Anda di halaman 1dari 79

Duddy Fachrudin

Nida Ul Hasanat

Program
Mindfulness
untuk Perawat
Modul Fasilitator

Program Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis


Universitas Gadjah Mada
2016
Kata Pengantar

Program Mindfulness untuk Perawat (ProMuP) merupakan program pengembangan sumber daya
perawat berbasis kesadaran penuh yang bertujuan meningkatkan kualitas kesadaran emosi,
kesehatan fisik dan psikis, serta kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan pekerjaan. Program
ini lahir dari berbagai kompleksitas tugas dan wewenang perawat dalam melakukan pengasuhan
keperawatan. Tidak dipungkiri bahwa perawat—khususnya perawat rumah sakit merupakan
sumber daya yang berada pada garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Mereka senantiasa
dituntut untuk dapat tenang dalam setiap konsisi sekaligus sigap dan cekatan, luwes, ramah,
sabar dan tidak mengeluh, serta yang paling penting penuh cinta kasih. Inilah kualitas karakter
yang perlu dimunculkan dalam aktivitas pekerjaan seorang perawat.

Perawat yang secara konsisten melakukan asuhan keperawatan dan melayani pasien dengan
kualitas karakter tenang hingga penuh cinta kasih tersebut akan lebih memiliki dampak positif
pada kesehatan pasien. Hal ini akan mempercepat pemulihan kesehatan pasien dan dapat
meningkatkan kepercayaan pasien kepada perawat itu sendiri. Manfaat terpenting yaitu kembali
kepada individu, yaitu perawat itu sendiri. Para perawat akan tumbuh dan berkembang sebagai
sumber daya manusia yang mampu mengelola dirinya saat menghadapi tekanan kerja, lebih
produktif, dan lebih bahagia saat bekerja.

Buku ini merupakan modul fasilitator ProMuP yang disusun penulis sebagai salah satu tools
dalam penelitian tesis eksperimen quasi yang berjudul “Pengaruh Program Mindfulness untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Perawat”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan kesejahteraan subjektif yang signifikan antara kelompok yang diberikan ProMuP
(eksperimen) dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki kesejahteraan subjektif
yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Selain itu, kemampuan mindfulness kelompok
eksperimen juga memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding kelompok eksperimen.

Besar harapan modul ini digunakan kembali oleh peneliti lain dalam penelitian dengan tema
serupa atau tema-tema yang berhubungan dengan variabel mindfulness dan perawat sebagai
subjek penelitiannya. Terkait kepentingan perijinan untuk menggunakan modul ini, Anda dapat
menghubungi penulis di linkedin: Duddy Fachrudin atau email: duddy.fahrifitria@gmail.com
atau nomor handphone: 083819868586.

Penulis

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................................................................... iv

Pendahuluan .............................................................................................................................. 1
Sesi 1 Pengenalan Program ...................................................................................................... 8
Sesi 2 Pengenalan Mindfulness dan Meditasi Napas ................................................................ 12
Sesi 3 Meditasi Jalan ................................................................................................................ 22
Sesi 4 Meditasi Deteksi dan Sensasi Tubuh ............................................................................. 29
Sesi 5 Meditasi Melepas Keinginan (Wanting) ........................................................................ 38
Sesi 6 Meditasi SOBER dan Cinta Kasih ................................................................................. 47
Sesi 7 Mindfulness pada Aktivitas Sehari-hari ......................................................................... 59
Sesi 8 Evaluasi dan Penutupan Program .................................................................................. 64

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 70

iv
Untuk seluruh perawat
Pendahuluan

Perawat merupakan salah satu elemen penting rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Mereka adalah profesional yang lebih sering berinteraksi dengan
pasien atau penerima jasa layanan kesehatan lainnya di rumah sakit. Mereka merupakan bagian
dari tim kesehatan yang menghadapi permasalahan kesehatan pasien setiap hari selama 24 jam.
Gilles (dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2012) menyatakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, 40 hingga 75% merupakan pelayanan keperawatan. Selain memberikan pelayanan
kepada pasien, perawat juga berinteraksi dengan keluarga pasien, dan kadang-kadang menerima
keluhan mereka atas ketidakpuasan pelayanan di rumah sakit.
Menurut Undang-undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014 (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2014), tugas dan wewenang seorang perawat pada intinya adalah
memberikan asuhan keperawatan baik perseorangan maupun dalam cakupan masyarakat.
Asuhan keperawatan sendiri merupakan rangkaian interaksi perawat dengan klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam
merawat dirinya. Pada undang-undang tersebut, terdapat 13 tugas dan wewenang utama perawat,
mulai dari melakukan pengkajian keperawatan secara holistik sampai melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif. Selain tugas dan wewenang utama,
perawat juga memiliki lima tugas dan wewenang lain yang terjabarkan dalam, pasal 29 ayat 1.
Pada pasal tersebut dijabarkan bahwa perawat juga berfungsi sebagai penyuluh dan konselor
bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewewang dan atau pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Tugas dan wewewang perawat yang begitu kompleks ini menjadi beban kerja yang tinggi.
Beban kerja yang tinggi bisa dilihat dari lamanya bekerja dan rasio jumlah ketersediaan perawat
dengan jumlah pasien yang datang di rumah sakit. Pada penelitian Tarwanti (2012) terdapat
temuan bahwa para perawat yang ditugaskan di poli bedah bekerja melebihi standar jam kerja,
yaitu 7 jam. Para perawat tersebut bekerja hingga 8-9 jam karena harus menangani pasien secara
intensif dan tindakan operasi yang sering kali membutuhkan tindakan yang mendadak. Selain
pada poli bedah, beban kerja yang tinggi dialami perawat yang bertugas di Unit Gawat Darurat
(UGD).
Fakta di lapangan menunjukkan rasio sumber daya perawat masih belum ideal dengan
jumlah pasien yang ke rumah sakit. Berdasarkan komunikasi pribadi (10 September 2015)
antara penulis dengan salah seorang perawat, idealnya seorang perawat menangani pasien

1
sebanyak lima orang. Pada kenyataannya masih terdapat perbandingan antara perawat dan pasien
1 : 10, yaitu seorang perawat menangani 10 orang pasien. Hal ini sering terjadi di rumah sakit di
daerah atau luar kota. Kondisi tidak idealnya rasio jumlah perawat dan pasien mengakibatkan
munculnya gejala-gejala kelelahan fisik dan psikis, stres, sulit konsentrasi, dan menjadi kurang
peka terhadap kebutuhan pasien. Perawat yang mengalami kondisi-kondisi tersebut menjadi
kurang produktif dalam bekerja (Haryanti, Faridah, & Purwaningsih, 2013) dan kurang
bersemangat dalam bekerja bahkan memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya
(Tarwanti, 2012).
Berdasarkan komunikasi pribadi (16 Mei 2016) yang dilakukan penulis kepada Kasi Bidang
Keperawatan dan Mutu di sebuah rumah sakit bahwa terdapat tiga jenis perawat yang bertugas di
ruangan rawat inap, yaitu Kepala Ruangan, Primary Nurse (PN), dan Associate Nurse (AN).
Perawat yang lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah Associate Nurse,
sementara intruksi-instruksi untuk mengambil tindakan keperawatan diberikan Primary Nurse,
dan Kepala Ruangan adalah perawat yang bertanggungjawab atas segala tindakan dalam
ruangan.
Permasalahan yang muncul di lapangan lebih sering karena konflik dengan mitra kerja,
seperti perasaan kesal dan tidak percaya dengan kemampuan rekan kerja serta perasaan cemburu
karena seorang perawat mendapat pujian sementara yang lain tidak. Permasalahan-permasalahan
tersebut sudah coba diatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan seperti Character Building
dan Service Excellent kepada perawat, namun tetap permasalahan tersebut masih muncul.
Permasalahan yang terjadi pada perawat juga menyangkut kesejahteraan perawat.
Pengaturan remunerasi masih perlu penyesuaian sehingga tidak menjadi permasalahan. Sistem
remunerasi yang dilakukan saat ini berdasarkan tingkat keahlian dan penempatan ruangan.
Perawat yang memiliki kompetensi tertentu dan ditempatkan di suatu ruangan sesuai keahliannya
belum tentu mendapat remunerasi yang tinggi jika pasien yang ditanganinya sedikit, misalnya
para perawat Intensive Care Unit (ICU), yang mendapat jasa medis yang kurang sesuai karena
pasien di ruang ICU tidak sebanyak di ruang inap yang lain, meskipun pasien yang dilakukan
asuhan keperawatan adalah pasien dengan penyakit kronis dan terminal. Sebaliknya perawat
biasa jika menangani pasien banyak juga tetap mendapat jumlah remunerasi yang sedikit, karena
harus dilakukan prorata dengan perawat lain.
Mengenai kesejahteraan perawat yang telah dipaparkan sebelumnya, berdasarkan
komunikasi pribadi penulis dengan seorang perawat (13 Mei 2016), yang menyampaikan bahwa
setelah berlakunya Undang-undang Keperawatan, kesejahteraan perawat tersebut lebih

2
meningkat, namun dibalik itu, kenyataan di lapangan masih terdapat perasaan iri karena
penghasilan yang didapat berbeda dengan perawat yang berada pada jajaran struktural. Penulis
melakukan komunikasi pribadi kepada seorang perawat lainnya (13 Mei 2016), yang
menyampaikan bahwa tingkat kesejahteraan perawat berbeda-beda. Para perawat yang sudah
lama bekerja, namun memiliki jabatan dan pendidikan rendah meskipun sudah lama bekerja
sering mengeluh kurang puas karena mendapat gaji yang rendah. Keluhan juga sering ditemukan
pada perawat-perawat yang baru bekerja. Secara umum, mengenai kesejahteraan perawat juga
dibahas oleh Wuryanto sebagai Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
(dalam redaksi Jowonews, 2015), bahwa tuntutan dan beban kerja yang tinggi pada perawat juga
tidak sebanding dengan gaji dan kesejahteraan perawat.
Fenomena-fenomena mengenai permasalahan pada perawat berfokus pada penilaian pribadi
mengenai perasaan (emosi) dan pikiran (kognitif) mengenai pengalaman-pengalaman yang
dialaminya sebagai seorang perawat. Pada temuan yang telah dipaparkan, baik dari berbagai
penelitian dan komunikasi pribadi di lapangan dapat disimpulkan penilaian emosi muncul pada
perasaan stres, sulit konsentrasi, kurang percaya, kesal, dan cemburu pada rekan kerja. Penilaian
kognitif muncul terhadap kekurangpuasan pada kesehatan karena mengalami kelelahan fisik dan
kurang puas pada pekerjaan sehingga perilaku yang muncul yaitu kurang produktif dalam
bekerja, kurang peka terhadap kebutuhan pasien, dan adanya keinginan untuk berhenti bekerja.
Penilaian terhadap emosi dan kognitif individu mengarah kepada kesejahteraan subjektif.
Permasalahan-permasalahan terkait kesejahteraan subjektif yang dialami perawat dapat
berpengaruh pada kualitas kesehatan, kesejahteraan, dan performa perawat dalam menjalankan
tugasnya. Permasalahan tersebut bukan hanya berdampak pada diri perawat sendiri, namun juga
para pasien. Para pasien akan merasakan pelayanan teraputik yang kurang memuaskan. Rumah
sakit sebagai institusi tempat perawat bekerja, perlu menyadari pentingnya kualitas kesehatan
baik secara fisik maupun psikis perawat, yaitu salah satunya dengan melakukan program-
program tertentu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada perawat.
White (2013) menyebutkan, program mindfulness pada perawat dapat bermanfaat sebagai
self-care dan pengembangan maupun peningkatan pada kesejahteraannya. Konsep mindfulness
berawal dari melepaskan penderitaan yang dialami manusia. Penderitaan tersebut dapat berupa
stres, depresi, cemas, konflik interpersonal, kebingungan, khawatir berlebihan dan ketakutan-
ketakutan irasional (Mace, 2008). Mindfulness dipercaya dapat mengurangi penderitaan dan
mempromosikan kesejahteraan (Grossman & Van Dam, 2011).

3
Mindfulness menekankan pada kesadaran, menjadi sadar sepenuhnya pada apa yang terjadi
saat ini, dengan mengalihkan pengalaman yang lain, diterima sepenuhnya tanpa penilaian (Mace,
2008). Mindfulness merupakan suatu keterampilan dalam memberikan perhatian dengan
berfokus pada satu tujuan, saat ini, dan tidak menilai (Kabat-Zinn, 1990). Mindfulness sangat
berorientasi pada hidup saat ini. Konsep hidup pada saat ini (living in the present) berbeda
dengan hidup untuk saat ini (living for the present). Hidup untuk saat ini dapat membuat seorang
individu berperilaku dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi yang terjadi di masa depan.
Hidup pada saat ini mengembangkan perilaku berdasarkan kontrol diri dan pencapaian tujuan
yang lebih efektif (Brown, Ryan, & Creswell, 2007).
Berbagai penelitian menunjukkan manfaat dari program mindfulness untuk perawat,
diantaranya:
1. Menurunkan stres (Garcia-Banda & Martin-Asuero, 2010; Shapiro, Astin, Bishop, &
Cordova, 2005)
2. Meningkatkan perhatian dan konsentrasi (Davis & Hayes, 2011; Keune & Forintos, 2010)
3. Menurunkan kecemasan dan menstabilkan tekanan darah (Chen, Yang, Wang, & Zhang,
2013)
4. Meningkatkan kepuasan kerja (Fortney, Luchterhand, Zakletskaia, Zgierska, & Rakel,
2013)
5. Meningkatkan kualitas kesehatan (Bazarko, Cate, Azocar, & Kreitzer, 2013)
6. Meningkatkan kualitas pelayanan teraputik kepada pasien (White, 2013)

Berdasarkan penjabaran fenomena permasalahan pada perawat dan pentingnya program


mindfulness bagi perawat, maka disusunlah modul program mindfulness yang dinamakan
Program Mindfulness untuk Perawat (ProMuP). Program ini terdiri dari empat pertemuan dengan
setiap pertemuan terdiri dari dua sesi. Setiap sesi berlangsung selama 65 hingga 75 menit.

