Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KONSELING & PSIKOTERAPI INOVATIF

‘’Spiritual Emotional Freedom Technique’’

(SEFT)

Disusun Oleh:

KELOMPOK III

Amirah Handayani (18.3200.051)

Andi Ainun Muftia (18.3200.54)

Fitra Diswani (18.3200.062)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PARE-PARE
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan rahmat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “SEFT” sebagai
tugas pada Mata Kuliah Konseling dan Psikoterapi Inovatif. Salawat serta salam
kita kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Shalallahu alaihi
wasallam. sebagai suri tauladan bagi setiap Manusia.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kami meminta saran dan kritik kepada setiap pembaca agar makalah ini dapat
kami perbaiki nantinya. Semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat bagi
setiap pembaca.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah Swt. senantiasa
meridhahi segala usaha kita. Amin

Parepare, 21 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan ……..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................4

A. Pengertian SEFT……...................................................................................6
B. Cara Melakukan SEFT….………………………………………………8

C. Kelebihan SEFT………………………………………………………13

D. SELF-EFFICACY……………………………………………………14

E. Terapi Sufistik……………………………………………………….24

BAB III PENUTUP …................................................................................................27

A. Kesimpulan……………. .............................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................29


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Spritual emosional freedom technique (SEFT) Merupakan suatu terapi
psikologi yang pertama kali di tunjukkan untuk melengkapi alat psikoterapi yang
sudah ada. SEFT Adalah salah satu farian dari cabang ilmu baru yang di namai
energy psychology. Selain itu, SEFT Adalah gabungan antara spiritual power dan
energy psychology (Zainuddin, 2012).

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak
enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan
pingsan (Anurogo, ditto, wulandari,2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 01 Maret


2013 di SMP ZAHA 1 Genggong, pajarakan, probolinggo, menunjukkan bahwa
dari 10 responder remaja putrid usia 12-15 tahun dengan metode wawancara
didapatkan remaja putri yang mengalami dismenorea 7 orang (70%) dan remaja
putrid yang tidak mengalami dismenorea 3 orang (30%). dari 7 remaja putrid yang
mengalami dismenorea terdapat 6 orang (85,7%) remaja yang menangani
dismenorea dengan obat-obatan, 1 orang (14,3%) menangani dismenorea dengan
istirahat, dan tidak ada yang menangani dismenorea dengan terapi non
farmakologi (SEFT).

Terapi Spiritual Emosional Freedom Techique (SEFT) merupakan terapi


yang sangat mudah untuk di lakukan. proses belajar sangat cepat, tanpa obat-
obatan, dan tanpa melakukan prosedur diagnosis yang rumit. hanya menggunakan
ketukan ringan (tapping) hanya pada 18 titik kunci di sepanjang 12 energy tubuh,
dan efek penyembuhan dapat lansung di rasakan secara instant (one minute
wonder). selain untuk penyembuhan baik fisik maupun emosi, juga dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi dan kedamaian hati (Riyanto, 2002)

Berdasarkan uraian di atas, penelitian melakukan penelitian tentang


“pengaruh terapi Spiritual Emosional Freedom techque (SEFT) terhadap
penanganan nyeri dismenorea pada remaja putrid usia 12-15 tahun di SMP ZAHA
1 Genggong-Pajaraka-Probolinggo”

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud SEFT?

2) Bagaimana cara melakukan SEFT?

3) Apa kelebihan SEFT?

4) Apa yang dimaksud SELF-EFFICACY?

5) Bagaimana terapi sufistik itu?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui Apa yang itu SEFT

2) Untuk mengetahui cara melakukan SEFT

3) Untuk mengetahui kelebihan SEFT

4) Untuk mengetahui Apa itu SELF-EFFICACY

5) Untuk mengetahui terapi sufistik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SEFT

Spiritual emosional freedom techque (SEFT) merupakan suatu terapi psikologi


yang pertama kali ditujukan untuk melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada.
SEFT Adalah salah satu varian dari cabang ilmu baru yang di namai Energy
Psychology (Zainuddin, 2012).

Spiritual Emosional Freedom Techque (SEFT) bekerja dengan prinsip yang


kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupressur. Ketiga teknik ini berusaha
meransang titik-titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energy merdian) tubuh
yang sangan berpengaruh pada kesehatan kita (zainuddin, 2012).

Secara ringkas Terapi SEFT bisa dipahami sebagai terapi dengan cara: tapping
atau ketukan ringan pada titik akupuntur tertentu yang disertai dengan do'a orang
yang diterapi kepada yang Maha Menyembuhkan. Sedangkan pengertian lebih
lengkap tentang SEFT adalah sebagai berikut:

Spiritual Emotional Freedom Technique atau SEFT dikembangkan oleh


Ahmad Faiz Zainuddin, lulusan psikologi Unair dan menempuh studi master di
Malaysia. Dari terapi asalnya, EFT (Emotional Freedom Technique)
dikembangkan oleh Gary Craig, seorang insinyur lulusan Stanford University.
EFT sendiri merupakan tehnik terapi yang merupakan penyederhanaan dari terapi
TFT (Tought Field Therapy) yang ditemukan oleh Roger Callahan, yang tidak lain
adalah gurunya Gray Craig sendiri. Beliau Pak Faiz (panggilan Ahmad Faiz
Zainuddin) menambah unsur Spiritual pada EFT, sehingga menjadi SEFT.

SEFT adalah teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan energi


psikologi EFT dengan kekuatan doa dan spiritualitas. Energi psikologi adalah
ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem
energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku seseorang.

Konsep energi tubuh bisa dianalogikan dengan energi elektromagnetik pada


pesawat televisi. Kita tidak dapat melihat dan merasakannya, tetapi
keberadaannya dapat diketahui dari akibat yang ditimbulkan, yaitu berupa gambar
hidup acara televisi yang kita tonton Gangguan kecil pada aliran sistem energi tv
akan menimbulkan kacaunya proses siaran televisi. Begitu juga dengan tubuh kita,
setiap sel, sistem syaraf dan organ dalam tubuh kita mengandung energi
elektromagnetik. Maka sebagaimana pada sistem energi tv, gangguan pada sistem
energi tubuh kita akan menjadi pemicu utama segala macam gangguan emosi
negatif seperti depresi, stress dan cemas. Dan sebagaimana telah diketahui,
gangguan emosi dapat termanifestasi dalam berbagai penyakit fisik.

Pemahaman sistem energi tubuh menjadi dasar ilmu pengobatan timur seperti
akupunktur, akupresur, refleksiologi dan sebagainya. Para ahli akupunktur
percaya, gangguan pada sistem energi tubuh menyebabkan penyakit fisik seperti
jantung, sakit kepala, sesak nafas dan sebagainya. Cara penyembuhannya dengan
merangsang titik-titik tertentu yang berhubungan dengan sumber penyakit.
Terdapat 361 titik akupunktur di sepanjang 12 jalur energi meridian tubuh yang
sangat berpengaruh pada kesehatan kita. SEFT menyederhanakan 361 titik
tersebut menjadi 18 titik yang mewakili 12 jalur utama energi tubuh.

Bagi seorang muslim efek doa dan spiritualitas terhadap kesembuhan penyakit
saangat besar kaitannya, tidak ada yang menyembuhkan panyakit kecuali Allah.
Meski demikian orang baratpun (baca nonmuslim) telah meneliti secara
mendalam yang dilakukan oleh Dr. Larry Dossey, MD. Hasilnya menunjukkan
adanya bukti ilmiah bahwa doa dan spiritualitas berpengaruh positif terhadap
kesehatan. Pada penyakit yang umum sekalipun, kondisi pikiran, emosi, sikap,
kesadaran, dan doa-doa yang dipanjatkan oleh atau untuk pasien sangat
berpengaruh bagi kesembuhannya.
Fakta-fakta ilmiah tentang keampuhan energi psikologi, kekuatan doa dan
spiritualitas, menginspirasi Faiz untuk mensinergikan keduanya menjadi terapi
SEFT, yang menghasilkan efek pelipatgandaan (amplifiying effect) yang secara
empiris lebih ampuh daripada EFT.

B. Cara Melakukan SEFT

SEFT terdiri dari 3 langkah: 1. The Set-Up, 2. The Tune-In, 3. The Tapping

 The Set-Up

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita
terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir
psychological reversal (perlawanan psikologis yang berupa pikiran negatif
spontan atau keyakinan bawah sadar negatif),

The Set-Up terdiri dari 2 aktivitas,yang pertama adalah mengucapkan


kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebangak
3 kali. Dan yang ke dua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan.
Kita menekan dada kita, tepatnya di bagian “sore spot” (titik nyeri = daerah di
sekitar dada atas yang jika di tekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan
dua ujung jari di bagian “karate chop”. Setelah menekan titik nyeri atau
mengetuk karate chop sambil mengucapkan kalimat set-Up seperti di atas.
(Zainuddin, 2012). seperti :

 Saya selalu gagal mencapai sesuatu

 Saya tidak mungkin mampu bersaing

 Saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok

 Saya sakit hati karena orangtua selalu menyalahkan saya, dsb.dengan


mengucapkan The Set-Up Words, yaitu kata-kata yang diucapkan dengan
khusyu, ikhlas dan pasrah untuk menetralisir keyakinan dan pikiran
negatif. Contoh kalimat set-up :

 “Yaa Allah… meskipun saya (menderita sakit kepala yang tak kunjung
sembuh), saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu sepenuhnya”Sambil
mengucapkan kalimat di atas sebanyak tiga kali, kita menekan dada kita,
tepatnya di bagian Sore Spot (Titik Nyeri = daerah di sekitar dada atas
yang jika ditekan terasa agak sakit) ATAU mengetuk dengan dua ujung
dari di bagian Karate Chop. Lihat gambar.

 The Tune-In

Masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit
yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit, dibarengin
dengan hati dan mulut kita berdoa.

masalah emosi, kita melakukan “tune-in” dengan cara memikirkan


sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi
negative yang ingin kita hilangkan,. ketika terjadi reaksi negative (marah,
sedih, takut, dsb) hati dan mulut kita berdoa.

Bersamaan dengan tune-In ini kita melakukan langkah ke tiga (Tapping).


pada proses inilah kita menetralisir emosi negative atau rasa sakit fisik
(Zainuddin, 2012)

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa
sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan
sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan,

 ‘Saya ikhlas, saya pasrah … Yaa Allah..”

 Untuk masalah emosi, kita melakukan tune-in dengan cara memikirkan


sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi
negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah,
sedih, takut dsb) hati dan mulut kita mengatakan,
“Saya ikhlas, saya pasrah … Yaa Allah..”

 The tapping

Bersamaan dengan tune-in, kita melakukan langkah ke-3, The Tapping.


Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi
negatif atau rasa sakit fisik.

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik kunci
dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan
berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita
rasakan. karena aliran energy tubuh berjalan dengan normal dan seimbang
kembali(Zainuddin, 2012).

Versi Inti

The Set-Up, lalu di lanjutkan The Tune-In beserta kata pengingatnya atau
doa: “saya ikhlas, saya pasrah” disertai sebagian langkah ketiga (the Tapping),
mulai dari titik pertama (The Crown) sehingga titik ke 9 (Below Nipple). cukup
sampai di situ dan akhiri dengan tarik nafas panjang dan hembuskan (Zainuddin,
2012).

Titik-titik tersebut adalah:


1. Cr = Crown yaitu titik di bagian atas kepala

2. EB = Eye Brow, yaitu titik permulaan alis mata

3. SE = Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata

4. UE = Under the Eye, yaitu 2cm di bawah kelopak mata

5. UN = Under the Nose, yaitu tepat dibawah hidung

6. Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir

7. CB = Collar Bone, yaitu diujung tempat bertemunya tulang dada, collar


bone dan tulang rusuk pertama

8. UA = Under the Arm, yaitu dibawah ketik sejajar dengan putting susu
(pria) Perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (wanita).
telapak tangan
9. OH = Outside of Hand, yaitu dibagian luar tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan

10. Th = Thumb, yaitu ibu jari disamping luar bagian bawah kuku

11. IF = Index Finger, yaitu jari telunjuk disamping luar bagian bawah kuku
(dibagian yang menghadap ibu jari)

12. MF = Middle Finger, yaitu jari tengah samping luar bagian bawah kuku
(dibagian yang menghadap ibu jari)

13. RF = Ring Finger, yaitu jari manis di samping luar bagian bawah kuku
(dibagian yang menghadap ibu jari)

14. BF = Baby Finger, yaitu di jari kelingking di samping luar bagian bawah
kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)

15. KC = Karate Chop, yaitu di samping telapak tangan, bagian yang kita
guna-kan untuk mematahkan balok saat karate.

16. GS = Gamut Spot, yaitu dibagian antara perpanjangan tulang jari manis
dan tulang jari kelingking.

Khusus untuk titik terakhir, sambil men-tapping titik tersebut kita


melakukan THE 9 GAMUT PROCEDURE. Ini adalah 9 gerakan untuk
merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping
pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan Gamut Spot, yang terletak
diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis.

9 Gerakan itu adalah :

1. Menutup mata

2. Membuka mata

3. Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah

4. Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah


5. Memutar bola mata searah jarum jam

6. Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam

7. Bergumam dengan berirama selama 3 detik

8. Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

9. Bergumam lagi selama 3 detik

Ini adalah langkah yang terlihat aneh dan lucu. Dalam psikoterapi
kontemporer, ini disebut teknik EMDR (Eye Movement Desensitization
Repatterning).

Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah


mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di Karate Chop).
Dan diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, sambil
mengucap rasa syukur, Alhamdullilaah..

Tapping tidak harus dilakukan secara berurutan seperti dikemukakan di


atas, bisa secara acak asal dilakukan semua, dan kita boleh melakukannya pada
sisi sebelah kiri atau sebelah kanan atau kedua-duanya. Tetapi dianjurkan untuk
melakukannya secara berurutan dari bagian tubuh atas ke bagian bawah, seperti
tadi disebutkan, agar mudah dihafal.

C. KELEBIHAN SEFT

- SEFT terbukti efektif, it works in the real world

- Mudah dipelajari dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja

- Cepat dirasakan hasilnya

- Sekali belajar bisa digunakan untuk selamanya pada berbagai masalah

- Efektivitasnya relatif permanen

- Jika dipraktikkan dengan benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping,
jadi sangat aman dipraktikkan oleh siapapun

- Bisa diterapkan untuk masalah fisik dan emosi apapun.

- Konselor sekolah dapat bekerja jauh lebih efektif dan efisien dengan

mempraktikkan SEFT.

D. SELF-EFFICACY

Albert Bandura mengatakan (dalam Robert A. Baron & Donn Byrbe) self
efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kremampuan atau kompetensinya
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan.
sedangkan Robert A, Baron & Donn Byrne mengatakan self efficacy adalah
keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas
yang di berikan, mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan.

Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Alwisol, dalam bukunya berjudul


psikologi kepribadian di sebutkan bahwa efikasi adalah penilaian diri, apakah
dapat melakukan tindakan baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Dengan bahasa yang berbeda Juntika Nurihsan Dab Syamsu Yusuf


mengemukakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan diri (sikap percaya diri)
terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan
mengarahkannya kepada hasil yang di harapkan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa self efficacy


adalah keyakinan yang di miliki seseorang bahwa dia mampu melakukan sesuatu
untuk mencapai sebuah tujuan dan mengatasi hambatan.

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa


yang telah lalu. sebagai sumbur, performansi masalalu menjadi pengubah efikasi
diri yang palingkkuat pengaruhnya. prestasi (masa lalu) performansi yang bagus
meningkatkan ekspentasi efikasi. mencapai keberhasilan akan memberi dampak
efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:

1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin


tinggi.

2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi di banding kerja kelompok, di


bantu orang lain.

3. Kegagalan menurunkan efikansi, kalau orang sudah berusaha sebaik


mungkin.

4. Kegagalan dalam suasana emosional atau stress, dampaknya tidak seburuk


kalau kondisinya optimal

5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,


dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang
keyakinan efikasinya belum kuat

6. Orang yang bisa berhasil, sekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. efikasi akan


meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan
menurun jika mengamati orang yang kira-kira kemampuannya sama dengan
dirinya ternyata gagal. kalau figur yang di amati beda dengan diri sipengamat,
pengaruh vikarius tidak besar. sebaliknya ketika mengamati figur yang setara
dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal
dikerjakan figur yang di amatinya itu dalam jangka waktu yang lama.

Persuasi sosial adalah efikasi diri juga dapat di peroleh, diperkuat atau
dilemahkan melalui

persuasi sosial. dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat
persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. kondisi ini adalah rasa
percaya kepada pemberi persuasi, dan sifak realistik dari apa yang dipersuasikan.
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi
di bidang

kegiatan itu . emosi yang kuat, takut, cemas, setress, dapat mengurangi efikasi
diri. namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat
meningkatkan efikasi diri.

Selain itu Bendura berpendapat bahwa ada 4 sumber ekspektasi efikasi-


diri : mastery experience, physiological and emotional arousal, vocarious
experiences, dan social persuation. mastery experience adalah pengalaman
lansung kita-sumber informasi efikasi yang paling kuat. kesuksesan menaikkan
keyakinan efikasi, sementara kegagalan menurungkan efikasi. tingkat arousal
mempengaruhi efikasi-diri, tergantung bagaimana arousal itu diinterprestasikan.
pada saat anda menghadapi tugas tertentu, apakah anda merasa cemas dan
khawatir (menurunkan efikasi) atau bergairah “psyched” (menaikkan efikasi).

Dalam vocarious experience (pengalaman orang lain), seseorang


memberikan contoh penyelesaian. semakin dekat siswa mengidentifikasi dengan
model, akan besar pula dampaknya pada efikasi-diri. bila sang modelbekerja
dengan baik, efikasi siswa meningkat, tetapi bila sang mode bekerja dengan
buruk, eksfektasi efikasi siswa menurun.

Seperti yang di katakana sebelumnya bahwa self efficacy dibagi menjadi 2


yaitu self efficacy tinggi dan rendah. dijelaskan perbedaan pola perilaku
(behavioral pattern) antara seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi dengan
seseorangyang mempunyai self efficacy rendah sebagai berikut :

Self efficacy Tinggi :

a. Aktif memilih peluang terbaik

b. Mampu mengelola situasi, menghindari atau mengetralisir hambatan

c. Menetapkan tujuan, menetapkan standart

d. Membuat rencana, persiapan dan praktek


e. Bekerja keras

f. Kreativ dalam memecahkan masalah

g. Belajar dari kegagalan

h. Memvisualisasikan keberhasilan

i. Membatasi stress

Self efficacy Rendah :

a. Aktif memilih peluang terbaik

b. Mampu mengelola situasi, menghindari atau menetralisir hambatan

c. Aspirasi lemah dan komitmen rendah

d. Fokus pada kekurangan pribadi

e. Tidak melakukan upaya apapun

f. Berkecil hati karena kegagalan

g. Menganggap kegagalan karena kurangnya kemampuan atau nasib buruk

h. Mudah Khawatir, stress dan menjadi depresi

i. Memikirkan alasan untuk gagal

Kekuatan dan generalitas. besarnya merujuk pada tingkat kesulitan yang di


yakini dapat di tangani oleh individu. sebagai contoh jim mungkin yakin dia dapat
menempatkan panah di target sebanyak 6 kali dari 10 kali percobaan. sara
mungkin merasa bahwa dia dapat mengenai target 8 kali. oleh karena itu, sara
mempunyai self efficacy yang lebih besar mengenai tugas ini dari pada jim.
kekuatan merujuk pada apakah keyakinan berkenaan dengan self efficacy kuat
atau lemah. jika pada contoh sebelumnya jim merasa cukup yakin dia dapat
mengenai target 6 kali, sementara sara sangan positif dia dapat mengenai target 8
kali, sara menunjukkan self efficacy yang lebih kuat dari pada jim. yang terakhir
generalitasmenunjukkan seberapa luas di mana keyakinan terhadap kemampuan
tersebut berlaku. jika jim berpikir dia dapat mengenai target sama dengan sebuah
pistol dan senapan, dan sara tidak berpikir bahwa dia mampu, jim menunjukkan
generalitas yang lebih luas dari pada sara.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Self Efficacy

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan self efficacy,


diantaranya keberhasilan dan kegagalan pembelajarsebelumnya, pesan yang di
sampaikan orang lain, dan keberhasilan dan kegagalan dalam kelompok yang
lebih besar.

Keberhasikan dan Kegagalan Dalam Pembelajaran Sebelumnya,


pembelajaran lebih mungkin yakin bahwa mereka lebih berhasil pada suatu tugas
ketika mereka telah berhasil pada tugas tersebut atau tugas lain yang mirip di
masa lalu.

Pesan Dari Orang Lain, terkadang kesuksesan siswa tidak jelas. dalam
situsi-situasi semacam itu, kita dapat meningkatkan self efficacy siswa dengan
cara menunjukkan secara eksplisit hal-hal yang telah mereka lakukan dengan baik
sebelumnya atau hal-hal sekarang yang telah mereka lakukan dengan mahir.

Kita juga mampu meningkatkan self efficacy siswa dengan memberi mereka
alasan-alasan untuk percaya bahwa mereka dapat sukses di masa depa.
pernyataan-pernyataan seperti “Kamu pasti bisa mengerjakan tugas ini jika anda
berusaha” atau “aku kira judy akan bermain denganmu apabila kamu memintanya.
merski demikian, pengaruh prediksi-prediksi optimistic akan cepat hilang, kecuali
usaha-usaha siswa pada suatu tugas benar-benar mendatangkan kesuksesan.

Kesuksesan Dan Kegagalan Orang Lain, kita sering membentuk opini


mengenai kemampuan kita sendiri dengan mengamati kesuksesan dan kegagalan
orang lain, secara khusus mereka yang serupa dengan kita.

Kesuksesan Dan Kegagalan Dalam Kelompok Yang Lebih Besar, dalam


tulisan di atas kita telah menemukan bahwa pembelajaran dapat berpikir secara
inteligen dan mendapatkan pemahaman yang lebih kompleks tentang sebuah topic
ketika mereka berkolaborasi dengan teman sebaya dalam rangka menguasai dan
menerapkan materi di kelas. kolaborasi dengan teman sebaya memiliki manfaat
potensial lain : pembelajaran mungkin mempunyai self efficacy yang lebih besar
ketika merekabekerja dengan kelompok alih-alih sendiri.

self efficacy kolektif tergantung tidak hanya pada persepsi siswa akan
kapabilitasnya sendiri dan orang lain, melainkan juga pada persepsi mereka
mengenai bagai mana mereka bekerja bersama-sama secara efektif dan
mengkoordinasikan peran dan tanggung jawab mereka (Bandura, 1997, 2000).

Terapi perilaku dirumuskan oleh masters, dalam bukunya Singgih D.


Gunasrah sebagai : teknik khusus yang mempergunakan dasar psikologi
(khususnya proses belajar) untuk mengubah perilaku seseorang secara kuantitatif.
perlunya suatu perilaku diubah, karena ada malasuai (maladapitive) yang
menyebabkan terganggunya kestabilan pribadinya atau yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangannya.

Teraoi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. tetapi ini menyertakan penerapan
yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kea rah
cara-cara yang adaptif.

Sedagkan Stephen Palmer terapi perilaku berpandangan bahwa semua


perilaku, baik normal atau abnormal, dipelajari melalui pengkondisian opera atau
klasik. Gejalah-gejalahnya di lihat sebagai perilaku yang tidak diinginkan.

dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa terapi perilaku


berpandangan bahwa terapi perilaku adalah teknik khusus yang digunakan untuk
mengubah perilaku seseorang yang kurang tepat (maladaptif) menjadi perilaku
yang adaptif.

Hakikat Manusia Dalam Terapi Perilaku


pendekaan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tentag
manusia secara lansung. setiap orangdipandang mempunyai kecenderungan-
kecenderungan positif dan negatif yang sama. manusia pada dasarnya di bentuk
dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.

Pendekatan behavioristik menganggap perilaku seseorang dengan semua


aspeknya selama ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini diperoleh dari
interaksinya dengan dunia luar. para ahli yang melakukan pendekatan
behavioristik, memandang manusia sebagai pemberi respon (responder), sebagai
hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi. Dustin & George yang di kutip
oleh George & Cristiani (dalam singgih D. Gunarsa), megemukakan pandangan
behavioristik terhadap konsep manusia, yakni :

1. Manusia dipandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu


yang baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu berada
dalam keadaan sedang mengalami, yang memiliki kemampuan untuk
menjadi suatu pada semua jenis perilaku

2. Manusia mampu mengonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya


sendiri

3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru

4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan


perilakunya yang bisa di pengaruhi oleh orang lain.

Teori kepribadian menurut terapi perilaku; Perilaku dibentuk


berdasarkan hasil dari segenap pengalaman berupa interaksi idividu dengan
lingkungan sekitarnya. Tidak ada manusia yang sama, karena kenyataannya
manusia mempunyai pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian
seeorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang
diterimanya. Pada bagian berikut kan dijelaskan tentang beberapa teori belajar
tentang mekanisme pembentukan perilaku.
Teori Belajar Klasik, Perilaku manusia merupakan fungsi dari
stimulus. Eksperimen yang dilkukan pavlo terhadap anjing telah mennunjukkan
bahwa perilaku belajar terjadi karena adanya asosiasi antara perilaku dengan
lingkungannya. Belajar dengan asosiasi ini biasanya diebut classical conditioning.
Hubugan organism dengan lingkungan adalah hal yang sangat penting. The
organism cannot exist without the external environment wich support it, kata
sechenov yang menjadi dasar pandangan Pavlov. Atas dasar ini menurut Pavlov
tedapat dua hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu (1) organism elalu
berinteraksi dengan lingkungan, dan (2) dalam interaksi itu organism ilengkapi
oleh refleks.

Teori Belajar Perilaku Operan, Belajar perilaku operan


dikemukakan oleh Skinner. Dia lebih menekankan pada peran lingkungan dalam
benuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku. Skinner
menjelaskan bahwa perilaku individu terbentuk atau dipertahankan sangat
ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya
menyenangkan (memperoleh ganjaran atau reinforcement) maka perilakunya
cenderung diulang atau dipertahankan, sebaliknya jika konsekuensinya tidak
menyenangkan (memperoleh hukuman atau punishment) maka perilakunya akan
dikurangi atau dihilangkan. Jadi konsekuensi itu berupa ganjaran atau hukuman

Teori Belajar dengan Mencontoh, Teori lain yag merupakan


pengembangan dari teori behavioral adalah teori belajar dengan mencontoh
(observational learning) yang dikemukakan oleh Bandura. Bandura mengatakan
bahwa perilaku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang
disebut imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung yang disebut dengan
vicarious conditioning. Perilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh
langsung (modeling) maupu mencontoh tidak langsung (vocarious) dapat mejadi
kuat kala mendapatkan ganjaran. Hjelle dan Zeigler juga berpendapat bahwa
Bandura mengemukakan teori social learning setelah melakukan penelitian
terhadap perilaku agresif dikalangan kanak-kanak. Menurutnya, anak-anak
berperilaku agresif setelah mencontoh perilku modelnya. Gangguan penggunan
zat adiktif dan perilaku anti social merupakan bagian dari gangguan mental yang
dapat terbentuk karena melalui proses imitasi.

Terapi Perilaku Tujuan umum dari suatu terapi perilaku ialah


membentuk kondisi baru untuk belajar, karenan melalui proses belajar dapat
mengatasi masalah yang ada. Urutan dari pemilihan dan perumusan tujuan terapi,
diberikan oleh Cormier & Cormier (1985) yang dikutip oleh corey (1991), sebagai
berikut : 1) Terapis menjelaskan tujuan dari terapi 2) Pasien atau klien
mennunjukkan secara khusus perubahan positif sebagai hasilnya. 3) Terapis
bersama pasien atau klien, menentukan apakah perubahan dari tujuan terapi yang
telah dirumuskan, dimiliki oleh pasien atau klien. 4) Keduanya sama-sama
menjajaki apakah tujuan terapinya realistik. 5) Keduanya membahas kemungkinan
keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari tujuan terapi.

E. Terai Sufistik

Terapi sufistik adalah terapi pengobatan dan penyembuhan yang


bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan, keutuhan dan kesatuan antara
dunia fisik dan metafisik yang mengintegrasikan dimensi fisik, mental, emosional
dan spiritual. Terapi sufistik mempercayai bahwa keimanan dan kedekatan
terhadap Allah menjadi kekuatan yang sangat berarti bagi problem kejiwaan.

Terapi sufistik menggunakan dasar pijakan dari nilai-nilai ajaran Islam,


tidak hanya ditujukan untuk mengobati penyakit kejiwaan secara psikologis dan
sosial, tetapi juga memberikan terapi kepada orang-orang yang “sakit” secara
moral dan spiritual. Terapi sufistik meliputi: Pertaubatan, Dzikir, Terapi Al
Qur’an, Do’a dan Terapi Shalat. Sedangkan Tebba, menyebutkan metode
psikoterapi yang digunakan sufistik dalam kesehatan mental diantaranya

a. Taubat. Pengakuan terhadap dosa dan kesalahan adalah tahap permulaan


dalam memahami diri yang secara bertahap akan mengenal Tuhannya.
Taubat dalam psikoterapi dan kesehatan mental merupakan perawatan
(curative), pencegahan (preventive), dan pembinaan (constructive).
Terapis mendorong individu agar senantiasa menghiasi diri dengan ibadah
dan beramal saleh. Terapis dalam membina klien mencapai ketakwaan dan
keimanan yang kokoh, tidak memikirkan tentang dosa dan maksiat yang
dilakukannya pada masa lalu.

b. Zuhud. Psikoterapi zuhud berfungsi sebagai metode takhalliyyah annafs


(pengosongan diri dari perilaku buruk), tahalliyyah an-nafs (menghiasi diri
dengan prilaku mahmudah), dan tajalliyyah an-nafs (anugerah spiritual
yang diperuntukkan Allah bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya).
Seorang terapis berfungsi sebagai motivator bagi klien dalam
membimbing, mengarahkan dan menganjurkan klien agar senantiasa
dalam kehidupan yang sederhana dan tidak berlebihan

c. Sabar dan Tawakal. Sabar dan tawakal dalam terapi sufistik berfungsi
sebagai takhalliyyah an-nafs, tahalliyyah an-nafs, dan tajalliyyah an-nafs
yang melahirkan kesehatan mental dan kelegaan batin.

d. Ridha. Keridhaan terhadap ketentuan Allah harus dipupuk dengan ibadah,


amal saleh, dan mempertajam keimanan dan keyakinan. Terapis memaknai
keRidhaan sebagai kelapangan hati dalam menerima ujian dan takdir
Allah. Perilaku Ridha memudahkan klien mendapatkan kebahagiaan dan
kesehatan mental.

e. Mahabbah dan Ma’rifat. Terapis memberikan motivasi kepada klien agar


meningkatkan ibadah melalui dzikir dan bertaqarrub kepada Allah.
Penerimaan anugerah ma’rifat dalam diri melahirkan kondisi batiniah yang
tenang, dan tentram.

f. Khauf dan Tawadhu. Khauf dan Tawadhu menjadi intipati dari


kepribadian manusia. Fungsi psikoterapi khauf dan tawadhu adalah
menepikan sifat-sifat berlawanan dengan keduanya. Pupusnya sifat tercela;
congkak, angkuh, sombong dan menggantinya dengan sifat khauf dan
tawadhu.
g. Takwa dan Ikhlas. Ketakwaan dan keikhlasan merupakan prinsip
mendasar dalam tasawuf. Semakin kuat sikap ketakwaan dan keikhlasan,
semakin longgar perolehan makna hidup dan kesehatan mental. Terapis
mensugesti klien supaya bertakwa dan berlaku ikhlas tanpa dicampuri oleh
sifat riya’ secara bertahap menghasilkan ketenangan hidup dan kesehatan
mental.

h. Syukur dan Muthma’innah. Syukur dan muthma’innah adalah merawat


jiwa menjadi pribadi yang memiliki jati diri dan kesehatan mental
sempurna. Terapis mengarahkan klien agar terbiasa mensyukuri nikmat
yang sedikit, sehingga yang sedikit dirasakan sebagai nikmat yang banyak
dapat disyukuri. Efek demikian, membuat klien memiliki ketentraman dan
kesehatan mental.

 Proses SEFT dan Aplikasinya dalam Terapi Sufistik

a) Klien

Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan dan perhatian


sehubungan dengan masalah yang dihadapi dari pihak lain untuk
memecahkannya, namun keberhasilan mengatasi masalah klien sangat
ditentukan oleh pribadi klien sendiri. Kunci keberhasilan dari SEFT yaitu:

1) Yakin: Terapis maupun klien tidak perlu yakin kepada SEFT atau
diri sendiri. Klien hanya perlu yakin pada Maha Kuasanya dan
Maha Sayangnya Tuhan. Semakin percaya diri (PD) semakin tidak
bagus hasilnya. Semakin tidak PD, akan menjadi semakin percaya
Allah, sehingga hasilnya semakin menakjubkan.

2) Khusu’: Ketika Set-Up, kilen dan terapis harus konsentrasi atau


khusu’. Pusatkan pikiran pada saat melakukan Set-Up pada “Sang
Maha Penyembuh”. Berdo’alah dengan penuh kerendahatian.
Penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena tidak khusu’,
berdo’a hanya di mulut, tidak sepenuh hati. Hilangkan pikiran
lainnya, konsentrasi pada kata-kata yang diucapkan saat
melakukan Set-Up.

3) Ikhlas: khlas artinya menerima dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya


tidak mengeluh, tidak komplain atas musibah yang sedang kita
terima, yang membuat hati makin sakit adalah karena kita tidak
mau menerima dengan ikhlas rasa sakit atau masalah yang
dihadapi. Ikhlas membuat sakit apapun yang dialami menjadi
sarana menyucikan diri dari dosa dan kesalahan yang pernah
dilakukan.

4) Pasrah: Pasrah berbeda dengan ikhlas. Ikhlas adalah menerima


dengan legowo apapun yang dialami sekarang, sedangkan pasrah
adalah menyerahkan apa yang terjadi kepada Allah SWT. Allah
akan mengambil alih masalah orang yang pasrah. Allah sendiri
yang akan turun tangan menyelesaikan permasalahan orang
tersebut. Seperti Nabi Ibrahim yang berdoa “Cukuplah Allah
sebagai penolongku” maka jadi dinginlah api yang hendak
membakarnya, atau Nabi Musa yang berdoa “Dan aku serahkan
masalahku pada Allah, sesungguhnya Ia Maha Melihat segala
urusan hamba-Nya.”

5) Syukur: Bersyukur saat kondisi semua baik adalah mudah.


Sungguh berat untuk tetap bersyukur disaat kita masih sakit atau
punya masalah yang belum selesai. Tetapi minimal mensyukuri
banyak hal lain dalam hidup yang masih baik dan sehat. Maka
perlu “discipline of gratitude”, mendisiplinkan pikiran, hati dan
tindakan untuk selalu bersyukur dalam kondisi yang berat
sekalipun.

Aplikasi SEFT sebagai metode Terapi Sufistik dapat dilihat dalam


prinsip berikut:
1) SEFT sebagai metode Terapi Sufistik memperlakukan klien sebagai center
yang bisa berubah melalui kemauan dan usaha sendiri dengan arahan dan
nasehat terapis.

2) SEFT sebagai metode Terapi Sufistik memperlakukan klien sebagai


pribadi yang memiliki kewenangan penuh untuk menentukan pilihan dan
bertanggung jawab atas pilihannya.

3) SEFT sebagai metode Terapi Sufistik memperlakukan klien sebagai


individu yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan dan interaksi sosial.

4) Proses SEFT sebagai metode Terapi Sufistik meliputi the set-up, the tune-
in dan the tapping.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spiritual emosional freedom techque (SEFT) merupakan suatu terapi psikologi


yang pertama kali ditujukan untuk melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada.
SEFT Adalah salah satu varian dari cabang ilmu baru yang di namai Energy
Psychology (Zainuddin, 2012). SEFT adalah teknik penyembuhan yang
memadukan keampuhan energi psikologi EFT dengan kekuatan doa dan
spiritualitas. Energi psikologi adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan
teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi
pikiran, emosi dan perilaku seseorang.

Adapun kelebohan dari SEFT yaitu; 1)SEFT terbukti efektif, it works in the
real world. 2) Mudah dipelajari dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja. 3) Cepat
dirasakan hasilnya. 4)Sekali belajar bisa digunakan untuk selamanya pada
berbagai masalah. 5) Efektivitasnya relatif permanen. 6) Jika dipraktikkan dengan
benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping, jadi sangat aman dipraktikkan oleh
siapapun. 7) Bisa diterapkan untuk masalah fisik dan emosi apapun. 8) Konselor
sekolah dapat bekerja jauh lebih efektif dan efisien dengan mempraktikkan SEFT.
SEFT terdiri dari 3 langkah: 1. The Set-Up, 2. The Tune-In, 3. The Tapping
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul. 2014 “ Konsep Terapi Perilaku dan Self Eficasy”. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol IV.
Iwan Samsugito, Ayu Ninda Putri 2019. “.Gambaran Tingkat Stres Sebelum dan
Sesudah Terapi Seft pada Remaja di SMAN 14 Samarinda. Articel
Penelitian.
Farmawati, Cintami. 2018. “Spritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Sebagai Metode Terapi Sufistik. Jurnal Madaniyah Vol. 8.
Zakiyyah, Mutmainnah. 2011. “Pengaruh Terapi Spiritual Emosional Freedom
Technique (SEFT) Terhadap Penanganan Nyeri Dismenoreaurnal.

Anda mungkin juga menyukai