Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Keperawatan Holistik 2

Dosen Pengampu : Ns. Nana Rochana, S.Kep, MN

Disusun Oleh :

Tania Citra Gustryani (22020121140252)

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya kami
tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Nana Rochana, S.Kep, MN selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Holistik 2, dan juga kepada teman-teman yang
turut membantu menyusun dan berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 19 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah salah satu varian
dari satu cabang ilmu baru yang dinamakan Energi psikologi. Karena itu, untuk
menjelaskan secara ilmiah tentang SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
adalah gabungan antara spiritual power dan energy psychology, maka perlu dibahas
secara ilmiah bagaimana peran spiriutalitas dalam penyembuhan. Kombinasi kekuatan
Energi psikologi dengan spiritual power yang disebut SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) baru diperkenalkan publik di akhir 2005. Salah satu researcher
utamanya bahkan Energi psikologi adalah seperangkat prinsip dan teknik
memanfaatkan sitem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan
perilakunya (Saputri, 2020).
Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan terapi
dengan metode penyembuhan dengan melakukan eksplorasi perasaan, membangun
kesadaran dan penerimaan kondisi secara spiritual serta melakukan ketukan-ketukan
pada titik meridian tertentu dengan mengunakan tahapan set-up, tune in, dan tapping.
Pendekatan SEFT diposisikan tidak sebagai pengganti dari penanganan kesehatan
berbasis farmakoterapi (medis)tetapi digunakan sebagai intervensi pelengkap untuk
mendukung kesembuhan pasien. Metode SEFT membantu pasien untuk mempelajari
metode dan keterampilan yang dapat membantu meningkatkan kualitas kehidupan
meskipun pasien sedang mengalami masalah kesehatan/keperawatan (Zainuddin,
2012). Masalah Keperawatan yang paling banyak dilakukan penelitian terkait
kefektivitasan terapi SEFT adalah kecemasan dan nyeri.
Nyeri adalah alasan utama seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatanPenanganan nyeri secara farmakologis dapat memberikan efek
ketergantungan dan upaya non farmakologis diupayakan untuk merangsang relaksasi
tubuh dengan kekuatan doa, eksplorasi psikologis dan hal-hal yang bersifat spiritual
dinilai penting dan memiliki dampak yang positif untuk mengatasi penyakit pasien
(Dossey, 2008).
Rasa cemas yang timbul akibat dari tidak ditanganinya kecemasan dapat
merangsang aksis HPA (Hipotalamus- Pituitary-Adrenal) yang dapat menyebabkan
lepasnya hormon stress antara lain Adreno Cortico Tropin Hormone (ACTH), kortisol,
katekolamin, β-endorphin, Growth Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing Hormone
(LH) / Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormone-hormon stres tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi sistemik, diantaranya konstriksi vasa utero
plasenta yang menyebabkan gangguan aliran darah (Fatmawati & Pawestri, 2021).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dapat
hadir?
2. Apa yang dimaksud Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)?
3. Apa tujuan dilakukannya Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)?
4. Apa saja kunci keberhasilan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)?
5. Bagaimana teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)?
6. Bagaimana efektivitas terapi seft untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri
berdasarkan jurnal?
7. Apa Taksonomi pada terapi SEFT dalam mengatasi nyeri berdasarkan 3S (SDKI,
SLKI, SIKI)?
8. Bagaimana SOP dalam penatalaksanaan terapi SEFT?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah proses Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) dapat hadir
2. Untuk mengetahui definisi Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
3. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya Teknik Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT)
4. Untuk mengetahui kunci keberhasilan Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT)
5. Untuk mengetahui teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
6. Untuk mengetahui efektivitas terapi seft untuk mengatasi masalah keperawatan
nyeri berdasarkan jurnal
7. Untuk mengetahui Taksonomi pada terapi SEFT dalam mengatasi nyeri
berdasarkan 3S (SDKI, SLKI, SIKI)
8. Untuk mengetahui SOP dalam penatalaksanaan terapi SEFT
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) (Zainuddin, 2009)


