Anda di halaman 1dari 20

TERAPI MINDFULNESS

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF

Dosen Pengampu : Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., M.Sc

Anggota Kelompok 1 :

Gadis Alintyas (22020118110050) Estuning Budi Utami (22020118120047)


Siti Khariroh (22020118120003) Naila Dhiya'ul Muna (22020118120035)
Safira Maghfiroh (22020118120004) Azizah Fitria R (22020118130084)
Avilla Wahyu C D (22020118120005) Arien Melania R (22020118130101)
Putri Oriordan Y (22020118120015) Siti Rahmawati (22020117120014)
Miftahul Ridha (22020118120017) Lisa Putri Anggraeni (22020117140018)
Novianita Elce (22020118120024) Nurman Wahyu H (22020118140122)
Lidya Roshella K P (22020118120032)

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
I. LATAR BELAKANG
Pasien yang dirawat dirumah sakit cenderung memiliki tingkat kecemasan
sehingga dapat mengakibatkan dampak yang tidak baik secara fisik maupun
psikologis. Permasalahan - permasalahan yang sering dirasakan oleh pasien di rumah
sakit diantaranya adalah merasa kesepian, terbatasnya ruang gerak, tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar secara sempurna, jenuh, stress, dan lain-lain. Keterampilan perawat
untuk dapat membantu pasien dalam menangani masalah tersebut agar pasien dapat
sembuh secara holistik atau menyeluruh. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan mindfullness pada pasien
Mindfullness merupakan suatu latihan yang dilakukan sesorang dengan cara
fokus untuk menyadari masalah yang sedang dihadapi, menerimanya dengan lapang
dada tanpa melakukan penilaian yang negatif dan juga tidak beraksi berlebihan
(Meidiana, 2018). Mindfulness terdiri dari latihan meditasi formal (misalnya,
memperhatikan tubuh, berbaring di atas tanah, atau berjalan perlahan dengan
kesadaran akan lingkungan seseorang) serta latihan informal (misalnya, memberi
perhatian penuh pada apa yang sedang dilakukan atau dialami seseorang pada saat
tertentu (Alberts HJEM, Hu lsheger UR, 2015 dalam Mad Janssen dkk, 2018).
Intervensi mindfulness, selain secara efektif menurunkan stres spiritual, juga
terbukti efektif dalam mengendalikan amarah dan meyakinkan klien skizofrenia
dengan resiko perilaku kekerasan (Sari & Dwidiyanti, 2014 dalam Badrul Munid dkk,
2019).
Mindfulness, sebagai salah satu tindakan keperawatan holistik non-
farmakologi telah banyak digunakan oleh praktisi, perawat dan peneliti untuk
mengatasi berbagai masalah keperawatan dengan teori-teori keperawatan yang
memiliki tujuan disesuaikan dengan masalah atau fenomena yang terjadi pada tiap
individu yang menjadi klien.

II. DEFINISI
Mindfulness merupakan suatu keadaan pikiran yang dimana berfokus terhadap
pengenalan tentang apa yang dirasakan saat ini tanpa melalui penilaian. Semua yang
dirasakan, dilihat, di dengar, reaksi emosi dan pemikiran merupakan sebagai peristiwa
mental yang muncul dalam keadaan sadar. Keadaan ini diartikan bahwa pemikiran
dan perasaan merupakan suatu peristiwa mental yang muncul di pikiran tanpa
mengidentifikasi secara berlebihan dan bereaksi secara otomatis dengan kebiasaan
perilaku yang cenderung terdorong secara emosional. Mindfulness merupakan suatu
bentuk keterampilan yang membantu individu agar memiliki kesadaran dan tidak
bersikap reaktif terhadap apa yang akan terjadi saat ini, sebuah cara untuk dapat
memaknai kejadian positif, negatif, ataupun netral sehingga dapat mengatasi perasaan
tertekan dan dapat menimbulkan kesejahteraan diri (Germer, Siegel, dan Fulton,
2005).
Menurut Wood (2013) menyatakan bahwa mindfulness merupakan suatu
kondisi yang mana seseorang benar-benar hadir dalam kondisi tertentu. Ketika
kesadarannya penuh, seseorang tidak akan membiarkan pikiran melayang pada
kejadian kemarin atau rencana pada keesokan harinya. Akan tetapi seseorang tersebut
hanya akan fokus pada kegiatan yang dikerjakan hari ini. aspek penting dalam konsep
mindfulness yaitu kesadaran terhadap kejadian yang terjadi tanpa suatu pertimbangan
dan pengharapan pada hasil ataupun tujuan. Mindfulness merupakan sebuah aspek
kognitif yang secara operasional terdiri dari dua komponen yaitu p erhatian yang
berkelanjutan terhadap hal-hal yang dialami secara langsung dan sikap keingintahuan,
keterbukaan dan penerimaan terhadap hal yang dialaminya (Bishop et al, 2004)

III. MANFAAT MINDFULLNESS

Dalam beberapa penilitian, manfaat terapi Mindfullness terbukti dalam dunia


kesehatan, yaitu (Nila, 2018) :

1. Membantu untuk hidup lebih sehat dan tidak mudah cemas


2. Membantu seseorang tidak mudah depresi
3. Membentuk pandangan hidup lebih baik
4. Meningkatkan hubungan dengan orang lain
5. Meningkatkan self esteem
6. Meningkatkan kesadaran
7. Meningkatkan fungsi kognitif
8. Mengurangi distorsi kognitif
9. Meningkakan ketahanan tubuh manusia
10. Mengurangi kemungkinan seseorang menggunakan obat – obatan terlarang
serta alkohol
11. Menurunkan tekanan darah

IV. KOMPONEN MINDFULLNESS

Menurut Baer dkk (2006), terdapat 5 komponen dalam mindfulness, yaitu

1. Observing yang mana didefinisikan sebagai sebuah kemampuan untuk


menyadari adanya stimulus internal maupun eksternal, seperti sensasi, kognisi,
dan emosi. Kemampuan individu dalam melakukan observing ini akan membantu
seseorang untuk fokus terhadap sesuatu yang sedang ia hadapi serta mengurangi
adanya rasa tidak nyaman yang timbul disertai dengan terjadinya perpecahan
dalam pikiran, menghilangkan rasa cemas dan gelisah.
2. Describing, sebuah kemampuan untuk mengukur besarnya kemungkinan
seseorang dalam melabeli suatu stimulus mental dengan membuat catatan mental
dalam bentuk kata-kata. Kemampuan individu dalam melakukan describing tentu
saja membantunya dalam mengatur dan melepaskan emosi yang ada dalam
dirinya serta memberikan kemampuan lain, yaitu dalam hal memahami perasaan
dengan seksama.
3. Acting with awareness yang diartikan sebagai suatu kemampuan individu untuk
bertindak secara sadar atas suatu hal sehingga individu tersebut dapat dengan baik
mengidentifikasi situasi dan memcari solusi atas suatu hal baik konflik maupun
permasalahan pribadi yang sedang ia alami. Kemampuan untuk bertindak dengan
kesadaran penuh ini akan menguntungkan seseorang dalam menghadirkan realita
atas tindakan apa saja yang harus ia ambil dan menghindari terjadinya autopilot
yang merupakan tindakan yang dilakukan secara spontan tanpa berpikir dengan
matang.
4. Non reactivity to inner experience merupakan sebuah kemampuan individu dalam
membiarkan sebuah pikiran dan perasaannya datang dan pergi tanpa harus
terlarut dalam situasi tersebut. Kemampuan individu dalam membiarkan pikiran
dan perasaannya berlalu begitu saja akan membantu mereka dalam menghadirkan
sebuah keseimbangan dalam hidupnya.
5. Non-judging of inner experience merupakan sebuah kemampuan seseorang untuk
tidak menilai adanya perasaan batin dan pengalaman internal, seperti emosi dan
perasaan. Kemampuan ini erat kaitannya dengan seberapa besar pengaruh
tindakan tidak menilai perasaan batin sebagai salah satu keseimbangan dalam
regulasi emosi seseorang. Regulasi emosi yang adaptif pula akan sangat berkaitan
erat dengan dimensi psychological well-being, yaitu environmental mastery
(Susanti, 2017).

