidak hanya mendukung pengurangan
risiko obesitas, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesehatan fisik dan
kesejahteraan anak-anak secara menyeluruh (Ansari et al., 2015).
Hasil penelitian pada kemampuan non lokomotorik meliputi kemampuan
anak didik dalam membungkuk serta kemampuan menekuk menunjukkan
peningkatan setelah dilakukan kegiatan play out. Kegiatan play outdoor yang
dilakukan yaitu puzzle moving akan melatih anak untuk menekuk kaki,
membungkuk, meletakkan puzzle kemudian mengambil kembali dan
melangkahkan kaki ke puzzle tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan yang
akan memberikan latihan non lokomotrik anak secara menyeluruh. Kegiatan ini
membuat anak bersemangat melakukannya karena dibuat menjadi kegiatan yang
mengandung unsur kompetisi dimana anak akan berusaha untuk melakukan secara
cepat yang tentu saja secara tidak langsung akan membuat akan untuk melakukan
gerakan secara cepat dan tepat yang akhirnya melatih otot. Proses ini tidak hanya
melibatkan gerakan fisik, tetapi juga merangsang keterampilan motorik halus
mereka, karena mereka harus memilih dan mengambil objek dengan presisi.
Gerak non lokomotorik merupakan gerakan yang dilakukan tanpa
perpindahan tempat (Kurniawan, Pambudi, et al., 2022). Gerakan ini melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu tanpa adanya pergerakan keseluruhan tubuh,
keterampilan non lokomotirik merupakan kemampuan yang akan memberikan
dasar perkembangan motorik halus door (Kurniawan, Pradana, et al., 2022). Hasil
penelitian Kezić, Šimunović, and Kalinski (2020) menemukan bahwa pemahaman
dan penggunaan gerak non lokomotorik dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus dan koordinasi tubuh secara keseluruhan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayasuriya et al (2016) aktivitas
permainan outdoor memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak secara
aktif dan melibatkan berbagai otot kasar dan halus yang berimplikasi pada

xxxv
meningkatnya kesehatan jasmani anak didik permainan outdoor akan memberikan
efek jangka panjang dan pendek pada kesehatan anak didik, termasuk peningkatan
kesehatan kardiovaskular, muskuloskeletal, dan mental (P. S. Tandon et al., 2012).
Bermain di luar ruangan juga dapat bermanfaat untuk perkembangan motorik,
penglihatan, kognisi, kadar vitamin D, dan kesehatan mental (Hasmawaty et al.,
2023).
Pembelajaran di luar kelas akan menekankan pada kemampuan anak
untuk secara aktif mengalami dan memperagakan kegiatan anak memperoleh
pengalaman langsung. Pendekatan ini mendorong anak-anak untuk mencari
aktivitas yang menawarkan tantangan dan kegembiraan. Dalam proses ini, anak-
anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kesaradan
terhadap resiko, di mana mereka belajar menghitung risiko ketika terlibat dalam
berbagai aktivitas. Permainan di luar kelas tidak hanya mendukung perkembangan
fisik anak-anak, tetapi juga membantu mereka dalam mengasah kemampuan
kognitif, sosial, dan emosional mereka melalui pengalaman belajar yang
menyenangkan dan bermakna (Sandseter et al., 2021).
Menurut Grandjean & Maier (2017) dalam penelitianya aktivtas bermain
sensormotorik, gerakan tangan, olahraga permainan, aktivitas motorik halus,
merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan aktivitas neural
yang melibatkan neuron gamma (γ-motor) dalam pengaturan gerakan otot,
terutama selama gerakan aktif. Neuron gamma bertanggung jawab untuk
mengontrol ketegangan spindle otot, yang merupakan sensor mekanoreseptor
dalam otot yang mendeteksi perubahan panjang dan kecepatan otot dengan
memberikan waktu yang cukup untuk eksplorasi dan latihan akan memberikan
kemajuan perkembangan pada anak.
Hasil penelitian pada indikator kemampuan manipulatif yang terdiri
kemampuan menggiring bola, kemampuan melempar dari hasil analisis data
menunjukkan peningkatan sebelum intervensi, anak-anak memiliki rata-rata
kemampuan gerak manipulatif yang masih rendah, sedangkan setelah penerapan
kegiatan play outdoor, terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini mencerminkan
adanya dampak positif pada perkembangan kemampuan gerak manipulatif anak.