Sejarah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) berawal dari
akupuntur dan akupresur yang berasal dari kedokteran China yaitu Erika dan Helmut.
Akupuntur dan akupresur muncul pada bulan September 1991. Kejadian tersebut
berawal dari ditemukannya mayat yang terdapat tattoo pada titik-titik utama meridian
tubuh. Setelah diuji dengan “carbon dating test”, mayat tersebut diduga berusia 5300
tahun. Para ahli akupuntur berpendapat, bahwa titik-titik tatto tersebut dibuat oleh ahli
akupuntur kuno yang sangat kompeten, karena ketepatan dan kompleksitasnya.
Pada tahun 1964, George Goodheart, dokter ahli chiropractic meneliti tentang
hubungan antara kekuatan otot, organ dan kalenjar tubuh dengan energi meridian. Ia
mengembangkan satu metode, yakni mendiagnostik penyakit dengan cara menyentuh
bagian otot tubuh (muscle testing) yang saat ini disebut dengan applied kineslogogy.
Prinsip ini selanjutnya ditindak lanjuti lebih jauh oleh psikiater pakar pengobatan
holistik, John Diamond yang merupakan salah satu murid Goerge Goodheart.
John Diamond menulis tentang hubungan “sistem energi tubuh” dengan gangguan
psikologis. Konsep ini mendasari lahirnya cabang baru psikologi yang dikenal dengan
energy psychology. Energy psychology ini menjadi pondasi terlahirnya Tought Field
Therapy (TFT) yang dipelopori Roger Callahan.
Roger Callahan dikenal dengan terapi kontroversional yang mengegerkan dunia
psikoterapi yaitu Tought Field Therapy (TFT) pada tahun 1980. Callahan yang
mempelajari sistem energi tubuh mencoba mempraktekannya dengan mengetuk
(tapping) dengan ujung jari ke bagian bawah mata pasiennya yang mengalami fobia air.
Begitu mengejutkan selama kurang lebih 1,5 tahun ia mengobati pasien dengan
berbagai macam metode dan kini pasien melaporkan, bahwa ia tidak takut lagi pada air
bahkan sembuh total setelahnya. Terbukti metode TFT ini mampu menyembuhkan
gangguan emosi secara instan. Karena keberhasilannya, Callahan membuat alat
diagnosa gangguan sistem energi tubuh (voice technology) dan dibeli pertama kali oleh
Gary Craig yang kini terkenal dengan teknik Emotional Freedom Technique (EFT).
EFT dilahirkan oleh Gary Craig, lalu disederhanakan menjadi TFT hingga
tekniknya lebih mudah tetapi tetap efektif hasilnya. Gary Craig memperkenal EFT
sebagai metode penyembuhan yang paling sederhana dan efektif, namun tidak ditangan
Steve Weels. Ia menggunakan teknik EFT lebih jauh lagi yakni, untuk meningkatkan
prestasi (peak performance) dan kini Stave Weels menjadi pembicara dan konsultan
international dibidang peak performance dan menjadi jembatan terciptanya SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) oleh Ahmad Faiz Zainuddin.
Terlahirnya SEFT diperkenalkan oleh Ahmad Faiz Zainuddin, lulusan psikologi
Universitas Airlangga Surabaya. Beliau mengenal EFT melalui Steve Wells (Australia)
dan belajar melalui video course dari Gary Craig. SEFT mulai diperkenalkan di
Indonesia pada tanggal 17 Desember 2005. Dalam SEFT ada unsur spiritual, yaitu
memasukkan doa sebagai bagian dari dimulainya proses terapi hingga terapi berakhir.
Beberapa pakar EFT (Ritta Hag dan Rodney Woulfe) mengatakan, bahwa tehnik SEFT
lebih powerfull dibanding EFT versi originalnya.

