Anggota Kelompok 1 :
2020
I. LATAR BELAKANG
Pasien yang dirawat dirumah sakit cenderung memiliki tingkat kecemasan
sehingga dapat mengakibatkan dampak yang tidak baik secara fisik maupun
psikologis. Permasalahan - permasalahan yang sering dirasakan oleh pasien di rumah
sakit diantaranya adalah merasa kesepian, terbatasnya ruang gerak, tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar secara sempurna, jenuh, stress, dan lain-lain. Keterampilan perawat
untuk dapat membantu pasien dalam menangani masalah tersebut agar pasien dapat
sembuh secara holistik atau menyeluruh. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan mindfullness pada pasien
Mindfullness merupakan suatu latihan yang dilakukan sesorang dengan cara
fokus untuk menyadari masalah yang sedang dihadapi, menerimanya dengan lapang
dada tanpa melakukan penilaian yang negatif dan juga tidak beraksi berlebihan
(Meidiana, 2018). Mindfulness terdiri dari latihan meditasi formal (misalnya,
memperhatikan tubuh, berbaring di atas tanah, atau berjalan perlahan dengan
kesadaran akan lingkungan seseorang) serta latihan informal (misalnya, memberi
perhatian penuh pada apa yang sedang dilakukan atau dialami seseorang pada saat
tertentu (Alberts HJEM, Hu lsheger UR, 2015 dalam Mad Janssen dkk, 2018).
Intervensi mindfulness, selain secara efektif menurunkan stres spiritual, juga
terbukti efektif dalam mengendalikan amarah dan meyakinkan klien skizofrenia
dengan resiko perilaku kekerasan (Sari & Dwidiyanti, 2014 dalam Badrul Munid dkk,
2019).
Mindfulness, sebagai salah satu tindakan keperawatan holistik non-
farmakologi telah banyak digunakan oleh praktisi, perawat dan peneliti untuk
mengatasi berbagai masalah keperawatan dengan teori-teori keperawatan yang
memiliki tujuan disesuaikan dengan masalah atau fenomena yang terjadi pada tiap
individu yang menjadi klien.
II. DEFINISI
Mindfulness merupakan suatu keadaan pikiran yang dimana berfokus terhadap
pengenalan tentang apa yang dirasakan saat ini tanpa melalui penilaian. Semua yang
dirasakan, dilihat, di dengar, reaksi emosi dan pemikiran merupakan sebagai peristiwa
mental yang muncul dalam keadaan sadar. Keadaan ini diartikan bahwa pemikiran
dan perasaan merupakan suatu peristiwa mental yang muncul di pikiran tanpa
mengidentifikasi secara berlebihan dan bereaksi secara otomatis dengan kebiasaan
perilaku yang cenderung terdorong secara emosional. Mindfulness merupakan suatu
bentuk keterampilan yang membantu individu agar memiliki kesadaran dan tidak
bersikap reaktif terhadap apa yang akan terjadi saat ini, sebuah cara untuk dapat
memaknai kejadian positif, negatif, ataupun netral sehingga dapat mengatasi perasaan
tertekan dan dapat menimbulkan kesejahteraan diri (Germer, Siegel, dan Fulton,
2005).
Menurut Wood (2013) menyatakan bahwa mindfulness merupakan suatu
kondisi yang mana seseorang benar-benar hadir dalam kondisi tertentu. Ketika
kesadarannya penuh, seseorang tidak akan membiarkan pikiran melayang pada
kejadian kemarin atau rencana pada keesokan harinya. Akan tetapi seseorang tersebut
hanya akan fokus pada kegiatan yang dikerjakan hari ini. aspek penting dalam konsep
mindfulness yaitu kesadaran terhadap kejadian yang terjadi tanpa suatu pertimbangan
dan pengharapan pada hasil ataupun tujuan. Mindfulness merupakan sebuah aspek
kognitif yang secara operasional terdiri dari dua komponen yaitu p erhatian yang
berkelanjutan terhadap hal-hal yang dialami secara langsung dan sikap keingintahuan,
keterbukaan dan penerimaan terhadap hal yang dialaminya (Bishop et al, 2004)
V. JENIS MIDFULLNESS
1. Acceptance-Based Behavior Therapy (ABBT)
Acceptance-Based Behavior Therapy (ABBT) bertujuan untuk mengurangi ke
cemasan. ABBT masih menekankan pada perilaku kognitif serta memberikan asu
msi bahwa permasalahan klinis yang disebabkan dan dipertahankan dengan cara y
ang biasa digunakan, untuk menanggapi dari waktu kewaktu dapat menjadikan se
seorang belajar cara baru, mendeteksi tanda awal permasalahan, mengembangkan
respon baru, mempraktikkan respon baru secara adaptif, serta memperlihatkan da
mpak dari hal tersebut. ABBT ini juga bertujuan untuk membantu klien menguba
h cara interaksi mereka melalui pengalaman internal yang dialami secara langsun
g
2. Mindfulness-Based Relapse Prevention (MBRP)
Mindfulness-Based Relapse Prevention (MBRP) merupakan sebuah teknik yan
g digunakan untuk mencegah suatu kekambuhan dengan memberikan suatu perha
tian. MBRP ini memberikan pendekatan yang akan memproses sinyal atau rangsa
ngan yang memicu kekambuhan, serta akan memantau reaksi dari sinyal tersebut
menggunakan kesadaran berfikir secara penuh (mindful) untuk mempromosikan p
erilaku yang positif. Biasnya terapi MBRP ini digunakan untuk individu yang kec
anduan terhadap NAPZA (Glasner, et al., 2017).
3. Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR)
Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR) merupakan sebuah terapi yang
ditujukan untuk pasien dengan penyakit kanker untuk meningkatkan hasil dari psi
kososialnya seperti mengatasi mood yang terganggu, gejala stress serta meningkat
kan kualitas hidup. MBCR mengembangkan sikap penerimaan, tidak menghakimi,
dan untuk berbagi pengalaman dengan sesama. Tujuannya adalah untuk memberi
kas suasana yang mendukung penerimaan pikiran dan emosi, saling terbuka dan b
elajar dari pengalaman satu sama lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
diri dan kualitas hidup (Schellekens, et al., 2017).
4. Mindfulness-Based Childbirth and Parenting (MBCP)
Mindfulness-Based Childbirth and Parenting (MBCP) merupakan teknik mind
fulness yang diterapkan untuk mengurangi stress serta depresi pada wanita yang b
elum hamil serta pada pria (pasangan). MBCP ini ditujukan untuk pasangan suam
i istri yang menyiapkan diri menjadi orang tua mendiskusikan topik yang relevan
dengan teman sebaya untuk mengurangi kejadian depresi perinatal maupun pasca
persalinan (Lönnberg, Jonas, Unternaehrer, Bränström, Nisssen, & Niemi, 2020).
5. Mindfulness-Based Eating Awareness Training (MB-EAT)
Mindfulness-Based Eating Awareness Training (MB-EAT) merupakan teknik
meditasi yang terfokus pada teknik untuk membantu seorang individu yang meng
alami kelebihan berat badan agar mampu mengatur pola makan, menormalkan pe
rilaku makan dan meningkatkan olahraga. Tujuan dari MB-EAT ini untuk menor
malkan makan, suasana hati, meregulasi sitem metabolisme, dan meningkatkan k
ontrol internal sehingga meningkatkan pengendalian diri seseorang dan dapat me
ngurangi gejala depresi (Barnes & Kristeller, 2019).
6. Mindfulness Based Stres Reduction (MBSR)
Mindfulness Based Stres Reduction adalah salah satu jenis terapi
mindfulness yang berfokus dalam melatih kesadaran melalui cara meditasi yang
dilakukan oleh pasien. Mindfulness Based Stres Reduction ini memiliki tujuan
untuk mengubah hubungan atau persepsi individu mengenai situasi dan pikiran
yang penuh stress. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan reaksi
emosional dan meningkatkan penilaian kognitif secara positif (Maharani, 2016)
7. Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT)
Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT) merupakan salah satu
intervensi dalam pelaksanaan terapi mindfulness yang mengintegrasikan aspek
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) ke dalam format terapi MBSR tetapi dalam
waktu atau durasi yang lebih singkat. Pada awalnya, intervensi MBCT ini
digunakan bagi pasien dengan depresi berat yang berkepanjangan. Pada
pelaksanaan MBCT ini ditambahkan intervensi berupa psikoedukasi dan latihan
untuk membedakan mana yang hanya pikiran dan mana yang fakta untuk
kemudian dapat mengubah pikiran pasien (Maharani, 2016).
8. Dialectical behavior therapy (DBT)
Dialectical behavior therapy (DBT) adalah salah satu jenis intervensi dalam
terapi mindfulness yang dikembangkan oleh Marsha Linehan yang fokus awalnya
adalah melatih kemampuan penerimaan dan pengalaman pasien saat ini. dahulu,
pada awalnya terapi DBT ini ditujukan bagi penderita Borderline Personality
Disorder (BDP) yaitu orang – orang yang memiliki kecenderungan untuk bunuh
diri dan menyakiti dirinya sendiri. Tetapi sekarang terapi DBT ini juga dapat
digunakan untuk orang – orang yang memiliki masalah psikologis seperti
misalnya kekerasan dalam rumah tangga. DBT memiliki empat keterampilan
dasar dan penting yaitu toleransi tekanan, kesadaran, regulasi emosi, dan
efektivitas interpersonal. Dengan melakukan terapi ini, diharapkan para pasien
dapat memiliki cara yang lebih baik untuk mengatur emosi negatif yang ada di
dalam dirinya dan dapat mengatasi permasalahan dalam dirinya agar dapat pulih
dari trauma masa lalunya (Christina, 2019).
9. Acceptance and Commitment Theraphy (ACT)
Acceptance and Commitment Theraphy (ACT) adalah jenis terapi mindfulness
yang diperkenalkan oleh Steven Hayes, Kirk Stroshal, dan Kelly Wilson pada
tahun 1999. Berbeda dengan terapi MCBT yang bertujuan untuk mengubah
pikiran dan perasaan yang menggangu, terapi ACT ini tidak mengajarkan untuk
mengubah apalagi menghilangkan suatu perasaan yang mengganggu, tetapi terapi
ini mengajarkan seseorang untuk menerima pikiran atau perasaan yang
menggangu orang tersebut. Terapi ACT ini melatih pasien untuk dapat terbuka
dengan apa yang ia rasakan dan belajar untuk menerima perasaan tersebut serta
tidak menghindarinya (Sriami, 2017).
10. Mindfulness Based-Sex Therapy (MBST)
Mindfulness Based-Sex Therapy (MBST) merupakan salah satu jenis terapi
mindfulness yang diperuntukkan bagi orang – orang yang mengalami disfungsi
seksual akibat dari depresi. Proses terapi ini juga masih sama dengan cara
meditasi untuk mengurangi depresi yang mengakibatkan adanya disfungsi
seksual, sehingga sedikit demi sedikit nantinya akan meningkatkan hasrat seksual
orang yang bersangkutan (Brotto, 2014).
1. tanpa penilaian
2. sabar
3. berpikiran terbuka/ sikap pemula
4. percaya
5. tidak berambisi
6. menerima
7. melepas
8. bersyukur
9. murah hati
1. Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan eating mindfulness. Ambil
dua buah kurma lalu letakkan dua buah kurma itu di telapak tangan kiri
Anda. Ambillah sebuah kurma, lalu Anda dapat mengamatinya secara
perlahan. Anda dapat merasakan teksturnya, dan mencium baunya. Anda
dapat menganggap buah kurma tersebut adalah sejenis makanan yang baru
pertama kali Anda kenal.
Pre Meditasi
Anda dapat berdiri dengan tegak dan rileks. Anda dapat berniat dalam hati
untuk melakukan meditasi jalan. Hadirkan diri Anda sepenuhnya dengan
merasakan sensasi yang muncul ketika telapak kaki Anda menyentuh lantai. Anda
juga sadar sepenuhnya pada kondisi lingkungan di sekitar Anda, suhunya,
cahayanya, bunyinya, dan segala sensasi lain yang muncul.
1. Berdirilah dengan tegak dan rileks (tidak tegang), kaki dibuka selebar pinggul
(jangan rapat). Kepala jangan menunduk (bila tidak, akan cepat lelah),
pandangan mata diarahkan ke lantai dengan jarak kurang lebih 2 meter. Jalan
harus perlahan-lahan dengan jarak langkah maksimal 1 telapak kaki.
Instruksi Pembuka :
1. Anda dapat duduk dengan nyaman dengan punggung tegak, dan kedua telapak
tangan boleh ditelungkupkan di atas paha. Anda dapat berniat dalam hati untuk
melakukan meditasi deteksi dan sensasi tubuh. Mari ambil waktu sejenak untuk
hening.
2. Untuk sejenak, rasakan tubuh Anda secara keseluruhan, mulai dari ujung
rambut hingga ujung kaki... Rasakan kulit yang melapisi seluruh tubuh Anda
3. Tutuplah mata perlahan-lahan dan sadarilah napas Anda... Rasakan bagaimana
bagian perut yang naik dan turun seiring dengan tarikan dan hembusan napas
melalui hidung... Apabila Anda menyadari bahwa pikiran mulai melantur, tidak
apa-apa... Amati saja pikiran apa yang mengalihkan perhatian tersebut, lalu
pelan-pelan arahkan kembali perhatian Anda pada napas
Intruksi isi :
1. Sekarang arahkan perhatian pada seluruh bagian tubuh Anda, dimulai dari
ujung rambut hingga ujung kaki... Ibaratkan kesadaran Anda seperti mesin scan
yang bergerak dari atas hingga tubuh bagian bawah... Anda mungkin akan
menemukan bagian tubuh yang terasa kencang atau tegang... Cobalah
merilekskan bagian tubuh tersebut, tetapi bila sulit, biarkan rasa tersebut
muncul dan menghilang. Hal ini tidak hanya berlaku pada rasa yang muncul di
tubuh, tetapi juga pada pikiran dan emosi yang Anda rasakan. Kini arahkan
perhatian ke tubuh, sadarilah juga setiap emosi atau pikiran yang muncul...
Amati dan biarkanlah emosi atau pikiran tersebut muncul dan menghilang...
2. Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kiri yang bersentuhan dengan
lantai... Rasakan dan sadari jemari kaki kiri Anda... punggung kaki kiri hingga
bagian tumit kaki kiri... Kemudian rasakan sepanjang betis kiri, lutut, dan
tulang kaki hingga persendian yang menghubungkan betis dengan paha kiri.
Arahkan kesadaran dan rasakan paha kiri Anda, naik hingga paha bagian atas
yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kiri...
3. Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kanan yang bersentuhan dengan
lantai... Rasakan dan sadari jemari kaki kanan Anda... punggung kaki kanan
hingga bagian tumit kaki kanan... Kemudian rasakan sepanjang betis kanan,
lutut, dan tulang kaki hingga persendian yang menghubungkan betis dengan
paha kanan. Arahkan kesadaran dan rasakan paha kanan Anda, naik hingga
paha bagian atas yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kanan...
4. Pelan-pelan arahkan kesadaran menuju daerah pinggul... Sadari dan rasakan
daerah pinggul tersebut dan sekitarnya. Sadarilah setiap sensasi, setiap pikiran,
atau emosi yang muncul... Sekarang arahkan kesadaran naik menuju area
perut... Perut merupakan tempat organ pencernaan dan pernapasan berada...
Rasakan dan sadari jauh ke dalam bagian perut Anda. Bila ada pikiran dan
emosi yang muncul, biarlah mengalir apa adanya... Lalu arahkan perhatian dan
kesadaran ke bagian belakang tubuh di sepanjang tulang belakang... Mulailah
merasakan dan menyadari setiap rasa yang muncul mulai dari bawah, ke
tengah, hingga naik ke tulang punggung bagian atas... Biarkan semua
ketegangan dan rasa kencang yang Anda rasakan menjadi rileks...
5. Sekarang arahkan kesadaran kembali ke bagian dada, tempat jantung dan paru-
paru berada. Rasakan setiap rasa yang muncul di tulang dada, tulang rusuk, dan
daerah dada Anda." Kemudian arahkan perhatian dan kesadaran dari dada
menuju jemari tangan kiri... Rasakan keberadaan jemari dan telapak tangan
Anda... naik ke punggung tangan hingga sampai ke pergelangan tangan kiri...
Lanjutkan hingga sepanjang lengan kiri bawah, siku, dan lengan kiri bagian
atas... Rasakan semua rasa yang muncul...
6. Sekarang arahkan perhatian dan kesadaran Anda dari lengan kiri menuju ke
jemari tangan kanan... Rasakan keberadaan jemari dan telapak tangan naik ke
punggung tangan hingga sampai ke pergelangan tangan kanan... Lanjutkan
hingga sepanjang lengan kanan bawah, siku, dan lengan kanan bagian atas...
Rasakan semua rasa yang muncul... Kemudian arahkan kesadaran menuju
kedua bahu dan ketiak... Naik hingga ke leher dan tenggorokan... Rasakan dan
sadarilah setiap rasa di tubuh, pikiran, dan emosi yang muncul...
7. Sekarang arahkan kesadaran pada rahang, kemudian pelan-pelan arahkan
kesadaran Anda menuju gigi, lidah, mulut, dan bibir... Biarkan setiap rasa yang
muncul apa adanya... Rasakan pipi bagian dalam Anda... Saluran hidung yang
mengarah jauh ke dalam kepala... Daerah sekitar mata... Dan otot yang ada di
sekitar mata... Rasakan dahi dan pelipis...
8. Sekarang arahkan kesadaran pada otak Anda, sebuah organ tempat bekerjanya
pikiran, emosi, dan mengendalikan perilaku Anda... Biarkan setiap rasa yang
muncul apa adanya...
9. Sekarang perluas perhatian dan kesadaran ke seluruh tubuh mulai dari kepala
hingga ujung kaki dan jari tangan... Rasakan diri Anda terhubung pada tubuh
mulai dari kepala, hingga leher, bahu, lengan, tangan, dada, punggung, perut,
pinggul, daerah sekitar pinggul, kaki, dan telapak kaki... Rasakanlah setiap rasa
di keseluruhan tubuh... Apabila Anda menyadari pikiran mulai melantur dari
apa yang diperhatikan, tidak apa-apa... Amati saja pikiran yang mengalihkan
perhatian, lalu perlahan arahkan kembali perhatian pada napas...
10. Sekarang tarik napas yang dalam melalui hidung... Bayangkan napas tersebut
mengalir 36 dari ujung kepala hingga ujung jemari kaki... Dan ketika Anda
menghembuskan napas... Bayangkanlah napas Anda yang telah berada di jemari
kaki menghilang bersama dengan segala rasa yang tadi dirasakan... Anda dapat
mencoba kembali bila menginginkan...
Instruksi Penutup:
1. Rasakan dan sadari bahwa seluruh tubuh Anda merupakan satu kesatuan...
Dengan berbagai rasa fisik, pikiran, dan emosi yang menyertainya... Sadarilah
sepenuhnya, bahwa Anda hadir di sini dan saat ini... Anda dapat merasakan
seluruh tubuh mengembang saat Anda menarik napas dan merasakan sekujur
tubuh turun serta berkontraksi saat Anda menghembuskan napas... Sekali lagi,
rasakan dan sadarilah sekujur tubuh Anda merupakan satu kesatuan... Sekarang
Anda telah tiba pada penghujung latihan ini... Anda dapat mengucapkan syukur
kepada diri Anda karena telah meluangkan waktu untuk menyadari sepenuhnya
kondisi "saat ini dan di sini"...
2. Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat
menarik napas dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara
perlahan-lahan dengan penuh kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali
lagi. Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-
lahan Anda dapat mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda
dapat menggerakkannya secara perlahan.
Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda.
Izinkanlah mata Anda perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh
kesadaran. Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan
sehingga Anda dapat merasakan sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua
telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan sekali lagi. Sekarang, telapak
tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke
samping kanan dan samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks
mungkin.
Analisis Jurnal 2
Jurnal ini mengetahui peran mindfulness terhadap kecenderungan adiksi dan
agresivitas pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan. Jenis non-
probability sampling yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengujian korelasional.
Hasil empiris penelitian ini mengungkapkan kecenderungan adiksi dan agresivitas
pada remaja. Remaja masih cenderung memiliki respon otomatis untuk memberi
penilaian atas peristiwa yang dialami.Selain itu, hasil menunjukkan adiksi game
online yang tinggi karena adanya perasaan mencari sensasi yang tinggi (sensation
seeking) pada remaja dan hal tersebut dapat mudah ditemukan pada permainan game
online dan kategori agresivitas menjelaskan bahwa salah satu penyebab remaja yang
bermain game online bermuatan kekerasan dapat memiliki perilaku agresi karena
faktor situasi lingkungan keluarga remaja tersebut.Ini berarti bahwa kecenderungan
adiksi dan agresi memiliki faktor yang berbeda.
Di kasus ini, semakin tinggi mindfulness dimensi nonjudging yang dimiliki
oleh remaja maka semakin rendah tingkat adiksi dan agresivitas yang dimiliki oleh
para remaja.Karena adiksi dan agresivitas secara tidak langsung menyebabkan
kecenderungan remaja pemain game online yang bermuatan kekerasan, dampak
negatif yang signifikan terhadap remaja.
Hal ini juga mencatat bahwa semakin tinggi skor nonjudging maka semakin
rendah kecenderungan adiksi pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan
dan begitu pula sebaliknya. Remaja pemain game online bermuatan kekerasan di
Jakarta yang memiliki mindfulness tergolong rendah, oleh karena itu kecenderungan
adiksi dan agresi pada remaja dalam penelitian ini tergolong tinggi. Remaja yang
kurang memiliki mindfulness berkemungkinan mengalami masalah di kemudian hari
bila tidak mengurangi kebiasaan bermain game online karena dapat mengarah pada
kecenderungan adiksi dan agresi. Mindfulness berhubungan dengan kecenderugan
adiksi dan agresi pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan di Jakarta
(Mutiara, 2020).
VIII. KESIMPULAN
Terdapat banyak penanganan masalah - masalah yang dialami oleh pasien,
dapat diatasi dengan farmakologi maupun non farmakologi, untuk mengurangi
konsumsi obat obatan dalam tubuh dapat di atasi dengan terapi non farmakologis
secara holistik salah satunya yaitu dengan menerapkan terapi mindfullnes, terapi
tersebut dapat mengatasi berbagai masalah dan dapat memberikan banyak manfaat
pada pasien, salah satu manfaat yang didapatkan yaitu membantu untuk hidup lebih
sehat dan tidak mudah cemas. Dengan hidup sehat, tidak ada masalah berat, tidak
cemas maka kesejahteraan pasien akan tercipta dan kesembuhan pasien pun akan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, T. (2005). Meditasi Jalan menuju Kesembuhan lahir dan batin. Jakarta:
Gramedia.
Munazilah, M., & Hasanat, N. U. (2018). Program mindfulness based stress reduction
untuk menurunkan kecemasan pada individu dengan penyakit jantung
koroner. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 4(1),
22-32.
Munif, B., Poeranto, S., Utamu, T, W. (2019). Effect of islamic spiritual mindfulness
on stress among nurse students. Nurse Media Journal of Nursing, 9(1), 69-77.
Diakses pada 16 September 2020, dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/22253
Dwidiyanti, M., Wiguna, R. I., & Ningsih, H. E. (2018). Mindfulness untuk Self-Care.
Semarang: UNDIP Press.
Janssen, M., Heerkens, Y., Kuijer, W., Heidjen, B, V, D., Engels, J. (2018). Effect of
mindfulness based stress reduction on employees mental health: A systematic
review. J Plos. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://journals.plos.org/plosone/article/file?
id=10.1371/journal.pone.0191332&type=printable
Sari, S. P., & Dwidiyanti, M. (2014). Mindfulness dengan pendekatan spiritual pada
pasien skizoprenia dengan resiko perilaku kekerasan [Mindfulness with a
spiritual approach in schizophrenic patients at risk of violent behavior].
Prosiding Konferensi Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa, 290-294.
Munif, B., Poeranto, S., Utamu, T, W. (2019). Effect of islamic spiritual mindfulness
on stress among nurse students. Nurse Media Journal of Nursing, 9(1), 69-77.
Diakses pada 16 September 2020, dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/22253
Dwidiyanti, M., Wiguna, R. I., & Ningsih, H. E. (2018). Mindfulness untuk Self-Care.
Semarang: UNDIP Press.
Janssen, M., Heerkens, Y., Kuijer, W., Heidjen, B, V, D., Engels, J. (2018). Effect of
mindfulness based stress reduction on employees mental health: A systematic
review. J Plos. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://journals.plos.org/plosone/article/file?
id=10.1371/journal.pone.0191332&type=printable
Alberts HJEM, Hu lsheger UR. (2015) Applying mindfulness in the context of work:
mindfulness-based interventions. In Reb J, Atkins PWB. Mindfulness in
organizations. Foundations, research and applications. Cambridge:
Cambridge University Press; 100–132.
Sari, S. P., & Dwidiyanti, M. (2014). Mindfulness dengan pendekatan spiritual pada
pasien skizoprenia dengan resiko perilaku kekerasan [Mindfulness with a
spiritual approach in schizophrenic patients at risk of violent behavior].
Prosiding Konferensi Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa, 290-294.
Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J., ... &
Devins, G. (2004). Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical
Psychology: Science and Practice, 11(3), 230-241
Germer, C. K., Siegel, R. D., & Fulton, P. R. (2005). Mindfulness and Psychotherapy.
New York: The Guilford Press
Oktavia, N. A. (2018). Efektivitas pelatihan Mindfulness dalam menurunkan kesepian
remaja di panti asuhan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Thohar, S. F. (2018). PENGARUH MINDFULNESS TERHADAP AGRESIVITAS
MELALUI REGULASI EMOSI PADA WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS I BLITAR. Happiness, Journal of
Psychology and Islamic Science, 2(1).
Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika
Oktavia. N.A. 2018. “Efektivitas Pelatihan Mindfullness dalam Menurunkan
Kesepian Remaja di Panti Asuhan”. Skripsi. Fakultas Psikologi dan
Kesehatan. Psikologi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Surabaya
Barnes, V. A., & Kristeller, J. L. 2019. HHS Public Access: Int J Complement Altern
Med. Author manuscript, 3(2), 1-23. doi: 10.15406/ijcam.2016.03.00070
Christina, Diana dan Irwanto. 2019. Peran Pendektan Konseling Berbasis Dialectical
Behavior Therapy (Dbt) Dalam Mendukung Pemulihan Trauma Pada
Perempuan Yang Mengalami KDRT. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,
dan Seni Vol. 3 (1).
Glasner, S., Mooney, L. J., Ang, A., Garneau, H. C., Hartwell, E., Brecht, M. L., &
Rawson, R. A. 2017. Mindfulness-Based Relapse Prevention for Stimulant
Dependent Adults: A Pilot Randomized Clinical Trial. Mindfulness:
Springer Science, 8, 126-135. Doi: 10.1007/s12671-016-0586-9
Sriami. 2017. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan Praktik Acceptance
and Commitment Therapy (ACT). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Schellekens, M. P. J., Tamagawa, R., Labelle, L. E., Speca, M. Stephen, J., Drysdale,
E. Sample, S., Pickering, B., Dirkse, D., Savage, L. L., & Carlson, L. E.
2017. Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR) versus Supportive
Expressive Group Therapy (SET) for distressed breast cancer survivors:
evaluating mindfulness and social support as mediators. J Behav Med, 40,
414-422. Doi: 10.1007/s10865-016-9799-6