xxxvi
Perlunya gerakan manipulatif bagi anak usia dini sangat besar karena ini
adalah fase perkembangan kunci. Melalui aktivitas manipulatif, anak-anak
mengembangkan kontrol motorik kasar dan halus, meningkatkan koordinasi mata-
tangan, dan membangun kekuatan otot. Selain itu, keterampilan manipulatif juga
berperan dalam mengembangkan keterampilan kognitif, seperti pemecahan
masalah, pemahaman ruang, dan peningkatan daya ingat. Oleh karena itu,
memberikan peluang bagi anak untuk terlibat dalam aktivitas manipulatif
merupakan aspek penting dalam mendukung perkembangan mereka secara
menyeluruh.
Hasil peneltian yang dilakukan oleh Oktaria & Andika (2022)
menjelsakan bahwa kegiatan melempar, menangkap, menendang,
menggelindingkan, dan memantulkan bola, merupakan kegiatan play outdoor
yang dapat mengembangkan kemampuan manipulatif anak usia dini yang dapat
membantu anak didik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian
Zeng et al (2017) menunjukkan bahwa aktivitas permainan yang dilakukan oleh
anak baik didalam ruangan maupun diluar ruangan akan memberikan perubahan
yang signifikan dan positif dalam pembelajaran bahasa, prestasi akademis,
perhatian, dan memori kerja. Penerapan kegiatan play outdoor memberikan
dampak positif yang konsisten terhadap perkembangan kemampuan gerak
manipulatif anak prasekolah, memberikan dukungan pentingnya kegiatan bermain
di luar dalam konteks pendidikan anak usia dini merupakan sebuah upaya untuk
menstimulasi gerak manipulatif anak dengan kegiatan yang mempergunakan
benda atau alat (Kernan & Devine, 2009; Syaputra & Warni, 2023).
Bermain di luar ruangan memiliki dampak positif yang signifikan pada
perkembangan gerak manipulatif anak usia 5-6 tahun. Selain membantu
mengembangkan keterampilan motorik kasar melalui kegiatan fisik seperti berlari
dan melompat, aktivitas di alam terbuka juga merangsang perkembangan
keterampilan motorik halus melalui manipulasi benda-benda alam, seperti pasir,
daun, atau batu (Damayanti et al., 2020). Anak-anak yang bermain di luar ruangan
juga terpapar pada rangsangan sensorik yang lebih kaya, yang membantu
memperluas pengalaman sensorik mereka dan memperkuat koneksi otak-anak

xxxvii
sehingga meningkatkan kemampuan kognitf anak dalam belajar (Nurunnabilah et
al., 2022). Selain itu, bermain bersama teman-teman sebaya di luar ruangan
melibatkan interaksi sosial yang memajukan keterampilan berbagi,
berkomunikasi, dan berkolaborasi, yang semuanya berkontribusi pada
perkembangan keterampilan manipulatif (Astuti, 2019). Halaman rumah dapat
menjadi tempat untuk anak-anak mengukur jarak, ketinggian, dan mengatasi
rintangan, yang semuanya memperkaya pemahaman mereka tentang kemampuan
manipulatif dari sebuah obyek melalui interaksi langsung (Sandseter et al., 2021).

xxxviii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Beradasarkan dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hasil
penelitian berikut :
1. Kemampuan motorik anak didik di TK Pelangi Bulukumba sebelum
penerapan kegiatan play outdoor berada pada kategori mulai berkembang dan
sesudah penerapan kegiatan play outdoor kemampuan motorik anak berada
pada kategori berkembang sangat baik. Aktivitas bermain di luar ruangan
memberikan peluang bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan
motorik melalui permainan
2. Kegiatan play outdoor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan keterampilan motorik anak didik di TK Pelangi Bulukumba.
Kegiatan play outdoor memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kemajuan keterampilan motorik anak-anak di TK Pelangi Bulukumba.
3. Berdasarkan hasil uji N Gain berada dalam kategori tinggi hal
mengindikasikan bahwa kegiatan play outdoor efektivitas untuk meningkatkan
ketarampilan motorik anak didik di TK Pelangi Bulukumba, hal ini juga
memberikan bukti bahwa anak didik merespon positi kegiatan yang dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian diatas maka disarankan dalam
penerapan kegiatan play out door melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Kegiatan play outdoor dijadikan sebagai kegiatan yang rutin disarankan
agar kegiatan play outdoor menjadi bagian integral dari program
pembelajaran di TK Pelangi Bulukumba.
2. Hendaknya merancang kegiatan yang bervariasi dalam jenis kegiatan play
outdoor dapat menjadi kunci untuk memaksimalkan perkembangan
keterampilan motorik. Menyediakan berbagai permainan dan aktivitas di
alam terbuka dapat membantu anak-anak mengembangkan berbagai aspek
keterampilan motorik mereka dengan lebih komprehensif.

xxxix
3. Dalam melakukan perancang kegiatan play outdoor hendaknya melibatkan
orang tua serta memberikan informasi kepada orang tua tentang manfaat
aktivitas di luar ruangan dan cara mereka dapat mendukung perkembangan
anak di rumah untuk memperkuat efek positif dari kegiatan tersebut untuk
memaksimalkan kegiatan yang komprehensif

xl
DAFTAR PUSTAKA
Acar, H. (2014). Learning Environments for Children in Outdoor Spaces.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 141, 846–853.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.147
Adolph, K. E., & Franchak, J. M. (2017). The development of motor behavior.
Wiley Interdisciplinary Reviews: Cognitive Science, 8(1–2), e1430.
https://doi.org/10.1002/wcs.1430
Ali, A., McLachlan, C., Mugridge, O., McLaughlin, T., Conlon, C., & Clarke, L.
(2021). The effect of a 10-week physical activity programme on fundamental
movement skills in 3–4-year-old children within early childhood education
centres. Children, 8(6). https://doi.org/10.3390/children8060440
Anggraini, D. D. (2022). Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak Usia Dini (R.
Oktaviani (ed.)). CV Kreator Cerdas Indonesia.
Ansari, A., Pettit, K., & Gershoff, E. (2015). Combating obesity in head start:
Outdoor play and change in children’s body mass index. Journal of
Developmental and Behavioral Pediatrics, 36(8), 605–612.
https://doi.org/10.1097/DBP.0000000000000215
Armstrong, G. P., Maitland, C., Lester, L., Trost, S. G., Trapp, G., Boruff, B., Al
Marzooqi, M. K., & Christian, H. E. (2019). Associations between the home
yard and preschoolers’ outdoor play and physical activity. Public Health
Research and Practice, 29(1), 1–9. https://doi.org/10.17061/phrp2911907
Astuti, R. D. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Metode Outdoor
Learning Untuk Mengembangkan Perilaku Sosial Anak Usia Dini.
Pedagogi : Jurnal Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 20.
https://doi.org/10.30651/pedagogi.v5i2.3378
Barnett, L. M., Hnatiuk, J. A., Salmon, J., & Hesketh, K. D. (2019). Modifiable
factors which predict children’s gross motor competence: A prospective
cohort study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical
Activity, 16(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12966-019-0888-0
Bautista, A., Moreno-Núñez, A., Vijayakumar, P., Quek, E., & Bull, R. (2020).
Gross motor teaching in preschool education: where, what and how do
Singapore educators teach? (Enseñanza de la motricidad gruesa en educación
infantil: ¿dónde, qué y cómo enseñan las maestras en Singapur?). Infancia y
Aprendizaje, 43(2), 443–482.
https://doi.org/10.1080/02103702.2019.1653057
Boldemann, C., Blennow, M., Dal, H., Mårtensson, F., Raustorp, A., Yuen, K., &
Wester, U. (2006). Impact of preschool environment upon children’s
physical activity and sun exposure. Preventive Medicine, 42(4), 301–308.
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2005.12.006
Brown, W. H., Pfeiffer, K. A., McIver, K. L., Dowda, M., Addy, C. L., & Pate, R.
R. (2009). Social and Environmental Factors Associated With Preschoolers’
Nonsedentary Physical Activity. Child Development, 80(1), 45–58.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8624.2008.01245.x
Buckler, E. J., & Bredin, S. S. D. (2021). Examining the knowledge base and
level of confidence of early childhood educators in physical literacy and its
application to practice. Early Years, 41(2–3), 202–217.