B. Definisi Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah teknik
penyembuhan dari teori dasar utamanya adalah energi psikologi dan dipadukan dengan
do’a dan spiritualitas. Teori energi psikologi adalah ilmu yang menerapkan berbagai
prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi
pikiran, emosi dan perilaku seseorang (Zainuddin, 2012). Teori Energy Psychology
mempunyai pandangan bahwa setiap manusia memiliki system energy yang mengatur
seluruh sistem tubuh baik fisik maupun psikologis. Sistem energy tersebut terdiri dari
life force atau ocupoint yang berfungsi sebagai pembangkit dan penyuplai energy ke
sel tubuh manusia, dan 365 jalur meridian tubuh yang berfungsi sebagai jalurnya (chi)
(Curch, Yount and Brooks, 2012).
Terapi SEFT merupakan salah satu teknik pengobatan non farmakologi yang dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya relaksasi pada tubuh dan menurunnya rasa cemas
pada pasien, karena SEFT berfokus pada peningkatan spiritual pada setiap individu
dengan tujuan menenangkan pasien dan menghindari kecemasan sebelum dilakukannya
tindakan SC (Sarimunadi et al., 2021). Terapi ini bertujuan untuk mengatasi gangguan
emosi manusia dengan memanfaatkan system energy tubuh. Adanya gangguan pada
system energy tubuh (disruption of body energy system) dapat menyebabkan masalah
secara nyata pada tubuh kita (Nurlatifah, 2016).
C. Tujuan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Terapi bertujuan untuk mengurangi rasa penderitaan psikis maupun fisik pada
seseorang, sehingga acuan dari tujuan tersebut mengarah pada prinsip yang berbunyi
“LOGOS” yaitu Loving God, Blessing to the others, and Self Improvement.
Berdasarkan prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Ulyah, 2014).
a. Loving God merupakan perasaan seseorang yang harus mencintai Tuhan, dengan
melakukan aktivitas pada hal-hal yang baik dan tidak melanggar norma-norma
yang sudah ditentukan.
b. Blessing to the Other merupakan sebuah ungkapan yang ditujukan pada orang lain
untuk membangun rasa peduli pada seorang individu.
c. Self Improvement memiliki makna yaitu perbaikan diri dengan mengingat adanya
kelemahan dan kekurangan pada setiap individu, agar membangun diri yang selalu
berhati-hati dalam bertindak dan tidak ceroboh dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera.

D. Kunci Keberhasilan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Zainuddin (2012) mengatakan kunci kesuksesan pada pelaksanaan SEFT ada
pada lima hal,diantaranya :
a. Khusyu
Selama melakukan terapi diharuskan khusyu dengan memusatkan pikiran kita
dan berdoa dengan penuh kerendahan hati.
b. Ikhlas
Ikhlas mengartikan bahwa kita ridho atau menerima rasa sakit baik fisik
maupun psikologi dengan sepenuh hati, sehingga tidak lagi mengeluh atau
complain atas musibah yang sedang dialami.
c. Pasrah
Pasrah berbeda dengan tidak berusaha, pasrah adalah ketika kita menyerahkan
apa yang terjadi nanti kepada tuhan dan diiringi dengan semangat juang serta usaha
pantang menyerah. Hal tersebut memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian
pikiran, karena kita yakin bahwa segala permasalahan kita ada pada genggaman-
Nya.

E. Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


a. The Set-Up
The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan
dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir “psychology reversal”
atau “perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau
keyakinan bawah sadar negatif). Contoh psychology reverse ini diantaranya :

• Ya Allah.. Meskipun saya dihantui rasa bersalah, saya ikhlas, saya pasrah
padaMu sepenuhnya.
• Ya Allah.. Meskipun saya sakit hati karena telah dilecehkan, saya ikhlas, saya
pasrah padaMu sepenuhnya.
• Yaa Allah.. Meskipun saya marah dan kecewa karena diabaikan, saya ikhlas,
saya pasrah padaMu sepenuhnya.

