Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PROFESI

PENERAPAN TERAPI SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM


TECHNIQUE PADA PASIEN APENDIK

Oleh:

M. WISNO (202391112)

Pembimbing :

Ns. Dwi Yunita, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMIU KESEHATAN


BAITURAHIM JAMBI
TAHUN 2024
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan akhir profesi Ners tentang
“PENERAPAN TERAPI SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE
PADA PASIEN APENDIK”. Adapun penulisan ini dibuat sebagai ketentuan yang
ada untuk menyelesaikan perkuliahan Program Studi profesi Ners STIKES
Baiturahim Jambi tahun 2024
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan serta masukan
oleh staf dosen stikes Baiturahim serta dukungan dari semua pihak yang
merupakan sumber referensi tersusunnya laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Dasuki, M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners HarapanIbu jambi
2. Ns. Maulani, M.kep selaku pembimbing
3. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Program Studi Profesi Ners
HarapanIbu jambi yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam
poembuatan tugas ini
Penulis mengharapkan agar tugas ini dapat diselesaikan dengan hasil yang
memuaskan dan ditempuh dengan daya upaya semaksimal mungkin. Namun tidak
mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan,
penyajian, maupun penyampaian. Oleh karena itu, kritik dan saran serta komentar
yang bersifat membangun yang disertai dengan arahan dan bimbingan sangat
kami harapkan sebagai bahan masukan dan evaluasi demi kesempurnaan
pembuatan tugas di masa yang akan datang.
Demikianlah Laporan akhir profesi ini kami susun semoga dapat berguna
dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Muara Bulian, Januari 2024

Muhammad Wisno, S.Kep


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai
organ baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ
target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertropi
ventrikel kiri, angina atau infark miokard, gagal jantung, stroke, penyakit
ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan retinopati. Untuk itulah pentingnya
diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang akan terjadi atau mencegah kerusakan lebih
lanjut yang sedang terjadi (JNC, 2014)
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam
praktek klinik sehari-hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.2 Prevalensi dunia memperkitakan terdapat
1 milyar individu yang mengalami hipertensi. WHO juga mencatat terdapat
kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab utama terjadinya 62
persen pada kasus cerebrovascular disease dan 49 persen penyebab
terjadinya Penyakit jantung iskemik. Selain itu, hipertensi juga salah satu
penyebab terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal ginjal bila tidak
ditangani secara baik (JNC, 2014)
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2018
menunjukkan bahwa sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang
Hipertensi. Hal itu dapat diartikan jika satu dari tiga orang yang ada di
dunia terdiagnosis Hipertensi. Hipertensi termasuk peringkat pertama dari
lima besar penyakit yang ada di Indonesia (Gadingrejo et al., 2020). Jumlah
penyandang Hipertensi diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sebanyak 1,5 miliar orang yang
akan terdiagnosis Hipertensi. Diperkirakan untuk setiap tahunnya akan ada
sebanyak 10,44 juta orang meninggal akibat kasus Hipertensi dan
komplikasinya (Hidayat & Agnesia, 2021).
Prevalensi kasus Hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar
34,11% pada penduduk dengan usia >18 tahun. Prevalensi kasus Hipertensi
tertinggi berada di Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1%, sedangkan
prevelensi kasus Hipertensi terendah berada di Papua yaitu sebesar 22,2%.
Di Indonesia, Hipertensi pada kelompok rentang umur 31 – 44 tahun yaitu
sebesar 31,6%, pada rentang umur 45 – 54 tahun sebesar 45,3%, sedangkan
pada rentang umur 55 - 64 tahun sebesar 55,2% (Hidayat & Agnesia, 2021).
Untuk mengontrol tekanan darah pada kasus Hipertensi dapat
menggunakan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Salah satu
contoh terapi nonfarmakologis yang dapat digunakan yaitu dengan terapi
Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT). SEFT merupakan salah
satu terapi yang menggunakan kombinasi mind-body yang kemudian
berubah menjadi asuhan keperawatan komplementer. SEFT menggunakan
sistem energi yang ada dalam tubuh yang bertujuan untuk memperbaiki
kondisi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Terapi SEFT merupakan
suatu bentuk kombinasi antara sistem energi tubuh dengan terapi spiritual
menggunakan metode ketukan pada titik titik kunci yang ada pada jalur
energi (Patriyani & Sulistyowati, 2020).
Berdasarkan artikel “Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi melalui SEFT“ menunjukkan bahwa dari 35 orang
dengan kasus hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT
mengalami perubahan, dimana sesudah dilakukan terapi SEFT tekanan
darah 35 orang mengalami penurunan (Patriyani & Sulistyowati, 2020). Hal
ini juga didukung penelitian lainnya “Keberhasilan Terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Di Desa Pandau Jaya Kec.Siak Hulu Kab.Kampar“ menunjukkan
bahwa terapi SEFT yang dilakukan pada 64 responden memiliki pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah sistol dan diastol pada klien Hipertensi
(Maswarni, 2020). Selain dua penelitian diatas, terdapat juga penelitian
lainnya dengan judul “Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Hipertensi pada Lansia” yang menunjukan bahwa terapi
SEFT memiliki pengaruh terhadap tekanan darah pada lansia dengan
Hipertensi (Orizani, 2019)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
membahas tentang penatalaksanaan pada pasien hipertensi dengan tekhnik
terapi Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mahasiswa mampu megetahui teori Apendik
1.2.2 Mahasiswa mampu mengetahui tentang penerapan terapi Spiritual
Emosional Freedom Technique (SEFT) pada pasien hipertensi
1.2.3 Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
pasien apendik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP APENDIKSITIS