xli
https://doi.org/10.1080/09575146.2018.1514488
Burdette, H. L., & Whitaker, R. C. (2005). Resurrecting Free Play in Young
Children. Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine, 159(1), 46.
https://doi.org/10.1001/archpedi.159.1.46
Cantell, M., Houwen, S., & Schoemaker, M. (2019). Age-related validity and
reliability of the Dutch Little Developmental Coordination Disorder
Questionnaire (LDCDQ-NL). Research in Developmental Disabilities,
84(January), 28–35. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2018.02.010
Cleland Donnelly, F., Mueller, S., & Gallahue, D. (2016). Developmental
Physical Education for All Children 5th Edition: Theory Into Practice.
Human Kinetics. https://books.google.co.id/books?id=ZiIjDQAAQBAJ
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research design: Qualitative,
quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.
D’Hondt, E., Deforche, B., De Bourdeaudhuij, I., & Lenoir, M. (2008).
Relationship between motor skill and body mass index in 5-to 10-year old
children. North American Society for the Psychology of Sport and Physical
Activity (NASPSPA) Conference, 30(suppl.), S22–S22.
Damayanti, F., Palupi, W., & Nurjanah, N. E. (2020). Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus Melalui Gerak Manipulatif Anak Usia 4-5 Tahun. Kumara
Cendekia, 8(2), 126. https://doi.org/10.20961/kc.v8i2.39744
Fatmawati, F. A. (2020). Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini.
Caremedia Communication. https://books.google.co.id/books?
id=mhn9DwAAQBAJ
Fjørtoft, I. (2001). The natural environment as a playground for children: The
impact of outdoor play activities in pre-primary school children. Early
Childhood Education Journal, 29(2), 111–117.
https://doi.org/10.1023/A:1012576913074
Frankel, H. L., & Kaplan, L. J. (2013). In brief. Current Problems in Surgery,
50(10), 414–417. https://doi.org/10.1067/j.cpsurg.2013.07.002
Gallahue, D. L., & Donnelly, F. C. (2007). Developmental physical education for
all children. Human Kinetics.
Goodway, J. D., Ozmun, J. C., & Gallahue, D. L. (2019). Understanding Motor
Development: Infants, Children, Adolescents, Adults (8th ed.). Jones &
Bartlett Learning. https://books.google.co.id/books?id=h5KwDwAAQBAJ
Grandjean, B., & Maier, M. A. (2017). Emergence of gamma motor activity in an
artificial neural network model of the corticospinal system. Journal of
Computational Neuroscience, 42(1), 53–70. https://doi.org/10.1007/s10827-
016-0627-3
Gümüşdağ, H. (2019). Effects of pre-school play on motor development in
children. Universal Journal of Educational Research, 7(2), 580–587.
https://doi.org/10.13189/ujer.2019.070231
Han, X., Zhao, M., Kong, Z., & Xie, J. (2022). Association between fundamental
motor skills and executive function in preschool children: A cross-sectional
study. Frontiers in Psychology, 13(August), 1–9.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.978994
Harvard University Center on the Developing Child. (2017). The science of early