Tabel 1. Sesi ProMuP


Sesi Konten
Sesi 1 Pengenalan Program
Sesi 2 Pengenalan Mindfulness dan Meditasi Napas
Sesi 3 Meditasi Jalan
Sesi 4 Meditasi Deteksi dan Sensasi Tubuh
Sesi 5 Meditasi Melepas Keinginan (Wanting)
Sesi 6 Meditasi SOBER dan Cinta Kasih
Sesi 7 Mindfulness pada Aktivitas Sehari-hari
Sesi 8 Evaluasi dan Penutupan Program

4
Secara umum, isi dari setiap sesi pada ProMuP adalah latihan meditasi mindfulness dan
internalisasi nilai sikap mindfulness. Terdapat enam jenis meditasi mindfulness (lihat tabel 1)
yang penjelasannya dijabarkan pada masing-masing sesi pada modul ini. Sikap mindfulness
diinternalisasi melalui penyampaian metafora, baik kisah maupun analogi. Penggunaan metafora
sendiri banyak digunakan dalam intervensi psikologi untuk memberikan pandangan baru seperti
nilai-nilai (values). Milton Erickson, seorang psikiater mengggunakan metafora yang disebut
teaching tales dalam menangani klien-kliennya (Rosen, 1982). Metafora menjadi salah satu
elemen dalam program Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) untuk menyampaikan
sikap dasar mindfulness (Baer, 2014). Nilai sikap mindfulness yang diinternalisasi melalui
metafora meliputi: 1) tanpa penilaian); 2) sabar; 3) berpikiran terbuka/ sikap pemula; 4) percaya;
5) tidak berambisi); 6) menerima); 7) melepas; 8) bersyukur); dan 9) murah hati (Kabat-Zinn,
2012).

Fasilitator ProMuP
Fasilitator ProMuP adalah seorang psikolog yang memahami konsep mindfulness dan telah
mendapat pemaparan dari penulis mengenai modul dan prosedur intervensi. Beberapa hal yang
dapat menjadi nilai tambah bagi fasilitator ProMuP, yaitu: 1) pernah mengikuti pelatihan
mindfulness atau kegiatan retreat; 2) berprofesi sebagai praktisi (bukan murni seorang dosen);
dan 3) membaca buku-buku mindfulness, seperti buku Full Catastrophe Living (Kabat-Zinn,
1990), Clinical Handbook of Mindfulness (Didonna, 2009), A Mindfulness-Based Stress
Reduction Workbook (Stahl & Goldstein, 2010), dan The Art and Science of Mindfulness:
Integrating Mindfulness into Psychology and The Helping Professions (Shapiro & Carlson,
2010).

Sasaran Konten Materi Program pada Setiap Sesi ProMuP terhadap Kemampuan
Mindfulness dan Kesejahteraan Subjektif
Setiap materi pada masing-masing sesi ProMuP disusun untuk meningkatkan kemampuan
mindfulness yang terdiri dari kemampuan observasi, deskripsi, bertindak dengan kesadaran, dan
menerima tanpa penilaian. Ketika terjadi peningkatan pada kemampuan mindfulness,
kesejahteraan subjektif juga ikut meningkat. Berikut ini merupakan sasaran konten materi setiap
sesi ProMuP terhadap kemampuan mindfulness dan kesejahteraan subjektif.

5
Tabel 2. Sasaran Konten Materi Setiap Sesi ProMuP Terhadap Kemampuan Mindfulness
dan Kesejahteraan Subjektif
Sesi Materi Kemampuan Mindfulness Kesejahteraan Subjektif
1 Materi pada sesi satu, yaitu pengenalan program, penjelasan aturan dan privasi, pre-test,
dan pendistribusian serta penjelasan workbook tidak memiliki sasaran pada kemampuan
mindfulness dan kesejahteraan subjektif

2 Sharing pengalaman Observasi dan deskripsi Evaluasi emosi dan kognitif


kerja (khususnya kepuasan pada
bidang pekerjaan)
Metafora “Baik, Observasi, deskripsi, dan Evaluasi emosi dan kognitif
Buruk, Siapa yang menerima tanpa menilai
Tahu?”
Pengenalan Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
mindfulness kemampuan mindfulness
Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
kemampuan mindfulness
Eating mindfulness Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
kemampuan mindfulness

3 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif


kemampuan mindfulness
Sharing latihan di Semua komponen -
rumah kemampuan mindfulness
Metafora “3 Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
Pertanyaan” kemampuan mindfulness
Meditasi Jalan Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
kemampuan mindfulness

4 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif


kemampuan mindfulness
Metafora “You Must Menerima tanpa menilai dan Evaluasi emosi dan kognitif
Believe” bertindak dengan kesadaran
Meditasi deteksi dan Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
sensasi tubuh kemampuan mindfulness

5 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif


kemampuan mindfulness
Sharing latihan di Semua komponen -
rumah kemampuan mindfulness
Metafora “Seorang Menerima tanpa menilai dan Evaluasi kognitif
Nelayan dan bertindak dengan kesadaran
Pengusaha”
Meditasi melepas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
keinginan (wanting) kemampuan mindfulness

6
(lanjutan)
Sesi Materi Ketrampilan Mindfulness Kesejahteraan Subjektif
6 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
kemampuan mindfulness
Metafora “2 Batu Bata Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
Jelek” kemampuan mindfulness
Meditasi SOBER Semua komponen Evaluasi emosi
kemampuan mindfulness
Meditasi cinta kasih Semua komponen Evaluasi emosi
kemampuan mindfulness

7 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif


kemampuan mindfulness
Sharing latihan di Semua komponen -
rumah kemampuan mindfulness
Metafora “Memegang Semua komponen Evaluasi emosi
Gelas” kemampuan mindfulness
Reviu materi Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
kemampuan mindfulness
Mindfulness aktivitas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif
sehari-hari kemampuan mindfulness

8 Meditasi napas Semua komponen Evaluasi emosi dan kognitif


kemampuan mindfulness
“Metafora Menerima tanpa menilai dan Evaluasi emosi dan kognitif
Kebahagiaan yang bertindak dengan kesadaran
Paling Hakiki”
Evaluasi, post-test, dan penutupan tidak memiliki sasaran pada ketrampilan mindfulness
dan kesejahteraan subjektif

7
Sesi 1: Pengenalan Program
(Waktu: 65 Menit)

Bertualanglah... kemudian berhenti, lalu menyelami isi hati.


—Tanpa Nama

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Alat ukur (Kesejahteraan Subjektif dan Kentucky Inventory Mindfulness Skills (KIMS)
13. Lembar observasi
14. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Hubungan yang harmonis dapat berawal dari sebuah perkenalan yang baik dan bermakna. Hal itu
pula yang dilakukan pada sesi pertama program ini oleh peneliti, fasilitator, dan ko-fasilitator.
Selain itu akan dilakukan pre-test dan pendistribusian workbook ProMuP kepada partisipan.

Tujuan:
1. Partisipan dapat memahami secara utuh mengenai program yang akan dijalani
2. Partisipan mengembangkan komitmen untuk mengikuti program
3. Peneliti mendapatkan data kuantitatif keterampilan mindfulness dan kesejahteraan subjektif
partisipan sebelum pelaksanaan program

8
4. Partisipan mendapatkan penjelasan mengenai fungsi dan bagaimana mengisi workbook
ProMuP

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan pertemuan dan sesi
2. Perkenalan dan harapan
3. Penjelasan mengenai aturan kerahasiaan dan privasi
4. Pre-test
5. Pendistribusian dan penjelasan fungsi workbook ProMuP
6. Penutupan sesi

1. Pembukaan Pertemuan dan Sesi (waktu: 5’)


Pembicara: peneliti
Pada pembukaan pertemuan, peneliti mengucapkan salam, memberikan senyuman, memberikan
apresiasi kepada partisipan yang telah hadir, dan menanyakan kabar partisipan. Jika partisipan
menjawab dengan kurang semangat, maka peneliti dapat mengulanginya. Setelah partisipan
terlihat sudah siap mengikuti program, peneliti mengajak seluruh partisipan, fasilitator, dan ko-
fasilitator untuk berdoa demi kelancaran program, kebersyukuran nikmat yang telah diperoleh,
dan nikmat bertambahnya ilmu.

2. Perkenalan dan Harapan (waktu: 20’)


Pembicara: fasilitator
Perkenalan yang hangat dan berkesan pada pertemuan pertama sangat penting dalam proses
berlangsungnya ProMuP. Fasilitator, ko-fasilitator, maupun peneliti dapat memperkenalkan
dirinya kepada partisipan mencakup nama, asal, profesi, serta hobi. Fasilitator kemudian
menjelaskan mengenai ProMuP secara umum dan rangkaian sesi yang akan dijalani bersama.
Setelah itu, fasilitator meminta kepada para partisipan untuk mengenalkan dirinya satu per satu
dan sekaligus menyampaikan harapan mereka selama mengikuti ProMuP. Penyampaian harapan
dilakukan sebagai pengingat, penguat, dan menjaga komitmen partisipan untuk terus menghadiri
seluruh rangkaian sesi ProMuP.

9
3. Penjelasan Mengenai Aturan Kerahasiaan dan Privasi (waktu: 7,5’)
Pembicara: fasilitator
Fasilitator menyampaikan pentingnya kebersamaan selama program. Baik fasilitator, ko-
fasilitator, dan peneliti, serta partisipan saling menjaga kerahasiaan seluruh peristiwa yang terjadi
selama ProMuP. Komponen penting lainnya yang ditekankan adalah aspek kejujuran, saling
menghargai satu sama lain, dan berkomitmen menjalani program dengan baik.

4. Pre-test (waktu: 20’)


Pembicara: peneliti
Pre-test merupakan pengukuran awal sebelum pelaksanaan ProMuP yang terdiri dari aktivitas
mengisi Skala Kesejahteraan Subjektif dan KIMS. Waktu yang disediakan untuk mengisi
masing-masing skala adalah 10 menit. Instruksi tes dibacakan terlebih dahulu oleh peneliti dan
dipastikan seluruh partisipan memahami instruksi tersebut sebelum mengisinya.

5. Pendistribusian dan Penjelasan Fungsi Workbook ProMuP (waktu: 5’)


Pembicara: peneliti
Seluruh partisipan mendapatkan workbook ProMuP yang digunakan selama mengikuti ProMuP.
Partisipan mendapatkan penjelasan mengenai workbook dan bagaimana mengisi workbook
tersebut oleh peneliti.

6. Penutupan Sesi (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Bagian penutup ini adalah penutup sesi, bukan pertemuan secara keseluruhan, karena setiap
pertemuan terdiri dari dua sesi. Sebelum fasilitator menutup pertemuan, partisipan menuliskan
dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang dirasakan, dan manfaat yang diperoleh

10
pada sesi satu di workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-
fasilitator dan peneliti.

Fasilitator dapat mengatakan kepada partisipan, “Baik semuanya, sesi satu telah selesai.
Sebelum kita mengikuti sesi dua, Anda dapat beristirahat terlebih dahulu selama lima menit
sambil mendengarkan lagu Living in The Moment berikut ini.”

11
Sesi 2: Pengenalan Mindfulness dan Meditasi Napas
(Waktu: 75 Menit)

Kemarin adalah sejarah. Esok adalah misteri. Tapi hari ini adalah hadiah.
Itulah mengapa disebut hadiah (present).
—Master Oogway

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Sesi ini berfokus pada mengenalkan mindfulness pada partisipan yang dilakukan dengan praktik
dan penjelasan definisi serta sikap-sikap yang perlu dikembangkan selama berlatih mindfulness.
Partisipan berlatih eating mindfulness, meditasi napas, dan mengembangkan sikap mindfulness,
yaitu tanpa penilaian, sabar, dan menerima melalui metafora "Baik, Buruk, Siapa yang Tahu?".

Tujuan:
1. Partisipan dapat saling berbagi pengalaman kerja sebagai perawat
2. Partisipan memahami poin penting dalam mindfulness
3. Partisipan dapat memahami mindfulness dari berlatih eating mindfulness
4. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini

12
5. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness tanpa
penilaian, sabar, dan menerima yang disampaikan melalui metafora

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan sesi
2. Sharing pengalaman kerja sebagai perawat
3. Metafora “Baik, Buruk, Siapa yang Tahu?”
4. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
5. Pengenalan mindfulness
6. Eating mindfulness
7. Diskusi eating mindfulness
8. Meditasi napas
9. Diskusi meditasi napas
10. Penutupan sesi dan pertemuan

Latihan di rumah:
1. Formal: meditasi napas
2. Informal: eating mindfulness

1. Pembukaan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan sesi setelah break, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman,
memberikan apresiasi kepada partisipan yang telah hadir. Fasilitator kemudian menyampaikan
outline program sesi dua.

2. Sharing Pengalaman Kerja Sebagai Perawat (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator dan ko-fasilitator
Partisipan dibagi menjadi ke dalam tiga kelompok kecil oleh fasilitator. Setiap kelompok
dipandu oleh seorang ko-fasilitator. Pada kelompok kecil tersebut, ko-fasilitator memandu
partisipan untuk menulis di workbook dan berbagi pengalaman bekerja sebagai perawat.
Pengalaman-pengalaman yang ditulis dan diceritakan adalah pengalaman yang membuat diri
mereka tertekan, stres, tidak bahagia, atau tidak puas pada pekerjaan yang sekarang dijalani. Para

13
partisipan kemudian memberikan penilaian atau komentar terhadap pengalamannya tersebut.
Sebagai contoh:

Tabel 3. Pengalaman Perawat


Pengalaman Komentar
Pernah suatu hari kami mendapat pasien Saya merasa stres pada saat itu. Saya
yang jumlahnya lebih banyak dari juga mengeluh dan mengatakan, “Oh
biasanya sehingga saya harus bekerja mengapa saya bekerja sebagai
ekstra. Hal tersebut membebani dan perawat?”
saya sampai lupa untuk makan.

Setelah perawat melakukan sharing, ko-fasilitator dapat memberikan apresiasi kepada perawat
seperti dengan kata-kata berikut, “Suatu hal yang luar biasa teman-teman perawat bisa berbagi
pengalaman tersebut dan dengan bercerita seperti tadi semoga membuat pikiran dan perasaan
teman-teman menjadi lebih baik dan lebih nyaman.”

3. Metafora “Baik, Buruk, Siapa yang Tahu?” (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

Berikut kisahnya:
Di sebuah kerajaan, tinggallah seorang raja yang suka berburu. Suatu hari ketika sedang
berburu jari tangannya terluka. Tabib yang menyertainya melihat dan memeriksa luka itu lalu
memperban luka tersebut. Dan Raja bertanya kepada Tabib, “Bagaimana luka ini?”

Tabib tersebut menjawab pertanyaan Raja, “Baik, buruk, siapa sih yang tahu?”

Sekembalinya Raja di istana, ia melihat lukanya bertambah buruk. Tabib kemudian memberikan
salep pada luka itu. Raja lalu berkomentar, “Lukanya terlihat buruk!”