2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi

2.2 KONSEP TERAPI SEFT


2.2.1 Pengertian Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT)
SEFT adalah sebuah metode yang menggunakan dasar sistem energi
tubuh dalam menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi secara
cepat (Zainuddin, 2007). Sedangkan menurut Mulyo (2007) SEFT
merupakan sebuah metode untuk mengatasi masalah yang dikembangkan
sesuai dengan sifat manusia, yaitu dirancang untuk memenuhi sisi spiritual
yang melekat pada setiap orang. SEFT sendiri merupakan kombinasi dari
dua kekuatan Energy Psychology dengan Spritual Power dengan
menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT
ini berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali
dengan ritme teratur serta sikap pasrah kepada Tuhan sesuai keyakinan
pasien (Zainuddin, 2007).
14 macam teknik terapi yang masuk dalam teknik SEFT
(CognitiveTherapy (NLP), Behavioral Therapy, Logotherapy,
Psychoanalisa, EMDR, self Hypnosis (Ericsonian) sugesty dan
Affimmation, Visualization, Gestalt Therapy, Meditatin, Sedona Methode
Provocative Therapy, Energy Therapy (EFT), powerful Prayer).
2.2.2 Cara Melakukan SEFT
Cara melakukan SEFT ,yaitu: The Set-Up, The Tune-in dan The
Tapping (Zainuddin, 2007). Ketiga tahapan ini merupakan tahap-tahap yang
cukup sederhana dan diakhir tahap ini ada tapping yang dilakukan di 18 titik
tertentu pada tubuh.
1. The Set-Up
The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita
terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir
Psychological Reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa
pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Contoh
Psychological Reversal ini diantaranya:
a. Saya tidak termotivasi untuk hidup lama
b. Saya menyerah, saya tidak mampu menahannya
c. Saya cemas dengan kondisi saya saat ini
d. Saya stres, dengan nyeri yang terasa terus menerus
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi,
maka obatnya adalah berdo’a dengan khusyu’, ikhlas, dan pasrah:“Ya
Tuhan... meskipun saya... (perihal yang dikeluhkan), saya ikhlas
menerima sakit/ masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan
saya”
Kata-kata di atas disebut The Set-Up Words, yaitu beberapa kata
yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir
Psychological Reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa
religius, the set-up words adalah do’a kepasrahan kepada Tuhan
The Set-Up sebenarnya terdiri dari dari 2 aktivitas, yang pertama
adalah mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’,
ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah, sambil
mengucapakan kalimat set-up dengan penuh perasaan, dilakukan
penekanan pada dada tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri = daerah
di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk
dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”. (Gambar 2.14)