V. JENIS MIDFULLNESS
1. Acceptance-Based Behavior Therapy (ABBT)
Acceptance-Based Behavior Therapy (ABBT) bertujuan untuk mengurangi ke
cemasan. ABBT masih menekankan pada perilaku kognitif serta memberikan asu
msi bahwa permasalahan klinis yang disebabkan dan dipertahankan dengan cara y
ang biasa digunakan, untuk menanggapi dari waktu kewaktu dapat menjadikan se
seorang belajar cara baru, mendeteksi tanda awal permasalahan, mengembangkan
respon baru, mempraktikkan respon baru secara adaptif, serta memperlihatkan da
mpak dari hal tersebut. ABBT ini juga bertujuan untuk membantu klien menguba
h cara interaksi mereka melalui pengalaman internal yang dialami secara langsun
g
2. Mindfulness-Based Relapse Prevention (MBRP)
Mindfulness-Based Relapse Prevention (MBRP) merupakan sebuah teknik yan
g digunakan untuk mencegah suatu kekambuhan dengan memberikan suatu perha
tian. MBRP ini memberikan pendekatan yang akan memproses sinyal atau rangsa
ngan yang memicu kekambuhan, serta akan memantau reaksi dari sinyal tersebut
menggunakan kesadaran berfikir secara penuh (mindful) untuk mempromosikan p
erilaku yang positif. Biasnya terapi MBRP ini digunakan untuk individu yang kec
anduan terhadap NAPZA (Glasner, et al., 2017).
3. Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR)
Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR) merupakan sebuah terapi yang
ditujukan untuk pasien dengan penyakit kanker untuk meningkatkan hasil dari psi
kososialnya seperti mengatasi mood yang terganggu, gejala stress serta meningkat
kan kualitas hidup. MBCR mengembangkan sikap penerimaan, tidak menghakimi,
dan untuk berbagi pengalaman dengan sesama. Tujuannya adalah untuk memberi
kas suasana yang mendukung penerimaan pikiran dan emosi, saling terbuka dan b
elajar dari pengalaman satu sama lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
diri dan kualitas hidup (Schellekens, et al., 2017).
4. Mindfulness-Based Childbirth and Parenting (MBCP)
Mindfulness-Based Childbirth and Parenting (MBCP) merupakan teknik mind
fulness yang diterapkan untuk mengurangi stress serta depresi pada wanita yang b
elum hamil serta pada pria (pasangan). MBCP ini ditujukan untuk pasangan suam
i istri yang menyiapkan diri menjadi orang tua mendiskusikan topik yang relevan
dengan teman sebaya untuk mengurangi kejadian depresi perinatal maupun pasca
persalinan (Lönnberg, Jonas, Unternaehrer, Bränström, Nisssen, & Niemi, 2020).
5. Mindfulness-Based Eating Awareness Training (MB-EAT)
Mindfulness-Based Eating Awareness Training (MB-EAT) merupakan teknik
meditasi yang terfokus pada teknik untuk membantu seorang individu yang meng
alami kelebihan berat badan agar mampu mengatur pola makan, menormalkan pe
rilaku makan dan meningkatkan olahraga. Tujuan dari MB-EAT ini untuk menor
malkan makan, suasana hati, meregulasi sitem metabolisme, dan meningkatkan k
ontrol internal sehingga meningkatkan pengendalian diri seseorang dan dapat me
ngurangi gejala depresi (Barnes & Kristeller, 2019).
6. Mindfulness Based Stres Reduction (MBSR)
Mindfulness Based Stres Reduction adalah salah satu jenis terapi
mindfulness yang berfokus dalam melatih kesadaran melalui cara meditasi yang
dilakukan oleh pasien. Mindfulness Based Stres Reduction ini memiliki tujuan
untuk mengubah hubungan atau persepsi individu mengenai situasi dan pikiran
yang penuh stress. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan reaksi
emosional dan meningkatkan penilaian kognitif secara positif (Maharani, 2016)
7. Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT)
Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT) merupakan salah satu
intervensi dalam pelaksanaan terapi mindfulness yang mengintegrasikan aspek
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) ke dalam format terapi MBSR tetapi dalam
waktu atau durasi yang lebih singkat. Pada awalnya, intervensi MBCT ini
digunakan bagi pasien dengan depresi berat yang berkepanjangan. Pada
pelaksanaan MBCT ini ditambahkan intervensi berupa psikoedukasi dan latihan
untuk membedakan mana yang hanya pikiran dan mana yang fakta untuk
kemudian dapat mengubah pikiran pasien (Maharani, 2016).
8. Dialectical behavior therapy (DBT)
Dialectical behavior therapy (DBT) adalah salah satu jenis intervensi dalam
terapi mindfulness yang dikembangkan oleh Marsha Linehan yang fokus awalnya
adalah melatih kemampuan penerimaan dan pengalaman pasien saat ini. dahulu,
pada awalnya terapi DBT ini ditujukan bagi penderita Borderline Personality
Disorder (BDP) yaitu orang – orang yang memiliki kecenderungan untuk bunuh
diri dan menyakiti dirinya sendiri. Tetapi sekarang terapi DBT ini juga dapat
digunakan untuk orang – orang yang memiliki masalah psikologis seperti
misalnya kekerasan dalam rumah tangga. DBT memiliki empat keterampilan
dasar dan penting yaitu toleransi tekanan, kesadaran, regulasi emosi, dan
efektivitas interpersonal. Dengan melakukan terapi ini, diharapkan para pasien
dapat memiliki cara yang lebih baik untuk mengatur emosi negatif yang ada di
dalam dirinya dan dapat mengatasi permasalahan dalam dirinya agar dapat pulih
dari trauma masa lalunya (Christina, 2019).
9. Acceptance and Commitment Theraphy (ACT)
Acceptance and Commitment Theraphy (ACT) adalah jenis terapi mindfulness
yang diperkenalkan oleh Steven Hayes, Kirk Stroshal, dan Kelly Wilson pada
tahun 1999. Berbeda dengan terapi MCBT yang bertujuan untuk mengubah
pikiran dan perasaan yang menggangu, terapi ACT ini tidak mengajarkan untuk
mengubah apalagi menghilangkan suatu perasaan yang mengganggu, tetapi terapi
ini mengajarkan seseorang untuk menerima pikiran atau perasaan yang
menggangu orang tersebut. Terapi ACT ini melatih pasien untuk dapat terbuka
dengan apa yang ia rasakan dan belajar untuk menerima perasaan tersebut serta
tidak menghindarinya (Sriami, 2017).
10. Mindfulness Based-Sex Therapy (MBST)
Mindfulness Based-Sex Therapy (MBST) merupakan salah satu jenis terapi
mindfulness yang diperuntukkan bagi orang – orang yang mengalami disfungsi
seksual akibat dari depresi. Proses terapi ini juga masih sama dengan cara
meditasi untuk mengurangi depresi yang mengakibatkan adanya disfungsi
seksual, sehingga sedikit demi sedikit nantinya akan meningkatkan hasrat seksual
orang yang bersangkutan (Brotto, 2014).

VI. METODE PELAKSANAAN

Mindfullness merupakan suatu bentuk strategi pengaturan diri yang melibatkan


pemusatan perhatian, merespon pikiran, sensasi dan emosi dengan sikap penerimaan,
tanpa penilaian serta kesadaran akan situasi dan peristiwa saat ini (Umniyah & Afiatin,
2009). Sikap mindfulness diinternalisasi melalui penyampaian metafora, baik kisah
maupun analogi. Penggunaan metafora sendiri banyak digunakan dalam intervensi
psikologi untuk memberikan pandangan baru seperti nilai-nilai (values). Metafora
menjadi salah satu elemen dalam program Mindfulness-Based Stress Reduction
(MBSR) untuk menyampaikan sikap dasar mindfulness [ CITATION RAb14 \l 1033 ] .
Nilai sikap mindfulness yang diinternalisasi melalui metafora meliputi[ CITATION Kab12
\l 1033 ] :

1. tanpa penilaian
2. sabar
3. berpikiran terbuka/ sikap pemula
4. percaya
5. tidak berambisi
6. menerima
7. melepas
8. bersyukur
9. murah hati

Terdapat beberapa jenis meditasi mindfulness yaitu praktik meditasi napas,


meditasi duduk, meditasi deteksi tubuh, meditasi jalan, meditasi melepas keinginan,
meditasi SOBER dan Cinta Kasih, Mindfullnes pada aktivitas sehari-hari, meditasi
zikir.

