Anda di halaman 1dari 11

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan

Menggunting Pada Anak Usia Dini di Kelompok TK B Islam Terpadu


Al Mubarok Palembang

Ani Mayasari 1 dan Nihna Atho a Rosfalia2


1
Mahasiswa PGPAUD Universitas Terbuka
2
Dosen Pembimbing Artikel Ilmiah Universitas Terbuka
animayasari26@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan menggunting di TK Islam Terpadu Al Mubarok kelompok B yang berjumlah 19
anak, terdiri dari 8 perempuan dan 11 laki-laki. Pada kegiatan pembelajaran di TK Islam
Terpadu A Mubarok Palembang ditemukan adanya masalah yaitu kurangnya kemampuan
menggunting. Sering kali anak masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan menggunting.
Teknik pengumpuan data melalui observasi dan dokumentasi, Penelitian dilakukan dalam
dua siklus perbaikan pada semester II tahun Pelajaran 2022-2023. Tempat pelaksanaan di
TK Islam Terpadu Al Mubarok Palembang, siklus I pada tanggal 8 -12 Mei 2023 dan
siklus II pada tanggal 15-19 Mei 2023. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari hasil peningkatan pembelajaran
terlihat bahwa peningkatan kemampuan menggunting yang pada pembelajaran awal hanya
28%, meningkat menjadi 56% pada Siklus I dan 83% pada Siklus II. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan menggunting dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak TK Islam Terpadu Al Mubarok tahun ajaran 2022-2023.

Kata kunci: Kemampuan Motorik Halus, Menggunting, Anak Usia Dini.

1
Pendahuluan
Masa bayi awal adalah masa ketika seseorang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat bahkan ada yang mengatakan lompatan perkembangan.
Dibandingkan tahun-tahun selanjutnya, masa bayi awal memiliki rentang usia yang sangat
berguna karena kecerdasan berkembang dengan sangat cepat. Tahap kehidupan ini berbeda
dari yang lain karena melibatkan perubahan yang stabil dan terus-menerus seumur hidup
dalam bentuk pematangan, pertumbuhan, perkembangan, dan penyempurnaan jasmani dan
rohani.

Salah satu bentuk promosi tumbuh kembang anak usia dini adalah pendidikan anak
usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun dan memberikan insentif pendidikan yang mendorong
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan intelektual agar anak siap melanjutkan
pendidikan. Sebagaimana yang tertuang dalam pernyataan tersebut, pendidikan anak usia
dini adalah pendidikan yang mengutamakan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
utuh atau yang menekankan pada perkembangan anak secara utuh. Untuk memastikan
bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak dalam pendidikan anak usia dini sesuai dan
selaras dengan tujuan pendidikan anak usia dini.

Oleh karena itu PAUD memberikan kesempatan kepada anak untuk


mengembangkan kepribadian dan potensinya secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut,
lembaga pendidikan anak usia dini harus menawarkan berbagai kegiatan yang menarik
minat anak dan dapat mendukung berbagai aspek perkembangan, seperti: aspek kognitif,
linguistik, sosial, emosional, fisik dan motorik. Anak-anak menjalani proses perkembangan
yang disebut perkembangan motorik, yang berfokus pada pengoptimalan gerakan motorik
halus dan kasar, untuk mencapai kontrol atas gerakan tubuh mereka, termasuk gerakan otot
kecil dan besar. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua kategori yaitu gerak
motorik besar dan gerak motorik halus. Komponen besar tubuh anak harus dikoordinasikan
untuk melakukan gerakan kasar. seperti joging, bersepeda, berdiri dengan satu kaki, dan
melompat. Gerakan motorik yang baik, seperti ketangkasan dan ketepatan gerakan
pergelangan tangan, terjadi ketika tindakan tersebut hanya berdampak pada area tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan ini memerlukan sinkronisasi tangan-
mata yang teliti.

2
Keterampilan motorik halus membutuhkan sinkronisasi yang cermat.
menggabungkan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang memengaruhi bagian
tubuh tertentu dan otot kecil. Kemampuan motorik halus, menurut buku Sujiono, adalah
tindakan yang hanya memengaruhi bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, seperti kemampuan menggunakan jari dan melakukan gerakan pergelangan tangan
yang tepat. Karena tidak ada usaha yang terlibat, sinkronisasi mata- tangan yang tepat
diperlukan untuk tindakan ini. Anak-anak membutuhkan tambahan kemampuan fisik
serta perkembangan otak untuk mendukung keterampilan motorik halusnya.