Gambar: Titik Sore Spot dan Karate Chop

Setelah dilakukan penekanan pada titik nyeri atau mengetuk karate


chop sambil mengucapkan kalimat set-up seperti di atas, maka
dilanjutkan pada langkah kedua, the tune-in.
2. The Tune-In
Tune-in dilakukan dengan cara merasakan rasa sakit yang di alami,
lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan
mulut mengatakan, “Ya Allah saya ikhlas, saya pasrah ...” atau Ya Allah
saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan pada-Mu
kesembuhan saya”.
Contoh tune-in pada pasien yang nyeri selama menderita kanker:
Seorang pasien yang mengalami snyeri dengan kanker yang dideritanya
diminta untuk memikirkan nyeri yang dirasakan. Ketika terjadi reaksi
negatif (khawatir, cemas atau takut) hati dan mulut mengatakan, “Ya
Allah..saya ikhlas.. saya pasrah”
Bersamaan dengan tune-in dilakukan pula langkah ketiga yaitu the
tapping. Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) emosi
negatif atau rasa sakit fisik dapat dinetralisir.
3. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-
titik tertentu di tubuh sebanyak kurang lebih 7 kali ketukan, sambil terus
melakukan tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major
Energy Meridians”, yang jika diketukan beberapa kali akan berdampak
pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan.
Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang
kembali. Titik-titik untuk melakukan tapping adalah sebagai berikut:
a. Daerah kepala:
1) Crown Point (CR): pada titik
dibagian atas kepala
2) Eye Brown (EB): pada titik
permulaan alis mata
3) Side of Eye (EB): di atas tulang
di samping mata (lateral canthus)
4) Under the Eye (UE): 2 cm dibawah kelopak mata
5) Under the Nose (UN): tepat di bawah hidung
6) Chin Point (CH): di anatara dagu dan bagian bawah
bibir
b. Daerah dada:
1) Collar Bone (CB): di ujung
tempat bertemunya tulang
dada, collar bone dan tulang
rusuk pertama
2) Under the Arm (UA): dibawah
ketiak sejajar dengan
puting/nipple
3) Bellow Nipple (BN): 2,5 cm di
bawah puting/nipple
c. Daerah tangan:
1) Inside of Hand (IH): di bagian dalam tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan
2) Outside of Hand (OH): di bagian luar tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan
3) Thum Point (Th): Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
4) Index Finger (IF): Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku
(bagian yang menghadap ibu jari)
5) Middle Finger (MF): jari tengah samping luar bagian
bawah kuku (bagian yang menghadap ibu jari)
6) Ringer Finger (RF): Jari manis disamping luar
bagian bawah kuku (bagian yang menghadap ibu
jari)
7) Baby Finger (BF): di jari kelingking disamping luar
bagian bawah kuku (bagian yang menghadap ibu
jari)
8) Karate Chop (KC): disamping telapak tangan, bagian yang
digunakan untuk mematahkan balok
9) Gamut Spot (GS): di antar ruas tulang jari kelingking dan jari
manis
Keterangan: Khusus pada titik Gamut Spot ini, sambil men-
tapping titik tersebut dilakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah
9 gerakan untuk merangsang otak. Sembilan gerakan itu adalah:
a) Menutup mata
b) Membuka mata
c) Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah
d) Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah
e) Memutar bola mata searah jarum jam
f) Memutar bola mata berlawanan jarum jam
g) Bergumam dengan berirama selama 3 detik
h) Menghitung 1, 2, 3, 4, 5
i) Bergumam lagi selama 3 detik
Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terkahir
adalah meng-ulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17
(berakhir di karate chop). Kemudian diakhiri dengan mengambil
nafas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa
syukur (Alhamdulillah)

2.2.3 Kunci Keberhasilan SEFT


Ada 5 hal yang harus diperhatikan agar SEFT yang dilakukan efektif.
Lima hal ini harus dilakukan selama proses terapi, mulai dari Set-Up, Tune-
In, hingga Tapping. Jika salah satu atau beberapa dari kelima hal ini
diabaikan, maka SEFT tidak akan efektif bahkan terapi yang dilakukan juga
bisa gagal. Kelima hal tersebut adalah yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah dan
syukur (Hamka, 2009).
BAB III
LAPORAN KASUS

Unit : Ruang penyakit Bedah Tanggal Masuk : 16-06-2023


Ruang/Kamar : Utama Tanggal Pengkajian : 19-06-2023

3.1 Pengkajian
3..1.1 Identuitas Pasien
Nama Klien : Ny. R
Umur : 73 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status marital : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/ Indonesia
Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Alamat Rumah : Rambutan Masam RT.10
Hubungan dengan klien : Anak
3.1.2 Keluhan utama
Klien datang kerumah sakit dengan keluahn kepala pusing seperti tertusuk
sejak 5 hari yang lalu, dengan durasi tidak menentu dan hilang timbul
3.1.3 Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
- Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
jika beraktivitas
- Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan seperti tertusuk
- Region, nyeri tidak menjalar atau menyebar
- Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 6-7 menggunanakan skala numerik
- Time: nyeri berlangsung tidak menentu