A. Tata Cara / Praktik Meditasi nafas [ CITATION MAS09 \l 1033 ] :

1. Duduklah dengan sikap serileks mungkin, punggung tegak, pandangan lurus


ke depan
2. Pejamkan mata secara perlahan
3. Usahakan mengosongkan pikiran
4. Bersikpalah pasif dan diam tanpa berbuat apa apa dan tanpa berfikir apa apa
5. Pusatkan perhatian pada pernafasan anda. Sadarilah udara yang keluar dan
masuk lewat hidung. Tugas anda disini adalah memperhatikan udara yang
keluar dan masuk
6. Tetaplah bersikap pasif sebagai pengamat. Jangan berusaha mengubah
jalannnya pernafasan.
7. Setiap kali perhatian anda berubah,cepatlah kembalikan
8. Lakukan terus latihan penyadaran pernafasan sampai instruktur selesai
memberi aba-aba dengan hitungan 1 2 3 secara terbalik
9. Bukalah mata anda setelah mendengar aba-aba
10. Latihan selesai

B. Tata Cara Eating Mindfullness [ CITATION Fac16 \l 1033 ]

1. Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan eating mindfulness. Ambil
dua buah kurma lalu letakkan dua buah kurma itu di telapak tangan kiri
Anda. Ambillah sebuah kurma, lalu Anda dapat mengamatinya secara
perlahan. Anda dapat merasakan teksturnya, dan mencium baunya. Anda
dapat menganggap buah kurma tersebut adalah sejenis makanan yang baru
pertama kali Anda kenal.

2. Secara perlahan-lahan, kurma tersebut didekatkan ke mulut Anda. Letakkan


kurma pada mulut tanpa menggigitnya. Biarkan lidah Anda merasakan
tekstur kurma tersebut. Lalu secara perlahan Anda menggigitnya dengan satu
gigitan dan Anda merasakan rasa kurma tersebut tanpa memberikan
penilaian. Anda menghadirkan diri Anda sepenuhnya dalam momen tersebut
dan merasakan rasa yang muncul setelah Anda menggigit kurmanya.

3. Dengan secara sadar sepenuhnya, Anda lalu mengunyah kurma secara


perlahan-lahan minimal selama 30 kali sebelum menelannya. Anda dapat
merasakan bentuk kurma dalam mulut berubah. Anda merasakan kurma yang
dikunyah tersebut masuk ke dalam kerongkongan dan perut Anda. Anda
merasakan sensasinya, tanpa memberikan penilaian. Ambil kurma yang
kedua, dan lakukan hal yang sama seperti kurma yang pertama.

Eating mindfulness adalah suatu bentuk latihan sederhana untuk


memahami mindfulness itu sendiri. Fasilitator menyampaikan bahwa biasanya
seseorang melakukan aktivitas makan dibarengi dengan aktivitas lainnya,
seperti menonton film, mengerjakan tugas, atau mengobrol dengan rekan
kerja. Hal tersebut dapat mengalihkan perhatian dari merasakan momen
seutuhnya ketika makan. Saat seseorang hadir seutuhnya dan tidak melakukan
aktivitas lain selain makan, ia dapat merasakan hal yang berbeda dibanding
ketika makan dengan dibarengi aktivitas lain. Ia mungkin bisa lebih
merasakan rasa sesungguhnya pada makanan yang dimakan, lebih bersyukur,
dan lebih menikmati hidup. Pada eating mindfulness dilakukan mengunyah
makanan minimal selama 30 kali secara perlahan-lahan. Hal tersebut sangat
menyehatkan karena dapat meminimalisir tersedak dan terjadi pelepasan
enzim amilase dalam air liur yang membuat proses percenaan berlangsung
lancar.

C. Tata cara / Prosedur Meditasi Jalan [ CITATION Tji05 \l 1033 ] :

Pre Meditasi

Anda dapat berdiri dengan tegak dan rileks. Anda dapat berniat dalam hati
untuk melakukan meditasi jalan. Hadirkan diri Anda sepenuhnya dengan
merasakan sensasi yang muncul ketika telapak kaki Anda menyentuh lantai. Anda
juga sadar sepenuhnya pada kondisi lingkungan di sekitar Anda, suhunya,
cahayanya, bunyinya, dan segala sensasi lain yang muncul.

1. Berdirilah dengan tegak dan rileks (tidak tegang), kaki dibuka selebar pinggul
(jangan rapat). Kepala jangan menunduk (bila tidak, akan cepat lelah),
pandangan mata diarahkan ke lantai dengan jarak kurang lebih 2 meter. Jalan
harus perlahan-lahan dengan jarak langkah maksimal 1 telapak kaki.