Keterampilan motorik halus adalah keterampilan manipulatif halus yang


membutuhkan penggunaan tangan dan jari yang tepat, seperti menulis dan menggambar.
Keterampilan motorik halus fokus pada kemampuan mengkoordinasikan tangan dan
mata. Standar Kompetensi Kurikulum TK menyatakan bahwa tujuan pendidikan Taman
Kanak-kanak adalah untuk menunjang perkembangan berbagai keterampilan psikis dan
fisik anak, antara lain nilai-nilai moral dan agama, sosial- emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan keterampilan seni dasar, Itu sebabnya anak TK belajar
berbagai hal dari gurunya, seperti gerak halus. Gerakan motorik halus yang dapat
diamati di TK antara lain menyikat gigi, menyisir rambut, memakai sepatu sendiri,
menggunting, dll.

Anak-anak di taman kanak-kanak melalui proses yang disebut perkembangan


motorik yang memungkinkan mereka mempelajari keterampilan dan pola gerakan baru.
Anak-anak mengembangkan koordinasi tangan-mata yang akurat sambil
mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain belajar menggerakkan pergelangan
tangan, anak juga mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.

Semakin baik gerakan motorik halus anak maka semakin kreatif pula ia misalnya
memotong kertas, menyambung dua lembar kertas atau menganyam kertas. Namun,
tidak semua anak pada tahap yang sama memiliki kematangan untuk menguasai
keterampilan tersebut. Saat melakukan gerakan motorik halus, anak juga membutuhkan
dukungan keterampilan fisik dan kematangan mental (Sujiono, 2007:1.14).

Menurut Samsudin, penggunaan keterampilan motorik halus dapat meningkatkan


kemandirian, sosialisasi anak dan perkembangan pemahaman diri anak, serta dapat
bermanfaat dalam hal keterampilan dalam kegiatan sekolah. Sedangkan menurut
Moelichatoen (2004), motorik halus adalah “aktivitas yang menggunakan otot polos jari

3
tangan dan tangan. Gerakan ini merupakan keterampilan motorik”.

Tentunya untuk meningkatkan gerak halus anak taman kanak-kanak membutuhkan


bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menunaikan tugasnya sebagai guru taman
kanak-kanak agar anak benar-benar dapat berkembang secara optimal. Guru TK Islam
Terpadu Al Mubarok membantu mengembangkan kemampuan motorik dasar anak dan
mereka membantu meningkatkan gerak indah anak dengan cara mengenalkan dan melatih
gerak baik anak, meningkatkan kemampuan kepemimpinan, mengontrol gerakan tubuh dan
koordinasi serta meningkatkan kemampuan fisik Menunjang kuat, sehat dan pertumbuhan
fisik yang terampil.

Menurut temuan TK Islam Terpadu Al Mubarok, keterampilan motorik halus anak-


anak yang tertunda menunjukkan kurangnya keterampilan memotong di kalangan siswa.
Ketidakmaksimalan ini bersumber dari pengelolaan kelas yaitu penggunaan media untuk
mengembangkan kreativitas anak dan meningkatkan gerak halusnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh
guru di dalam kelas bekerjasama dengan rekan peneliti untuk meningkatkan keterampilan
menggunting anak. Penelitian ini dilakukan dalam dua periode dengan dua sesi pada setiap
periodenya. Menurut Kemiminen dan Mc. Taggart dikutip dalam buku (Rustiyarso, 2020),
penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan empat aspek utama, yang pertama yaitu
rencana. Rencana adalah tindakan yang disiapkan oleh guru sebagai peneliti dan bersama
rekan kerja berdasarkan pengamatan awal yang bijaksana. Dalam perencanan itu ada
mengidentifikasi dan menganalisa masalah, merumuskan latar belakang penelitian,
merumuskan masalah penelitian dan menentukan langkah-langkah untuk melakukan
tindakan, tindakan dalam PTK adalah tindakan yang dilakukan guru sebagai peneliti
secara sadar, terencana dan terkendali. Mengikuti tahapan pembelajaran RPP, tindakan
guru harus dibarengi dengan kemauan yang kuat untuk memperbaiki pembelajaran.
Observasi adalah observasi pembelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh guru dan
dokumentasi efek atau akibat dari tindakan tersebut dan yang terakhir adalah refleksi,
refleksi adalah kegiatan mengingat,mengkaji, dan menganalisis kembali tindakan yang
telah dilakukan dan dicatat dalam observasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang mengedepankan pembelajaran dan pemecahan masalah dalam