Lalu Tabib berkata, “Baik, buruk, siapa sih yang tahu?”

14
Beberapa hari kemudian ternyata luka di jari Raja semakin parah sehingga terpaksa jari tangan
tersebut diamputasi. Dan sang Raja sangat marah kepada Tabib. Ia kemudian menjebloskan
Tabib ke dalam penjara. “Rasakan itu!” kata raja, “Apa yang ada dalam pikiranmu?”

Tabib berkata, “Berada di dalam penjara? Baik, buruk, siapa sih yang tahu?”

Si Raja berpikiran bahwa Tabib ini gila.

Beberapa minggu kemudian si Raja kembali berburu. Celakanya, kali ini Raja tersesat di dalam
hutan. Lalu ia dan rombongannya ditangkap oleh suku primitif di tengah hutan. Mereka
memutuskan akan menjadikan Raja dan rombongannya sebagai bentuk pengurbanan kepada
dewa mereka. Ketika bagian Raja hendak dikurbankan, suku primitif menyadari bahwa jari sang
Raja tidaklah sempurna, hanya ada 9 jari. Orang-orang yang dijadikan kurban adalah orang
yang sempurna fisiknya, sehingga sang Raja akhirnya dibebaskan.

Sang Raja menyadari bahwa kehilangan jari bukanlah sesuatu yang buruk, namun hal yang baik
karena telah menyelamatkan nyawanya.

Sekembalinya Raja ke istana, hal pertama yang dilakukannya adalah melepaskan Tabib dari
penjara karena ia berpikiran si Tabib telah menyelematkan jiwanya karena telah mengamputasi
jarinya. Dan ketika Raja menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya, ia meminta maaf kepada
Tabib karena telah memenjarakannya.

“Tidak... tidak... tidak...” ujar Tabib, “Di penjara adalah suatu hal yang baik. Jika saya tidak
dipenjara, maka saya ikut berburu dengan baginda Raja, dan saya pasti ditangkap dan
dijadikan kurban karena jari saya ada 10!”

Makna: tanpa menilai, sabar, menerima

4. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook

15
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Nilai yang terkandung dalam kisah “Baik, Buruk, Siapa yang Tahu?” adalah ketiga sikap
mindfulness yang perlu dikembangkan, yaitu tanpa penilaian, sabar, dan menerima. Fasilitator
dapat mengulang kembali bagian cerita, yaitu saat raja mendapat luka dan menilai secara
terburu-buru bahwa luka itu buruk baginya. Pada kehidupan sehari-hari manusia atau kita
seringkali langsung menilai atau berkomentar terhadap apa yang dialami atau suatu situasi
tertentu. Menilai... menilai... dan menilai... dan jarang yang mengamatinya dengan sabar terlebih
dahulu.

Biasanya saat keluar penilaian yang buruk, maka dalam hati seseorang tidak menerima apa yang
telah terjadi padanya. Hal seperti itu yang menimbulkan stres dan hidup tidak bahagia. Maka
ketika seseorang mendapatkan sebuah kejadian atau kabar tertentu, dapat berhenti menilai
terlebih dahulu, sabar dalam menjalani prosesnya, dan menerima sepenuh hati.

5. Pengenalan Mindfulness (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Konsep mindfulness yang dijelaskan oleh fasilitator adalah berupa definisi mindfulness dan
sikap-sikap yang perlu dikembangkan dalam mindfulness dari Kabat-Zinn (1990) dan Baer,
Allen, dan Smith (2004). Kabat-Zinn (1990) menjelaskan bahwa mindfulness merupakan suatu
bentuk perhatian murni, pada suatu tujuan, pada saat ini, dan tanpa penilaian. Kemudian dalam
berlatih mindfulness perlu dikembangkan sembilan sikap dasar yaitu, tanpa penilaian, sabar,
terbuka, percaya, tidak berambisi, melepaskan, menerima, bersyukur, dan murah hati.

Fasilitator kemudian memaparkan bentuk latihan meditasi mindfulness, seperti meditasi napas,
meditasi jalan, meditasi deteksi dan sensasi tubuh, meditasi melepas hasrat dan keinginan,
meditasi SOBER, dan meditasi cinta kasih. Latihan meditasi dan mengembangkan sikap
mindfulness adalah dua hal yang penting dalam ProMuP.

16
Fasilitator menekankan manfaat dari berlatih mindfulness. Berdasarkan berbagai penelitian,
berlatih mindfulness dapat mengakibatkan berbagai perubahan pada tubuh meliputi sel, sistem
saraf, sistem kelenjar, jantung dan peredaran darah:
 Peningkatan produksi energi sel oleh mitokondria
 Aktivitas pada amigdala menurun
 Aktivitas pada prefrontal korteks dan insula meningkat
 Sistem parasimpatis bekerja dan hormon ketenangan aktif
 Tekanan darah dan detak jantung stabil

Perubahan-perubahan tersebut yang kemudian mengakibatkan perubahan psikologis, yaitu hidup


saat ini dengan bahagia, puas, produktif, tidak khawatir dengan masa depan dan tidak
terbelenggu dengan masa lalu.

Mungkin selama pemaparan mengenai meditasi ada yang bertanya, yaitu apakah meditasi terkait
agama tertentu (Buddha atau Hindu). Fasilitator dapat menerangkan bahwa meditasi bermacam-
macam, bahkan dalam setiap agama sendiri terdapat bentuk meditasi sendiri, termasuk Islam
dengan dzikir (meditasi dzikir) atau Kristen yang membaca rosario. Meditasi yang dilakukan
selama ProMuP adalah meditasi sebagai sebuah program psikologi yang didesain sesuai tujuan
program.

6. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator dan ko-fasilitator
Keterampilan olah pernapasan menjadi kunci dalam meditasi napas. Meditasi napas
menggunakan teknik pernapasan perut. Bagi orang yang tidak terbiasa menggunakan pernapasan
perut maka perlu melatihnya terlebih dahulu. Pada intinya, saat bernapas dan mengeluarkan
napas, perut kita mengembang dan mengempis, bukan pada dada kita. Saat melakukan
pernapasan perut juga pundak/ bahu kita tidak ikut bergerak.

17
Fasilitator dan ko-fasilitator membimbing peserta untuk melakukan pernapasan perut terlebih
dahulu. Setelah itu baru fasilitator membimbing peserta untuk melakukan meditasi napas.
Selama meditasi napas, napas adalah objek yang diamati dan dirasakan secara sadar, baik itu saat
napas masuk maupun napas keluar.

Instruksi:
Instruksi Pembuka:
Anda dapat duduk dengan nyaman dengan punggung tegak, dan kedua telapak tangan boleh
ditelungkupkan di atas paha. Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan meditasi napas.

Kemudian Anda dapat menutup kedua mata Anda secara perlahan. Lalu bernapaslah dengan
rileks. Hadirkan diri Anda dan pikiran Anda saat ini dan di sini seutuhnya. Kemudian secara
perlahan hiruplah napas Anda.

Instruksi Isi:
Anda dapat merasakan udara yang masuk, begitu juga udara yang keluar. Perhatian Anda
hanya tertuju pada napas Anda. Saat napas Anda masuk, Anda boleh mengatakan dengan hati
Anda, “napas masuk”. Kemudian saat napas keluar, Anda dapat mengatakan dengan hati Anda,
“napas keluar”. Rasakan sensasi apapun yang hadir saat Anda memperhatikan dan merasakan
napas Anda.

Jika ada pikiran-pikiran lain yang terlintas, cukup diperhatikan saja atau Anda boleh berkata
dalam hati, “Oh saya memikirkan hal itu”, lalu perhatian Anda kembali pada nafas Anda.

18
Saat napas Anda masuk, Anda boleh mengatakan “ napas masuk”. Saat napas Anda keluar,
Anda boleh mengatakan “napas keluar”. Perhatian secara penuh pada napas Anda. Rasakan
sensasi apapun yang hadir, tanpa penilaian. Kita bersama-sama melakukan meditasi napas ini
sampai beberapa detik ke depan.

(Tanpa instruksi/ hening)

Instruksi Penutup:
Sebentar lagi kita akan mengakhiri meditasi napas. Sambil Anda masih merasakan keberadaan
napas Anda, kini perlahan-lahan Anda dapat mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan
Anda. Anda dapat menggerakkannya secara perlahan. Kemudian Anda dapat mengalihkan
perhatian pada mata Anda. Izinkanlah mata Anda perlahan-lahan untuk membuka kembali
dengan penuh kesadaran.

Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan sehingga Anda dapat merasakan
sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan
sekali lagi.

Sekarang, telapak tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke samping kanan dan
samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks mungkin.

7. Diskusi Meditasi Napas (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi napas di masing-masing
workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Poin Penting:
Napas adalah pusat kehidupan. Indikator adanya kehidupan pada diri seseorang adalah ketika ia
bernapas. Menyadari dan mengamati napas berarti menghadirkan diri seutuhnya berada pada
kondisi saat ini. Fasilitator menekankan bahwa dengan menyadari napas juga mengalihkan
perhatian pada ingatan-ingatan di masa lalu dan khayalan di masa depan.

19
Beberapa partisipan mungkin mengalami kendala selama sesi praktik, seperti sulit konsentrasi
atau banyaknya pikiran yang muncul yang mengganggu proses berlatih. Hal tersebut adalah
wajar karena baru berlatih pertama kali. Oleh karenanya fasilitator menyampaikan pentingnya
berlatih meditasi napas kapan pun bahkan di mana pun karena waktunya singkat dan bisa
dilakukan di mana saja.

8. Eating Mindfulness (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Agar partisipan memahami mindfulness, maka partisipan berlatih eating mindfulness. Eating
mindfulness biasa dilakukan dalam program mindfulness seperti Mindfulness-Based Stress
Reduction (MBSR) dengan menggunakan kismis (Stahl & Goldstein, 2010). Eating mindfulness
pada program ini menggunakan kurma.

Instruksi:
Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan eating mindfulness. Ambil dua buah kura lalu
letakkan dua buah kurma itu di telapak tangan kiri Anda. Ambillah sebuah kurma, lalu Anda
dapat mengamatinya secara perlahan. Anda dapat merasakan teksturnya, dan mencium baunya.
Anda dapat menganggap buah kurma tersebut adalah sejenis makanan yang baru pertama kali
Anda kenal.

Secara perlahan-lahan, kurma tersebut didekatkan ke mulut Anda. Letakkan kurma pada mulut
tanpa menggigitnya. Biarkan lidah Anda merasakan tekstur kurma tersebut. Lalu secara
perlahan Anda menggigitnya dengan satu gigitan dan Anda merasakan rasa kurma tersebut
tanpa memberikan penilaian. Anda menghadirkan diri Anda sepenuhnya dalam momen tersebut
dan merasakan rasa yang muncul setelah Anda menggigit kurmanya.

Dengan secara sadar sepenuhnya, Anda lalu mengunyah kurma secara perlahan-lahan minimal
selama 30 kali sebelum menelannya. Anda dapat merasakan bentuk kurma dalam mulut
berubah. Anda merasakan kurma yang dikunyah tersebut masuk ke dalam kerongkongan dan
perut Anda. Anda merasakan sensasinya, tanpa memberikan penilaian.

Ambil kurma yang kedua, dan lakukan hal yang sama seperti kurma yang pertama.

20
9. Diskusi Eating Mindfulness (waktu: 7,5’)
Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan eating mindfulness di masing-masing
workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Poin Penting:
Eating mindfulness adalah suatu bentuk latihan sederhana untuk memahami mindfulness itu
sendiri. Fasilitator menyampaikan bahwa biasanya seseorang melakukan aktivitas makan
dibarengi dengan aktivitas lainnya, seperti menonton film, mengerjakan tugas, atau mengobrol
dengan rekan kerja. Hal tersebut dapat mengalihkan perhatian dari merasakan momen seutuhnya
ketika makan. Saat seseorang hadir seutuhnya dan tidak melakukan aktivitas lain selain makan,
ia dapat merasakan hal yang berbeda dibanding ketika makan dengan dibarengi aktivitas lain. Ia
mungkin bisa lebih merasakan rasa sesungguhnya pada makanan yang dimakan, lebih bersyukur,
dan lebih menikmati hidup.

Pada eating mindfulness dilakukan mengunyah makanan minimal selama 30 kali secara
perlahan-lahan. Hal tersebut sangat menyehatkan karena dapat meminimalisir tersedak dan
terjadi pelepasan enzim amilase dalam air liur yang membuat proses percenaan berlangsung
lancar.

10. Penutupan Sesi dan Pertemuan (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator dan peneliti
Bagian penutup kali ini, menutup pertemuan secara keseluruhan. Sebelum fasilitator menutup
pertemuan, partisipan menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang
dirasakan, dan manfaat yang diperoleh pada sesi dua di workbook dan secara langsung di depan
partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Setelah itu partisipan mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai latihan di rumah dan
bagaimana mengisi tabel latihan di rumah yang tersedia pada workbook. Peneliti
menginformasikan waktu pelaksanaan pertemuan berikutnya, mengucapkan terima kasih atas
kebersamaan yang telah dilalui, dan mengucapkan salam.

21
Sesi 3: Meditasi Jalan
(Waktu: 67,5 Menit)

Living in the moment... living my life. Easy and breezy. With peace in my mind. Peace in my
heart. Peace in my soul. Wherever I’m going, I’m already home.
—Jason Mraz

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Hadir sepenuhnya pada saat ini tidak hanya dilatih dengan meditasi napas yang dilakukan
dengan duduk, namun juga dengan meditasi gerak, yaitu lewat berjalan. Partisipan berlatih
meditasi jalan dan mengembangkan sikap mindfulness, yaitu menerima, bersyukur, dan murah
hati melalui metafora "3 Pertanyaan".

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan dapat mengembangkan keselarasan antara gerakan dan perhatian
3. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness menerima,
beryukur, dan murah hati yang disampaikan melalui metafora

22
Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan pertemuan dan sesi
2. Meditasi napas
3. Sharing latihan di rumah
4. Metafora “3 Pertanyaan”
5. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
6. Meditasi jalan
7. Diskusi meditasi jalan
8. Penutupan sesi

Latihan di rumah:
1. Formal:
a. Meditasi napas
b. Meditasi jalan
2. Informal: eating mindfulness

1. Pembukaan Pertemuan dan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman, memberikan apresiasi
kepada partisipan yang telah hadir, dan menanyakan kabar partisipan. Jika partisipan menjawab
dengan kurang semangat, maka fasilitator dapat mengulangnya. Setelah partisipan terlihat sudah
siap mengikuti program, fasilitator mengajak seluruh partisipan, ko-fasilitator, dan peneliti untuk
berdoa demi kelancaran program, kebersyukuran nikmat yang telah diperoleh, dan nikmat
bertambahnya ilmu. Fasilitator kemudian menyampaikan outline program sesi tiga.

2. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2.

3. Sharing Latihan di Rumah (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Partisipan diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman hasil latihan meditasi di rumah.
Fasilitator dapat menanyakan kepada partisipan mengenai hal yang didapat dan dirasakan, serta

23
kendala ketika berlatih meditasi. Fasilitator juga dapat bertanya lebih lanjut mengenai adanya
perubahan yang terjadi pada partisipan, baik pada kehidupan pribadi maupun pekerjaan setelah
berlatih meditasi.

4. Metafora “3 Pertanyaan” (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

Berikut kisahnya:
Dikisahkan terdapat sebuah warisan peninggalan kerajaan di masa lalu. Warisan tersebut
adalah harta karun yang paling berharga. Para arkeolog di seluruh dunia mencarinya karena
mendengar kabar bahwa dengan memiliki harta karun itu akan membuatnya bahagia. Sampai
akhirnya, seorang arkeolog bersama timnya berhasil menemukannya di kedalaman 100 meter
dari permukaan bumi di dekat reruntuhan istana kerajaan.

Harta karun itu disimpan dalam sebuah kotak yang digembok dengan sangat kuatnya. Perlu satu
hari sang arkeolog beserta timnya untuk membuka kotak itu. Akhirnya kotak itu terbuka... dan
isinya adalah... bukan emas, bukan perak, bukan pula permata kerajaan, melainkan sebuah batu
pipih yang lebar berwarna putih yang ditulis dengan huruf Cina kuno.

Tulisan tersebut ternyata berupa 3 pertanyaan kaisar. Berikut pertanyaannya:


1. Kapan saat-saat yang paling penting dalam hidupku?
2. Siapa orang yang paling penting dalam hidupku?
3. Pekerjaan apa yang paling penting di dunia ini?

Sampai pada pertanyaan ketiga, fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk
menjawan pertanyaan tersebut. fasilitator dapat berkata, “Baik, sebelum saya melanjutkan
ceritanya, siapa yang ingin menjawab ketiga pertanyaan kaisar tersebut?”

24
Semua jawaban dari partisipan diapresiasi oleh fasilitator. Fasilitator kemudian melanjutkan
cerita. “Baik, kira-kira bagaimana jawaban dari ketiga pertanyaan itu? Saya lanjutkan
ceritanya...”

Arkeolog dengan dibantu seorang ahli bahasa selesai membaca ketiga pertanyaan itu. Ia tampak
bingung dan berkata dalam hati, ‘Apa maksud dari pertanyaan-pertanyaan ini?’ Karena
bingung ia meletakkan kembali batu itu ke dalam kotak. Saat ia mengembalikan batu ke dalam
kotak, ia melihat rangkaian kalimat yang ditulis sangat kecil. Langsung saja, ia memberi tahu
ahli bahasa dan memintanya untuk membacakan kalimat-kalimat itu. Secara hati-hati, dengan
menggunakan kaca pembesar ia mengucapkan kata demi kata:

1. Saat-saat terpenting dalam hidupku adalah saat ini


2. Orang yang paling penting dalam hidupku adalah siapapun orang yang bersamaku saat
ini
3. Pekerjaan yang paling penting di dunia adalah melayani

Makna: menerima, bersyukur, murah hati

5. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Fasilitator memaparkan bahwa sekarang atau saat ini (present) kadang bukan momen yang
paling penting bagi sebagian orang. Hal itu mungkin karena ia mengalami suatu kejadian yang
tidak menyenangkan, sedang berada dalam kondisi finansial yang tidak diharapkan, atau
beberapa hal negatif lain menurutnya. Namun dari hal-hal buruk yang terjadi, sesungguhnya
siapa yang tahu maknanya? (ingat kisah “Baik, Buruk, Siapa yang Tahu?”). Maka sesungguhnya
saat yang paling penting adalah saat ini, di sini, suatu momen yang perlu disyukuri, dirayakan,
dinikmati apapun kondisinya.

25
Orang yang paling penting adalah siapapun orang yang ada di hadapan atau sekitar kita. Pada era
digital seperti ini, banyak orang yang asik dengan gadgetnya. Seorang istri sedang berbicara
kepada suaminya, namun suaminya mendengarkan istrinya sambil membalas chat atau membuka
media sosial. Tentu saja perilaku suami tersebut tidak menghargai istrinya.

Pekerjaan yang paling penting adalah melayani. Apapun profesinya, pada akhirnya memiliki
esensi melayani, apalagi profesi kemanusiaan seperti perawat. Maka beruntung sekali menjadi
perawat memiliki kesempatan memberikan pelayanan dan asuhan perawatan dengan penuh
empati dan murah hati.

6. Meditasi Jalan (waktu: 15’)


Pembicara: fasilitator dan ko-fasilitator
Meditasi jalan merupakan salah satu bentuk meditasi gerak, yang bertujuan mengintegrasikan
gerakan dengan kekinian (kondisi saat ini) pada diri kita. Selain itu, meditasi jalan melatih
seseorang untuk mencapai tujuan satu langkah secara bertahap, tanpa terburu-buru. Pada setiap
langkah yang dilakukan begitu dirasakan sepenuhnya, yaitu saat mengangkat kaki dari tanah/
lantai, memindahkan kaki ke depan, dan menempatkan kaki kembali pada tanah/ lantai.

Fasilitator membimbing partisipan untuk berlatih meditasi jalan bersama-sama. Meditasi jalan
yang dilakukan dengan berjalan lurus ke depan dengan titik awal dan akhir yang telah
ditentukan.

Fasilitator dibantu ko-fasilitator membagi partisipan dalam tiga kelompok. Setiap kelompok
membentuk barisan memanjang ke belakang. Keregangan barisan disesuaikan agar partisipan
nyaman dalam melakukan meditasi jalan. Fasilitator menjelaskan kepada partisipan bahwa

26
partisipan akan berjalan sesuai intruksi yang diberikan hingga titik tujuan yang sudah ditentukan.
Pada meditasi jalan ini tidak menggunakan alas kaki. Ketika sudah siap, fasilitator dapat mulai
memberikan instruksi.

Instruksi:
Instruksi Pembuka:
Anda dapat berdiri dengan tegak dan rileks. Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan
meditasi jalan.

Hadirkan diri Anda sepenuhnya dengan merasakan sensasi yang muncul ketika telapak kaki
Anda menyentuh lantai. Anda juga sadar sepenuhnya pada kondisi lingkungan di sekitar Anda,
suhunya, cahayanya, bunyinya, dan segala sensasi lain yang muncul.

Instruksi Isi:
Sekarang... dengan penuh kesadaran, Anda mengangkat kaki kanan perlahan-lahan dari lantai,
lalu memindahkannya ke depan, dan menempatkannya kembali di lantai. Sekarang, secara sadar
Anda mengangkat kaki kiri perlahan-lahan dari lantai, lalu memindahkannya ke depan, dan
menempatkannya kembali di lantai.

Berjalanlah dengan penuh kesadaran selangkah demi selangkah. Anda juga dapat merasakan
segala sensasi yang muncul, baik itu sensasi ketika kaki menyentuh lantai, suhu lingkungan,
cahaya, bunyi, dan sensasi yang lain. Meskipun berbagai sensasi itu muncul dan dirasakan
sepenuhnya oleh Anda, Anda tidak terganggu dan terus melangkah ke depan menuju titik tujuan.

Instruksi Penutup:
Tetaplah berjalan dengan penuh kesadaran, mengalir hingga titik tujuan.

Setelah partisipan sampai pada titik tujuan dapat berhenti dan menunggu anggota kelompoknya
yang lain. Setelah itu dilakukan meditasi jalan kembali dari dari titik tujuan tersebut sampai ke
tempat semula.

27
7. Diskusi Meditasi Jalan (waktu: 10’)
Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi jalan di masing-masing
workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Poin Penting:
Meditasi jalan diibaratkan sebuah miniatur dari sebuah kehidupan, karena kehidupan itu sendiri
bergerak, berkembang, dan bertumbuh dari satu titik ke titik lainnya. Pada prosesnya banyak hal
yang muncul yang dapat menginterupsi perjalanan kehidupan. Ada orang yang terganggu dengan
hal tersebut sehingga memilih berhenti, namun ada juga yang terus berjalan, karena gangguan-
gangguan yang muncul tersebut sekedar diamati, diterima, dan tanpa penilaian.

8. Penutupan Sesi (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Bagian penutup kali ini, menutup pertemuan secara keseluruhan. Sebelum fasilitator menutup
pertemuan, partisipan menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang
dirasakan, dan manfaat yang diperoleh pada sesi tiga di workbook dan secara langsung di depan
partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Fasilitator dapat mengatakan kepada partisipan, “Baik semuanya, sesi ketiga telah selesai.
Sebelum kita mengikuti sesi keempat, Anda dapat beristirahat terlebih dahulu selama lima menit
sambil mendengarkan lagu Living in The Moment berikut ini.”

28
Sesi 4: Meditasi Deteksi dan Sensasi Tubuh
(Waktu: 67,5 Menit)

Hati adalah kuil Tuhan yang terletak di dada setiap manusia, diciptakan oleh Tuhan untuk
menyimpan cahaya Ilahi di dalam diri kita.
—Robert Frager

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Tubuh merupakan bagian fisik manusia yang dapat memunculkan sensasi atau rasa tertentu.
Menyadari setiap bagian tubuh merupakan latihan mengamati rasa tersebut. Pada sesi ini,
partisipan berlatih meditasi deteksi dan sensasi tubuh dan mengembangkan sikap mindfulness,
yaitu percaya dan melepas melalui metafora "You Must Believe".

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan dapat lebih menyadari sensasi yang terjadi pada tubuhnya
3. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness percaya dan
melepas yang disampaikan melalui metafora

29
Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan sesi
2. Meditasi napas
3. Metafora “You Must Believe”
4. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
5. Meditasi deteksi dan sensasi tubuh
6. Diskusi meditasi deteksi dan sensasi tubuh
7. Penutupan sesi dan pertemuan

Latihan di rumah:
1. Formal:
a. Meditasi napas
b. Meditasi jalan
c. Meditasi deteksi dan sensasi tubuh
2. Informal: eating mindfulness

1. Pembukaan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan sesi setelah break, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman,
memberikan apresiasi kepada partisipan yang telah hadir. Fasilitator kemudian menyampaikan
outline program sesi empat.

2. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2.

3. Metafora “You Must Believe” (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

30
Berikut kisahnya:
Seorang Guru bijak meramalkan penjahat paling buas bernama Tai Lung akan kabur dari
penjara. Ia mengatakan kepada rekannya yang seorang guru kungfu bernama Shifu agar
mempersiapkan Pendekar Naga untuk menghadapi Tai Lung. Namun siapakah Pendekar Naga
tersebut? Sang Guru bijak sendiri mengatakan, “Saya tidak tahu?”

Lima pendekar terkuat dari perguruan kungfu, yang merupakan murid Shifu dikumpulkan. Salah
satu dari mereka akan dipilih menjadai Pendekar Naga yang akan mewarisi naskah rahasia
yang memiliki kekuatan ajaib bagi siapapun yang membacanya. Seluruh warga kota, tidak
terkecuali Panda gemuk bernama Po berkumpul menyaksikan pemilihan Pendekar Naga oleh
sang Guru bijak yang diadakan di bukit kedamaian.

Acara pemilihan Pendekar Naga dimulai, dan pintu gerbang segera ditutup. Tampak Panda
gemuk bernama Po berlari menuju gerbang... namun sayangnya ia terlambat satu detik, dan
gerbang pun ditutup. Dengan berbagai cara ia berusaha masuk ke dalam gerbang. Sampai
akhirnya ia menggunakan roket yang kemudian dipasang di pantatnya agar ia bisa terbang
melewati gerbang yang tingginya 5 meter.

Po Panda gemuk menyalakan roket itu... dan bussssh... dengan seketika ia terlontar ke atas,
melewati gerbang. Di saat yang sama sang Guru bijak siap menunjuk calon Pendekar Naga.

Bummmmpps... Panda gemuk bernama Po terhempas ke tanah, tepat di depan sang Guru bijak.
Ia melihat sesuatu... ia melihat jari telunjuk diacungkan kepadanya. Sang Guru bijak berkata,
“Dialah Pendekar Naga.”

Lima pendekar terkuat sangat kaget, apalagi Shifu. “Bagaimana mungkin Panda gemuk yang
tiba-tiba muncul adalah Pendekar Naga? Harusnya salah satu dari lima pendekar terkuat yang
menjadi Pendekar Naga.” Ia protes kepada sang Guru bijak. Namun sang Guru bijak dengan
tenangnya berkata, “Tidak ada yang kebetulan.”

Fasilitator berhenti bercerita, dan kemudian menayangkan potongan film Kung Fu Panda yang
merupakan kelanjutan dari cerita yang telah disampaikan.

31
Makna: percaya, melepas

4. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Manusia seringkali hidup dalam ketakutan, kekhawatiran, dan menganggap pendapatnya sendiri
benar. Karena ketiga hal tersebut, manusia sering tidak percaya terhadap dirinya, maupun orang
lain. Hal tersebut yang berusaha disampaikan dalam kisah dan potongan film Kungfu Panda.

Fasilitator menyampaikan nilai sikap mindfulness dalam metafora “You Must Believe” adalah
rasa percaya dan melepas. Rasa percaya adalah sikap yang perlu dikembangkan dalam berlatih
mindfulness, baik itu terhadap diri sendiri, orang lain, maupun keadaan di masa depan. Sebagai
contoh dalam kehidupan pekerjaan sebagai perawat kita bekerja sama dalam sebuah tim. Setiap
anggota perlu percaya kepada diri sendiri, termasuk kepada anggota lain bahwa ia bisa
mengerjakan tanggung jawabnya. Tidak jarang muncul ketidakpercayaan, sehingga kita berusaha
mengontrolnya dengan mengatakan “Harus ini... Harus itu...”. Hal tersebut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada dirinya. Hal yang perlu dilakukan adalah melepaskan kontrol tersebut
dan mengarahkannya sesuai dengan kemampuannya.

32
5. Meditasi Deteksi dan Sensasi Tubuh (waktu: 22,5’)
Pembicara: fasilitator
Meditasi deteksi dan sensasi tubuh adalah mengamati perasaan maupun sensasi yang muncul
pada tubuh secara perlahan-lahan dari bagian kaki hingga kepala. Proses mengamati tubuh ini
bukan hanya dilakukan pada organ pada bagian luar, namun juga organ bagian dalam. Berbagai
sensasi maupun perasaan dapat muncul dalam proses ini dan sensasi itu cukup diamati saja tanpa
perlu dianalis. Bahkan mungkin juga dalam proses munculnya sensasi itu terdengar sesuatu,
seperti dalam ungkapan, “Tubuh Anda mengatakan hal yang tidak dapat diungkapkan kata-kata”
(Hanna dalam Stahl & Goldstein, 2010). Meditasi deteksi dan sensasi tubuh dapat
mengembangkan perhatian atau konsentrasi, ketenangan, dan keterampilan mindfulness itu
sendiri (Kabat-Zinn, 1990). Hal terpenting terpenting lainnya, meditasi deteksi dan sensasi tubuh
dapat mengurangi stres dan rasa sakit.

Pada proses pelaksanaan meditasi deteksi dan sensasi tubuh dianjurkan agar tubuh berbaring
lurus, namun tetap dalam keadaan tersadar. Jika hal tersebut membuat mengantuk, maka
meditasi deteksi dan sensasi tubuh dapat dilakukan dengan duduk (Kabat-Zinn, 1990; Stahl &
Goldstein, 2010).

Instruksi dengan posisi tubuh duduk tegak (modifikasi berdasarkan Hartono, 2016):
Instruksi Pembuka:
Anda dapat duduk dengan nyaman dengan punggung tegak, dan kedua telapak tangan boleh
ditelungkupkan di atas paha. Anda dapat berniat dalam hati untuk melakukan meditasi deteksi
dan sensasi tubuh.

Mari ambil waktu sejenak untuk hening. (Jeda). Untuk sejenak, rasakan tubuh Anda secara
keseluruhan, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki... Rasakan kulit yang melapisi seluruh
tubuh Anda....

Tutuplah mata perlahan-lahan dan sadarilah napas Anda... Rasakan bagaimana bagian perut
yang naik dan turun seiring dengan tarikan dan hembusan napas melalui hidung... Apabila Anda
menyadari bahwa pikiran mulai melantur, tidak apa-apa... Amati saja pikiran apa yang
mengalihkan perhatian tersebut, lalu pelan-pelan arahkan kembali perhatian Anda pada napas...

33
Instruksi Isi:
Sekarang arahkan perhatian pada seluruh bagian tubuh Anda, dimulai dari ujung rambut
hingga ujung kaki... Ibaratkan kesadaran Anda seperti mesin scan yang bergerak dari atas
hingga tubuh bagian bawah... Anda mungkin akan menemukan bagian tubuh yang terasa
kencang atau tegang... Cobalah merilekskan bagian tubuh tersebut, tetapi bila sulit, biarkan
rasa tersebut muncul dan menghilang. Hal ini tidak hanya berlaku pada rasa yang muncul di
tubuh, tetapi juga pada pikiran dan emosi yang Anda rasakan. Kini arahkan perhatian ke tubuh,
sadarilah juga setiap emosi atau pikiran yang muncul... Amati dan biarkanlah emosi atau
pikiran tersebut muncul dan menghilang...

Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kiri yang bersentuhan dengan lantai... Rasakan dan
sadari jemari kaki kiri Anda... punggung kaki kiri hingga bagian tumit kaki kiri... Kemudian
rasakan sepanjang betis kiri, lutut, dan tulang kaki hingga persendian yang menghubungkan
betis dengan paha kiri. Arahkan kesadaran dan rasakan paha kiri Anda, naik hingga paha
bagian atas yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kiri...

Sekarang bawa kesadaran Anda pada kaki kanan yang bersentuhan dengan lantai... Rasakan
dan sadari jemari kaki kanan Anda... punggung kaki kanan hingga bagian tumit kaki kanan...
Kemudian rasakan sepanjang betis kanan, lutut, dan tulang kaki hingga persendian yang
menghubungkan betis dengan paha kanan. Arahkan kesadaran dan rasakan paha kanan Anda,
naik hingga paha bagian atas yang bersambung dengan tulang pinggul di sebelah kanan...

Pelan-pelan arahkan kesadaran menuju daerah pinggul... Sadari dan rasakan daerah pinggul
tersebut dan sekitarnya. Sadarilah setiap sensasi, setiap pikiran, atau emosi yang muncul...

Sekarang arahkan kesadaran naik menuju area perut... Perut merupakan tempat organ
pencernaan dan pernapasan berada... Rasakan dan sadari jauh ke dalam bagian perut Anda.
Bila ada pikiran dan emosi yang muncul, biarlah mengalir apa adanya... Lalu arahkan
perhatian dan kesadaran ke bagian belakang tubuh di sepanjang tulang belakang... Mulailah
merasakan dan menyadari setiap rasa yang muncul mulai dari bawah, ke tengah, hingga naik ke
tulang punggung bagian atas... Biarkan semua ketegangan dan rasa kencang yang Anda
rasakan menjadi rileks...

34
Sekarang arahkan kesadaran kembali ke bagian dada, tempat jantung dan paru-paru berada.
Rasakan setiap rasa yang muncul di tulang dada, tulang rusuk, dan daerah dada Anda."

Kemudian arahkan perhatian dan kesadaran dari dada menuju jemari tangan kiri... Rasakan
keberadaan jemari dan telapak tangan Anda... naik ke punggung tangan hingga sampai ke
pergelangan tangan kiri... Lanjutkan hingga sepanjang lengan kiri bawah, siku, dan lengan kiri
bagian atas... Rasakan semua rasa yang muncul...

Sekarang arahkan perhatian dan kesadaran Anda dari lengan kiri menuju ke jemari tangan
kanan... Rasakan keberadaan jemari dan telapak tangan naik ke punggung tangan hingga
sampai ke pergelangan tangan kanan... Lanjutkan hingga sepanjang lengan kanan bawah, siku,
dan lengan kanan bagian atas... Rasakan semua rasa yang muncul...

Kemudian arahkan kesadaran menuju kedua bahu dan ketiak... Naik hingga ke leher dan
tenggorokan... Rasakan dan sadarilah setiap rasa di tubuh, pikiran, dan emosi yang muncul...

Sekarang arahkan kesadaran pada rahang, kemudian pelan-pelan arahkan kesadaran Anda
menuju gigi, lidah, mulut, dan bibir... Biarkan setiap rasa yang muncul apa adanya...

Rasakan pipi bagian dalam Anda... Saluran hidung yang mengarah jauh ke dalam kepala...
Daerah sekitar mata... Dan otot yang ada di sekitar mata... Rasakan dahi dan pelipis...

Sekarang arahkan kesadaran pada otak Anda, sebuah organ tempat bekerjanya pikiran, emosi,
dan mengendalikan perilaku Anda... Biarkan setiap rasa yang muncul apa adanya...

Sekarang perluas perhatian dan kesadaran ke seluruh tubuh mulai dari kepala hingga ujung
kaki dan jari tangan... Rasakan diri Anda terhubung pada tubuh mulai dari kepala, hingga leher,
bahu, lengan, tangan, dada, punggung, perut, pinggul, daerah sekitar pinggul, kaki, dan telapak
kaki... Rasakanlah setiap rasa di keseluruhan tubuh...

Apabila Anda menyadari pikiran mulai melantur dari apa yang diperhatikan, tidak apa-apa...
Amati saja pikiran yang mengalihkan perhatian, lalu perlahan arahkan kembali perhatian pada
napas... Sekarang tarik napas yang dalam melalui hidung... Bayangkan napas tersebut mengalir

35
dari ujung kepala hingga ujung jemari kaki... Dan ketika Anda menghembuskan napas...
Bayangkanlah napas Anda yang telah berada di jemari kaki menghilang bersama dengan segala
rasa yang tadi dirasakan... Anda dapat mencoba kembali bila menginginkan...

Instruksi Penutup:
Rasakan dan sadari bahwa seluruh tubuh Anda merupakan satu kesatuan... Dengan berbagai
rasa fisik, pikiran, dan emosi yang menyertainya... Sadarilah sepenuhnya, bahwa Anda hadir di
sini dan saat ini... Anda dapat merasakan seluruh tubuh mengembang saat Anda menarik napas
dan merasakan sekujur tubuh turun serta berkontraksi saat Anda menghembuskan napas...
Sekali lagi, rasakan dan sadarilah sekujur tubuh Anda merupakan satu kesatuan...

Sekarang Anda telah tiba pada penghujung latihan ini... Anda dapat mengucapkan syukur
kepada diri Anda karena telah meluangkan waktu untuk menyadari sepenuhnya kondisi "saat ini
dan di sini"...

Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat menarik napas
dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara perlahan-lahan dengan penuh
kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali lagi.

Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-lahan Anda dapat
mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda dapat menggerakkannya secara
perlahan. Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda. Izinkanlah mata Anda
perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh kesadaran.

Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan sehingga Anda dapat merasakan
sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan
sekali lagi.

Sekarang, telapak tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke samping kanan dan
samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks mungkin.

36
6. Diskusi Meditasi Deteksi dan Sensasi Tubuh (waktu: 10’)
Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi deteksi dan sensasi tubuh di
masing-masing workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-
fasilitator dan peneliti.

Poin Penting:
Meditasi deteksi dan sensasi tubuh adalah sebuah menyadari sepenuhnya setiap bagian tubuh
manusia. Seringkali tubuh memunculkan rasa tertentu. Ketika perasaan tersebut muncul,
sesungguhnya tubuh ingin diamati dan “didengar”. Fasilitator dapat memberikan contoh yaitu
saat betis terasa lelah. Seseorang kadang tidak menyadari betisnya lelah dan terus bekerja,
namun ada juga yang menyadari dan memilih untuk berhenti sejenak mengamati betisnya
dengan meditasi deteksi dan sensasi tubuh. Setelah proses tersebut ia mungkin beristirahat
sejenak lalu mengucapkan, “Terima kasih betisku sudah menopang tubuh ini beraktivitas.
Mohon maaf jika aku kadang terlalu lelah menggunakanmu.”

7. Penutupan Sesi dan Pertemuan (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator dan peneliti
Bagian penutup kali ini, menutup pertemuan secara keseluruhan. Sebelum fasilitator menutup
pertemuan, partisipan menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang
dirasakan, dan manfaat yang diperoleh pada sesi empat di workbook dan secara langsung di
depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Setelah itu partisipan mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai latihan di rumah dan
bagaimana mengisi tabel latihan di rumah yang tersedia pada workbook. Peneliti
menginformasikan waktu pelaksanaan pertemuan berikutnya, mengucapkan terima kasih atas
kebersamaan yang telah dilalui, dan mengucapkan salam.

37
Sesi 5: Meditasi Melepas Keinginan (Wanting)
(Waktu: 75 Menit)

Tuhan, kuatkan aku untuk mengubah hal-hal yang dapat aku ubah. Ikhlaskan aku untuk
menerima hal-hal yang tidak dapat aku ubah, dan jernihkan pikiran
serta hatiku untuk dapat membedakan keduanya.
—Doa Ketenangan

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Keinginan (wanting) selalu ada pada setiap kehidupan manusia. Keinginan berasal dari
ketidakpuasan yang dialami pada hidup manusia, baik itu ketidakpuasan pada masa lalu, saat ini,
dan kehidupan yang akan datang. Pada sesi ini, partisipan akan berlatih meditasi melepaskan
keinginan serta mengembangkan sikap mindfulness, yaitu tidak berambisi melalui metafora
"Seorang Nelayan dan Pengusaha".

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan dapat lebih menerima semua yang terjadi pada kehidupannya

38
3. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness tidak
berambisi yang disampaikan melalui metafora

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan pertemuan dan sesi
2. Meditasi napas
3. Sharing latihan di rumah
4. Metafora “Seorang Nelayan dan Pengusaha”
5. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
6. Meditasi melepas keinginan (wanting)
7. Diskusi meditasi melepas keinginan
8. Penutupan sesi

Latihan di rumah:
1. Formal:
a. Meditasi napas
b. Meditasi jalan
c. Meditasi deteksi dan sensasi tubuh
d. Meditasi melepaskan keinginan
2. Informal: eating mindfulness

1. Pembukaan Pertemuan dan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman, memberikan apresiasi
kepada partisipan yang telah hadir, dan menanyakan kabar partisipan. Jika partisipan menjawab
dengan kurang semangat, maka fasilitator dapat mengulangnya. Setelah partisipan terlihat sudah
siap mengikuti program, fasilitator mengajak seluruh partisipan, fasilitator, ko-fasilitator dan
peneliti untuk berdoa demi kelancaran program, kebersyukuran nikmat yang telah diperoleh, dan
nikmat bertambahnya ilmu. Fasilitator kemudian menyampaikan outline program sesi lima.

2. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2.

39
3. Sharing Latihan di Rumah (waktu: 10’)
Pembicara: fasilitator
Partisipan diajak untuk berbagi pengalaman hasil latihan meditasi di rumah. Fasilitator dapat
menanyakan kepada partisipan mengenai hal yang didapat dan dirasakan, serta kendala ketika
berlatih meditasi. Fasilitator juga dapat bertanya lebih lanjut mengenai adanya perubahan yang
terjadi pada partisipan, baik pada kehidupan pribadi maupun pekerjaan setelah berlatih meditasi.

4. Metafora “Seorang Nelayan dan Pengusaha” (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

Berikut kisahnya:
Seorang nelayan yang sedang duduk santai di pinggir pantai dengan berbaring di dekat perahu
miliknya. Tiba-tiba datanglah seorang pengusaha mendekati nelayan tersebut.

“Kenapa kau tidak pergi menangkap ikan?” tanya si pengusaha tersebut kepada si nelayan yang
sedang duduk santai.

“Karena aku sudah menangkap ikan dan hasil ikan hari ini yang aku tangkap dapat
menghasilkan uang yang bisa mencukupi kebutuhanku dan keluargaku hari ini dan dua hari
berikutnya,” jawab si nelayan.

Lalu pengusaha berkata, “Mengapa kau tidak menangkap ikan yang lebih banyak lagi?”
Dengan santai si nelayan menjawab, "Untuk apa?"

40
Pengusaha berkata lagi, “Kau akan mendapat uang yang lebih banyak, dan kau bisa
menggunakan uang lebihmu itu untuk membeli jala baru, atau kau bisa memperbaiki perahumu
agar kau bisa menangkap ikan lebih banyak lagi.”

“Lalu?” tanya nelayan.

“Uangmu akan semakin banyak dan kau bisa pergunakan uang lebihmu itu untuk keperluan lain
yang lebih besar, seperti membeli perahu baru, atau membeli beberapa perahu agar kau bisa
menjadi nelayan sukses,” ujar si pengusaha.

“Lalu, selanjutnya aku harus berbuat apa?” tanya si nelayan.

Pengusaha itu meyakinkan nelayan, “Dengan begitu kau bisa beristirahat dengan tenang
menikmati hasil tangkapanmu.”

Si nelayan memandang pengusaha dengan tenang lalu berkata, “Menurutmu aku sekarang
sedang apa? Bukankah aku sedang beristirahat?”

Makna: tidak berambisi

5. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Inti metafora “Seorang Nelayan dan Pengusaha” adalah bukan berarti nelayan tersebut malas
atau tidak memiliki keinginan untuk maju, namun ia merasa cukup dan puas dengan
kehidupannya. Seringkali manusia tidak puas dengan apa yang telah dimiliki sehingga
menginginkan lebih. Saat keinginannya tersebut telah tercapai, beberapa saat kemudian ia

41
kembali merasa tidak puas, dan akhirnya kembali menginginkan lebih. Itulah sifat dasar manusia
selalu tidak puas.

Fasilitator dapat menyampaikan merasa cukup dan puas pada pekerjaan dan hidup sekarang
dapat membuat bahagia. Seseorang hanya perlu menjalani proses kehidupannya dengan sebaik
mungkin melalui ikhtiar dan doa, serta percaya bahwa Tuhan Maha Baik yang selalu
memberikan limpahan rezeki kepada hamba-Nya. Bukankah tidak ada mahluk Tuhan yang luput
dari pemberian rezeki-Nya?

Profesi perawat memberi kesempatan kepada para profesional untuk memberikan kebaikan,
empati, dan komunikasi teraputik yang membantu para pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Kesempatan tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya, setulus-tulusnya, dan mungkin
Tuhan akan memberikan ganjaran dari arah yang tidak disangka-sangka.

6. Meditasi Melepas Keinginan (Wanting) (waktu: 22,5’)


Pembicara: fasilitator dan ko-fasilitator
Dowskin (2009) mengungkapkan terdapat empat hal keinginan yang dapat dilepaskan, yaitu:
a. Perasaan yang meliputi sembilan emosi yaitu: apatis, sedih, takut, nafsu, marah, bangga,
semangat, menerima, dan ikhlas.
b. Resistensi yaitu seperti kehilangan gairah di tengah jalan. Dalam keadaan resistensi
seseorang merasa seperti mencoba untuk bergerak ke depan namun tiba-tiba berhenti;
merasa saya harus melakukan sesuatu; merasa berpikir “saya tidak bisa” ketika tidak
dapat memutuskan atau tidak melakukan sesuatu, namun tetap melakukannya dan merasa
kesulitan; seperti mendesak melawan dunia, sehingga justru akan mendesak balik.
c. Perasaan dari keinginan untuk mengubah sesuatu, di mana sesuatu di sini adalah apapun
dalam hidup seseorang di dalamnya tercakup pengalaman pribadi termasuk pengalaman
masa lalu.
d. Keinginan yang terdiri dari keinginan untuk mengatur, untuk diakui, untuk menjadi
aman, untuk menjadi terpisah, dan untuk menjadi seseorang.

Mengidentifikasi Keinginan (Wanting)


Para partisipan diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi keinginan (wanting). Keinginan
dapat diidentifikasi melalui perasaan terhadap masa lalu, maupun masa depan. Sebagai contoh di

42
masa lalu masih terdapat kekecewaan, kemarahan, frustasi, maupun trauma-trauma, atau di masa
depan terkait kekhawatiran akan rezeki, maupun ambisi berlebihan, dan berbagai keinginan
lainnya yang mengganggu, baik dalam pekerjaan atau kehidupan secara umum. Keinginan-
keinginan tersebut kemudian dituliskan dalam masing-masing workbook.

Partisipan dibagi menjadi ke dalam tiga kelompok kecil. Setiap kelompok dipandu oleh seorang
ko-fasilitator. Pada kelompok kecil tersebut, ko-fasilitator memandu partisipan untuk saling
bercerita. Setelah partisipan bercerita, ko-fasilitator bertanya kepada partisipan, “Apakah
keinginan tersebut sudah siap untuk dilepas?”

Proses melepas diibaratkan dengan melepaskan balon ke atas langit dan membiarkannya terbang,
dan bagi yang melepas balon cukup mengamati dengan hati yang gembira. Fasilitator dapat
mulai menyiapkan partisipan untuk memulai proses meditasi melepas keinginan.

Catatan:
Jika ada peserta yang fobia terhadap balon, analogi melepas diganti dengan yang lain, seperti
melepas hewan tertentu (misalnya burung).

Instruksi:
Instruksi Pembuka:
Anda dapat duduk dengan nyaman, rileks, dan dengan punggung tetap tegak. Anda dapat
berniat dalam hati untuk melakukan meditasi melepas keinginan.

Kemudian Anda dapat menutup kedua mata Anda secara perlahan. Lalu bernapaslah dengan
rileks. Hadirkan diri Anda dan pikiran Anda saat ini, di sini. Kemudian secara perlahan
hiruplah napas Anda. Rasakan udara yang masuk begitu juga rasakan udara yang keluar.
Perhatian Anda hanya teruju pada napas Anda. Saat napas Anda masuk, Anda boleh
mengatakan dengan hati Anda, “napas masuk.” Kemudian saat napas keluar, Anda dapat
mengatakan dengan hati Anda, “napas keluar”. Rasakan sensasi apapun yang hadir saat Anda
memperhatikan dan merasakan napas Anda.

43
Instruksi Isi:
Sekarang Anda dapat mengalihkan perhatian pada keinginan yang telah Anda tulis. Anda dapat
membayangkan diri Anda memegang ujung tali balon. Di ujung yang lain Anda dapat melihat
balon yang sedang melayang. Anda dapat menaruh keinginan Anda pada balon tersebut. Itulah
balon keinginan Anda yang selama ini energi Anda terpusat padanya.

Keinginan dalam balon tersebut mungkin berupa perasaan kecewa, marah, frustasi, khawatir,
tidak merasa cukup, atau bahkan harapan-harapan di masa mendatang. Keinginan dalam balon
tersebut mungkin berupa keinginan untuk mendapatkan gaji yang tinggi, memiliki rumah yang
bagus, dan memiliki keluarga yang harmonis.

Keinginan dalam balon tersebut mungkin berupa keinginan untuk dituruti oleh orang di sekitar
kita. Mungkin oleh anak-anak kita... pasangan kita....atasan kita... bawahan kita... Kita sering
merasa marah.. kecewa... frustrasi bila tuntutan kita tidak dituruti... Kita juga selalu ingin
semua orang harus melindungi kita, mengerti kita dan menyetujui apapun yang kita lakukan.

Sampai pada suatu hari keinginan-keinginan tersebut sudah mengendalikan diri kita. Kita
memaksa tubuh dan pikiran kita untuk bekerja keras dan semakin keras. Tubuh, pikiran dan
perasaan kita punya keterbatasan...bila keinginan tersebut tidak tercapai kita menjadi kecewa,
marah, putus asa dan tidak berdaya.....

Sekarang...mari kita rasakan kembali semua keinginan-keinginan. Anda dapat merasakan


perasaan itu.... Biarkan rasa itu menyelimuti hati Anda... Rasakanlah dengan apa adanya.

Anda dapat menerima perasaan itu dengan mudah. Rasakanlah perasaan itu.... Rasakanlah...
hadirkan dan peluklah perasaan itu.... Nikmatilah bersamanya.... Rasakan Anda menyatu
dengan perasaan itu....

Sekarang Anda dapat membayangkan tangan Anda yang sedang memegang ujung tali balon
yang sedang melayang. Amatilah balon tersebut dengan perasaan gembira. Dan perlahan-lahan
lepaskanlah tali yang Anda pegang... Biarkan balon keinginan Anda terbang tinggi. Dan Anda
begitu bahagia.

44
Melepas berarti mengizinkan diri Anda berjalan lebih ringan dari sebelumnya. Melepas berarti
mengizinkan diri Anda untuk hidup dengan tenang. Melepas berarti menerima segala ketetntuan
Tuhan dengan hati yang lapang. Melepas berarti menikmati hidup dari momen ke momen
dengan penuh bahagia.

(Jeda/ hening)

Instruksi Penutup:
Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat menarik napas
dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara perlahan-lahan dengan penuh
kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali lagi.

Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-lahan Anda dapat
mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda dapat menggerakkannya secara
perlahan. Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda. Izinkanlah mata Anda
perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh kesadaran.

Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan sehingga Anda dapat merasakan
sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan
sekali lagi.

Sekarang, telapak tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke samping kanan dan
samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks mungkin.

7. Diskusi Meditasi Melepas Keinginan (Wanting) (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi melepaskan keinginan di
masing-masing workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-
fasilitator dan peneliti.

45
Poin Penting:
Keinginan sering melekat dalam pikiran maupun perasaan manusia. Hal tersebut dapat
mengganggu dan mengalihkan perhatian, serta menyita energi. Sebagai contoh seseorang yang
lebih fokus pada apa yang didapatnya dibanding pada aktivitas yang dilakukannya. Hal tersebut
dapat membuat ia tidak berada pada momen sesungguhnya saat bekerja. Fasilitator menekankan
bahwa berlatih meditasi melepas keinginan membuat seseorang menjadi lebih fokus pada
pekerjaan, fokus pada proses kehidupan yang dijalani dengan penuh penerimaan terhadap masa
lalu dan tanpa kekhawatiran yang muncul di masa depan.

8. Penutupan Sesi (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Bagian penutup ini adalah penutup sesi, bukan pertemuan secara keseluruhan, karena setiap
pertemuan terdiri dari dua sesi. Sebelum fasilitator menutup sesi satu, partisipan diminta
menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang dirasakan, dan manfaat yang
diperoleh pada sesi lima di workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator,
ko-fasilitator dan peneliti.

Fasilitator kemudian dapat mengatakan kepada partisipan, “Baik semuanya, sesi lima telah
selesai. Sebelum kita mengikuti sesi enam, Anda dapat beristirahat terlebih dahulu selama lima
menit sambil mendengarkan lagu Living in The Moment berikut ini.”

46
Sesi 6: Meditasi SOBER dan Cinta Kasih
(Waktu: 72,5 Menit)

Bukanlah apa yang kau lakukan, namun besarnya cinta


yang menyertainyalah yang bernilai.
—Bunda Teresa

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP

Gambaran umum:
Terdapat berbagai situasi yang tidak terduga yang akan dihadapi perawat. Pada situasi tersebut
perawat perlu menampilkan respon yang positif. Cinta kasih adalah respon positif yang perlu
dikembangkan perawat. Pada sesi ini, partisipan akan berlatih meditasi SOBER dan cinta kasih
serta mengembangkan sikap mindfulness, yaitu berpikiran terbuka, tanpa penilaian, murah hati,
dan melepas yang disampaikan melalui metafora "2 Batu Bata Jelek".

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan dapat memilih reaksi atau respon yang tepat pada suatu pengalaman tertentu

47
3. Partisipan dapat lebih bersyukur pada kehidupannya dan mengembangkan harapan kebaikan
dan cinta kasih
4. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness berpikiran
terbuka, tanpa penilaian, murah hati, dan melepas yang disampaikan melalui metafora

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan sesi
2. Meditasi napas
3. Metafora “2 Batu Bata Jelek”
4. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
5. Meditasi SOBER
6. Diskusi meditasi SOBER
7. Meditasi cinta kasih
8. Diskusi meditasi cinta kasih
9. Penutupan sesi dan pertemuan

Latihan di rumah:
1. Formal:
a. Meditasi napas
b. Meditasi jalan
c. Meditasi deteksi dan sensasi tubuh
d. Meditasi melepaskan keinginan
e. Meditasi cinta kasih
2. Informal:
a. Eating mindfulness
b. Meditasi SOBER

1. Pembukaan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan sesi setelah break, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman,
memberikan apresiasi kepada partisipan yang telah hadir. Fasilitator kemudian menyampaikan
outline program sesi enam.

48
2. Meditasi Napas (waktu: 5’)
Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2.

3. Metafora “2 Batu Bata Jelek” (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

Berikut kisahnya:
Alkisah beberapa pemuda sedang membangun sebuah masjid baru dengan dana donasi
seadanya. Kondisi keuangan mereka tidak mencukupi untuk menyewa tukang bangunan
sehingga mengerjakan membangun masjid sendiri. Mereka belajar bagaimana menjadi tukang
bangunan profesional: bagaimana menyiapkan fondasi, menyemen batu bata, membangun atap,
dan berbagai hal lainnya.

Seluruh pemuda tersebut memang belum pernah mengerjakan pekerjaang sebagai tukang
bangunan. Berbagai pekerjaan tersebut terlihat mudah, namun kenyataannya sulit bagi mereka.
Sebagai contoh, pekerjaan menembok dengan batu bata terlihat mudah, tinggal meletakkan
semen yang telah dicampur dengan pasir kemudian menaruh batu bata di atasnya, lalu ketuk
sana, ketuk sini. Seorang pemuda melakukannya dengan hati-hati. Ia mencoba meratakan batu
bata tersebut dengan mengetuk bagian sisi batu bata. Namun hasilnya sisi lainnya jadi menaik.
Ia mencoba membetulkannya kembali, namun sisi yang satunya menjadi terlalu tinggi.

Para pemuda mengerjakan membangun masjid dengan sabar dan telaten. Mereka memastikan
memasang batu bata dengan sempurna. Akhirnya sebuah tembok pertama dengan 1000 batu
bata selesai dikerjakan. Seorang pemuda bernama Yusuf nampak begitu puas dengan
pekerjannya. Ia memandang tembok tersebut. setelah sekian lama ia memandang, ia bergumam
dalam hatinya, celaka! Ia baru menyadari ternyata ada dua buah batu bata yang dipasang
miring.

49
Dua buah batu bata itu terlihat jelek dan mengacaukan kesempurnaan 998 batu bata yang
dipasang secara sempurna. Celakanya lagi, kedua batu bata itu tidak bisa digeser atau diubah
posisinya karena semennya telah mengeras. Yusuf lantas menemui kepala masjid dan bertanya
apakah ia bisa merobohkan tembok tersebut dan mengerjakannya mulai dari awal. Ia bertanya
seperti itu karena ia begitu malu dan merasa bersalah. Kepala masjid kemudian menjawab
bahwa tembok itu dibiarkan apa adanya.