xlii
childhood development. In Brief, 2.
http://developingchild.harvard.edu/resources/inbrief-the-science-of-early-
childhood-development/
Hasmawaty, Usman, & Intisari. (2023). Improving Children ’ s Science Skills
Through Play Activities in Outdoor Play. TEMATIK: Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 9, 45–54.
https://doi.org/10.26858/tematik.v9i1.47953
Jayasuriya, A., Williams, M., Edwards, T., & Tandon, P. (2016). Parents’
Perceptions of Preschool Activities: Exploring Outdoor Play. Early
Education and Development, 27(7), 1004–1017.
https://doi.org/10.1080/10409289.2016.1156989
Johnson, J. L., Rudisill, M. E., Hastie, P., Wadsworth, D., Strunk, K., Venezia, A.,
Sassi, J., Morris, M., & Merritt, M. (2019). Changes in Fundamental Motor-
Skill Performance Following a Nine-Month Mastery Motivational Climate
Intervention. Research Quarterly for Exercise and Sport, 90(4), 517–526.
https://doi.org/10.1080/02701367.2019.1628909
Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kernan, M., & Devine, D. (2009). Being Confined within? Constructions of the
Good Childhood and Outdoor Play in Early Childhood Education and Care
Settings in Ireland. Children & Society, 24, 371–385.
https://doi.org/10.1111/j.1099-0860.2009.00249.x
Kezić, A. N. A., Šimunović, I., & Kalinski, S. D. (2020). Application of the
TGMD-2 test in early school-age children for determining the level of
fundamental movement skills in different sports. Journal of Physical
Education and Sport, 20(2), 635–639.
https://doi.org/10.7752/jpes.2020.02093
Khadijah, & Amelia, N. (2020). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini:
Teori dan Praktik (1st ed.). Prenada Media.
https://books.google.co.id/books?id=Bf72DwAAQBAJ
Koolwijk, P., Hoeboer, J., Mombarg, R., Savelsbergh, G. J. P., & de Vries, S.
(2023). Fundamental movement skill interventions in young children: a
systematic review. International Journal of Sport and Exercise Psychology,
May, 1–23. https://doi.org/10.1080/1612197X.2023.2210597
Kramer, J. H., & Stephens, M. L. (2014). Executive Function. Encyclopedia of the
Neurological Sciences, 236–238. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385157-
4.00451-6
Kurniawan, R., Pambudi, S., & Heynoek, F. P. (2022). Development of Teacher
Guidelines on Non-Locomotor Movement Learning for Student with Autism.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 18(1), 57–68.
https://doi.org/10.21831/jpji.v18i1.48626
Kurniawan, R., Pradana, I. A., & Heynoek, F. P. (2022). Pengembangan modul
guru materi variasi dan kombinasi gerak lokomotor non-lokomotor
manipulatif untuk siswa autis. Multilateral : Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 21(2), 98. https://doi.org/10.20527/multilateral.v21i2.13161

xliii
Leggett, N., & Newman, L. (2017). Play: Challenging educators’ beliefs about
play in the indoor and outdoor environment. Australasian Journal of Early
Childhood, 42(1), 24–32. https://doi.org/10.23965/AJEC.42.1.03
Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible “hidden variable” in
diagnostic pretest scores. American Journal of Physics, 70(12), 1259–1268.
https://doi.org/10.1119/1.1514215
Nurunnabilah, N., Abdul Gani, R., & Gustiawati, R. (2022). Pengaruh Permainan
Gerak Manipulatif Terhadap Konsentrasi Belajar. Jurnal Porkes, 5(2), 498–
509. https://doi.org/10.29408/porkes.v5i2.6109
Nuryanah, S., & Ramdhani, L. A. (2022). Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus melalui Messy Play. Aulad: Journal on Early Childhood, 5(1), 93–98.
https://doi.org/10.31004/aulad.v5i1.323
Oktaria, A. D., & Andika, W. D. (2022). Identifikasi Keterampilan Gerak
Manipulatif Anak Usia 6-7 Tahun Selama Masa Pandemi Covid- 19. Journal
of Early Childhood and Character Education, 2(1), 17–28.
https://doi.org/10.21580/joecce.v2i1.10089
Oktaviani, M. A., & Notobroto, H. basuki. (2014). Perbandingan Tingkat
Konsistensi Normalitas Distribusi Metode. Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 3(2), 127–135. https://repository.unair.ac.id/124912/
Pate, R. R., Dowda, M., Brown, W. H., Mitchell, J., & Addy, C. (2013). Physical
Activity in Preschool Children With the Transition to Outdoors. Journal of
Physical Activity and Health, 10(2), 170–175.
https://doi.org/10.1123/jpah.10.2.170
Pica, R. (1997). Beyond physical development: why young children need to
move. Young Children, 52(6), 4–11.
Retnoningsih, R., & Jamilah, S. (2020). PENINGKATAN KETERAMPILAN
MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (AUD) MELALUI KEGIATAN
MERONCE DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH II KOTA BIMA.
PELANGI: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Islam Anak Usia Dini, 1(2),
150–161. https://doi.org/10.52266/pelangi.v1i2.341
Ross, A., & Victor L. Willson. (2017). Basic and Advanced Statistical Tests
Independent Samples T-Test (A. Ross (ed.)). Brill.
https://doi.org/10.1007/9789463510868_004
Sandseter, E. B. H., Kleppe, R., & Sando, O. J. (2021). The Prevalence of Risky
Play in Young Children’s Indoor and Outdoor Free Play. Early Childhood
Education Journal, 49(2), 303–312. https://doi.org/10.1007/s10643-020-
01074-0
Setiawan, E. D., Kusmayadi, T. A., & Nurhasanah, F. (2022). BAGAIMANA
MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA?:
PADA MATERI BANGUN DATAR. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 11(2), 1462.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v11i2.4957
Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Alfabeta.
Sutapa, P., & Suharjana, S. (2019). IMPROVING GROSS MOTOR SKILLS BY

xliv
GROSS KINESTHETIC-AND CONTEMPORARY-BASED PHYSICAL
ACTIVITY IN EARLY CHILDHOOD. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
38(3), 540–551. https://doi.org/10.21831/cp.v38i3.25324
Syaputra, M. N., & Warni, H. (2023). Penerapan model problem base learning
dalam pembelajaran gerak dasar manipulatif. Multilateral : Jurnal
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 22(4), 76.
https://doi.org/10.20527/multilateral.v22i4.16365
Tandon, P., Hassairi, N., Soderberg, J., & Joseph, G. (2020). The relationship of
gross motor and physical activity environments in child care settings with
early learning outcomes. Early Child Development and Care, 190(4), 570–
579. https://doi.org/10.1080/03004430.2018.1485670
Tandon, P. S., Zhou, C., & Christakis, D. A. (2012). Frequency of parent-
supervised outdoor play of US preschool-aged children. Archives of
Pediatrics and Adolescent Medicine, 166(8), 707–712.
https://doi.org/10.1001/archpediatrics.2011.1835
Tangse, U. H. M., & Dimyati, D. (2021). Permainan Estafet untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 9–16.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1166
Timmons, B. W., Leblanc, A. G., Carson, V., Gorber, S. C., Dillman, C., Janssen,
I., Kho, M. E., Spence, J. C., Stearns, J. A., & Tremblay, M. S. (2012).
Systematic review of physical activity and health in the early years (aged 0-4
years). Applied Physiology, Nutrition and Metabolism, 37(4), 773–792.
https://doi.org/10.1139/H2012-070
Tremblay, M. S., Gray, C., Babcock, S., Barnes, J., Bradstreet, C. C., Carr, D.,
Chabot, G., Choquette, L., Chorney, D., Collyer, C., Herrington, S., Janson,
K., Janssen, I., Larouche, R., Pickett, W., Power, M., Sandseter, E. B. H.,
Simon, B., & Brussoni, M. (2015). Position statement on active outdoor play.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 12(6),
6475–6505. https://doi.org/10.3390/ijerph120606475
Usman, Hasmawaty, Sadaruddin, Nasaruddi, & Syamsuard. (2023). Pengaruh
Kegiatan Senam Irama Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak Usia 5-
6 Tahun. 9(2), 338–347. https://doi.org/10.24114/jud.v9i2.52621
Veldman, S. L. C., Okely, A. D., & Jones, R. A. (2015). Promoting gross motor
skills in toddlers: The active beginnings pilot cluster randomized trial.
Perceptual and Motor Skills, 121(3), 857–872.
https://doi.org/10.2466/10.PMS.121c27x5
Waller, T., Sandseter, E. B. H., Wyver, S., Ärlemalm-Hagsér, E., & Maynard, T.
(2010). The dynamics of early childhood spaces: Opportunities for outdoor
play? European Early Childhood Education Research Journal, 18(4), 437–
443. https://doi.org/10.1080/1350293X.2010.525917
Wang, J. H.-T. (2004). A Study on Gross Motor Skills of Preschool Children.
Journal of Research in Childhood Education, 19(1), 32–43.
https://doi.org/10.1080/02568540409595052
Wick, K., Leeger-Aschmann, C. S., Monn, N. D., Radtke, T., Ott, L. V., Rebholz,
C. E., Cruz, S., Gerber, N., Schmutz, E. A., Puder, J. J., Munsch, S.,