4
suatu pembelajaran dan dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik dan optimal.
Setelah mendapat nilai masing-masing peserta didik langkah selanjutnya kita menghitung
nilai peserta didik secara keseluruhan dan masing-masing tes akan dihitung dengan dua
tahap. Tahap pertama menghitung rata-rata nilai peserta didik . Triana, (2021;33-34 )
Rumus Rata-rata

X = ∑X

∑N

Ket :

X : Nilai rata-rata

∑X :Jumlah nilai peserta didik

∑N :Jumlah peserta didik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Hasil dari pelaksanaan kegiatan Siklus I. Hasil anak menggunting
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1 hasil pelaksanaan siklus 1

Nama
No BB MB BSH BSB
Anak
1. Ahmad BSH
2. Alandra MB
3. Alanna BSH
4. Aqila BSH
5. Arasely BSH
6, Azzahra BSH
7. Fatimah BSH
8. Vito BB
9. Nabily MB
10. Ghazy BSH
11. Mikayla BSH
12. Kindi BSH
13. Alfarizi MB
14. Pradipta BSH

5
15. Yusuf BSH
16. Zahid BSH
17. Shadella BSH
18. Rara BSH
19. Bagus MB
Jumlah 1 4 14
Rata-rata 5,26% 21,05% 73,69% 0%

Hasil Penelitian Hasil dari pelaksanaan kegiatan Siklus II dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.:

Tabel 2 hasil pelaksanaan siklus 1I

Nama
No BB MB BSH BSB
Anak
1. Ahmad
2. Alandra √
3. Alanna √
4. Aqila √
5. Arasely √
6, Azzahra √
7. Fatimah √
8. Vito √ √
9. Nabily √
10. Ghazy √
11. Mikayla √
12. Kindi √
13. Alfarizi √
14. Pradipta √
15. Yusuf √
16. Zahid √
17. Shadella √
18. Rara √
19. Bagus √
Jumlah 1 1 3 14
Rata-rata 5,26% 5,26% 15,79 % 73,69%

6
TABEL. 1.1 Instrumen Persentasi Data Siklus I

Nilai Jumlah Anak Persentase


BB 1 5,26 %
MB 4 21,05 %
BSH 14 73,69 %
BSB 0 0%
JUMLAH 19 100%

Keterangan :
BB = Belum berkembang
MB = Mulai berkembang
BSH = Berkembang sesuai harapan
BSB = Berkembang sangat baik

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 19 anak di kelas, tidak ada anak yang
mendapat nilai sangat baik 0%, sedangkan 14 anak mencapai hasil yang diharapkan dengan
persentase 73,69%. Terdapat 4 anak yang skornya mulai berkembang dengan persentase
21,69% dan sisanya 1 anak yang belum berkembang dengan persentase 5,26%.

Tabel Siklus 1

Siklus 1
16

14

12

10

0
BB MB BSH BSB

Jumlah Anak

7
TABEL. 2 .2 Instrumen Persentasi Data Siklus II

Nilai Jumlah Anak Persentase


BB 1 5,26 %
MB 1 5,26 %
BSH 3 15,79 %
BSB 14 73,69 %
JUMLAH 19 100 %

Keterangan :
BB = Belum berkembang
MB = Mulai berkembang
BSH = Berkembang sesuai harapan
BSB = Berkembang sangat baik

Dari tabel di atas terlihat bahwa informasi tentang keterampilan motorik halus
anak diperoleh dengan latihan pemotongan dari 19 anak di kelas, 14 anak memperoleh
hasil sangat baik dengan persentase 73,69%, 3 anak memperoleh nilai harapan dengan
persentase 15 79%, terdapat 1 anak menerima nilai mulai berkembang dengan
persentase 5,26% dan sisanya 1 anak menerima nilai tidak berkembang dengan
persentase 5,26%.
Tabel siklus II

Siklus II
16

14

12

10

0
BB MB BSH BSB

Jumlah Anak

8
PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di bidang menggunting adalah untuk
meningkatkan keterampilan menggunting anak. Menggunting adalah salah satu latihan
yang dapat membantu anak lebih fokus, melatih koordinasi tangan-mata, dan
meningkatkan gerakan jari, pergelangan tangan, dan tangan mereka. Selain itu,
pembedahan dapat membantu anak-anak belajar kesabaran, cara berpikir di luar kebiasaan,
dan cara menjadi lebih antusias dalam memperjuangkan masa depan.
Memotong adalah kegiatan memotong kertas, plastik, kain dan bahan lainnya dengan
gunting, baik sesuai pola maupun tidak, menggunakan koordinasi jari dan ketelitian mata
serta melatih peningkatan keterampilan motorik sejak dini. Memotong juga merupakan
kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak usia dini,
dimana otot-otot kecil seperti jari-jari sudah lentur saat memotong kertas, kain, plastik dan
benda lainnya. Selain itu, keterampilan bedah anak ketiga dan stimulasi yang masih
diberikan oleh pembedahan juga akan berkembang seiring waktu. Sehingga anak yang
belum tahu cara menggunakan gunting belajar cara menggunakan gunting kemudian
belajar cara memotong, walaupun tidak sesuai dengan polanya, barulah anak belajar,
setelah memotong sesuai dengan pola yang diberikan.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan menggunting ini dapat dijadikan sebagai
kegiatan yang merangsang motorik halus pada anak usia dini, sehingga merangsang
perkembangan motorik halus anak di TK Islam Terpadu Al Mubarok dan memberikan
kesempatan kepada setiap anak untuk mengikuti berbagai kegiatan. kegiatan kreatif dan
kegiatan inovatif yang dapat mengembangkan kreativitas. dan juga kreativitas seperti anak
kecil untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

KESIMPULAN
Menurut temuan penelitian, kegiatan memotong dapat membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan motorik halus mereka karena mereka dapat meningkatkan
rentang perhatian, koordinasi tangan-mata, dan kelenturan di tangan, pergelangan tangan,
dan jari mereka. Terjadi peningkatan akibat tindakan pemotongan yang dilakukan pada
siklus I dan II.

9
SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan penerapan perbaikan pembelajaran yang telah
dilakukan di TK B Islam Terpadu Al Mubarok Palembang maka guru diharapkan untuk
dapat lebih kreatif dalam memilih kegiatan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan
motorik anak sehinnga dapat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa (2014), Manajemen PAUD, PT Remaja Roda Karya, Bandung

Permendikbud No 137 tahun 2014 bab 1 pasal 1 ayat 10

Suyadi (2014), Teori Pembelajaran Anak Usia Dini, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung

Jendral Pembinaan Kesehtan Masyarakat 2012, Buku Deteksi Tumbuh Kembang

Balita, Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Sujiono (2007), Konsep Dasar Pendidikan, Universitas Terbuka: Jakarta

Masganti , Psikologi Perkembangan anak

Fitria Indriyani, Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Mellaui Kegiatan

Menggunting denagn berbagai media Pada Anak Usia Dini Di Kelompok A

TK Aba Gendingan Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta,

Universitas Negeri Yogyakarta

Sumantri (2005), Model Pngembangan Keterampilan Motorik anak Usia Dini.

Depdiknas, Dirjen Dikti: Jakarta


Alawiyah, Tuti, & Lailatul Parhaini. "UPAYA Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Dengan Bermain Lego Konstruktif Pada Anak Kelompok
A Paud Raudatul Jannah Desa Gengggelang Kecamatan Gangga. " Jurnal
Riset Pendidikan dan Pengajaran 1.2 (2022): 179-186.

Gultom, R. U., & Roihanati, S. (2015). Pengaruh Permainan Lego terhadap


Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun di RA Ibnu Halim Tj. Mulia Hilir
Medan. Jurnal Usia Dini, 1(2), 71-78.

Santi, A. M. (2013). Pengaruh Penerapan Permainan Lego terhadap Kemampuan


Kognitif Anak Kelompok A di TK Istana Balita Surabaya.". Jurnal Unesa.

Aristi, T. A., Purna, R. S., & Afriwardi, A. (2021). Pengaruh Pemberian Stimulasi
Permainan Konstruktif Lego terhadap Perkembangan Kognitif pada Anak
Prasekolah Usia 5 Sampai 6 Tahun. Menara Medika, 3(2).

Hani, U., Haniyah, S., & Cahyaningrum, E. D. (2022). Pengaruh Terapi Bermain
(Lego) Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia 3-6 Tahun Selama
Hostipilisasi Diruang Firdaus Rsi Banjar Negara. Borneo Nursing Journal
(BNJ), 4(1), 25-30.

11

Anda mungkin juga menyukai