Ucapkan kalimat Set Up sesuai dengan masalah yang sedang dengan penuh
perasaan sebanyak tiga kali, sambil menekan dada di bagian sore spot, yaitu di
daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit.

b. Tune-In
Tahap ini diperlukannya usaha untuk memikirkan dan membayangkan peristiwa
spesifik yang membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan sambil
mengulang-ulang kata pengingat yang mewakili emosi negatif yang kita rasakan.
Kata pengingat terbaik, biasanya diambil dari kalimat yang kita pilih dalam set up,
misalnya:
• Rasa Bersalah ini
• Perasaan marah ini
• Kecanduan Rokok
• Rasa Takut Berenang
• Rasa Terluka

Cara Lain melakukan Tune In ialah sambil membayangkan peristiwanya atau


merasakan sakitnya, lalu kita mengganti kata pengingatnya dengan do'a khusyuk:
saya ikhlas saya pasrah padamu Yaa Allah/ Ya Tuhan.

c. Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu ditubuh, sambil terus melakukan tune-in. Titik ini adalah titik-titik
kunci dari the major energy meridians, yang jika kita ketuk beberapa kali akan
berdampak pada ternetralisasirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang
dirasakan, karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang
kembali. Berikut rincian dari titik-titik kunci dari the major energy meridians :
Tabel 1. Teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (Ayunengtyas, 2017)
F. Efektivitas Terapi Seft Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Berdasarkan
Artikel Jurnal

Efektifitas Terapi SEFT Untuk Mengatasi Masalah Cemas

Efektivitas Terapi Spritual Emotional Freedom Technique (Seft)


Judul
Terhadap Tingkatkecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio
Caesarea
2022
Tahun Terbit
1. Sri Rejeki
Author
2. Yuni Retno Santi
3. Eni Hidayati
4. Rozikhan Rozikhan

Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


Jurnal

Penelitian tersebut menggunakan desain quasy experimental design


Ringkasan
dengan rancangan one group pre-test-post-test without control grup
design. Sampel yang akan diambil adalah seluruh ibu bersalin
bersalin pre SC di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang
sebanyak 28 responden. Alat ukur yang digunakan kecemasan
menggunakan Kuesioner Visual Analogue Scale For Anxiety(V AS-
A). Sedangkan pemberian Terapi Spiritual Emosional Freedom
Technique (SEFT)menggunakan SOP.

Berdasarkan penelitian tersebut Analisa univariat menunjukkan


Hasil
bahwa terdapat penurunan rata rata skor kecemasan yang dimana
pre test terapi SEFT memiliki rata rata 4,86 sedangkan post test
terapi SEFT menjadi 3,96, dengan selisih rata rata sebesar 0,9.
Responden sebelum dilakukkan SEFT mengalami cemas ringan
(7,1%) dan yang cemas sedang (92,9%) sedangkan saat sesudah
dilakukkan SEFT didapatkan data bahwa yang terdapat penambahan
pada cemas ringan (32,1%) dan terjadi penurunan pada cemas
sedang (67,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi SEFT
memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan
responden yang melakukkan program section caesarea.

Efektifitas Terapi SEFT Untuk Mengatasi Masalah Nyeri

Efektivitas Terapi SEFT Terhadap Nyeri Post-Op Laparatomydi


Judul
Ruang Bedah RSI Agung Semarang

2020
Tahun Terbit
1. Mujib Akhis Susanto
Author
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine
Jurnal
Penelitian tersebut merupakan penelitian yang dilakukan dengan
Ringkasan
menggunakan 36 sampel pasien post-op laparotomy di Ruang Bedah
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, dimana 18 sampel
pada kelompok perlakuan SEFT dan anti nyeri, serta 18 sampel
hanya menggunakan analgesik. Desain penelitian ini merupakan
quasi eksperimen dengan menggunakan pendekatan pre test and
post test design with control group design. Penilaian keberhasilan
terapi SEFT dilakukan dengan pengukuran skala nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale. Penelitian dilakukan mulai
bulan Juni sampai bulan Agustus 2015.

Hasil penelitian menunjukan terdapat penurunan tingkat pada


Hasil
kelompok intervensi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol yaitu pada kelompok intervensi selisih penurunan
tingkat nyeri sebesar 2,16 sedangkan pada kelompok kontrol selisih
penurunan tingkat nyeri sebesar 0,84Dapat disimpulkan bahwa
pemberian tehnik SEFT lebih efektif dalam menurunkan tingkat
nyeri pasien post op (p=0,0003).

G. Taksonomi Terapi SEFT berdasarka 3S (SDKI, SLKI, SIKI)

No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)

Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi (I.05187)


1.
(L09093)
Definisi : Definisi :
Definisi :
Kondisi emosi dan Menggunakan teknik
pengalaman Kondisi emosi dan penegangan dan peregangan
subyektif terhadap pengalaman subyektif otot untuk meredakan
objek yang tidak terhadap objek yang ketegangan otot, ansietas,
jelas dan spesifik tidak jelas dan spesifik nyeri, serta meningkatkan
akibat antisipasi akibat antisipasi kenyamanan, konsentrasi
bahaya yang bahaya yang dan kebugaran
memungkinkan memungkinkan
Observasi
individu melakukan individu melakukan
tindakan untuk tindakan untuk 1. Identifikasi tempat yang
menghadapi menghadapi ancaman. tenang dan nyaman.
ancaman. 2. Monitor secara berkala
Ekspektasi : Menurun.
untuk memastikan otot
rileks.
Gejala dan Tanda Kriteria Hasil :
3. Monitor adanya indikator
Minor.
tidak rileks (mis. adanya
Subjektif. • Verbalisasi gerakan, pernapasan yang
kebingungan berat).
1. Mengeluh • Verbalisasi khawatir
pusing. Terapeutik
akibat kondisi yang
2. Anoreksia. dihadapi
1. Atur lingkungan agar
3. Palpitasi. • Perilaku gelisah
tidak ada gangguan saat
4. Merasa tidak • Perilaku tegang
terapi.
berdaya • Keluhan pusing
2. Berikan posisi bersandar
• Anoreksia
Objektif. pada kursi atau posisi
• Palpitasi
lainnya yang nyaman.
1. Frekuensi napas • Frekuensi
3. Hentikan sesi relaksasi
meningkat. pemapasan
secara bertahap.
2. Frekuensi nadi • Frekuensi nadi
4. Beri waktu
meningkat. • Tekanan darah
mengungkapkan perasaan
3. Tekanan darah • Diaforesis
tentang terapi.
meningkat. • Tremor
4. Diaforesis. • Pucat Edukasi
5. Tremos. • Konsentrasi
1. Anjurkan memakai
6. Muka tampak • Pola tidur
pakaian yang nyaman dan
pucat. • Perasaan
tidak sempit.
7. Suara bergetar. keberdayaan
2. Anjurkan melakukan
8. Kontak mata • Kontak mata
relaksasi otot rahang.
buruk. • Pola berkemih
3. Anjurkan menegangkan
9. Sering berkemih. • Orientasi
otot selama 5 sampai 10
10. Berorientasi pada
detik, kemudian anjurkan
masa lalu.
untuk merilekskan otot
Kondisi Klinis 20-30 detik, masing-
Terkait. masing 8 sampai 16 kali.
4. Anjurkan menegangkan
1. PenyakitKronis. otot kaki selama tidak
2. Penyakit akut lebih dari 5 detik untuk
3. Hospitalisasi menghindari kram.
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis 5. Anjurkan fokus pada
penyakit belum sensasi otot yang
jelas menegang.
6. Penyakit 6. Anjurkan fokus pada
neurologis sensasi otot yang relaks.
7. Tahap tumbuh 7. Anjurkan bernapas dalam
kembang dan perlahan.
8. Anjurkan berlatih di
antara sesi regular dengan
perawat.
Nyeri Akut Tingkat Nyeri
2. Manajemen Nyeri
(D.0077) (L.08066)
(I.08238)

Definisi : Definisi : Manajemen nyeri adalah


intervensi yang dilakukan
Pengalaman sensorik Pengalaman sensorik
oleh perawat untuk
atau emosional yang atau emosional yang
mengidentifikasi dan
berkaitan dengan berkaitan dengan
mengelola pengalaman
kerusakan jaringan kerusakan jaringan
sensorik atau emosional yang
aktual atau aktual atau fungsional,
berkaitan dengan kerusakan
fungsional, dengan dengan onset mendadak
jaringan atau fungsional
onset mendadak atau atau lambat dan
dengan onset mendadak atau
lamat dan berinteritas ringan
lambat dan berintensitas
berintensitas ringan hingga berat dan
ringan hingga berat dan
hingga berat yang konstan.
konstan.
berlangsung kurang
3 bulan. Ekspektasi : Menurun.
Observasi

Penyebab Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,
1. Agen pencedera 1. Kemampuan
frekuensi, kualitas,
fisiologis (mis. menuntaskan
intensitas nyeri
infarmasi, aktivitas
2. Identifikasi skala nyeri
lakemia, 2. Keluhan nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri
neoplasma) 3. Meringis
non verbal
2. Agen pencedera 4. Sikap protektif
4. Identifikasi faktor yang
kimiawi (mis. 5. Gelisah
memperberat dan
terbakar, bahan 6. Kesulitan tidur
memperingan nyeri
kimia iritan) 7. Menarik diri
5. Identifikasi pengetahuan
3. Agen pencedera 8. Berfokus pada diri
dan keyakinan tentang
fisik (mis.abses, sendiri
nyeri
amputasi, 9. Diaforesis
6. Identifikasi pengaruh
terbakar, 10. Perasaan depresi
budaya terhadap respon
terpotong, (tertekan)
nyeri
mengangkat 11. Perasaan takut 7. Identifikasi pengaruh
berat, prosedur mengalami cedera nyeri pada kualitas hidup
operasi, trauma, berulang 8. Monitor keberhasilan
latihan fisik 12. Anoreksia terapi komplementer
berlebihan) 13. Perineum terasa yang sudah diberikan
tertekan 9. Monitor efek samping
Gejala dan Tanda
14. Uterus terasa penggunaan analgetik
Mayor
membulat
Terapeutik
15. Ketegangan otot
Subjektif
16. Pupil dilatasi 1. Berikan Teknik

1. Mengeluh Nyeri 17. Muntah nonfarmakologis untuk


18. Mual mengurangi nyeri (mis:
Objektif 19. Frekuensi nadi TENS, hypnosis,
20. Pola napas akupresur, terapi music,
1. Tampak meringis
21. Tekanan darah biofeedback, terapi pijat,
2. Bersikap
22. Proses berpikir aromaterapi, Teknik
protektif (mis.
23. Fokus imajinasi terbimbing,
waspada, posisi
24. Fungsi berkemih kompres hangat/dingin,
menghindari
25. Perilaku terapi bermain)
nyeri)
26. Nafsu makan 2. Kontrol lingkungan yang
3. Gelisah
27. Pola tidur memperberat rasa nyeri
4. Frekuensi nadi
(mis: suhu ruangan,
meningkat
pencahayaan, kebisingan)
5. Sulit tidur
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Gejala dan Minor
4. Pertimbangkan jenis dan
Subjektif sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
(tidak tersedia) meredakan nyeri