2. Sebelum berjalan, sadarilah bahwa anda sedang berdiri, dengan mengatakan


dalam hati (catat) 'berdiri, berdiri, berdiri.' Berjalanlah bolak-balik (jangan
acak) dengan jarak 2-3 meter. Misalnya jalan dari titik A ke titik B. Saat
sampai di titik B, anda harus menyadari bahwa ia sedang berdiri dan catat
'berdiri, berdiri, berdiri.' Kemudian, anda berputar (180 derajat) untuk
kembali berjalan ke titik A, sadari dan catat 'berputar, berputar, berputar,' dan
diakhiri dengan 1 'berdiri, berdiri, berdiri.'

3. Lanjutkan meditasi jalan kembali ke titik A, setelah sampai titik A, lakukan


hal yang sama seperti keterangan saat yogi sampai di titik B. Berjalan mulai
dengan langkah kiri-kanan dan sadari setiap langkah yang anda lakukan (1
pencatatan/langkah). Saat melangkah dengan kaki kiri, pastikan anda
menyadari gerakan kaki kiri anda yang sedang melangkah. Untuk
memudahkan hal itu (agar pikiran tidak mengembara, melamun, atau
memikirkan hal lain), maka katakan dalam hati (catat) ‘kiri,’ begitu juga saat
anda melangkah dengan kaki kanan, lakukan +/- 10 menit.

4. Tingkatkan perhatian pada gerakan kaki dengan memperhatikan gerakan


mengangkat dan menurunkan kaki (2 pencatatan/langkah). Saat kaki
diangkat, perhatikan gerakan mengangkat tsb. (telapak kakinya) dan catat
'angkat.' Ketika kaki diturunkan, perhatikan gerakan menurunkan kaki tsb.
dan catat 'turun.' Lakukan hal ini sekitar 20 menit.

5. Kemudian, lakukan gerakan dengan 3 pencatan/langkah (angkat,


dorong/maju, turun). Saat melakukan gerakan mengangkat kaki, perhatikan
gerakannya dan catat ‘angkat.’ Begitu juga dengan gerakan mendorong dan
menurunkan kaki, perhatikan gerakan masing-masing dan catat ‘dorong/maju
dan turun.’ Lakukan pengamatan terhadap gerakan ini sekitar 30 menit.

D. Tata Cara / Prosedur Meditasi Deteksi tubuh [ CITATION Har15 \l 1033 ] :

Instruksi Pembuka :

1. Anda dapat duduk dengan nyaman dengan punggung tegak, dan kedua telapak
tangan boleh ditelungkupkan di atas paha. Anda dapat berniat dalam hati untuk
melakukan meditasi deteksi dan sensasi tubuh. Mari ambil waktu sejenak untuk
hening.
2. Untuk sejenak, rasakan tubuh Anda secara keseluruhan, mulai dari ujung
rambut hingga ujung kaki... Rasakan kulit yang melapisi seluruh tubuh Anda
3. Tutuplah mata perlahan-lahan dan sadarilah napas Anda... Rasakan bagaimana
bagian perut yang naik dan turun seiring dengan tarikan dan hembusan napas
melalui hidung... Apabila Anda menyadari bahwa pikiran mulai melantur, tidak
apa-apa... Amati saja pikiran apa yang mengalihkan perhatian tersebut, lalu
pelan-pelan arahkan kembali perhatian Anda pada napas

Intruksi isi :

