Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF PERMAINAN

SIAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR


ANAK DI KELOMPOK B TK KARTIKA II. 3 PALEMBANG

SKRIPSI

oleh

Mufida Ulfa

NIM: 0614121924078

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan manusia berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun
2003), meskipun beberapa ahli mengatakan anak balita dengan rentang usia 0-8
tahun. Menurut Beichler dan Snowman (dalam Dwi Yulianti, 2009: 7), anak usia
dini adalah anak dengan rentang usia antara 3-6 tahun. Sedangkan menurut
Mansur (2005: 88), Kelompok anak yang sedang berproses dalam perkembangan
dan pertumbuhan bersifat unik disebut dengan anak usia dini.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
adalah anak dengan rentang usia 0-8 tahun yang berada pada tahap pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Sehingga diperlukan stimulasi yang tepat
agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Masa usia dini (0-6 tahun) adalah masa emas yang berlangsung pada anak
dalam rentang perkembangan seorang individu, sehingga masa ini sering dikenal
dengan golden age. Pada masa ini, seorang anak berproses tumbuh kembang yang
amat luar biasa, baik dari segi fisik, motorik, emosi, kognitif maupun psikososial.
Perkembangan anak berlangsung secara keseluruhan dan juga saling berkaitan
dalam segala segi. Sehingga, untuk bertahap pada perkembangan-perkembangan
berikutnya, tahapan perkembangan anak sangat ditentukan oleh perkembangan
fisik dan motorik anak secara langsung maupun tidak langsung . Karena aktivitas
motorik anak menentukan perkembangan fisiknya, yang pada akhirnya akan
memberi pengaruh terhadap aktivitas dan perilaku sehari- hari

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak
usia 3 sampai 6 tahun, namun pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal
28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Lalu, pendidikan perlu diajarkan sejak anak sejak lahir sampai
berusia 6 tahun. Pendidikan usia dini adalah waktu yang penting dan memerlukan
perhatian dan penanganan sedini mungkin. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah salah satu bentuk dari penyelenggaraan pendidikan yang mendasar dan
fokus ke arah pertumbuhan dan perkembangan nilai agama dan moral, kognitif,
bahasa, sosial emosional, fisik motorik dan seni. Salah satu aspek perkembangan
yang menjadi fokus peneliti adalah aspek perkembangan motorik. Secara umum
perkembangan motorik terbagi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan
perkembangan motorik halus. Keterampilan motorik kasar akan menjadi topik
penelitian yang utama dalam penelitian ini.

Perkembangan motorik merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam


perkembangan anak usia dini. Perkembangan motorik sering dijadikan tolak ukur
bahwa anak tumbuh dan berkembang dengan baik dan sesuai dengan tahapannya.
Perkembangan motorik mencakup gerakan fisik yang terkoordinasi, sehingga
dibutuhkan berbagai stimulasi yang tepat dan sesuai untuk anak dalam
perkembangannya.

Stimulasi yang dapat diberikan oleh orang tua, guru serta lingkungan
sekitar bisa dengan menyediakan lingkungan belajar yang dan sarana yang tepat
untuk mengembangkan motorik anak usia dini. Upaya pemberian stimulasi ini
dilakkan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Mengawasi dan memberi
aktivitas motoric yang menyenangkan juga merupakan salah satu upaya yang
tepat untuk mendukung perkembangan motoric anak.

Gerakan motorik kasar ialah bagian dari aktivitas yang mencakup


keterampilan otot-otot besar yang mengutamakan kekuatan fisik serta
keseimbangan (Samsudin, 2008). Motorik kasar merupakan gerakan yang sangat
membutuhkan koordinasi bagian tubuh, otot, dan juga syaraf (Sujiono, 2010).
Tujuan dari pengembangan motoric kasar terhadap anak usia dini yaitu
memperkenalkan dan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar, melatih
gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan dan cara hidup sehat (Samsudin,
2008). Sedangkan, manfaat pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini
adalah membantu meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan dan cara hidup sehat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani anak yang kuat dan terampil (Sujiono, 2010).
Gerakan motorik kasar berupa gerak lokomotor,non-lokomotor dan gerak
manipulative.

Anak yang perkembangan keterampilan motoriknya baik akan lebih


mudah menyesuaikan diri di lingkungan sekitar. Sebaliknya, anak yang
keterampilan motorik tidak berkembang dengan baik akan cenderung merasa
tidak percaya diri. Hal ini berpengaruh kepada kurangnya rasa percaya diri anak
menjadi berkurang karena ketidakmampuannya dalam melakukan aktifitas yang
membutuhkan keterampilan motorik . Saat ini pendidikan lebih menekankan pada
kemampuan anak dalam membaca dan berhitung. Hal ini terjadi karena orangtua
yang menuntut sang anak untuk lebih pandai dalam membaca dan menghitung
sejak dini, padahal anak juga memerlukan kebutuhan dalam perkembangan sang
anak lainnya.

Bermain adalah cara belajar yang seharusnya diapatkan anak ketika di


sekolah, karena dunia anak adalah dunia bermain dan di kehidupan anak-anak,
sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Anak bermain
menggunakan mainan yang konkret (nyata). Dengan APE anak akan belajar
banyak hal melalui permainan yang dilakukan seperti anak mengenal warna,
ukuran, bentuk, besar kecil, berat ringan, kasar halus selain itu anak juga belajar
untuk mengelompokkan benda, ciri-ciri benda dan sifat-sifat benda. APE
menstimulasi anak untuk bisa bereksplorasi dan bereksperimen tentang dunia di
sekitarnya dalam rangka membangun pengetahuan diri sendiri (self knowledge).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada anak usia 5-6, dan
hasil wawancara dengan guru pamong kelas B, tingkat perkembangan motorik
kasar anak di TK Kartika II-3 Palembang sangat bervariasi, namun kemampuan
anak dalam keterampilan motorik kasarnya tidak berbeda jauh tingkat
perkembangannya. Ada beberapa anak yang masih ada yang belum bisa melempar
bola dengan menggunakan kedua tangannya dan menangkap lemparan bola dari
orang lain. Hal ini diduga karena salah satu factor kurangnya kegiatan motoric
yang diadakan dikelas sejak timbulnya pandemic covid-19. Yang mana
seharusnya anak usia 5-6 tahun sudah menguasai perkembangan motorik kasar
keterampilan motorik dasar, meliputi jalan, lari, lompat, loncat, dan keterampilan
menguasai bola seperti melempar, menendang dan memantulkan bola.

Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Alat Permainan Edukatif Permainan
Siaktif Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B di TK Kartika
II-3 Palembang”.

b. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah


sebagai berikut.

1. Kegiatan motoric dalam pembelajaran yang dilaksanakan di TK Kartika II-3


Palembang belum dapat meningkatkan pemahaman dan kurang memberikan
pengalaman langsung pada diri anak mengenai praktek kegiatan motoric kasar.

2. Kurang dilaksanakannya kegiatan motoric pada saat pembelajaran dikelas


dikarenakan pengurangan jam belajar dikarenakan pandemic covid-19

3. Metode pembelajaran yang mengembangkan motoric hanya dilakukan dengan


permainan bola kaki

4. Pendidik masih kurang dalam mengembangkan motoric kasar anak


menggunakan metode atau permainan lain

c. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh


alat permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak usia dini.

d. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh alat permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric


anak di Kelompok B TK Kartika II-3 Palembang?
2. Seberapa besar perbedaan pengaruh antara pengembangan motoric dengan
kegiatan yang biasa dilakukan dikelas dengan melalui permainan siaktif?

e Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan motoric kasar dengan alat permainan


edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak di Kelompok B TK Kartika II-
3 Palembang.

2. Mengetahui pengaruh pelaksanaan kegiatan motoric kasar dengan alat


permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak di Kelompok B TK
Kartika II-3 Palembang.

f. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi bagi pendidik yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai pengaruh pelaksanaan kegiatan motoric kasar dengan alat
permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak usia dini.

b. Memberikan sumbangan untuk pengembangan pendidikan, khususnya dalam


perkembangan motoric kasar.

c. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi perkembangan


metode mengajar pada anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu masukan dan acuan bagi sekolah
mengenai pentingnya memberikan kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik
dan inovatif melalui kegiatan pelaksanaan kegiatan motoric kasar dengan alat
permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak usia dini karena
menggunakan APE yang menggabungkan berbagai macam permainan

b. Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemampuan motoric terutama motoric kasar pada anak usia dini.

2) Meningkatkan penguasaan konsep perkembangan motoric kasar melalui


pengalaman praktik langsung.

3) Mendapatkan proses pembelajaran motoric yang lebih menarik dan lebih


bermakna.

c. Bagi Pendidik

1) Variasi metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan


keterampilan pendidik dan variasi dalam mengajar.

2) Mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan kegiatan motoric kasar dengan


alat permainan edukatif siaktif terhadap kemampuan motoric anak usia dini.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan


bagi pendidikan.

4) Anak usia dini dalam upaya menigkatkan hasil belajar dengan memperhatikan
aspek perkembangan anak usia dini sehingga anak dapat berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka. Juga dapat meningkatkan kemampuan
pendidik dalam mengembangkan metode pembelajaran yang mereka gunakan.

Anda mungkin juga menyukai