Beberapa minggu kemudian, ada seorang pengunjung melihat-lihat pembangunan masjid


dengan ditemani pemuda bernama Yusuf. Biasanya Yusuf selalu mengajak pengunjung untuk
menghindari melihat tembok yang ia bangun. Namun kini seorang pengunjung ingin melihat
keseluruhan bagian masjid yang sedang dan sudah dibangun. Yusuf pun pasrah, sampai
akhirnya mereka berdiri di depan tembok yang dikerjakan Yusuf.

Tiba-tiba pengunjung itu berkata, “Tembok yang indah...”

Yusuf begitu kaget seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Pak,” ujarnya, “Apakah
kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah mata Anda tidak salah lihat? Bukankah Anda
melihat dua buah batu bata yang miring itu merusak keseluruhan tembok itu?”

Apa yang dikatakannya kemudian mengubah sudut pandang Yusuf secara keseluruhan mengenai
tembok itu, mengenai dirinya, serta berbagai aspek lainnya dalam hidup. Pengunjung itu
berkata, “Ya, saya bisa melihat dua batu bata miring itu. Tapi saya juga melihat 998 batu bata
yang terpasang sempurna.”

Yusuf tersadar untuk pertama kalinya setelah beberapa minggu. Ia selama ini fokus melihat dua
buah batu bata yang jelek dan mengabaikan 998 batu bata yang terpasang rapi dan sempurna.
Karena fokus pada hal tersebut ia menjadi buta terhadap hal lainnya. Itulah mengapa ia ingin
menghancurkan tembok itu. Itulah mengapa ia tidak tahan melihatnya dan tidak ingin
memperlihatkannya kepada para pengunjung masjid.

Sekarang Yusuf dapat melihat batu bata yang lain, dan ternyata tembok itu tidak terlalu jelek.
Buktinya seorang pengunjung mengatakan, “Tembok yang indah.”

50
Kini setelah 20 tahun, tembok itu masih berdiri, namun Yusuf sudah lupa persisnya letak dua
buah batu bata yang miring itu. Yusuf sudah tidak melihat hal itu lagi.

Makna: berpikir terbuka, tanpa penilaian, murah hati, bersyukur, dan melepas

4. Diskusi Sikap Mindfulness dalam Metafora (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Kisah metafora “2 Batu Bata Jelek” memberikan pelajaran bahwa manusia sering kali berfokus
pada yang negatif. Padahal banyak sekali hal positif yang telah terjadi selama hidupnya. Penting
bagi setiap orang untuk memiliki keterampilan berfokus pada yang positif, sehingga ia lebih
mudah bersyukur pada hidupnya.

Fasilitator dapat menyampaikan bahwa untuk dapat memilih respon pada hal-hal yang positif
maka perlu adanya sikap berpikiran terbuka (beginners mind) dan tidak terpaku dengan pola
pikir lama yang telah tersimpan dalam memori. Suatu hal dapat dipandang menjadi sesuatu yang
baru. Maka secara otomatis pola pikir lama lebih mudah untuk lepas (letting go), dan ketika
mengaplikasikan sikap terbuka ini, tidak terburu-buru dalam melakukan penilaian (non-judging),
yang selanjutnya melahirkan sikap yang murah hati (generosity).

5. Meditasi SOBER (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Meditasi SOBER merupakan pengembangan dari meditasi napas. SOBER berarti Stop, Observe,
Breath, Expand, dan Respond. Meditasi SOBER digunakan secara langsung pada situasi-situasi
yang bersifat stressful atau berisiko (Bowen, Chawla, & Marlat, 2011). Biasanya dalam situasi
tersebut seseorang mudah panik dan reaktif. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan-
tahapan meditasi SOBER:
a. Stop—berhenti sejenak/ jeda saat berada pada pengalaman yang membuat stres.

51
b. Observe—observasi apa yang dipikirkan dan dirasakan. Sensasi apa yang dirasakan?
Letak sensasi tersebut dimana? Apakah ada sesuatu yang tidak nyaman? Apakah pikiran
berada pada saat ini?
c. Breath—apapun sensasi yang hadir kumpulkan perhatian Anda pada napas Anda. Fokus
pada napas Anda. Lakukan pernapasan perut momen demi momen.
d. Expand—perluas kesadaran Anda, lihatlah kemungkinan-kemungkinan respon yang bisa
diambil (ekologis).
e. Respond—merespon dengan kesadaran penuh.

Pada praktiknya, partisipan dipastikan terlebih dahulu pernah mengalami pengalaman yang
membuat stres atau berisiko, yang kemudian dituliskan pada workbook. Fasilitator dapat
memberi contoh pengalaman-pengalaman tersebut, misalnya tiba-tiba ada keluarga pasien yang
marah-marah karena menurutnya pelayanan rumah sakit di bawah standar, pertama kali
membantu dokter dalam pembedahan, atau tertinggal barang yang sangat penting. Pengalaman-
pengalaman tersebut bukan hanya dalam konteks pekerjaan, tapi juga pengalaman sehari-hari.

Instuksi:
Instuksi Pembuka:
Baik sekarang Anda dapat memilih situasi yang panik, stres, atau memiliki risiko yang tinggi
untuk bertindak reaktif. Hal itu bisa berupa pengalaman di masa lalu saat Anda kurang bisa
mengendalikan diri Anda dalam menghadapi situasi tersebut.

Sekarang... Anda dapat duduk dengan nyaman, rileks, dan dengan punggung tetap tegak. Anda
dapat berniat dalam hati untuk melakukan meditasi SOBER.

Kemudian Anda dapat menutup kedua mata Anda secara perlahan. Lalu bernapaslah dengan
rileks. Hadirkan diri Anda dan pikiran Anda saat ini, di sini. Kemudian secara perlahan
hiruplah napas Anda. Rasakan udara yang masuk begitu juga rasakan udara yang keluar.
Perhatian Anda hanya teruju pada napas Anda. Saat napas Anda masuk, Anda boleh
mengatakan dengan hati Anda, “napas masuk.” Kemudian saat napas keluar, Anda dapat
mengatakan dengan hati Anda, “napas keluar”. Rasakan sensasi apapun yang hadir saat Anda
memperhatikan dan merasakan napas Anda.

52
Instuksi Isi:
Sekarang, Anda dapat mengalihkan perhatian dari napas pada suatu pengalaman. Anda dapat
membayangkan suatu pengalaman atau peristiwa yang dapat membuat Anda bertindak reaktif.
Bayangkan peristiwa itu hadir seolah-olah nyata dan terjadi. Anda bisa bertindak reaktif saat
itu juga, namun kemudian Anda memilih untuk diam. Hanya diam.

Kemudian Anda mengobservasi diri Anda, yaitu pikiran dan perasaan Anda. Anda merasakan
sensasi yang hadir, apapun sensasi itu. Apapun sensasi yang hadir, Anda dapat mengumpulkan
seluruh perhatian Anda pada napas Anda. Perhatikan keberadaan napas Anda. Fokus pada
napas Anda. Rasakan napas itu masuk, kemudian keluar melalui hidung.

Lalu... perlahan perluas kesadaran Anda. Anda dapat mulai melihat berbagai alternatif respon.
Anda mengamati kemungkinan respon tersebut, dan secara jernih Anda merespon dengan
respon yang bijak dan penuh dengan kesadaran.

Instuksi Penutup:
Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat menarik napas
dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara perlahan-lahan dengan penuh
kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali lagi.

Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-lahan Anda dapat
mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda dapat menggerakkannya secara
perlahan. Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda. Izinkanlah mata Anda
perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh kesadaran.

Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan sehingga Anda dapat merasakan
sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan
sekali lagi.

Sekarang, telapak tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke samping kanan dan
samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks mungkin.

53
6. Diskusi Meditasi SOBER (waktu: 10’)
Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi SOBER di masing-masing
workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Poin Penting:
Para profesional seperti perawat sangat diharapkan untuk bersikap tenang dan tidak panik,
apalagi reaktif. Fasilitator dapat menerangkan bahwa kualitas ketenangan yang dimiliki seorang
perawat dapat memberikan rasa nyaman bagi pasien dan juga keluarga pasien.

7. Meditasi Cinta Kasih (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Meditasi cinta kasih merupakan jenis meditasi yang berbeda dari sebelumnya. Prinsip meditasi
cinta kasih adalah mengembangkan harapan kebaikan terjadi pada diri, orang lain, dan bahkan
semesta. Meditasi cinta kasih bisa dilatih dengan memfokuskan perhatian kepada subjek/ objek
yang dituju. Misalnya yang dituju adalah saudara kita, lalu kita mengatakan “Semoga dirimu
berbahagia” atau “Semoga dirimu dalam kebaikan dan kedamaian”.

Hal penting dalam meditasi cinta kasih adalah kita mengamati perasaan diri kita sendiri ketika
melakukannya. Beberapa reaksi dapat terjadi, seperti penolakan, kurang tulus, bahkan bertanya
kepada diri sendiri, “Untuk apa saya melakukannya?” Fasilitator dapat membimbing kepada
partisipan bahwa harapan akan kebaikan yang ditujukan pada objek tertentu pada meditasi cinta
kasih pada akhirnya akan memberi kebaikan pada diri sendiri.

54
Instruksi:
Instruksi Pembuka:
Baik, sekarang kita akan melakukan meditasi cinta kasih. Anda dapat memberikan harapan
kebaikan kepada diri Anda, keluarga, rekan kerja, dan pasien yang Anda lakukan asuhan
keperawatan, serta semua orang.

Sekarang... Anda dapat duduk dengan nyaman, rileks, dan dengan punggung tetap tegak. Anda
dapat berniat dalam hati untuk melakukan meditasi cinta kasih.

Kemudian Anda dapat menutup kedua mata Anda secara perlahan. Lalu bernapaslah dengan
rileks. Hadirkan diri Anda dan pikiran Anda saat ini, di sini. Kemudian secara perlahan
hiruplah napas Anda. Rasakan udara yang masuk begitu juga rasakan udara yang keluar.
Perhatian Anda hanya teruju pada napas Anda. Saat napas Anda masuk, Anda boleh
mengatakan dengan hati Anda, “napas masuk.” Kemudian saat napas keluar, Anda dapat
mengatakan dengan hati Anda, “napas keluar”. Rasakan sensasi apapun yang hadir saat Anda
memperhatikan dan merasakan napas Anda.

Instruksi Isi:
Sekarang, Anda dapat mengalihkan perhatian dari napas pada suatu objek. Objek tersebut
adalah sebuah organ tubuh bernama jantung. Amati dan sadari keberadaannya. Kemudian
bayangkan di depan Anda ada gumpalan cahaya berbentuk bola. Cahaya yang sinarnya begitu
indah. Cahaya yang berisikan cinta dan kasih dari Sang Maha Cinta.

Cahaya itu kemudian secara perlahan menyapa diri Anda, menyentuh jantung Anda. Secara
perlahan cahaya tersebut mengisi jantung Anda dengan cinta dan kasih. Dan Anda dapat
merasakan cinta dan kasih itu bersemayam di jantung Anda.

Dengan cahaya cinta dan kasih itu Anda dapat memberi kebaikan dan harapan kepada diri
Anda sendiri. Anda dapat mengatakan kepada diri Anda sendiri secara perlahan-lahan dengan
sambil tersenyum lembut, “Semoga saya berbahagia atau semoga saya senantiasa dalam
kebaikan.” Dan Anda dapat merasakan cahaya cinta dan kasih Anda mulai meluas, tidak hanya
berada pada jantung Anda, namun juga pada organ-organ tubuh yang lain. Anda dapat
merasakan diri Anda diselimuti oleh cahaya cinta dan kasih, bahkan kini seluruh tubuh Anda

55
diselimuti olehnya. Anda mulai menyadari sepenuhnya bahwa diri Anda adalah cinta dan kasih
yang menebar cahaya dan membawa kebaikan di setiap langkah kehidupan Anda.

Maka kemudian Anda dapat menyapa keluarga Anda. Menghadirkannya, dan kemudian
mengucapkan kebaikan dan harapan kepada mereka dengan sambil tersenyum lembut, “Semoga
keluarga saya berbahagia, atau semoga keluarga saya senantiasa dalam kebaikan.” Atau Anda
dapat menyebutkan nama-nama anggota keluarga Anda dan mengucapkan harapan kebaikan
kepada mereka satu per satu.

Maka kemudian Anda dapat menyapa rekan kerja Anda. Menghadirkannya, dan kemudian
mengucapkan kebaikan dan harapan kepada mereka dengan sambil tersenyum lembut, “Semoga
rekan kerja saya berbahagia, atau semoga rekan kerja saya senantiasa dalam kebaikan.” Atau
Anda dapat menyebutkan nama-nama rekan kerja Anda dan mengucapkan harapan kebaikan
kepada mereka satu per satu.

Maka kemudian Anda dapat menyapa pasien yang sedang Anda rawat, asuh, dan layani.
Menghadirkannya, dan kemudian mengucapkan kebaikan dan harapan kepada mereka dengan
sambil tersenyum lembut, “Semoga pasien saya berbahagia, atau semoga pasien saya
senantiasa dalam kesehatan.” Atau Anda dapat menyebutkan nama-nama pasien Anda dan
mengucapkan harapan kebaikan kepada mereka satu per satu.

Sekarang, perlahan-lahan Anda dapat meluaskan perhatian kepada semua orang dan
mengatakan dengan sambil tersenyum lembut, “Semoga semuanya berbahagia.”

Apapun sensasi yang hadir pada diri Anda, cukup diamati, disadari, dan dirasakan, tanpa
menilai. Biarkan dan izinkan diri Anda sepenuhnya menjadi cahaya cinta dan kasih.

Instruksi Penutup:
Sekarang... perlahan-lahan alihkan perhatian pada napas Anda. Anda dapat menarik napas
dengan rileks dan nyaman dan menghembuskannya secara perlahan-lahan dengan penuh
kebersyukuran. Anda dapat melakukannya sekali lagi.

56
Sambil Anda masih merasakan keberadaan napas Anda, kini perlahan-lahan Anda dapat
mengalihkan perhatian pada jari-jari tangan Anda. Anda dapat menggerakkannya secara
perlahan. Kemudian Anda dapat mengalihkan perhatian pada mata Anda. Izinkanlah mata Anda
perlahan-lahan untuk membuka kembali dengan penuh kesadaran.

