Anda di halaman 1dari 6

LTM 2 : Teori Self Healing

Oleh Hanifa Zahrah Shalihah, 2006598332, Kep .Transkultural (P) 2020

Gambar 1. Topografi Emosi Tubuh

Dewasa ini, tidak sedikit orang yang merasakan kelelahan secara psikis. Tingkat depresi
Indonesia pada 2021 meningkat menjadi 32%. Hal ini tentu berdampak pada fisik Anda. Sebab,
semua yang kita rasakan dalam bentuk emosi adalah produk dari otak melalui proses berfikir.
Misal, saat Anda merasa takut, tiba-tiba jantung berdetak lebih kencang atau saat Anda gugup tiba-
tiba saja lidah terasa kelu, tangan dan kaki menjadi dingin. Itu semua disebabkan oleh pemikiran
yang memunculkan gambar-gambar yang tidak menyenangkan di kepala kita. Hal ini menjadi
bukti bahwa pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan. Karena, pikiran dan tubuh adalah satu
kesatuan, maka banyak pula penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh pikiran (Windriatmoko,
n,d.).
Ketika Anda lelah dan stress, sistem imunitas melemah. Maka dari itu, Anda bisa
menggunakan pikiran Anda untuk melakukan proses penyembuhan secara mandiri dengan hanya
memikirkan hal-hal yang positif, sugestif dan bermanfaat untuk membuat tubuh lebih sehat dan
lebih imun terhadap segala jenis penyakit yang disebut dengan self healing (Windriatmoko, n,d.).
Self healing merupakan suatu metode penyembuhan penyakit tanpa menggunakan obat, tapi
dengan mengeluarkan segala perasaan maupun emosi yang dipendam seseorang sebagai suatu
proses penyembuhan. Self healing yang dilakukan oleh individu yang memiliki penyakit dan
dibantu oleh terapis (Afifah, 2019). Self-healing berguna untuk menyelesaikan pekerjaan yang
belum selesai yang berakibat pada kelelahan emosi seseorang. Lalu, darimanakah teori self healing
ini muncul? Mari kita bahas dalam lembar tugas kali ini.

Self-healing lebih mengarah pada proses pemulihan atau penyembuhan yang biasanya
diakibatkan oleh gangguan psikologis, trauma dan sebagainya yang mana proses pemulihan ini
dimotivasi dan didorong oleh klien atau pasien dan biasanya diatur oleh insting individu tersebut
(Vignesh dkk., 2019). Prof. Jim Paul M. Ph.D menggambarkan sebuah mekanisme keluhan dalam
self healing menjadi lima bagian, yaitu:

1. Keluhan Psikis Tahap 1


Pada fase ini, bagian otak yang disebut hipotalamus akan menerima sinyal peringatan,
sebelum kemudian melepaskan hormon glukokortikoid yang memicu pelepasan hormon
stres, kortisol dan adrenalin. Alhasil, orang yang mengalami stres pada tahap ini akan
mengalami percepatan detak jantung dan peningkatan tekanan darah.
2. Keluhan Psikis Tahap 2
Dalam fase ini, tubuh akan terus memproduksi hormon stres karena masalah tidak kunjung
selesai. Hal ini kemudian akan membuat Anda mudah tersinggung serta kesulitan untuk
berkonsentrasi
3. Keluhan Fisik 1
Dalam fase ini, pengindikasian keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang
tidak diinginkan, berbentuk tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti
misalnya perasaan mual atau pusing. Akan tetapi, ada hal yang tidak tercakup dalam
pengertian istilah ini seperti halusinasi atau delusi, karena cara melakukan pengindikasian
ini bertumpuk pada diri pelaku sering tanpa sadar, dan bukan hasil dari pengamatan yang
dilakukan berdasarkan pemeriksaan kedokteran.
4. Keluhan Fisik Tahap 2
Dalam fase ini, menggambarkan berbagai karakter dan kumpulan gejala tentang kerusakan
organ atau jaringan. Namun kadang-kadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit.
5. Keluhan Psikis Tahap 3
Dikenal sebagai fase kelelahan, stres yang terjadi secara terus-menerus membuat energi
dalam tubuh habis. Tidak ada lagi benteng yang bisa menghadapi rasa stres. Anda akan
menjadi mudah lelah, merasa gagal, depresi, hingga gelisah.

Sehingga, Dr, Jim menyimpulkan “Dari Pemikiran Menuju Ke Tubuh Dan Kembali Ke
Pemikiran”. Melaui simpulan ini, konsep self healing mampu menjadi upaya preventif dalam
mencegah datangnya penyakit fisik yang lahir dari psikis. Sifat dari self healing sendiri adalah
universal, tidak ada acuan mengenai agama, praksis, dan dipelajari secara masuk akal. Menurut
Diana (2020), terdapat 9 upaya self healing:

1. Forgiveness
Saat terjadi konflik, biasanya proses pelepasan emosi negatif diekspresikan dengan cara
yang keliru, sehingga proses grief berjalan lama. Agar tidak berlanjut terlalu lama, maka
memaafkan menjadi solusinya yang tepat. Forgiveness merupakan proses yang dilalui oleh
individu untuk mengubah dan melepaskan emosi yang negatif menjadi emosi positif
sehingga lebih dapat berempati, bersimpati, dan melakukan kebajikan (Rahmasari, 2020).
2. Gratitude
Menurut Hambali, Meiza, & Fahmi (2015) dalam istilah psikologi kebersyukuran
merupakan persamaan dari gratitude yang merupakan kegiatan yang diawali dengan niat
baik dan sikap positif dengan tindakan baik dan bermoral secara langsung. Gratitude yang
merupakan upaya yang dilakukan individu untuk dapat memanfaatkan apa yang dimiliki
selama proses kehidupan untuk dijadikan hal-hal yang positif (Haryanto & Kertamuda,
2016).
3. Self Compassion
Menurut Neff (2011) menyebutkan bahwa self compassion merupakan pemaknaan serta
pandangan dalam diri atas ketidakmampuan yang dimiliki, sehingga dapat menumbuhkan
empati terhadap seseorang yang belum beruntung dan memiliki keinginan untuk menolong.
4. Mindfullness
Peningkatan kesadaran yang berfokus pada pengalaman saat ini dan penerimaan
pengalaman tanpa memberikan tanggapan atau penilaian. Sehingga, mindfullness bisa
diartikan sebagai bentuk tabah dan tawakkal atas suatu pengalaman dan sengaja dibawa
dengan cara yang lembut, tanpa penghakiman, dan penuh dengan penerimaan (dalam
Islamiyah, Sismawati, & Kaloeti, 2020).
5. Positive self talk
Menurut Burnett (1996), self talk merupakan pembicaraan internal yang terstruktur dan
berasal dari dan untuk diri sendiri sebagai bentuk gambaran pemikiran mengenai diri
sendiri dan dunia (dalam Marhani, Sahrani, & Monika, 2018). Melalui self talk, Anda bisa
lebih mencintai diri sendiri.
6. Expressive writing
Menurut Darnati, Sugiato, & Sunarko (2018) expressive writing merupakan intervensi
berbentuk psikoterapi kognitif yang dapat mengatasi masalah depresi, cemas dan stress
karena membantu merefleksikan pemikiran dan perasan terhadap peristiwa yang
menyenangkan. Oleh sebab itu, expressive writing banyak digunakan sebagai media terapi
untuk menurunkan tingkat depresi, kecemasan dan stress pada seseorang.
7. Relaksasi
Menurut Suyono, Triyono, & Handarini (2016) relaksasi merupakan bentuk terapi dengan
cara memberikan instruksi kepada seseorang untuk menutup mata dan berkonsentrasi pada
pernafasan, sehingga dapat tercipta keadaan yang nyaman dan tenang, serta memberikan
instruksi gerakan mulai dari kepala sampai kaki secara sistematis. Dalam ilmu keperawatan,
kita bisa mengimplementasikan metode tarik napas dalam.
8. Self Management
Self management merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai penguasaan
keterampilan diri, pengetahuan diri dan sikap yang relevan terhadap kehidupannya
(Sutrisno, 2009).
9. Imagery
Menurut Novarenta (2013, guided imagery merupakan metode relaksasi yang dilakukan
dengan cara mengkhayal tempat dan kejadian yang berhubungan dengan rasa yang
menyenangkan (dalam Sugiyanti, Suharyanti, & Priyanto, 2017). Dalam ilmu keperawatan,
kita bisa mengimplementasikan teknik hypnosis lima jari atau distraksi.

Jadi, melalui paparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa teori yang mendasari self healing
ialah Teori Neuroscience sebagai dasar ilmiah yang bisa menjelaskan hubungan antara pikiran
dengan tubuh. “The human body is the best picture of human soul”. Saat otak mendeteksi adanya
potensi ancaman atau gangguan, otak secara otomatis memproduksi dan mengeluarkan hormon
stres, yaitu adrenalin dan kortisol, ke seluruh tubuh. Hormon ini memicu respon dalam tubuh untuk
selalu waspada dan siap melawan atau lari. Sedangkan otak dirangsang oleh sesuatu yang
menyenangkan, seperti menerima hadiah ulang tahun. Otak memproduksi dan mengeluarkan
hormon dopamin, oksitosin, dan serotonin. Ini semua adalah hormon yang membuat Anda merasa
baik, bahagia, dan memotivasi Anda untuk melakukan hal-hal tertentu (Windriatmoko, n,d.).

Jagalah emosi tetap stabil, munculkan kebahagiaan dalam diri, hindari stres agar cortisol dan
adrenalin tidak terlalu banyak terpicu untuk tersekresi dalam darah. Sebab, sebagian besar penyakit
bersifat psychosomatic, sehingga Anda bisa melakukan penyembuhan diri dengan cara mengubah
emosi-emosi negatif yang merusak dengan emosi yang lebih positif dan menyembuhkan!
REFERENSI

Afifah, S. (2019). elf healing melalui mind healing technique untuk mengatasi setress: Penelitian
deskriptif pada Mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi fakultas. Website “Heart Talk”
sebagai Wadah Virtual untuk Berbagi. Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung).

Mamahit, J, P. (n.d.). Self Healing.

Rahmasari, D. (2020). Self Healing Is Knowing Your Own Self. Surabaya: Unesa University Press.

Redho, A., Sofiani, Y., & Warongan, A. W. (2019). Pengaruh Self Healing terhadap Penurunan
Skala Nyeri Pasien Post Op. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 205-214.

Schulz, Kathryn (2013). "The Self in Self-Help: We have no idea what a self is. So how can we
fix it?". New York Magazine. New York Media, LLC. ISSN 0028-7369. Retrieved 2013-
01-11.

Vignesh, M., Priya, A. J., & Devi, R. G. (2019). Scientific and therapeutic effects of self-
healing. Drug Invention Today, 11(10), 3.

Windriatmoko, A. (n.d.). Semua Orang Bisa Self Healing. Amazing Holistic Awareness (A-HA).

Anda mungkin juga menyukai