Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEHNIQUE

(SEFT) PADA LANJUT USIA

OLEH
KELOMPOK II

ANGGOTA :
1. AHMAD RAMADLAN NPM.
2. F. M. SISCA SIHOTANG NPM. 2040703062
3. REGIA NAPITUPULU NPM. 2040703082
4. TAUFIK NPM.
5. WAHYU SURANI NPM. 2040703093

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
I. PENGERTIAN
Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) merupakan tehnik
penggabungan dari terapi system energi tubuh dan spiritualitas. Stimulasi titik energi
tubuh dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu
pada tubuh sambal berdoa yang disertai sikap pasrah kepada Tuhan (Hakam dkk,
2009)
Anwar dan Triana (2011) mendefinisikan SEFT sebagai sebuah teknik yang
mengkombinasikan antara spiritualitas melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan
dengan energy psychology. Adanya unsur spiritualitas adalah suatu hal yang
membedakan teknik SEFT dengan berbagai teknik terapi yang berbasis energy
psychology lainnya.
Zainuddin (2009) sebagai penemu SEFT mendefinisikanSEFT sebagai sebuah
teknik terapi berbasis energy psychology dan spiritual power dimana penggunanya
melakukan sejumlah ketukan pada titik-titik meridiantubuh di sepanjang jalur
meridian tubuh sambil melakukan doa pada Sang Pencipta.