1. Sekarang arahkan perhatian pada seluruh bagian tubuh Anda, dimulai dari
ujung rambut hingga ujung kaki... Ibaratkan kesadaran Anda seperti mesin scan
yang bergerak dari atas hingga tubuh bagian bawah... Anda mungkin akan
menemukan bagian tubuh yang terasa kencang atau tegang... Cobalah
merilekskan bagian tubuh tersebut, tetapi bila sulit, biarkan rasa tersebut
muncul dan menghilang. Hal ini tidak hanya berlaku pada rasa yang muncul di
tubuh, tetapi juga pada pikiran dan emosi yang Anda rasakan. Kini arahkan
perhatian ke tubuh, sadarilah juga setiap emosi atau pikiran yang muncul...
Amati dan biarkanlah emosi atau pikiran tersebut muncul dan menghilang...
2. Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kiri yang bersentuhan dengan
lantai... Rasakan dan sadari jemari kaki kiri Anda... punggung kaki kiri hingga
bagian tumit kaki kiri... Kemudian rasakan sepanjang betis kiri, lutut, dan
tulang kaki hingga persendian yang menghubungkan betis dengan paha kiri.
Arahkan kesadaran dan rasakan paha kiri Anda, naik hingga paha bagian atas
yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kiri...
3. Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kanan yang bersentuhan dengan
lantai... Rasakan dan sadari jemari kaki kanan Anda... punggung kaki kanan
hingga bagian tumit kaki kanan... Kemudian rasakan sepanjang betis kanan,
lutut, dan tulang kaki hingga persendian yang menghubungkan betis dengan
paha kanan. Arahkan kesadaran dan rasakan paha kanan Anda, naik hingga
paha bagian atas yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kanan...
4. Pelan-pelan arahkan kesadaran menuju daerah pinggul... Sadari dan rasakan
daerah pinggul tersebut dan sekitarnya. Sadarilah setiap sensasi, setiap pikiran,
atau emosi yang muncul... Sekarang arahkan kesadaran naik menuju area
perut... Perut merupakan tempat organ pencernaan dan pernapasan berada...
Rasakan dan sadari jauh ke dalam bagian perut Anda. Bila ada pikiran dan
emosi yang muncul, biarlah mengalir apa adanya... Lalu arahkan perhatian dan
kesadaran ke bagian belakang tubuh di sepanjang tulang belakang... Mulailah
merasakan dan menyadari setiap rasa yang muncul mulai dari bawah, ke
tengah, hingga naik ke tulang punggung bagian atas... Biarkan semua
ketegangan dan rasa kencang yang Anda rasakan menjadi rileks...
5. Sekarang arahkan kesadaran kembali ke bagian dada, tempat jantung dan paru-
paru berada. Rasakan setiap rasa yang muncul di tulang dada, tulang rusuk, dan
daerah dada Anda." Kemudian arahkan perhatian dan kesadaran dari dada
menuju jemari tangan kiri... Rasakan keberadaan jemari dan telapak tangan
Anda... naik ke punggung tangan hingga sampai ke pergelangan tangan kiri...
Lanjutkan hingga sepanjang lengan kiri bawah, siku, dan lengan kiri bagian
atas... Rasakan semua rasa yang muncul...
6. Sekarang arahkan perhatian dan kesadaran Anda dari lengan kiri menuju ke
jemari tangan kanan... Rasakan keberadaan jemari dan telapak tangan naik ke
punggung tangan hingga sampai ke pergelangan tangan kanan... Lanjutkan
hingga sepanjang lengan kanan bawah, siku, dan lengan kanan bagian atas...
Rasakan semua rasa yang muncul... Kemudian arahkan kesadaran menuju
kedua bahu dan ketiak... Naik hingga ke leher dan tenggorokan... Rasakan dan
sadarilah setiap rasa di tubuh, pikiran, dan emosi yang muncul...
7. Sekarang arahkan kesadaran pada rahang, kemudian pelan-pelan arahkan
kesadaran Anda menuju gigi, lidah, mulut, dan bibir... Biarkan setiap rasa yang
muncul apa adanya... Rasakan pipi bagian dalam Anda... Saluran hidung yang
mengarah jauh ke dalam kepala... Daerah sekitar mata... Dan otot yang ada di
sekitar mata... Rasakan dahi dan pelipis...
8. Sekarang arahkan kesadaran pada otak Anda, sebuah organ tempat bekerjanya
pikiran, emosi, dan mengendalikan perilaku Anda... Biarkan setiap rasa yang
muncul apa adanya...
9. Sekarang perluas perhatian dan kesadaran ke seluruh tubuh mulai dari kepala
hingga ujung kaki dan jari tangan... Rasakan diri Anda terhubung pada tubuh
mulai dari kepala, hingga leher, bahu, lengan, tangan, dada, punggung, perut,
pinggul, daerah sekitar pinggul, kaki, dan telapak kaki... Rasakanlah setiap rasa
di keseluruhan tubuh... Apabila Anda menyadari pikiran mulai melantur dari
apa yang diperhatikan, tidak apa-apa... Amati saja pikiran yang mengalihkan
perhatian, lalu perlahan arahkan kembali perhatian pada napas...
10. Sekarang tarik napas yang dalam melalui hidung... Bayangkan napas tersebut
mengalir 36 dari ujung kepala hingga ujung jemari kaki... Dan ketika Anda
menghembuskan napas... Bayangkanlah napas Anda yang telah berada di jemari
kaki menghilang bersama dengan segala rasa yang tadi dirasakan... Anda dapat
mencoba kembali bila menginginkan...

Instruksi Penutup:

1. Rasakan dan sadari bahwa seluruh tubuh Anda merupakan satu kesatuan...
Dengan berbagai rasa fisik, pikiran, dan emosi yang menyertainya... Sadarilah
sepenuhnya, bahwa Anda hadir di sini dan saat ini... Anda dapat merasakan
seluruh tubuh mengembang saat Anda menarik napas dan merasakan sekujur
tubuh turun serta berkontraksi saat Anda menghembuskan napas... Sekali lagi,
rasakan dan sadarilah sekujur tubuh Anda merupakan satu kesatuan... Sekarang
Anda telah tiba pada penghujung latihan ini... Anda dapat mengucapkan syukur
kepada diri Anda karena telah meluangkan waktu untuk menyadari sepenuhnya
kondisi "saat ini dan di sini"...
2. Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat
menarik napas dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara
perlahan-lahan dengan penuh kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali
lagi. Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-
lahan Anda dapat mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda
dapat menggerakkannya secara perlahan.
Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda.
Izinkanlah mata Anda perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh
kesadaran. Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan
sehingga Anda dapat merasakan sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua
telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan sekali lagi. Sekarang, telapak
tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke
samping kanan dan samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks
mungkin.

VII. EVIDENCE BASED


Analisis Jurnal 1
Pada jurnal 1 menjelaskan bahwa terapi berbasis mindfulness yaitu
Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) terbukti mampu menaikkan regulasi
emosi positif pada individu dengan gangguan kecemasan sosial. Terapi Mindfulness
Based Stress Reduction (MBSR) bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan secara
emosional dan penerimaan diri terhadap berbagai ekspresi emosi pada individu
dengan gangguan fisik. Berdasarkan penelitian pada jurnal, peneliti akan melakukan
Program Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) pada individu yang memiliki
salah satu penyakit jantung tertentu yaitu penyakit jantung koroner (PJK). Metode
yang yaitu menggunakan eksperimen kuasi dengan desain the one group pretesst-
posttest design. Analisis data dengan uji non-parametrik Sign-Rank Wilcoxon Test.
Dan hasil analisis data, terbukti bahwa program Mindfulness Based Stress Reduction
(MBSR) mampu menurunkan kecemasan pada individu dengan penyakit jantung
koroner (PJK). Program MBSR terdiri dari empat aspek yaitu mengamati,
menggambarkan, melakukan dengan kesadaran dan menerima tanpa menilai yang
telah diberikan pada seluruh partisipan melalui praktik meditasi napas, meditasi
duduk, meditasi deteksi tubuh, meditasi jalan dan meditasi makan. Perkembangan
pada tiap aspek yang dialami partisipan berpengaruh pada kondisi kecemasan secara
kognisi, afeksi, fisik dan perilaku sehingga gejala kecemasan berkurang (Munazilah,
M., & Hasanat, N. U, 2018).

Analisis Jurnal 2
Jurnal ini mengetahui peran mindfulness terhadap kecenderungan adiksi dan
agresivitas pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan. Jenis non-
probability sampling yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengujian korelasional.
Hasil empiris penelitian ini mengungkapkan kecenderungan adiksi dan agresivitas
pada remaja. Remaja masih cenderung memiliki respon otomatis untuk memberi
penilaian atas peristiwa yang dialami.Selain itu, hasil menunjukkan adiksi game
online yang tinggi karena adanya perasaan mencari sensasi yang tinggi (sensation
seeking) pada remaja dan hal tersebut dapat mudah ditemukan pada permainan game
online dan kategori agresivitas menjelaskan bahwa salah satu penyebab remaja yang
bermain game online bermuatan kekerasan dapat memiliki perilaku agresi karena
faktor situasi lingkungan keluarga remaja tersebut.Ini berarti bahwa kecenderungan
adiksi dan agresi memiliki faktor yang berbeda.
Di kasus ini, semakin tinggi mindfulness dimensi nonjudging yang dimiliki
oleh remaja maka semakin rendah tingkat adiksi dan agresivitas yang dimiliki oleh
para remaja.Karena adiksi dan agresivitas secara tidak langsung menyebabkan
kecenderungan remaja pemain game online yang bermuatan kekerasan, dampak
negatif yang signifikan terhadap remaja.
Hal ini juga mencatat bahwa semakin tinggi skor nonjudging maka semakin
rendah kecenderungan adiksi pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan
dan begitu pula sebaliknya. Remaja pemain game online bermuatan kekerasan di
Jakarta yang memiliki mindfulness tergolong rendah, oleh karena itu kecenderungan
adiksi dan agresi pada remaja dalam penelitian ini tergolong tinggi. Remaja yang
kurang memiliki mindfulness berkemungkinan mengalami masalah di kemudian hari
bila tidak mengurangi kebiasaan bermain game online karena dapat mengarah pada
kecenderungan adiksi dan agresi. Mindfulness berhubungan dengan kecenderugan
adiksi dan agresi pada remaja pemain game online bermuatan kekerasan di Jakarta
(Mutiara, 2020).

VIII. KESIMPULAN
Terdapat banyak penanganan masalah - masalah yang dialami oleh pasien,
dapat diatasi dengan farmakologi maupun non farmakologi, untuk mengurangi
konsumsi obat obatan dalam tubuh dapat di atasi dengan terapi non farmakologis
secara holistik salah satunya yaitu dengan menerapkan terapi mindfullnes, terapi
tersebut dapat mengatasi berbagai masalah dan dapat memberikan banyak manfaat
pada pasien, salah satu manfaat yang didapatkan yaitu membantu untuk hidup lebih
sehat dan tidak mudah cemas. Dengan hidup sehat, tidak ada masalah berat, tidak
cemas maka kesejahteraan pasien akan tercipta dan kesembuhan pasien pun akan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Baer, R. (2014). Mindfulness-based treatment approaches: Clinician’s guide to


evidence base and applications. New York: Springer Science & Business
Media.

Effendi, T. (2005). Meditasi Jalan menuju Kesembuhan lahir dan batin. Jakarta:
Gramedia.

Fachrudin, D., & Hasanat, N. (2016). Program Mindfulness untuk Perawat.


Yogyakarta: Program magister Psikologi Universitas gadjah mada.

Hartono. (2015). Modul Program peningkatan regulasi diri. Tidak ditebitkan.

Kabta-Zinn. (2012). Mindfulness 9 atitudes. Retrieved September Rabu, 2020, from


http://www.mindfulnessgruppen.se.

Subandi, M. (2009). Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Umniyah, U., & Afiatin, T. (2009). Pengaruh pelatihan pemusatan perhatian


(mindfulness) terhadap peningkatan empati perawat. JIP (Jurnal Intervensi
Psikologi), 1(1), 17-40.

Munazilah, M., & Hasanat, N. U. (2018). Program mindfulness based stress reduction
untuk menurunkan kecemasan pada individu dengan penyakit jantung
koroner. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 4(1),
22-32.

Yunita, Mutiara M. (2020). Peran Mindfulness Terhadap Kecenderungan Adiksi dan


Agresivitas Pada Remaja Pemain Game Online Bermuatan Kekerasan.
Jakarta: Universitas Bunda Mulia

Munif, B., Poeranto, S., Utamu, T, W. (2019). Effect of islamic spiritual mindfulness
on stress among nurse students. Nurse Media Journal of Nursing, 9(1), 69-77.
Diakses pada 16 September 2020, dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/22253

Dwidiyanti, M., Wiguna, R. I., & Ningsih, H. E. (2018). Mindfulness untuk Self-Care.
Semarang: UNDIP Press.

Janssen, M., Heerkens, Y., Kuijer, W., Heidjen, B, V, D., Engels, J. (2018). Effect of
mindfulness based stress reduction on employees mental health: A systematic
review. J Plos. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://journals.plos.org/plosone/article/file?
id=10.1371/journal.pone.0191332&type=printable

Sari, S. P., & Dwidiyanti, M. (2014). Mindfulness dengan pendekatan spiritual pada
pasien skizoprenia dengan resiko perilaku kekerasan [Mindfulness with a
spiritual approach in schizophrenic patients at risk of violent behavior].
Prosiding Konferensi Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa, 290-294.

Munif, B., Poeranto, S., Utamu, T, W. (2019). Effect of islamic spiritual mindfulness
on stress among nurse students. Nurse Media Journal of Nursing, 9(1), 69-77.
Diakses pada 16 September 2020, dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/22253

Dwidiyanti, M., Wiguna, R. I., & Ningsih, H. E. (2018). Mindfulness untuk Self-Care.
Semarang: UNDIP Press.

Janssen, M., Heerkens, Y., Kuijer, W., Heidjen, B, V, D., Engels, J. (2018). Effect of
mindfulness based stress reduction on employees mental health: A systematic
review. J Plos. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://journals.plos.org/plosone/article/file?
id=10.1371/journal.pone.0191332&type=printable

Alberts HJEM, Hu lsheger UR. (2015) Applying mindfulness in the context of work:
mindfulness-based interventions. In Reb J, Atkins PWB. Mindfulness in
organizations. Foundations, research and applications. Cambridge:
Cambridge University Press; 100–132.

Sari, S. P., & Dwidiyanti, M. (2014). Mindfulness dengan pendekatan spiritual pada
pasien skizoprenia dengan resiko perilaku kekerasan [Mindfulness with a
spiritual approach in schizophrenic patients at risk of violent behavior].
Prosiding Konferensi Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa, 290-294.

Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J., ... &
Devins, G. (2004). Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical
Psychology: Science and Practice, 11(3), 230-241
Germer, C. K., Siegel, R. D., & Fulton, P. R. (2005). Mindfulness and Psychotherapy.
New York: The Guilford Press
Oktavia, N. A. (2018). Efektivitas pelatihan Mindfulness dalam menurunkan kesepian
remaja di panti asuhan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Thohar, S. F. (2018). PENGARUH MINDFULNESS TERHADAP AGRESIVITAS
MELALUI REGULASI EMOSI PADA WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS I BLITAR. Happiness, Journal of
Psychology and Islamic Science, 2(1).
Wood, J. T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika
Oktavia. N.A. 2018. “Efektivitas Pelatihan Mindfullness dalam Menurunkan
Kesepian Remaja di Panti Asuhan”. Skripsi. Fakultas Psikologi dan
Kesehatan. Psikologi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Surabaya

Barnes, V. A., & Kristeller, J. L. 2019. HHS Public Access: Int J Complement Altern
Med. Author manuscript, 3(2), 1-23. doi: 10.15406/ijcam.2016.03.00070

Brotto, L.A. dan Basson R. 2014. Group Mindfulness-Based Therapy Significantly


Improves Sexual Desire in Women. Behaviour Research and Therapy, 57,
43 – 54.

Christina, Diana dan Irwanto. 2019. Peran Pendektan Konseling Berbasis Dialectical
Behavior Therapy (Dbt) Dalam Mendukung Pemulihan Trauma Pada
Perempuan Yang Mengalami KDRT. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,
dan Seni Vol. 3 (1).

Glasner, S., Mooney, L. J., Ang, A., Garneau, H. C., Hartwell, E., Brecht, M. L., &
Rawson, R. A. 2017. Mindfulness-Based Relapse Prevention for Stimulant
Dependent Adults: A Pilot Randomized Clinical Trial. Mindfulness:
Springer Science, 8, 126-135. Doi: 10.1007/s12671-016-0586-9

Lönnberg, G. Jonas, W. Unternaehrer, E. Bränström, R. Nisssen, E., & Niemi, M.


2020. Effects of a mindfulness based childbirth and parenting program on
pregnant women's perceived stress and risk of perinatal depression–Results
from a randomized controlled trial. Journal of Affective Disorders, 262, 133-
142. Doi: doi.org/10.1016/j.jad.2019.10.048
Maharani, Ega Asnatasia. 2016. Pengaruh Pelatihan Berbasis Mindfulness Terhadap
Tingkat Stress pada Guru PAUD. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 9
(2).

Roemer, L., & Orsillo, S. M. (2020). Acceptance‐Based Behavioral Therapies for


Generalized Anxiety Disorder (GAD). Generalized Anxiety Disorder and
Worrying, 245–271. doi:10.1002/9781119189909.ch12

Sriami. 2017. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan Praktik Acceptance
and Commitment Therapy (ACT). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Schellekens, M. P. J., Tamagawa, R., Labelle, L. E., Speca, M. Stephen, J., Drysdale,
E. Sample, S., Pickering, B., Dirkse, D., Savage, L. L., & Carlson, L. E.
2017. Mindfulness-Based Cancer Recovery (MBCR) versus Supportive
Expressive Group Therapy (SET) for distressed breast cancer survivors:
evaluating mindfulness and social support as mediators. J Behav Med, 40,
414-422. Doi: 10.1007/s10865-016-9799-6

Anda mungkin juga menyukai