2. Riwayat kesehatan dahulu


Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak
terkontrol
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
yang dialami pasien saat ini
4. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien tinggal bersama anak pertamanya di sebuah rumah kontrakan.
Kesehatan lingkungan di sekitar penderita secara keseluruhan cukup
baik. Rumah kontrakan terdiri dari 2 kamar tidur, kamar mandi, ruang
keluarga, dapur, dan pekarangan rumah. Pasien menggunakan sumber air
PAM untuk mandi, mencuci baju, air minum, dan keperluan memasak
3.1.4 Pola kebiasaan
1. Nutrisi-cairan
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit frekuensi makan 2x sehari dengan porsi setengah,
Jumlah intake minum per 24 jam ± 6 gelas (volume 1200cc) tidak
ada keluhan mual dan muntah
b. Semenjak sakit
Semenjak sakit nafsu makan klien menurun, klien tidak dapat
menghabiskan porsi makanan yang diberikan frekuensi makan 2x
sehari dengan porsi 1/3 dari yang disediakan. Jumlah intake minum
per 24 jam ± 1.000 cc karena
2. Eliminasi
a. Sebelum sakit
Frekuensi BAB klien normal 1 kali/hari dan BAK tidak ditemui
masalah frekuensi BAK 5-6 x /hari dan warna urine kuning, bau
urine khas, volume urine 1200 cc/24 jam
b. Semenjak sakit
Tidak ada keluhan dalam proses eliminasi baik sebelum dan sesudah
sakit
3. Aktivitas-latihan
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit aktivitas Mandi, berpakaian, kerapian, makan, buang
air besar, buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur, ambulasi
dilakukan dengan mandiri
b. Semenjak sakit
Semenjak sakit klien mengalami kelemahan sehingga beberapa
aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat seperti makan dan
toileting
4. Tidur-istirahat
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan tidur, klien istirahat
cukup dengan durasi tidur malam ± 6-7 jam dan tidur siang ± 1 jam
b. Semenjak sakit
Klien lebih banyak tidur diakerenakan badan lemas dan kepala
pusing yang berkurang jika dibawa istirahat, durasi tidur ± 10 jam
pada malam hari dan ± 2 jam pada siang hari

3.1.5 Data social


Klien memiliki hubugan yang baik dengan anggota keluarga, namun karena
kelemahan dan pusing yang dirasakan selama sakit menyebabkan
keterbatasan juga dalam berinteraksi dengan anggota keluarga ataupun
dengan sesama pasien selama perawatan dirumah sakit
3.1.6 Riwayat psikologis
Pasien mengatakan penyakit yang di deritanya mengganggu aktivitas sehari-
hari, dan pasien tampak terganggu dan bertanya-tanya akan kesembuhan
penyakitnya
3.1.7 Pemeriksaan fisik (head to toe)
1. Tanda – tanda vital
TD : 160/100 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4 0 C
2. Keadaan umum
Keadaan umum pasien sedang, kesadaran composmentis. Namun klien
masih lemas dan mengeluh pusing sehingga sebagian aktivitas klien
masih dibantu keluarga dan perawat
3. Antropometri
TB : 160 cm
BB : 50 kg
IMT : 20 kg/m2

4. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan pecah-pecah, kulit
kepala bersih, benjolan tidak ada, klien mengeluh nyeri/pusing
5. Mata/Penglihatan
Ketajaman penglihatan baik, dengan visus 5/6. Alis simetris, konjungtiva
ananemis tidak ada peradangan, sklera an ikterik, pupil bulat, anisokor,
reaksi terhadap cahaya miosis refleks pupil normal. Lapang pandang
normal, tidak ada keluhan penglihatan dan klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan
6. Hidung/Penciuman
Hidung klien simetris, ukuran sedang, sttruktur dalam merah muda dan
fungsi penciuman normal adanya pendarahan atau mimisan sedikit
7. Telinga/Pendengaran
Telinga simetris kiri dan kanan warna sawo matang, tidak ada lesi dan
gangguan pendengaran. Fungsi pendengaran dengan tes rinne dan weber
normal, nyeri (-) dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
8. Mulut/Pengecapan
Bibir merah kecoklatan dan simetris, kelembapan kurang dan bibir klien
kering, lesi tidak ada. Gigi bersih, gigi lengkap dan klien tidak memakai
gigi palsu fungsi menguyah dan mengecap baik, reflek menelan baik dan
tidak ada keluhan dalam menelan
9. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, pembesaran leher dan kelenjar tiroid (-),
kaku kuduk tidak ada, kesulitan menelan (-)
10. Dada
I : Bentuk simetris, pernapasan dalam dengan RR 20x/menit
P : Tactil fremitus seimbang kiri dan kanan
P : Sonor
A: Vesikuler, whezing (-), ronchi (-)
11. Kardiovaskuler
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : Iktus cordis teraba pada ICS ke 5, Nadi 98x/menit, TD 160/100
mmHg
P : Redup
A: BJ I dan II normal (Lup dup), tidak ada bunyi mur-mur dan gallop
12. Abdomen/pencernaan
I : Tampak ada benjolan pada perut bagian kanan
A: Bising usus 22x/menit
P : Nyeri tekan (+) pada kuadran kanan bawah dan daerah lumbar, nyeri
lepas (+)
P : Tympani
13. Muskulo skeletal
Kekuatan otot normal, klien tampak lelah dan lemah, kaku sendi tidak
ada, tidak terjadi atropi dan tidak ada trauma/lesi. Nyeri sendi (-), tidak
ada kecacatan, kekuatan ekstremitas atas dan bawah menurun.
Tonus otot : 5555 5555
5555 5555
14. Genitourinaria
Tidak ada ganguggan dalam fungsi berkemih
15. Neurologi
Tingkat kesadaran klien composmentis dengan GCS 15 (E4 V5 M6),
daya ingat baik, serta orientasi klien terhadap tempat, orang dan waktu
baik. Ganggan motorik/lumpuh tidak ada, kejang (-), dan sedikit adanya
tremor karena frekuensi makan klien yang menurun. Fungsi syaraf
kranial normal tidak ada gangguan pada nervus 1-12.
16. Sensasi terhadap rangsangan
Klien dapat berespon terhadap rasa nyeri, suhu dan sensasi rabaan
17. Integumen /Kulit
Warna kulit klien sawo matang, tekstur kulit agak keriput dan turgor
serta kelembapan kulit menurun. Suhu teraba normal, tidak ada lesi dan
edema, keadaan kuku pendek dan bersih
3.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium Tanggal 16-6-2023
Hb : 12,9
Ht : 39,0
PLT : 262
WBC : 7,06
2. Terapi
Therapi Injeksi
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Omeprazole 40 mg/24 Jam
- Tramadol 100mg/12 Jam
Therapi oral:
- Racikan 3x1 tab (diazepam, gabapentim, ibuprofen, Paracetamol)
- Amlodipine 1x10 mg
- Candesartan 1x8 mg

3.2 Analisa Data


Nama pasien : Ny. R
Usia : 73 Tahun

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: Agen pencidera Nyeri akut
 Klien mengatakan kepala Fisiologis
pusing
DO:
 Tampak lemah dan aktivitas
terbatas
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah dan
meringis
 TD : 160/100 mmHg
 N : 98 x/menit
 RR : 20 x/menit
3.3 Intrvensi Keperawatan
Nama pasien : Ny. R
Usia : 73 Tahun

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi


1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis selama 3x24 jam diharapkan Nyeri 1. Observasi
(Inflamasi) terkontrol (L.08063) - Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
KH/ NOC: kualitas dan intensitas nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol - Identifikasi skala nyeri
- Kemampuan mengenali - Identifikasi respon nyeri non verbal
penyebab nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Kemampuan menggunakan memperingan nyeri
teknik non-farmakologi 2. Terapeutik
- Adanya dukungan orang - Berikan teknik nonfarmakologis (napas dalam)
terdekat - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis (napas dalam)
- Anjurkan untuk menggunakan analgetik secara
tepat
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

1. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-Report from the panel members
appointed to the eight joint national commitee. 2014.
2. ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.
3. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 th Edition page 1653. The
McGraw – Hill Companies. 2005
4. Mohammad Yogiantoro. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi
Esensial. Perhipunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai