Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL

MODIFIKASI TINGKAH LAKU PADA

ANAK USIA DINI

Disusun Oleh :

Nama : Berlinda Fellysia

NPM : 2086207009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

SAMARINDA
2023
MODIFIKASI PERILAKU PADA ANAK USIA DINI
(Studi Kasus Implementasi Teknik Modeling dan Token ekonomi dalam proses
perubahan tingkah laku pada anak usia dini)
Yuki Widiasari, Desti Pujiati, No 1,Vol. 14

1. Latar belakang masalah


Modifikasi perilaku sebagai salah satu teknik mengubah perilaku memiliki
keunggulan dan kelemahan (Purwanta, 2012). Beberapa keunggulan modifikasi
perilaku antara lain : 1) Langkah-langkah dalam modifikasi perilaku dapat
direncanakan terlebih dahulu. Rencana dapat dimintakan persetujuan individu
yang akan diubah perilakunya, sehingga akan lebih kooperatif, 2) Perincian
pelaksanaan dapat diubah selama perlakuan/ terapi berlangsung. Perubahan
yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan klien, 3) Bila dari hasil monitoring
ternyata suatu teknik gagal atau kurang berhasil untuk menimbulkan
perubahan, segera dapat dideteksi dan diusahakan untuk digunakan teknik
penggantinya.4) Teknik-teknik yang dipakai dalam modifikasi perilaku dapat
diterangkan dan diatur secara rasional. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diramalkan dan dievaluasi secara objektif. 5) Waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan perubahan lebih singkat daripada menggantungkan perubahan
yang terjadi secara insight yang diperoleh subjek.
Pemilihan teknik modifikasi perilaku sangat bergantung pada jenis perilaku yang
akan diubah dan tujuan yang akan dicapai dalam pengubahan serta kemampuan
modifikator dalam melaksanakan modifikasi perilaku. Teknik modifikasi perilaku
yang dipilih dalam penelitian ini adalah : 1) Prosedur Peneladanan (Teknik
Modelling), Banyak perilaku manusia dibentuk melalui model yaitu dengan
mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru
dalam dirinya (Bandura, 1977). Prosedur meneladani adalah prosedur yang
memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan, di mana perilaku seseorang
atau beberapa orang teladan, berperan sebagai perangsang terhadap pikiran,
sikap, atau perilaku subjek pengamat tindakan untuk ditiru atau diteladani
(Soekadji, 1983). Blackham dan Silberman (1971) memberikan ramburambu
langkah dasar yang perlu diperhatikan dalam menggunakan prosedur
meneladani, 2) Tabungan Kepingan (Token Ekonomic), Tabungan kepingan
adalah suatu cara atau teknik untuk pengukuhan tingkah laku yang ditujukan
seseorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati, dengan
menggunakan hadiah untuk penguatan secara simbolik. Beberapa jenis kepingan
sebagai simbol pengukuhan yang sering digunakan antara lain bintang, sticker,
kancing, dll. Walker, Clement & Hedberg (1981) mengungkapkan bahwa ada
enam elemen pokok sebagai prinsip dalam tabungan kepingan.
2. Variabel penelitian
Modifikasi, Perilaku mal adaptif, anak usia dini
3. Subjek dan Instrumen penelitian
Subjek penelitian anak usia dini yang memiliki perilaku mal adaptif
Daftar Subjek Penelitian:
1. Alfino Jauzza Sovia 3 Thn (L) Membiasakan tidak ngompol
2. Aqila Syafiqa Zayyan 2,5 Thn (P) Membiasakan pipis di kamar mandi/
membiasakan suka makan sayur
3. Atma Hanan Al Fadhil 2 Thn (L) Membiasakan bilang sebelum BAK dan BAB/
membiasakan suka makan sayur
4. Shafa Attaqi Anfisyah 8 Thn (P) Membiasakan suka makan sayur
5. Baharizky Fardiyansah 7 Thn (L) Menghilangkan sikap tidak menang sendiri
6. Khayatun Nisa 5 Thn (P) Membiasakan makan buah-buahan
7. M. Fatih 7 Thn (L) Menghilangkan kebiasaan bohong
8. Aderisky Citra A 4 Thn (P) Membiasakan makan teratur
9. Anita Marsya N F 8 Thn (P) Pembiasaan mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
10. Nahdya Khoirun Nisa 8 Thn (P) Membiasakan berbicara sopan
11. Naufal Shendyanthoro 2 Thn (L) Membiasakan berdoa sebelum makan
12. Muhammad Raffi R 3 Thn (L) Menghilangkan kebiasaan nonton TV dengan
jarak dekat. Pemilihan subjek menggunakan purposive sampling
Instrumen penelitian
yang digunakan adalah observasi dan wawancara
4. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi perilaku pada anak usia dini
dapat digunakan untuk mengubah perilaku, baik menambahkan kebiasaan positif
maupun mengurangi kebiasaan negatif.
5. Pendapat Anda mengenai penelitian ini
Metode yang digunakan dalam penelitian ini sangat efektif, token economy
mudah didapatkan juga sangat disukai oleh anak-anak.
Efektivitas Permainan Bola Basket Modifikasi terhadap
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5- 6 Tahun
Ardhana Reswari, No 1, Volume 6 (2022)

1. Latar belakang masalah


Kemampuan motorik kasar yang perlu dikembangkan pada anak adalah
kemampuan melompat. Anak harus menguasai gerakan ini dengan memiliki
kemampuan koordinasi motorik, memiliki perencanaan dalam hal bergerak, dan
keseimbangan yang baik dalam melakukan gerakan melompat tersebut. Pada
perencanaan gerak, dibutuhkan kemampuan otak untuk melakukan
perencanaan gerak dan kemudian dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk
gerak yang terkoordinasi. Suatu hal berbeda akan terjadi bagi anak yang
memiliki kemampuan perencanaan gerak yang tidak berkembang dengan baik
karena faktor kurangnya stimulasi. Hal tersebut akan mengakibatkan anak
bermasalah dalam keseimbangannya. Anak akan lebih mudah lelah dan akan
mempengaruhi konsentrasi.
Salah satu strategi yang tepat untuk mestimulasi kemampuan motorik kasar
anak yaitu bermain. Melalui bermain, anak belajar mengenali diri dan dunia di
sekitarnya dengan eksplorasi dan meneliti berbagai hal yang dilihat, didengar
dan dirasakannya. Mutiah (2012) juga menyatakan bahwa bermain sangat
penting bagi anak usia dini pada kegiatan fisiknya karena memberikan kontribusi
besar pada perkembangan kognitif, fisik, sosial dan emosional. Hasil penelitian
dari The Smithsonian Institute, juga menjelaskan bahwa dalam PAUD
pembelajaran paling efektif bila melalui pendekatan konkrit dan berorientasi
pada bermain (Yus, 2011). Namun, kenyataan di lapangan berdasarkan hasil
observasi awal pada beberapa sekolah TK di daerah Ngajum Kabupaten Malang,
kegiatan pembelajaran di TK, khususnya pada kemampuan motorik kasar sering
sekali tidak memfasilitasi untuk bergerak dengan intensitas yang baik, sehingga
anak kurang menguasai gerak dasar. Salah satu faktornya yang menyebabkan
indikasi motorik kasar rendah, yaitu guru kurang memahami cara
mengimplementasikan gerakan-gerakan fisik yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Pembelajaran motorik kasar yang dilakukan belum
memiliki formulasi yang jelas, mulai dari kegiatan pendahuluan sampai
penutupan. Selain itu, faktor interen dari anak sendiri yang kurang berani atau
percaya diri, keseimbangan, koordinasi gerak dan postur tubuh yang kurang
benar dalam setiap melakukan gerakan. Selain itu, guru juga lebih memfokuskan
pada peningkatan kemampuan kognitif anak, khususnya kemampuan calistung.
Sehingga kondisi ini lah yang menyebabkan kurang terstimulasinya secara benar
dan tepat untuk kemampuan motorik kasar anak. Beberapa data hasil observasi
pun menunjukkan bahwa anak usia 5-6 tahun masih mengalami keterlambatan
dalam kemampuan motorik dasar atau fundamental skills. Anak mengalami
ketidakmampuan dalam mengontrol gerakan tubuh dengan baik, seperti
melompat, meloncat, melempar dan menangkap bola dengan tepat, serta
keseimbangan tubuh dalam berjalan dan berlari.
Permainan dapat memberikan kontribusi besar untuk perkembangan fisik
motorik dan sosial emosioal anak (Theobald et al., 2015). Permainan yang
banyak mengandung unsur gerakan tubuh, seperti berlari, melompat,
melempar, menangkap dan memasukkan bola tepat sasaran, melatih
konsentrasi atau berpikir anak serta dilakukan di luar ruangan, mengajak anak
bersosialisasi dengan temannya adalah permainan bola basket yang dimodifikasi
sesuai karakteristik anak usia 5-6 tahun. Hal tersebut juga diperkuat oleh Sitepu
(2018) yang mengemukakan bahwa melalui permainan bola basket, anak akan
bergerak lebih aktif, dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan
gerak-gerak dasar serta memberikan manfaat kesehatan bagi diri anak. Selain
itu, bermain bola basket dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan
bagi anak.
Pada penelitian ini, pemodifikasian permainan bola basket bertujuan untuk lebih
meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak, khususnya memacu otot-
otot besar anak, mengontrol gerakan tubuh, meningkatkan, mengembangkan
dan mengkoordinasikan untuk kemampuan fisik motorik yang sehat, kuat,
terampil dan lincah. Hal baru dalam penelitian ini yaitu peneliti akan lebih
menekankan pada kegiatan bermain yang dirancang dengan kegiatan permainan
yang menyenangkan dalam hal lempar tangkap bola (bounce and chess pass),
dribble and shooting bola, dan bermain bola basket modifikasi dengan formasi 4
vs 4. Pemodifikasian pada permainan ini juga disesuaikan dengan aturan
bermain, jumlah pemain, tinggi ring, ukuran bola, dan lapangan. Selain dapat
meningkatkan motorik kasar pada anak, pemodifikasian permainan ini juga akan
mengembangkan kecerdasan kinestetik, interpersonal, visual spasial dan logikal
matematik yang belum ada pada hasil penelitian terdahulu.
2. Variabel penelitian
Permainan bola basket modifikasi; kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun.
3. Subjek dan Instrumen penelitian
Subjek
1. RA Diponegoro
2. TK Bhayangkari
3. TK Al Huda
4. TK Darul Falah
5. TK Dharma Wanita
Instrumen penelitian
Eksperimen/ percobaan
4. Hasil penelitian
Terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun
dengan pemberian perlakuan permainan bola basket modifikasi. Pada kelompok
eksperimen anak lebih unggul dalam menguasai tugas gerak dalam hal
koordinasi, keseimbangan, kekuatan dan kelentukan pada keterampilan
menangkap, melempar, mendribble, dan memasukkan bola ke ring basket
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Temuan lain yang peneliti temukan pada saat pelaksanaan permainan bola
basket modifikasi untuk anak usia 5-6 tahun, yaitu anak merasa senang dan
sangat antusias dalam mengikuti arahan dari guru dan anak mulai mampu untuk
bekerja sama dalam bermain bola basket modifikasi dengan timnya. Pemberian
penguatan- penguatan positif atau reinforcement kepada anak akan membuat
anak menjadi lebih semangat untuk mau melakukan permainan bola basket,
sehingga ketika anak gagal dalam bermain, anak mau mengulang kembali dan
berhasil melakukannya dengan baik. Selain itu, melalui permainan bola basket
yang telah dimodifikasi ini dapat mengembangkan beberapa kecerdasan, antara
lain:
1) kecerdasan kinestetik (anak mampu untuk menguasai tugas gerak dasar
dengan baik dan terlatih dalam mengendalikan gerak tubuhnya),
2) kecerdasan interpersonal (melatih anak untuk memahami motivasi dan
keperibadian temannya dan adaptasi dengan timnya),
3) kecerdasan visual spasial (saat bermain, anak dilatih untuk bisa memahami
kondisi lapangan dan posisi setiap anak dalam formasi, dibutuhkan untuk
kemampuan menganalisa ketepatan melempar bola ke ring),
4) kecerdasan logikal matematik (anak dilatih untuk memahami strategi bermain
dalam menyerang, bertahan dan memasukkan bola).

5. Pendapat Anda mengenai penelitian ini


Metode yang digunakan dalam kasus ini yaitu sangat bagus yaitu metode bermain
basket, anak antusias dan senang sekali saat bermain. Metode ini disamping untuk
menguatkan motorik kasar anak juga dapat mengembangkan beberapa kecerdasan
lain.
Penggunaan Modifikasi Perilaku Tipe Reward Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Anak Usia Dini
Sunaring Retno Astrini PG-PAUD Universitas Sebelas Maret
No 2, Vol. 5 (2021)

1. Latar belakang masalah


Menurut (Nasrudin, 2015) menyatakan bahwa hadiah (reward) merupakan suatu
bentuk pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa guna mendorong siswa untuk
melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sejalan
dengan pendapat di atas menurut Shoimin dalam menyatakan bahwa reward sebagai
alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, telah
berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau tercapainya sebuah
target. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa reward merupakan
suatu bentuk, cara, atau strategi yang digunakan oleh guru untuk membangkitkan,
menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah agar
seluruh siswa terdorong untuk melakukan usahausaha berkelanjutan dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan pengajaran.Bentuk-bentuk dari hadiah ini bisa berupa
pemberian, ganjaran, bentuk kenang-kenangan, penghargaan, atau imbalan.
Permasalahan yang saat ini terjadi, banyak kasus anak yang tidak memperhatikan
guru, sibuk dengan kesibukan masing-masing dan mereka sangat terlihat tidak
bersemangat dalam mengikuti proses belajar.

2. Variabel penelitian
Reward, motivasi belajar, anak usia dini
3. Subjek dan Instrumen penelitian
Subjek :
Anak usia dini
Instrumen penelitian:
Observasi dan pengumpulan data/ informasi
4. Hasil penelitian
Hasil analisis studi teoritis menunjukkan bahwa penggunaan modifikasi perilaku tipe
reward dapat meningkatkan motivasi belajar anak usia dini. Ini karena pemberian
reward anak akan semangat dan termotivasi untuk melakukan sesuatu dalam belajar.
Selain fungsi tersebut reward dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Sesorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkn hasil yang baik.

5. Pendapat Anda mengenai penelitian ini


Penelitian ini sangat menginspiratif bagi pembaca karena metode yang digunakan
efektif untuk meningkatkan motivasi anak usia dini, karena anak suka dengan reward.
Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini untuk Mengatasi Temper
Tantrum pada Anak
Miftakhul Falaah Imtikhani Nurfadilah , No 1, Vol. 10(2021)

1. Latar belakang masalah


Menurut Hasan dalam (Sembiring dkk., 2017) Temper tantrum merupakan luapan
emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Tantrum terjadi pada anak yang aktif
dengan energi yang melimpah. Menurut Chaplin dalam (Syamsuddin, 2013) Temper
tantrum merupakan suatu bentuk ledakan emosi kuat sekali, disertai rasa marah,
serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, menghentak-hentakkan kedua kaki dan
tangan ke lantai atau tanah. Anak yang memiliki luapan emosi luar biasa, biasanya
juga memiliki ketidakmampuan dalam mengungkapkan atau mengkomunikasikan diri
dan keinginannya. Kejadian ini seringkali muncul pada anak usia 15 bulan sampai 5
tahun. Tantrum sering terjadi oleh anak, tetapi apabila hal ini tidak ditangani dengan
tepat, maka dapat menimbulkan perilaku negatif pada anak seperti agresif dan
menyakiti dirinya sendiri (self harm) maupun menyakiti orang lain di masa
mendatang. Laforge (2002) dikutip dari (Rahayuningsih, 2014) mengungkapkan
apabila perilaku tantrum pada anak terlambat untuk ditangani oleh orang tua, maka
perilaku tantrum akan menjadi sifat yang menetap pada anak ketika menjelang
dewasa. Orang tua maupun pendidik dituntut untuk dapat bertindak dengan tepat
dalam mengatasi perilaku tantrum pada anak. Apabila orang tua dan pendidik keliru,
maka mereka dapat kehilangan kesempatan dalam mengajarkan anak untuk dapat
meluapkan emosinya secara normal, misalnya, marah, takut, kesal maupun kecewa.
Untuk menangani anak temper tantrum, diperlukan strategi khusus agar perilaku
tantrum pada anak tidak mengganggu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satu strategi dalam mengatasi anak temper tantrum adalah melalui modifikasi
perilaku. Munawir Yusuf dan Edy Legowo (2007) dikutip dari (Purwanti, 2014) yang
menyatakan bahwa Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik untuk merubah
perilaku yang dapat dilakukan oleh orang tua ataupun guru untuk merubah tingkah
laku peserta didik melalui prosedur yang sistematis dan berdasarkan pada prinsip-
prinsip teori pembelajaran prinsip belajar untuk mengadakan perubahan. Modifikasi
perilaku dalam (Korohama & Bali, 2020) digunakan untuk membantu dalam
mengembangkan perilaku baru ( untuk mengatasi defisit perilaku) dan untuk
membantu berhenti terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan (untuk mengurangi
akses perilaku).
Modifikasi perilaku merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk merubah perilaku-
perilaku menyimpang pada manusia, termasuk perilaku temper tantrum pada anak.
Sejalan dengan pernyataan di atas, artikel ini mengkaji tentang modifikasi perilaku
pada anak usia dini untuk mengatasi perilaku temper tantrum yang terjadi pada anak
usia dini.

2. Variabel penelitian
Anak usia dini, temper tantrum, modifikasi perilaku
3. Subjek dan Instrumen penelitian
Subjek penelitian Anak usia dini dan Instrumen yang digunakan adalah pengumpulan
data/ informasi

4. Hasil penelitian
Hasil analisis studi teoritis menunjukkan bahwa modifikasi perilaku dapat
menurunkan perilaku temper tantrum pada anak usia dini. Hal ini dikarenakan,
penerapan modifikasi perilaku dengan pendekatan, teknik maupun metode tertentu
sesuai dengan kebutuhan anak yang membuat anak merasa aman, nyaman dan mampu
meredam emosinya sehingga perilaku temper tantrum pada anak dapat diatasi.
Dengan modifikasi perilaku, anak dengan temper tantrum dapat tumbuh dan
berkembang, mampu memahami, mengelola dan mengekspresikan emosinya dengan
baik sehingga anak mampu bersosialisasi, berkomunikasi dan bereksplorasi terhadap
lingkungannya.

5. Pendapat Anda mengenai penelitian ini


Penelitian ini hanya menjelaskan secara umum tentang modifikasi perilaku yang dapat
menurunkan temper tantrum pada anak usia dini, tetapi tidak dijelaskan secara rinci
metode/ tekhnik pendekatan apa yang harus digunakan dalam modifikasi perilaku
tantrum pada anak.
MODIFIKASI PERILAKU TANTRUM MELALUI PERMAINAN
DAN METODE TIME-OUT PADA ANAK USIA DINI
Nandhi Azhari Nur Rohmah, No 2, Vol. 3(2021)

1. Latar belakang masalah


Temper tantrum merupakan salah satu ciri anak bermasalah dalam perkembangan
emosi seperti marah berlebihan, ingin merusak diri, dan barang-barangnya, tidak
dapat mengungkapkan apa yang diinginkan, takut yang sangat kuat sehingga
mengganggu interaksi denganlingkungannya. Juga sering kali memperlihatkan malu
hingga menarik diri dari lingkungan, dan hiper sensitif maksudnya sangat peka
sulit mengatasi perasaan tersinggungnya, dan pandangannya cenderung negative
bersikap murung (Herawati, 2012). Hal ini ditandai dengan kebiasaan mengamuk
yang sering dilakukan apabila anak mengetahui bahwa dengancara tersebut
permintaannya dapat dipenuhi. Semakin sering anak temper tantrum semakin tinggi
kecenderungannya untuk kembali memanfaatkan tantrum, ketika ia perlu
berkomunikasi mengeluh, atau melampiaskan energi dan emosinya yang terpendam.
Menurut penelitian, anak laki-laki lebih banyak membutuhkan perhatian
dibandingkan anak perempuan untuk mencapai suatu kemandiriankarena
perkembanga anak laki-laki dibagian otak depan yang berfungsi untuk mengenali
rangsangan penting sebagai pengendalian diri lebih lambat daripada anak perempuan.
Hal ini membuktikan bahwa anak laki-laki lebih cenderung emosi secara fisik
sedangkan anak perempuan lebih menunjukkan bentuk verbal saat temper tantrum
terjadipada anak.Temper tantrum membuat orang di sekitarnya terpicu emosinya,
mereka dapat menjadi bingung, malu, cemas, merasa bersalah, benci, kecewa dan
tidak berdaya. Malahan bila anak sedang temper tantrum dibujuk sering kali terjadi
kebalikannya, anak semakin menjadi-jadi perilakunya ia menjerit, membanting-
bantingkan diri bahkan mungkin menggunakan bahasa yang kotor.

2. Variabel penelitian
Modifikasi, anak usia dini, tantrum, metode time-out

3. Subjek dan Instrumen penelitian


Subjek: anak usia dini
Instrumen penilaian : Pengumpulan data/ informasi
4. Hasil penelitian
Perlakuan rasa kasih sayang dan cinta kasih, serta menghadapi anak dengan tenang,
mengajak anak berbicara dengan hati yang tulus, bahasa yang halus dan nada yang
lembut dengan pelukan cinta orang tua dapat mengatasi perilaku tantrum
anak .Perilaku tantrum dapat juga diatasi melalui strategi time-out

5. Pendapat Anda mengenai penelitian ini


Metode Time-out bermanfaat, anak akan tampak lebih bahagia bagi anak yang
sudah terampil dalam mengendalikan kemarahannyadisini anak akan merasa bahwa
lingkungan menerimanya. Meskipun keberhasilan metode time-out tentunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Anda mungkin juga menyukai