xlv
Kakebeeke, T. H., Jenni, O. G., Granacher, U., & Kriemler, S. (2017).
Interventions to Promote Fundamental Movement Skills in Childcare and
Kindergarten: A Systematic Review and Meta-Analysis. Sports Medicine,
47(10), 2045–2068. https://doi.org/10.1007/s40279-017-0723-1
Zeng, N., Ayyub, M., Sun, H., Wen, X., Xiang, P., & Gao, Z. (2017). Effects of
physical activity on motor skills and cognitive development in early
childhood: A systematic review. BioMed Research International, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/2760716

xlvi
LAMPIRAN HASIL PENELITIAN
DATA PRETEST
Lokomotorik Non Lokomotorik Manipulatif
Nama Anak Kemampuan Kemampua
No Kemampua Kemampua Kemampua Kemampua
Didik membungku n
n berjalan n berlari n menekuk n melempar
k menggiring
Abrar Radtya
1 Arsyam 60 50 55 45 50 50
Afnan Ananda
2 Naufal 50 45 42 43 53 45
Ubaydillah Al
3 Fatih 45 43 33 42 52 43
Muhammad
Razak
4 Maulana 43 44 36 34 55 45
Aidan Syahmi
5 Taufik 42 55 43 33 45 50
Azzahra
6 Nayameen 44 51 38 37 53 51
Nur Fatin
7 Nabila 41 52 42 45 40 47
8 Nur Tapasya 33 45 41 50 39 44
Sakila
9 Azzahra 45 45 39 48 40 45
Nurul Fadillah
10 Fajar 48 44 45 53 45 50
11 Nadya 49 34 34 43 43 39
Muh. Fathir
12 ramadhan 43 35 39 36 46 38
13 Nur Aisyah 46 38 37 35 45 33
Andi
14 Muhtarrung 33 49 45 45 47 34
15 Rizkayanti 42 45 55 55 39 45
Nabila Dwi
16 Wahyuni 41 42 36 34 35 38
Muhammad
17 Ibrahim Ozil 46 47 34 47 40 37
Aufar Al-
18 Gazali Nadzar 50 49 49 36 41 45
Muhammad
19 Fatur Rahman 45 43 48 45 45 34
Muhammad
20 Anugrah 50 49 47 47 53 45

xlvii
DATA POSTEST
Lokomotorik Non Lokomotorik Manipulatif
Kemampua
No Nama Anak Didik Kemampua Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
n
n berjalan berlari membungkuk menekuk melempar
menggiring
Abrar Radtya
1 Arsyam 87 88 89 87 89 90
Afnan Ananda
2 Naufal 87 88 89 87 89 90
Ubaydillah Al
3 Fatih 90 91 92 90 91 94
Muhammad
4 Razak Maulana 93 92 93 93 92 90
Aidan Syahmi
5 Taufik 80 82 83 83 80 83
Azzahra
6 Nayameen 67 68 69 67 69 70
7 Nur Fatin Nabila 87 89 90 87 88 87
8 Nur Tapasya 87 87 86 87 88 87
9 Sakila Azzahra 77 79 78 79 77 78
Nurul Fadillah
10 Fajar 97 98 97 96 97 96
11 Nadya 77 76 78 78 77 78
Muh. Fathir
12 ramadhan 83 84 85 84 83 85
13 Nur Aisyah 87 86 87 87 87 87
14 Andi Muhtarrung 90 91 90 90 90 90
15 Rizkayanti 87 88 87 87 87 87
Nabila Dwi
16 Wahyuni 77 78 79 77 77 77
Muhammad
17 Ibrahim Ozil 80 81 82 80 86 87
Aufar Al-Gazali
18 Nadzar 80 82 83 84 86 88
Muhammad
19 Fatur Rahman 83 83 84 85 86 88
Muhammad
20 Anugrah 73 73 74 73 78 79

xlviii
NILAI RATA-RATA PRETEST DAN POSTEST

PRETES POSTES
T T
1-25 Belum Berkembang 52 88
26-50 Mulai Berkembang 46 88
Berkembang Sesuai
51-75 Harapan 43 91
76-100 Berkembang Sangat Baik 43 92
45 82
46 68
45 88
42 87
44 78
48 97
40 77
40 84
39 87
42 90
47 87
38 78
42 83
45 84
43 85
49 75