1.1 Dasar Teori SEFT

SEFT merupakan teknik terapi psikologi yang berawal dari EFT. Sebagai
teknik yang berawal dari SEFT, maka teori utama yang menjadi acuan dasar dalam
SEFT adalah enerrgy psychology (Zainuddin, 2009). Energy psychology adalah
konsep teori yang berbasis teori akupuntur namun dalam aplikasi teknik tanpa
menggunakan jarum (Gallo, 1999; Gallo & Vincenzi, 2000). Tidak berbeda dengan
teori akupuntur, teori energy psychology berasumsi bahwa setiap manusia
mempunyai suatu sistem energi yang mengatur seluruh sistem fisik maupun psikis
manusia. Sistem energi tersebut terdiri dari life force atau biasa disebut oleh para
tabib cina dengan Chi, chakra atau acupoint sebagai pusat pembangkit energi dan
penyuplai energi ke sel-sel tubuh manusia, dan 365 jalur meridian tubuh yang
berfungsi sebagai tempat mengalirnya chi (Gallo, 2005; Feinstein & Ashland, 2009).
Menurut teori energy psychology, gangguan psikologis atau sakit fisik terjadi
jika terdapat sejumlah hambatan energi negatif pada pembuluh meridian tempat
mengalirnya chi. Oleh karena itu, jika ada seseorang mengalami gangguan psikologis
sepertigangguan kecemasan, fobia ataupun depresi, berarti telah terjadi
ketidakseimbanganberupa adanya hambatan berupa energi negatif pada system jalur
meridiannya (Feinsten & Ashland, 2009)
Feinstein & Ashland (2012) mengatakan untuk mengatasi gangguan tersebut
dapat dilakukan dengan menstimulasi dengan menyentuh, menekan, ataupun dengan
ketukan ringan pada titik-titik acupoint yang berhubungan dengan persoalan yang
dialami. Dengan melakukan stimulasi pada titik acupoint maka secara otomatis akan
melenyapkan atau mengeluarkan energi negatif dari sistem energi individu.
Pada SEFT digunakan stimulasi berupa ketukan ringan atau tapping pada titik
acupoint. Pada saat tapping terjadi peningkatan proses perjalanan sinyalsinyal
neurotransmitter yang menurunkan regulasihipotalamic-pitutiary-adrenalAxis (HPA
axis) sehingga mengurangi produksi hormon stres yaitu kortisol (Church, 2009).
Efek tapping telah dibuktikan dengan sebuah penelitian di Harvard Medical
School. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang yangdalam keadaan
takut kemudian dilakukan tapping pada titik acupointnya makaterjadi penurunan
akitivitas amygdala, dengan kata lain terjadi penurunanaktivitas gelombang otak, hal
tersebut juga membuat respons fight or flight padapartisipan terhenti. Untuk
kemudian memunculkan efek relaksasi yang akanmenetralisir segala ketegangan
emosi yang dialami individu. Efek ini samadengan respon yang muncul ketika
seseorang distimulasi dengan jarum akupunturpada titik meridiannya (Feinsten &
ashland, 2012).
Spiritual merupakan komponen yang membedakan antara SEFT dan EFT.
Penambahan unsur spiritual dalam SEFT berupa doa kepada Tuhan. Zainuddin (2009)
mengungkapkan penambahan unsur spiritual berupa doa menghasilkan amplifiying
effect atau efek pelipatgandaan pada EFT.
Lewis & Barnes(2008) dalam penelitian mengungkapkan terhadap 2306
sampel untuk melihat korelasi antara frekuensi berdoa dengan psychology Lewis &
Barnes membagi kategori psychology health menjadi 4 aspek yaitu
extraversion,psychoticsm, neurotocism, dan lie scale. Lewis & Barnes menemukan
bahwa seseorang yang sering berdoa mempunyai skor extraversion,
psychoticsm,neurotocism, dan lie scale yang lebih rendah ketimbang individu yang
berdoa kadang-kadang atau tidak sama sekali. Dengan kata lain, individu yang sering
berdoa akan mempunyai kesehatan mental yang baik.
Wachholtz& Sambaamorthi (2011) mengungkapkan penyebab doa dapat
memberikan efek positif terhadap kondisi psikilogis individu adalah adanya sebuah
proses coping pada individu.dengan berdoa individu diajak melakukan proses coping.
Doa menggiring individu untuk memahami segala sesuatu dari sudut pandang yang
jauh lebih tinggi atau transendence (Lewis & Barnes, 2008). Bagi individu yang
jarang berdoa, sakit pada tubuh fisik dapat dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan
suatu kesialan sehingga dapat mengalami stres, kecemasan, ataupun depresi. Berbeda
halnya dengan individu yang rutin berdoa dengan penuh penghayatan, bagi individu
tersebut sakit bisa jadi sebuah bentuk proses pencucian dosa, peningkatan derajat,
bahkan sebagai bentuk cinta kasih Tuhan terhadap dirinya. Proses pemaknaan
peristiwa secara transendece inilah yang menjadi sebuah bentuk coping bagi
individu. Hal ini juga senada dengan pendapat Lazarus & Folkman (1986) yang
mengungkapkan bahwa nilai-nilai religiusitas dapat berperan untuk coping stres pada
individu.
Zainuddin (2009) menjelaskan bahwa SEFT dapat dijelaskan dari filsafat psikologi
eksistensial yang termasuk dalam mazhab humanistik. Viktor Frankl mengembangkan
teknik terapi yang berbasis psikologi eksistensial yang dikenal dengan logotherapy
(Corey, 2009)
Frankl (2009) mengungkapkan bahwa penyebab individu mengalami problem
psikologis seperti depresi, dan gangguan kecemasan adalah akibat ketidakmampuan
individu untuk memaknai persoalan yang dihadapinya secara positif. Frankl
menjelaskan bahwa untuk bisa bebas dari persoalan psikologisnya dan dapat mencapai
kebahagiaan maka individu perlu memaknai peristiwa yang dihadapinya secara positif.
Salah satu pemaknaan positif tersebut adalah memaknai sebuah peristiwa dari sudut
pandang spiritualitas. Viktor Frankl mengatakan pula bahwa sudut pandang
spiritualitas sebagai the ultimate meaning (makna puncak) yang dapat digunakan oleh
individu untuk mencapai kebahagiaan. Dengan kata lain ketika spirutualitas
merupakan suatu hal yang akan berpengaruh sangat besar dalam menentukan bahagia
atau tidaknya individu.
Zainuddin (2009) mengungkapkan bahwa dalam SEFT terdapat pelaksanaan
dari logotherapy. Hal ini dapat dilihat pada teknik SEFT pada tahap set up, tune in
maupun tapping yang mengajarkan individu untuk dapat ikhlas dan pasrah kepada
Tuhan dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapinya. Dengan demikian
SEFT memberikan sejumlah pemaknaan yang bersifat spiritualitas pada penggunanya
terhadap persoalan yang dihadapinya.Pemaknaan spiritualitas seperti:
a. Tuhan itu ada, Tuhan yang mengatur alur kehidupan saya.
b. Jika Tuhan memberikan kesulitan, disaat bersamaan Tuhan juga
memberikankemudahan.
c. Setiap kesulitan yang hadir adalah bagian dari keputusuan Tuhan yang
pastinya baik untuk saya saat ini.
d. Tuhan dan manusia mempunyai tugas yang berbeda. Tugas saya hanyalah
berusaha, sedangkan tugas Tuhan adalah menentukan hasil.
Oleh karena itu,dengan menjalankan SEFT individu dapat terbebas dari persoalan
psikologis yang dihadapinya maupun mencapai kebahagiaan atau hidup yang
bermakna.
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan SEFT
Ada 5 hal yang harus kita perhatikan agar SEFT yang kita lakukan efektif.
Lima hal ini harus kita lakukan selama terapi, mulai Set-up, Tune-up, hingga Tapping
( Zainuddin, 2009 ).
1. Yakin
Anda (terapis maupun klien) tidak perlu yakin samaSEFT atau diri anda
sendiri, anda hanya perlu yakin pada Maha Kuasanya Tuhan dan Sayangnya
Tuhan pada anda.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs Al
Insyirah ayat 5).
2. Khusyu
Selama melakukan terapi kususnya saat Set-up, kita harus kosentrasi atau
khusu. Pusatkan pikiran kita pada saat melakukan Set-up (berdoa) pada
“Sang Maha Penyembuh”.
3. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun emosi)
dengan sepenuh hati. Ikhlas berarti tidak mengeluh, tidak complain atas
musibah yang sedang kita terima.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan”
(Qs:An Nisaa' ayat 125).
4. Pasrah
Pasrah dalah menyerahkan apa yang terjadi nanti pada Allah SWT. Kita
pasrahkan pada-Nya apa yag terjadi nanti, apakah makin sakit atau makin
membaik semua kita pasrahkan pada Allah.

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluanya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS.Ath-Thalaq:3).
5. Syukur
Bersyukur saat kondisi semua baik-baik saja adalah mudah. Sunggu berat
untuk tetap bersyukur disaat kita masih punya masalah berat yang belum
selesai. Jangan samapai satu masalah kecil menenggelamkan rasa syukur kita
atas nikmat Allah. Maka kita perlu “discipline of gratitude”, mendisiplinkan
pikiran, hati dan tindakan kita untuk selalu bersyukur, karena bisa jadi
penyakit yang diderita kita lupa mensyukuri nikmat yang Selama ini kita
terima.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan ; Sesungguhnya, jika
kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan,
jika kamu mengingkari (nikmat-ku), sesungguhnya azab-ku sangat pedih (Qs
Ibrahim ayat 7).
2.4.4 Faktor Penghambat Keberhasilan SEFT
Menurut Zainuddin (2009) ada 11 faktor penghambat dalam keberhasilan
terapi SEFT. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
1. Kurang pengetahuan dan keterampilan
Untuk mengatasinya diperlukan Learn More, Practice More, belajar lebih
banyak dan sering praktek.
2. Dehidrasi
Untuk mengatasinya dengan cara minum air yang banyak sebelum
melakukan SEFT minimal 0,5 liter, karena energy tubuh dapat dialirkan
dengan baik oleh air
3. Hambatan spiritual
Masalah Solusi

Kurang yakin Yakin bukan pada SEFT atau pada terapis,namun pada
kekuasaan Tuhan dan rasa kasihnya.

Kurang ikhlas Sadari bahwa kita ini adalah hambanya

Kurang Kusyu Bayangkan anda dilihat Tuhan sekarang

Kurang Pasrah Bayangkan anda dalam kondisi terjepit, diujung tanduk


dan tidak ada seorang pun yang dapat membantu anda
kecuali Tuhan

Kurang Syukur Sadari bahwa dalam setiap masalah ada 1000 nikmat yang
belum kita sukuri

4. Perlawanan Psikologis
Cara mengatsi dengan berpikir positif
5. Kurang spesifik
Cara mengatasi dengan Tell The Story Technique, The Movie Technique,
The Tearless Trauma Technique.
6. Akar masala belum ditemukan
Carilah akar masalah dari keluhan penderita layaknya seorang detektif.
7. Aspek yang berubah-ubah
Cara mengatasi dengan fokus terhadap salah satu aspek.
8. Mebutuhkan sentuhan orang lain
Kita membutuhkan orang lain dalam melakukan SEFT terutama yang lebih
berpangalaman karena saat orang lain melakukan SEFT untuk anda akan
terjadi penambahan energi tubuh yang saling berinteraksi.
9. Tidak ingin berubah
Anda tidak bisa membantu orang yang memang tidak ingin dibantu.
10. Memerlukan “PERNAFASAN COLLARBON”
Hanya untuk 5% populasi yang masalahnya tidak kunjung hilang setelah
berulang kali tapping dengan berbagai teknik.
11. Alergi terhadap objek tertentu.
Cara megatasi dengan menghindari objek alergi

II. TUJUAN
III. PERSIAPAN (ALAT, LINGKUNGAN, PASIEN)
IV. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

METODE SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique )

Topic : METODE SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique )

Penyuluh : Mahasiswa STIKES ICME Jombang Prodi S1 keperawatan yang

sedang melakukan penelitian.

Sasaran : Lansia

Tempat : Panti sosial lanjut usia kabupaten Jombang

Hari/Tanggal : maret-april
Waktu
: 20 menit

A. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh teraphy SEFT terhadap tingkat kecemasan

pada lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang.

B. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi
7

C. Pelaksanaan

no Tahap Peneliti Responden waktu

1 The Set-Up Memandu lansia 1. Saya 5 menit

untuk mengikuti mempunyai

kata-kata Set-up darah tinggi

dengan benar dan 2. Saya sakit

kusyu’ kepala

3. Saya takut

terkena stroke

4. Saya terkena

penyakit

jantung

2 The Tune-in Memastikan lansia 1. Melakukan 5 menit

untuk melakukan Tune-in

Tune-in. dengan cara

memfokuskan

bahwa ingin

menstabilkan

tekanan darah

2. Memfokuskan

pikiran ke

rasa sakit
77

3. Memikirkan

sesuatu atau

peritiwa strok

atau penyakit

jantung yang

dapat

membangkitk

an emosi

negative yang

ingin kita

hilangkan.

3 The Melakukan tapping Mengetuk ringan 10 menit

Tapping pada lansia dengan dua ujung

jari pada 18 titik

tertentu pada

tubuh.

V. EVALUASI
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN MATERI

10
11
12
13
14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai