Anda di halaman 1dari 10

KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No.

4 Bulan Desember 2020

Jurnal Kumara Cendekia

https://jurnal.uns.ac.id/kumara

PENERAPAN PERMAINAN LARI ESTAFET MODIFIKASI


UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MOTORIK ANAK USIA 5-6 TAHUN

Khontri Aminatun1, Upik Elok Endang Rasmani1, Muhammad Munif Syamsuddin1


1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Sebelas Maret
E-mail: khontriaminatun@gmail.com, upikelok@staff.uns.ac.id, wandamunif@staff.uns.ac.id

ABSTRAK

Kompetensi motorik merupakan aspek penting yang harus dikembangkan pada anak usia dini sebagai
persiapan pada kompetensi selanjutnya. Kompetensi motorik dapat dikembangkan melalui permainan
lari estafet modifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi motorik anak usia 5-6
tahun melalui penerapan permainan lari estafet modifikasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah anak dan
guru. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui unjuk kerja, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui penerapan permainan lari estafet modifikasi terdapat peningkatan pada
kompetensi motorik anak yaitu pada pratindakan sebesar 47%, siklus I sebesar 60% dan siklus II sebesar
87%. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan keberhasilan anak dalam kompetensi motorik
seperti berlari pada jalur zig-zag, melompat pada bidang engklek dan berjalan maju pada garis lurus.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui penerapan permainan lari estafet
modifikasi dapat meningkatkan kompetensi motorik anak usia 5-6 tahun.

Kata Kunci : Kompetensi motorik, lari estafet modifikasi, anak usia 5-6 tahun

ABSTRACT

Motor competence is an important aspect that must be developed in early childhood as preparation for
further competencies. Motor competence can be developed through modified relay running games. This
study aims to improve motor competence in children aged 5-6 years TK Pertiwi 02 Gedong
Karanganyar through the application of modified relay running games. This research employed
Classroom Action Research (CAR) was quantitative and qualitative approach. The data sources in this
study were children and teacher. Data collection techniques are carried out using performance methods,
observation, interviews and documentation. The data validity tes technique used was source
triangulation and technical triangulation. The result of the study showed that through the application
of the modified relay running gamehas an increase in the child’s motor competence in the pre-action
was 47%, in cycle I was 60% and in cycle II was 87%. This increase was proved by the child’s success
in motor competence such as running on the zig-zag track, jumping on the crank and going forward in
a straight line. Based on the data above, it can be concluded that through the application of modified
relay running games can improve children’s motor competence aged 5-6 years.

Keywords: Motor competence, run modification relay, children aged 5-6 years

369
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

PENDAHULUAN motorik secara tidak langsung dapat


Anak usia dini berkembang mempengaruhi aktivitas fisik melalui
dengan cepat dan berurutan melalui peningkatan partisipasi aktivitas fisik.
tonggak motorik. Anak yang sehat secara Peningkatan partisipasi aktivitas fisik
fisik maupun mental akan nampak selama masa kanak-kanak dapat
sangat aktif pada geraknya. Gerakan mempengaruhi aktivitas fisik selama
pada anak tersebut akan ditunjukkan tahun-tahun berikutnya (remaja dan
melalui berbagai variasi seperti berjalan, dewasa).
merangkak, melompat, berlari dan Kompetensi motorik berperan
sebagainya. Aktivitas gerak pada anak penting dalam aspek perkembangan
banyak dijumpai pada saat mereka anak dan berhubungan erat dengan
bermain bersama teman sepermainannya kesehatan (Syamsuddin, Pudyaningtyas,
di taman bermain maupun di sekolah. & Parwatiningsih, 2019). Anak-anak
Anak yang memiliki kompetensi yang mempunyai kesehatan dengan baik
motorik yang baik akan mempunyai akan menjadikan anak sehat secara fisik
peluang yang tinggi untuk terlibat pada dan lebih terampil dalam melakukan
aktivitas fisik dengan intensitas yang berbagai aktivitas. Anak yang
tinggi sehingga bisa terhindar dari mempunyai kompetensi motorik yang
penyakit kurang gerak yang dapat tinggi akan berdampak pula pada
menimbulkan biaya banyak untuk kesehatannya.
kesehatannya. Hasil observasi yang sudah
Penelitian dari Loprinzi, Davis dan dilaksanakan peneliti menemukan
Fu (2015) menyatakan bahwa pada masa permasalahan yang nampak pada anak
anak-anak dianggap sebagai aspek kelompok B yaitu pada indikator
penting untuk pengembangan aktivitas kompetensi motorik anak. Indikator
fisik yang memadai yang menjadikan tersebut ditunjukkan pada sikap anak
anak untuk menikmati setiap aktivitas yang sering meminta bantuan guru dan
fisiknya sehingga akan memberikan efek anak masih kesulitan dalam melakukan
jangka panjang pada kemampuan aktivitas fisik bersama temannya. Anak
geraknya. Aktivitas fisik memberikan juga lebih sering distimulasi pada
dampak pada kesehatan dimasa sekarang kemampuan kognitif dan motorik halus
ataupun masa mendatang. Kompetensi seperti membaca, menulis, berhitung,

370
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

mewarnai. Kompetensi motorik anak anak dapat melaksanakan kompetensi


terlihat masih perlu dioptimalkan pada motorik sebagai dasar motorik kasar
saat peneliti melakukan observasi pada masa mendatang. Kompetensi
pratindakan pada anak. Ada beberapa motorik dianggap sebagai elemen
aktivitas yang peneliti berikan untuk penting untuk perkembangan sosial,
anak antara lain berlari pada jalur zig- kognitif dan fisik anak karena pada masa
zag, melompat pada bidang engklek dan prasekolah ini adalah waktu yang ideal
berjalan maju pada sebuah garis. untuk mengembangkan kompetensi
Berdasarkan permasalahan diatas motorik mendasar.
maka diperlukan suatu solusi. Permainan Pendapat ahli Haugen dan
modifikasi merupakan alternatif yang Johansen (2018) menyatakan
dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi motorik adalah kemampuan
kompetensi motorik anak. Permainan untuk melakukan perilaku motorik yang
yang digunakan dalam penelitian ini terampil. Kompetensi ini harus dianggap
adalah permainan olahraga yaitu sebagai aspek penting dari
permainan lari estafet modifikasi. perkembangan selama masa kanak-
Pelaksanaan permainan olahraga ini kanak. Penelitian telah menunjukkan
disesuaikan dengan tahap perkembangan bahwa anak-anak dengan kompetensi
anak usia dini. Permainan dimodifikasi motorik rendah atau masalah koordinasi
dengan halang rintang seperti berlari zig beresiko mengalami berbagai kesulitan
zag, melompat pada bidang engklek dan psikologis dimasa anak-anak maupun
berjalan maju pada garis lurus. Lari dimasa remaja. Gangguan koordinasi
estafet dimodifikasi agar sesuai dengan secara signifikan berdampak pada
usia dan kebutuhan anak. Permainan kemungkinan keikutsertaan anak dalam
modifikasi ini dapat memberikan aktivitas fisik dan mempengaruhi kinerja
kesenangan bagi anak dan anak merasa keseluruhan pada komponen kebugaran
tertantang untuk mengeksplor fisik yang berbeda dan juga
kemampuan geraknya. menyebabkan terjadinya obesitas. Luz,
dkk. (2019) mendefinisikan kompetensi
Kompetensi Motorik
motorik sebagai kemampuan seseorang
Kompetensi motorik merupakan
untuk melakukan berbagai aksi atau
istilah yang dipahami secara global yang
keterampilan motorik yang melibatkan
menggambarkan tingkat dimana anak-

371
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

alat gerak dan keterampilan proyeksi terdapat inovasi-inovasi baru dalam lari
objek seperti melempar dan menendang. estafet itu misalnya dari segi bentuk,
Pendapat ahli diatas dapat manfaat, cara penggunaan tanpa
disimpulkan bahwa kompetensi motorik menghilangkan karakter semula.
merupakan suatu aspek penting yang Pendapat diatas dapat disimpulkan
harus dikembangkan sejak dini, dimana bahwa permainan lari estafet modifikasi
pada kompetensi motorik ini anak dapat adalah suatu permainan berantai pada
bergerak menghasilkan pola-pola program atletik yang melibatkan kerja
tertentu yang lebih efektif dan efisien sama antar tim yang dimulai dari start
dalam menyelesaikan tugas. sampai finish dengan membawa tongkat
untuk diberikan ke teman satu tim
Permainan Lari Estafet Modifikasi
dengan jarak tetentu.
Permainan merupakan alat untuk
anak menjelajahi dunianya sendiri dari METODE PENELITIAN
yang belum diketahui sampai yang Penelitian ini merupakan
diketahui anak dan dari yang tidak bisa penelitian tindakan kelas (classroon
melakukan sampai bisa melakukannya. action research) yang dilakukan dengan
Pendapat Guthrie (Gustiana, 2011) dua siklus dan setiap siklusnya
menyatakan bahwa lari estafet dilaksanakan dua kali pertemuan.
merupakan salah satu nomor lomba lari Penelitian ini menggunakan jenis
pada perlombaan atletik dalam pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
pelaksanaannya dilakukan secara Tempat penilitian dilaksanakan di TK
bergantian atau berantai. Lari ini Pertiwi 02 Gedong Karanganyar. Subjek
dilaksanakan secara bersambung dan pada penelitian ini adalah anak usia 5-6
bergantian dengan membawa tongkat tahun.
dimulai dari garis start sampai garis Data yang digunakan meliputi data
finish. Lari estafet yang dimaksud disini kuantitatif, berupa hasil penilaian
adalah lari estafet yang sudah mengenai kompetensi motorik pada anak
dimodifikasi sesuai dengan tahap yang didapat menggunakan rubrik
perkembangan anak. penilaian baik sebelum atau setelah
Modifikasi merupakan suatu diterapkannya tindakan. Data kualitatif
perubahan dari hal lama ke hal baru berupa informasi dari hasil observasi dan
(Lutan dalam Gustiana, 2011). Ini berarti hasil wawancara dengan guru untuk

372
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

mendapatkan segala bentuk informasi Berdasarkan tabel diatas dapat


mengenai kompetensi motorik anak dijelaskan bahwa persentase ketuntasan
sebelum dan setelah dilakukan tindakan. secara klasikal kompetensi motorik anak
Sumber data menggunakan pratindakan adalah 47% atau 7 anak
sumber data primer dari anak, guru, arsip yang mendapatkan nilai tuntas dan 53%
atau dokumen, buku dan jurnal. Sumber atau 8 anak mendapatkan nilai belum
data sekunder berupa foto atau video tuntas. Hasil skor yang didapatkan belum
mengenai aktivitas anak. Teknik mencapai target yang ingin dicapai yaitu
pengumpulan data berupa observasi, sebesar 75% sehingga kompetensi
wawancara, dan dokumentasi. Teknik uji motorik anak masih perlu untuk
validitasnya menggunakan triangulasi ditingkatkan. Pelaksanaan siklus I
sumber dan triangulasi teknik. Teknik mengalami peningkatan pada setiap
analisis data kuantitatif menggunakan indikatornya. Hal ini dapat dilihat tabel
analisis data komparatif, sedangkan persentase ketuntasan secara klasikal
teknik analisis data kualitatif dilakukan kompetensi motorik siklus I berikut ini:
dengan cara pengumpulan data, reduksi Tabel 2. Persentase Ketuntasan Klasikal
data, penyajian data dan penarikan Anak Siklus I
kesimpulan. Nilai F Persentase
Tuntas 9 60%
HASIL Belum 6 40%
Tuntas
Hasil penelitian menunjukkan Hasil ketuntasan kompetensi
bahwa kompetensi motorik anak dari motorik anak berdasarkan akumulasi
prasiklus, siklus I dan siklus II dari ketiga indikator yang digunakan
mengalami peningkatan. Persentase sebanyak 9 anak sudah tuntas dan 6 anak
ketuntasan klasikal sebelum tindakan belum tuntas. Meskipun hasil sudah
dapat dilihat pada tabel 1. menunjukkan adanya peningkatan,
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Klasikal namun persentase ketuntasan klasikal
Anak Sebelum Tindakan belum mencapai target yang sudah
Nilai F Presentase ditetapkan yaitu sebesar 75%. Anak-
Tuntas 7 47%
Belum Tuntas 8 53% anak terlihat lebih antusias dan bisa