Objektif Edukasi

1. Tekanan darah 1. Jelaskan penyebab,

meningkat periode, dan pemicu nyeri


2. pola napas 2. Jelaskan strategi
berubah meredakan nyeri
3. nafsu makan 3. Anjurkan memonitor
berubah nyeri secara mandiri
4. proses berpikir 4. Anjurkan menggunakan
terganggu analgesik secara tepat
5. Menarik diri 5. Ajarkan Teknik
6. Berfokus pada farmakologis untuk
diri sendiri mengurangi nyeri
7. Diaforesis
Kolaborasi

Kondi Klinis 1. Kolaborasi pemberian


Terkait analgetik, jika perlu

1. Kondisi
pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner
akut
5. Glaukoma
H. SOP
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
SEFT adalah pendekatan holistik yang menggabungkan unsur-unsur fisik dan
spiritual dalam upaya untuk mengatasi masalah emosional dan meningkatkan
kesejahteraan individu. Terapi ini bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang mencari
pendekatan yang lebih menyeluruh dalam pengelolaan emosi dan pertumbuhan rohani.
Pendekatan Holistik pada SEFT mengadopsi terhadap kesehatan mental dan emosional.
Ini memahami bahwa masalah emosional seringkali berhubungan dengan aspek fisik,
mental, emosional, dan spiritual yang saling terkait. Terapi SEFT dapat diterapkan
dalam berbagai kondisi, namun berdasarkan yang telah penulis mencari informasi,
terapi SEFT banyak digunakan pada kondisi pasien dengan masalah kecemasan dan
nyeri.

B. SARAN
Pemaparan mengenai terapi SEFT diatas dapat menjadi dasar bagi pelayanan
keperawatan untuk tehnik ini dapat dijadikan intervensi dalam menangani manajemen
nyeri, sehingga pasien dan keluarga mendapatkan penanganan nyeri secara mandiri

C. LAMPIRAN
Link Video Penerapan Terapi SEFT
https://youtu.be/nby_fMh97fg?si=EHIybMleJP_QiXqB
DAFTAR PUSTAKA

Church, Yount & Brooks. 2012. The effect of Emotional Freedom Techniques (EFT) on Stress
Biochemistry: A Randomized Controlled Trial. Journal of Nervous and Mental
Desease, 200(10): 891-896. Doi: 10.1097/NMD.0b013e31826b9fc1
Dossey BM. Theory of Integral Nursing Advances in Nursing Sciences.2008;79:883-93
Fatmawati, L., & Pawestri, P. (2021). Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
Sectio Caesarea dengan Terapi Murotal dan Edukasi Pre Operasi. Holistic Nursing Care
Approach, 1(1), 25. https://doi.org/10.26714/hnca.v1i1.8263
Saputri, A. (2020). Efektivitas SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap
Remaja Kecanduan Gadget di Wilayah Kota (SMK Wachid Hasyim) Surabaya. Diambil
kembali dari repository.stikeshangtuah-sby.ac.id: http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/624/1/Skripsi%20Ade%20Saputri%201610003%20%28ALHAMDULILLA
H%29-converted.pdf
Sarimunadi, W., Carolin, B. T., & Lubis, R. (2021). Terapi Seft (Spiritual Emotional Freedom
Technique) Untuk Menghadapi Kecemasan Dalam Persalinan. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 7(1), 139–144. https://doi.org/10.33024/jkm.v7i1.3146

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Ulyah, S 2014, Efektifitas Terapi SEFT (Spo (Spiritual Emosional Freedom Tehnique) Dalam
Menurunkan Kecemasan. Skripsi Program Sarjana Psikologi, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya
Zainuddin, Ahmad Faiz “Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Cara Tercepat dan
Termudah Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi”, (Jakarta: PT. Arga
Publishing, 2009), hal. 27-28
Zainuddin AF Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) for Healing Happiness,
Greatness. Jakarta: Afzan Publishing 2012.363 757-67

Anda mungkin juga menyukai