xlix
NILAI N GAIN
No Pretest Postest N Gain Kategori
1 52 88 0.76 Tinggi
2 46 88 0.78 Tinggi
3 43 91 0.85 Tinggi
4 43 92 0.86 Tinggi
5 45 82 0.67 Sedang
6 46 68 0.42 Sedang
7 45 88 0.78 Tinggi
8 42 87 0.78 Tinggi
9 44 78 0.61 Sedang
10 48 97 0.94 Tinggi
11 40 77 0.62 Sedang
12 40 84 0.74 Tinggi
13 39 87 0.78 Tinggi
14 42 90 0.83 Tinggi
15 47 87 0.76 Tinggi
16 38 78 0.64 Sedang
17 42 83 0.70 Tinggi
18 45 84 0.71 Tinggi
19 43 85 0.73 Tinggi
20 49 75 0.51 Sedang
Rata-Rata 0.72 Tinggi

l
DATA DESKRIPTIF LOKOMOTORIK

Statistics

PRETEST_LOK POSTEST_LOK
OMOTORIK OMOTORIK

N Valid 20 20

Missing 0 0

Mean 45.30 84.15

Median 44.50 85.50

Mode 44 88

Std. Deviation 4.041 7.191

Range 16 30

Minimum 39 68

Maximum 55 98

Sum 906 1683

Percentiles 100 55.00 98.00

PRETES LOKOMOTORIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mulai Berkembang 19 95.0 95.0 95.0

Berkembang Sesuai
1 5.0 5.0 100.0
Harapan

Total 20 100.0 100.0

POSTEST_LOKOMOTORK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berkembang Sesuai


2 10.0 10.0 10.0
Harapan

Berkembang Sangat Baik 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

li
DATA DESKRIPTIF NON LOKOMOTORIK

Statistics

PRETEST_NONLOKO POSTEST_NONLOKOM
MOTORIK OTORIK

N Valid 20 20

Missing 0 0
Mean 42.55 84.60
Median 43.00 86.00
Mode 38 87
Std. Deviation 5.472 6.793
Variance 29.945 46.147
Range 20 29
Minimum 35 68
Maximum 55 97
Sum 851 1692

PRETES_NONLOKOMOTORIK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mulai Berkembang 19 95.0 95.0 95.0

Berkembang Sesuai
1 5.0 5.0 100.0
Harapan

Total 20 100.0 100.0

POSTEST_NONLOKOMOTRIK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berkembang Sesuai 2 10.0 10.0 10.0


Harapan

lii
Berkembang Sangat Baik 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

DATA DESKRIPTIF GERAK MANIPULATIF

Statistics

PRETEST_MAN POSTEST_MAN
IPULATIF IPULATIF

N Valid 20 20

Missing 0 0
Mean 44.35 85.50
Median 43.00 87.00
a
Mode 42 87
Std. Deviation 4.464 6.428
Range 15 27
Minimum 37 70
Maximum 52 97
Sum 887 1710

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

PRETES_MANIPULATIF

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mulai Berkembang 19 95.0 95.0 95.0

Berkembang Sesuai
1 5.0 5.0 100.0
Harapan

Total 20 100.0 100.0

POSTEST_MANIPULATIIF

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

liii
Valid Berkembang Sesuai
1 5.0 5.0 5.0
Harapan

Berkembang Sangat Baik 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

UJI NORMALITAS DATA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST .107 20 .200* .979 20 .922


*
POSTEST .148 20 .200 .962 20 .578

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

UJI PAIRED SAMPEL T TEST

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 POSTEST 84.45 20 6.700 1.498


PRETEST 43.95 20 3.502 .783

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 POSTEST & PRETEST 20 .097 .683

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

Std. 95% Confidence


Std. Error Interval of the
Mean Deviation Mean Difference

liv
Lower Upper

Pair 1 POST
EST -
40.500 7.251 1.621 37.106 43.894 24.978 19 .000
PRET
EST

GRAFIK PERBANDINGAN PRETES DAN POSTEST

120

100
97
91 92 90
88 88 88 87 87 87
84 83 84 85
80 82
78 77 78
75
68
60
52
46 48 47 49
45 46 45 44 45
43 43 42 42 42 43
40 40 40 39 38

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

PRETEST POSTEST

lv
lvi

Anda mungkin juga menyukai