Jumlah 15 100% dikondisikan untuk memenuhi aturan


permainan lari estafet modifikasi tetapi
masih terdapat beberapa anak yang

373
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

masih mengalami kebingungan untuk sehingga bisa didapatkan hasil yang


melakukan kegiatan sehingga masih lebih optimal.
perlu arahan dari guru. Anak yang masih Hasil penelitian ini menunjukkan
mengalami kebingungan menjadi dasar bahwa melalui permainan lari estafet
bagi peneliti dan guru untuk melakukan modifikasi dapat meningkatkan
tindakan pada siklus II dengan berbekal kompetensi motorik anak. Perbandingan
refleksi pada siklus I ini. hasil ketuntasan kompetensi motorik
Pelaksanaan siklus II mengalami dapat dilihat pada gambar 1.
peningkatan setelah adanya perbaikan.
Peningkatan dapat dilihat pada tabel 100 87
persentase ketuntasan secara klasikal 80
60
kompetensi motorik siklus II berikut ini: 60 53
47 49
Tabel 3. Persentase Ketuntasan Klasikal
40
Anak Siklus II
20 13
Nilai F Persentase
0
Tuntas 13 87% Pratindakan Siklus I Siklus II
Belum Tuntas 2 13% Tuntas Belum Tuntas
Gambar 1. Perbandingan Persentase
Ketuntasan Kompetensi Motorik Anak
Persentase ketuntasan klasikal
Berdasarkan gambar 1 dapat
siklus II sudah mencapai target yang
diketahui bahwa tingkat kompetensi
ditetapkan yaitu sebesar 75% sehingga
motorik anak mengalami peningkatan.
penelitian dihentikan pada siklus II. Pada
Hasil tersebut terlihat dari data pretest
siklus II anak sudah menunjukkan
pada saat pratindakan kompetensi
kompetensi motoriknya dengan baik
motorik anak mencapai nilai sebesar
karena telah mencapai target
47%, meningkat pada siklus I menjadi
keberhasilan yang sudah ditetapkan
60% dan siklus II sebesar 87%.
peneliti sebesar 75%. Guru memberikan
Berdasarkan data tersebut, permainan
motivasi dan semangat kepada semua
lari estafet modifikasi dapat
anak terutama kepada anak yang belum
meningkatkan kompetensi motorik.
mencapai skor ketuntasan. Guru juga
akan memberikan pengulangan lebih PEMBAHASAN
banyak pada anak yang belum tuntas Permainan lari estafet modifikasi
sebelum diterapkan masih terdapat anak

374
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

yang merasa kesulitan ketika melakukan pun kurang memberikan dukungan agar
indikator kompetensi motorik. Indikator anak mau fokus melakukan permainan
yang digunakan pada penelitian ini lari estafet modifikasi.
bersumber dari Utesch, dkk. (2016) dan Faktor yang mempengaruhi
Sun, dkk. (2010) yaitu berlari pada jalur kompetensi motorik anak berasal dari
zig-zag, melompat pada bidang engklek lingkungan keluarga maupun tempat
dan berjalan maju pada garis lurus. tinggal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Estevan, dkk (2018) yang menyatakan
dilaksanakan dengan menerapkan bahwa orang tua harus memberikan
permainan lari estafet modifikasi pada wawasan yang berharga untuk anak-
anak dapat meningkatkan kompetensi anak. Oleh karena itu disarankan bagi
motorik anak. orang tua dan guru untuk memberikan
Penemuan ini sejalan dengan contoh kompetensi motorik yang
Henrique, dkk (2016) yang menyatakan disesuaikan dengan tahap usia anak-
bahwa peningkatan kompetensi motorik anak. Faktor kedua berasal dari
dapat dilakukan melalui aktivitas fisik lingkungan tempat tinggal, hal tersebut
seperti kegiatan olahraga. Hal ini dapat diketahui bahwa lingkungan dan
mempunyai hubungan yang dinamis budaya setiap daerah berbeda-beda
antara kompetensi motorik dengan sehingga mempengaruhi kompetensi
kegiatan olahraga seperti berlari, motorik setiap anak. Setiap daerah
berjalan, melompat, dan lain-lain. memiliki strategi dan kebijakan masing-
Hasil penelitian tindakan kelas pada masing dalam mendorong
anak menunjukkan 13 dari 15 anak perkembangan anak. Lingkungan akan
tuntas pada ketiga indikator. Indikator sangat berperan penting dalam tumbuh
berjalan maju pada garis lurus dan berkembangnya anak, terutama pada
merupakan indikator dengan ketuntasan lingkungan keluarga. Selain itu, anak
tertinggi, sedangkan indikator melompat kurang percaya diri sehingga
pada bidang engklek dengan ketuntasan menyebabkan kurang optimal dalam
terendah. Batas ketuntasan rendah melakukan gerakan untuk meningkatkan
dikarenakan pada saat pembelajaran kompetensi motoik anak.
anak sering menghampiri orang tuanya Berdasarkan uraian diatas
yang menunggu di sekolah, orang tuanya peningkatan yang terjadi pada

375
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

kompetensi motorik anak karena melibatkan aktivitas fisik, anak harus


dampak dari penerapan permainan lari melakukan kegiatan secara urut sehingga
estafet modifikasi. Permainan lari estafet anak harus mengingat dan anak harus
modifikasi ini merupakan permainan fokus selama melakukan pembelajaran.
yang efektif untuk meningkatkan Permainan lari estafet modifikasi
kompetensi motorik. Penerapan terdapat kegiatan melompat yang dibuat
pembelajaran pada gerak motorik yang dari media berbentuk lingkaran dan
sudah dimodifikasi membuat anak lebih persegi, ketika kegiatan melompat anak
antusias dan bersemangat dalam harus bisa membedakan rintangan yang
melakukan berbagai aktivitas fisik pada berbentuk lingkaran anak melompat
tahap usia berikutnya. Manfaat dari dengan satu kaki dan berbentuk persegi
pengembangan kompetensi motorik ini anak melompat dengan dua kaki serta
yaitu tingkat kompetensi motorik yang dalam melakukan kegiatan anak harus
lebih tinggi terbukti secara positif dapat bekerja sama dengan timnya sehingga
meningkatkan kemampuan tubuh untuk kemampuan kognitif dan sosial
meningkatkan aktivitas fisik yang lebih emosional anak juga dioptimalkan
intens dan berkesinambungan dengan melalui permainan modifikasi ini. Maka
melibatkan sekelompok otot besar. dapat disimpulkan bahwa selain untuk
Kompetensi motorik ini penting untuk meningkatkan pada aspek motorik,
meningkatkan kinerja akademik anak permainan lari estafet modifikasi juga
dimasa prasekolah dan masa dewasa efektif dalam mengembangkan
nantinya dan kompetensi motorik ini kemampuan kognitif dan sosial
dapat mengurangi resiko obesitas atau emosional anak. Gustiana (2011)
kelebihan berat badan pada anak. berpendapat bahwa permainan
Temuan lain yang peneliti dapatkan modifikasi dapat digunakan untuk
pada penerapan permainan lari estafet menstimulasi anak pada kemampuan
modifikasi selain memberikan motoriknya dan untuk mengembangkan
peningkatan pada kompetensi motorik kemampuan kognitif anak dalam hal
anak juga memberikan pengaruh pada berfikir serta kemampuan sosial
aspek kognitif dan sosial emosional. emosional anak dalam mengendalikan
Permainan lari estafet modifikasi terdiri emosinya untuk bekerja sama dengan
dari serangkaian kegiatan yang orang lain.

376
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

SIMPULAN DAN SARAN 2. Bagi Sekolah


Hasil akhir dari penelitian ini Pihak sekolah lebih memberikan
bahwa melalui penerapan permainan lari dorongan dan pengetahuan bagi guru
estafet modifikasi dapat meningkatkan kelas agar lebih memberikan kegiatan
kompetensi motorik anak. Peningkatan yang menarik minat anak dan
kompetensi motorik ditunjukkan dari menyenangkan, namun disesuaikan juga
indikator berlari pada jalur zig zag, dengan tingkat perkembangan anak.
melompat pada bidang engklek dan 3. Bagi Peneliti Lain
berjalan maju pada garis lurus. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
Berdasarkan hasil penelitian dan referensi guna menyelesaikan
simpulan, peneliti memberikan saran permasalahan yang serupa. Penerapan
sebagai berikut: permainan lari estafet modifikasi ini
1. Bagi Guru dapat digunakan sebagai contoh bagi
Guru sebaiknya dapat memberikan penelitian selanjutnya dan dapat
kegiatan yang menarik bagi anak dan dikembangkan lagi sesuai tingkat
menyenangkan sehingga anak merasa perkembangan anak yang dapat
antusias untuk mengikuti proses meningkatkan kompetensi motorik anak.
pembelajaran. Mengingat kompetensi
motorik pada anak itu perlu dilatih sejak
dini dalam aktivitas fisik, maka guru
dapat menggunakan kegiatan yang
melibatkan aktivitas fisik, salah satunya
menggunakan permainan lari estafet
modifikasi.

377
KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 4 Bulan Desember 2020

005
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuddin, M. M., Pudyaningtyas, A. R.,
& Parwatiningsih, S. A. (2019).
Estevan, I., Molina-García, J., Bowe, S. J.,
Kompetensi motorik anak usia dini.
Álvarez, O., Castillo, I., & Barnett, L.
Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan
M. (2018). Who can best report on
Dikmas. 14(2), 123–132.
children’s motor competence: parents,
http://doi.org/10.21009/JIV.1402.5
teachers, or the children themselves?
Psychology of Sport and Exercise, 34, Sun, S., Zhu, Y., Shih, C., Lin, C., & Wu,
1–9. S. K. (2010). Development and initial
https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2 validation of the preschooler gross
017.09.002 motor quality scale. Research in
Developmental Disabilities, 31, 1187–
Haugen, T., & Johansen, B. T. (2018).
1196.
Difference in physical fitness in
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2010.08
children with initially high and low
.002
gross motor competence: a ten-year
follow-up study. Human Movement Utesch, T., Bardid, F., Huyben, F., Strauss,
Science, 62(October), 143–149. B., Tietjens, M., De Martelaer, K.,
https://doi.org/10.1016/j.humov.2018. Lenoir, M. (2016). Using rasch
10.007 modeling to investigate the construct
of motor competence in early
Henrique, R. S., Ré, A. H. N., Stodden, D.
childhood. Psychology of Sport and
F., Fransen, J., Campos, C. M. C.,
Exercise, 24, 179–187.
Queiroz, D. R., & Cattuzzo, M. T.
https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2
(2016). Association between sports
016.03.001
participation, motor competence and
weight status: a longitudinal study.
Journal of Science and Medicine in
Sport, 19(10), 825–829.
https://doi.org/10.1016/j.jsams.2015.1
2.512

Loprinzi, P. D., Davis, R. E., & Fu, Y. C.


(2015). Early motor skill competence
as a mediator of child and adult
physical activity. Preventive Medicine
Reports, 2, 833–838.
https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2015.
09.015

Luz, C., Cordovil, R., Rodrigues, L. P.,


Gao, Z., Goodway, J. D., Sacko, R. S.,
Stodden, D. F. (2019). Motor
competence and health-related fitness
in children: a cross-cultural
comparison between portugal and the
united States. Journal of Sport and
Health Science, 8(2), 130–136.
https://doi.org/10.1016/j.jshs.2019.01.

378

Anda mungkin juga menyukai