Mata Anda dapat rileks, lalu gosokkan kedua telapak tangan sehingga Anda dapat merasakan
sensasi hangat yang muncul. Letakkan kedua telapak tangan pada kedua mata Anda. Lakukan
sekali lagi.

Sekarang, telapak tangan Anda dapat memijat bahu sebelah kiri Anda dan telapak tangan kiri
Anda memijat bahu sebelah kanan Anda. Gerakkan badan dengan rileks ke samping kanan dan
samping kiri. Buat badan Anda senyaman dan serileks mungkin.

8. Diskusi Meditasi Cinta Kasih (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu pikiran dan perasaannya setelah melakukan meditasi cinta kasih di masing-
masing workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan
peneliti.

Poin Penting:
Fasilitator dapat menerangkan bahwa setiap pesan kebaikan yang muncul dalam hati dan terucap
lewat mulut ibarat sebuah bumerang yang akan kembali kepada pemiliknya. Jadi, hal tersebut
sebenarnya bukan hanya mendo’akan kebaikan terjadi pada orang lain, namun yang paling
penting adalah sebuah cara mendamaikan diri sendiri.

9. Penutupan Sesi dan Pertemuan (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator dan peneliti
Bagian penutup kali ini, menutup pertemuan secara keseluruhan. Sebelum fasilitator menutup
pertemuan, partisipan menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang
dirasakan, dan manfaat yang diperoleh pada sesi dua di workbook dan secara langsung di depan
partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

57
Setelah itu partisipan mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai latihan di rumah dan
bagaimana mengisi tabel latihan di rumah yang tersedia pada workbook. Peneliti
menginformasikan waktu pelaksanaan pertemuan berikutnya, mengucapkan terima kasih atas
kebersamaan yang telah dilalui, dan mengucapkan salam.

58
Sesi 7: Mindfulness pada Aktivitas Sehari-hari
(Waktu: 65 Menit)

Wherever you go, there you are.


—Jon Kabat-Zinn

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Lembar observasi
13. Slide materi ProMuP
14. Gelas/ botol berisi air mineral 600 ml

Gambaran umum:
Pada saat kapanpun, di manapun dan aktivitas apapun yang sedang dilakukan, di situlah diri
seseorang. Ia dapat menghadirkan dirinya baik, secara fisik, maupun psikis dengan penuh
kesadaran. Pada akhirnya hidup yang dijalani seluruhnya dalam kesadaran, saat ini, di sini. Pada
sesi ini, partisipan mereviu materi yang sudah dipelajari dan mengembangkan hidup yang
berkesadaran pada aktivitas yang dijalani sehari-hari, serta mengembangkan sikap mindfulness,
yaitu bersyukur yang disampaikan melalui metafora "Memegang Gelas.

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan lebih memahami secara komprehensif materi dan latihan-latihan yang telah dijalani

59
3. Partisipan dapat mengembangkan kesadaran penuh pada aktivitas sehari-hari
4. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness melepas yang
disampaikan melalui metafora

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan pertemuan dan sesi
2. Meditasi napas
3. Sharing latihan di rumah
4. Metafora “Memegang Gelas”
5. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
6. Reviu materi
7. Mindfulness pada aktivitas sehari-hari
8. Penutupan sesi

1. Pembukaan Pertemuan dan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman, memberikan apresiasi
kepada partisipan yang telah hadir, dan menanyakan kabar partisipan. Jika partisipan menjawab
dengan kurang semangat, maka fasilitator dapat mengulangnya. Setelah partisipan terlihat sudah
siap mengikuti program, fasilitator mengajak seluruh partisipan, fasilitator, dan tim peneliti
untuk berdoa demi kelancaran program, kebersyukuran nikmat yang telah diperoleh, dan nikmat
bertambahnya ilmu. Fasilitator kemudian menyampaikan outline program sesi tujuh.

2. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2.

3. Sharing Latihan di Rumah (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Partisipan diajak untuk berbagi pengalaman hasil latihan meditasi di rumah. Fasilitator dapat
menanyakan kepada partisipan mengenai hal yang didapat dan dirasakan, serta kendala ketika
berlatih meditasi. Fasilitator juga dapat bertanya lebih lanjut mengenai adanya perubahan yang
terjadi pada partisipan, baik pada kehidupan pribadi maupun pekerjaan setelah berlatih meditasi.

60
4. Metafora “Memegang Gelas” (waktu: 7,5’)
Pembicara: fasilitator
Seorang partisipan diminta secara sukarela untuk maju ke depan dan kemudian memegang
sebuah gelas berisikan air (boleh diganti dengan botol air mineral) selama 15 detik (seperti pada
gambar). Kemudian fasilitator bertanya kepadanya mengenai seberapa berat gelas tersebut.
(Hampir kebanyakan orang menjawab tidak berat/ ringan).

Pada kesempatan berikutnya partisipan tersebut diminta memegang gelas kembali dengan waktu
dua menit dan ditanya kembali mengenai berat gelas yang ia pegang. (Jawabannya biasanya
lebih berat dari sebelumnya).

Makna: melepas

5. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

Poin Penting:
Seseuatu yang ringan, namun jika dibawa terus selama perjalanan hidup maka akan terasa berat.
Hal ini seperti kerikil yang ada di dalam sepatu, kecil namun mengganggu aktivitas berjalan dan
berlari. Manusia dapat memilih untuk membuang kerikil tersebut atau membiarkan kerikil itu
menemani perjalanan hidupnya. Fasilitator dapat menyampaikan bahwa saat pikiran dan fisik

61
lelah, hal sederhana yang perlu dilakukan adalah beristirahat, salah satu caranya dengan
melakukan meditasi napas, mengamati dan merasakan napas, serta kembali pada pusat
kehidupan, yaitu napas.

6. Reviu Materi (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Pada subsesi ini, fasilitator mengajak partisipan untuk mereviu kembali materi mindfulness sejak
sesi dua hingga enam. Materi yang direviu meliputi meditasi mindfulness dan sikap-sikap yang
perlu dikembangkan selama berlatih mindfulness. Meditasi mindfulness yang telah dipelajari,
yaitu eating mindfulness, meditasi napas, meditasi jalan, meditasi deteksi dan sensasi tubuh,
meditasi melepaskan keinginan, meditasi SOBER, dan meditasi cinta kasih. Sikap mindfulness,
terdiri dari: 1) tanpa penilaian); 2) sabar; 3) berpikiran terbuka/ sikap pemula; 4) percaya; 5)
tidak berambisi); 6) menerima); 7) melepas; 8) bersyukur); dan 9) murah hati.

7. Mindfulness pada Aktivitas Sehari-hari (waktu: 12,5’)


Pembicara: fasilitator
Tujuan penting dari mindfulness (kesadaran penuh), bukan terletak pada bisa melakukan
meditasi, namun hasil dari latihan yang termanifestasikan pada aktivitas sehari-hari. Mindfulness
eating yang dilakukan pada sesi dua adalah bentuk dari mindfulness pada aktivitas sehari-hari.
Latihan-latihan mindfulness pada aktivitas sehari-hari perlu terus dikembangkan pada satu atau
dua aktivitas tertentu. Setelah itu, latihan-latihan diperluas pada aktivitas yang lebih beragam.

Saat sedang melakukan aktivitas, seseorang dapat berkata kepada dirinya sendiri, “Saya sadar
sedang melakukan .....”. Sebagai contoh saat sedang mengunci pintu rumah, “Saya sadar

62
mengunci pintu”, sambil mengamati gerakan tangan mengunci pintu dan kemudian memastikan
pintu telah terkunci dengan baik. Hal ini dapat mengurangi pertanyaan, “Apakah saya sudah
mengunci pintu tadi?”

Pada subsesi ini, partisipan diajak untuk membuat daftar aktivitas-aktivitas harian pada
workbook yang kemudian berlatih untuk mindful pada aktivitas-aktivitas tersebut:

Tabel 4. Mindfulness pada Aktivitas Sehari-hari


No. Aktivitas
1. Makan
2. ........................
3. ........................
4. ........................
5. ........................

8. Penutupan Sesi (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator
Bagian penutup ini adalah penutup sesi, bukan pertemuan secara keseluruhan, karena setiap
pertemuan terdiri dari dua sesi. Sebelum fasilitator menutup sesi satu, partisipan diminta
menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang dirasakan, dan manfaat yang
diperoleh pada sesi tujuh di workbook dan secara langsung di depan partisipan lainnya,
fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti.

Fasilitator kemudian dapat mengatakan kepada partisipan, “Baik semuanya, sesi tujuh telah
selesai. Sebelum kita mengikuti sesi delapan, Anda dapat beristirahat terlebih dahulu selama
lima menit sambil mendengarkan lagu Living in The Moment berikut ini.”

63
Sesi 8: Evaluasi dan Penutupan Program
(Waktu: 65 Menit)

Bukan tujuanlah esensi dari sebuah perjalanan, melainkan berlayar dan berpetualanglah
nilai terpenting dari kehidupan.
—Tauhid Nur Azhar

Alat dan bahan:


1. Laptop
2. LCD Projector
3. Layar/white screen
4. White board
5. Spidol
6. Stop kontak
7. Microphone
8. Soundsystem
9. Recorder
10. Alat tulis
11. Workbook ProMuP
12. Alat ukur (Skala Kesejahteraan Subjektif dan KIMS)
13. Lembar observasi
14. Slide materi ProMuP
15. Lembar evaluasi

Gambaran umum:
Pada sesi terakhir ini, partisipan mengisi post-test dan memberikan evaluasi serta umpan balik
terhadap ProMuP dan pemateri mereviu. Partisipan juga mengembangkan sikap mindfulness,
yaitu melepas yang disampaikan melalui metafora "Kebahagiaan yang Paling Hakiki".

Tujuan:
1. Partisipan mengembangkan dirinya untuk hadir secara utuh pada saat ini
2. Partisipan dapat mengembangkan dan menginternalisasi nilai sikap mindfulness bersyukur
yang disampaikan melalui metafora

64
3. Peneliti mendapatkan data kualitatif mengenai evaluasi program dan perasaan partisipan
sebelum dan sesudah pelaksanaan program
4. Peneliti mendapatkan data kuantitatif keterampilan mindfulness dan kesejahteraan subjektif
partisipan setelah pelaksanaan program

Kisi-kisi kegiatan:
1. Pembukaan sesi
2. Meditasi napas
3. Metafora “Kebahagiaan yang Paling Hakiki”
4. Diskusi nilai sikap mindfulness dalam metafora
5. Post-test
6. Evaluasi
7. Penutupan

1. Pembukaan Sesi (waktu: 2,5’)


Pembicara: fasilitator
Pada pembukaan sesi setelah break, fasilitator mengucapkan salam, memberikan senyuman,
memberikan apresiasi kepada partisipan yang telah hadir. Fasilitator kemudian menyampaikan
outline program sesi delapan.

2. Meditasi Napas (waktu: 5’)


Pembicara: fasilitator
Lihat intruksi di sesi 2

3. Metafora “Kebahagiaan yang Paling Hakiki” (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator mengarahkan peserta untuk duduk dengan tenang dan kemudian menyampaikan
sebuah cerita. “Baik sambil duduk dengan rileks, izinkan saya bercerita, dan mari kita
dengarkan ceritanya.”

Berikut kisahnya:
Seorang laki-laki merasa hidupnya sangat kacau. Faktanya, hidupnya memang benar-benar
kacau. Beberapa hari ini ia konflik dengan istrinya, terancam di-PHK oleh perusahaan tempat

65
ia bekerja, dan beberapa hari yang lalu rumahnya dimasuki rampok sehingga beberapa barang
berharga miliknya hilang.

Ia begitu tidak bahagia dengan hidupnya. Lantas ia bertanya-tanya tentang apa itu bahagia
kepada dirinya sendiri. Ia mencari-cari jawaban tentang makna bahagia namun dari sekian
jawaban yang ditemukan tidak membuatnya puas. Sampai suatu ketika ia mendengar dari nun
jauh dari rumahnya, sekitar 40 km dari pusat kota ke arah selatan dekat pantai hiduplah
seorang tua yang bijaksana. Laki-laki ini kemudian memutuskan untuk menemuinya dan
berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaan tentang makna kebahagiaan.

Setelah bertanya ke beberapa warga, ia kini tepat berada di depan rumah Pak Tua yang
bijaksana itu. Lantas ia mengetuk pintu rumahnya, “Tok.. tok.. tok..”

“Selamat siang,” ujar si laki-laki yang hidupnya kacau itu.

Tampak kemudian seorang laki-laki dengan wajah agak berkeriput, namun badannya masih
tampak tegar dan kuat membuka pintu serta menghampirinya. Ia tiada lain adalah Pak Tua yang
bijaksana yang kemudian mempersilahkan tamunya untuk masuk dan duduk di ruang tamu
rumah itu.

Setelah menghidangkan teh manis dan makanan ringan kepada tamunya, Pak Tua yang
bijaksana bertanya mengenai maksud kedatangan laki-laki yang kini ada di hadapannya. Tanpa
panjang lebar, laki-laki itu berkata, “Wahai Pak Tua, menurut orang-orang kau adalah orang
yang cerdas dan berwibawa. Aku ingin bertanya apakah kebahagiaan yang paling hakiki di
dunia ini?”

Pak tua kemudian tersenyum lembut, dan berkata, “Saya melihat banyak masalah yang
menimpa hidupmu. Baiklah, tidak perlu terburu-buru, mari nikmati hidangan ini terlebih
dahulu.”

Mereka berdua lalu mengobrol dengan topik yang lain sambil menikmati makanan dan minuman
yang ada di atas meja. Setelah itu Pak Tua mengajak laki-laki yang sedang memiliki banyak
masalah itu keluar dari rumahnya, “Mari kita berjalan-jalan menikmati sore.”

66
Laki-laki itu bertanya, “Mau ke mana kita?”

“Ke pantai dan menunjukkan kebahagiaan hakiki kepada Anda,” ujar Pak Tua dengan
santainya.

Sesampainya di pantai, Pak Tua membawa tamunya berjalan menuju bibir pantai, lalu
mengajaknya hingga air laut menggenangi lututnya... pinggangnya, hingga dadanya. Air laut
sore itu sangat tenang, sehingga pak tua tidak khawatir mereka berdua akan terseret ombak.

Tiba-tiba tangan Pak Tua mendorong kepala laki-laki yang menjadi tamunya sehingga
kepalanya terendam di bawah permukaan air laut. Byuusssh... Laki-laki itu meronta-ronta, dan
berusaha melepaskan tangan Pak Tua dari kepalanya. Namun begitu, pegangan tangan Pak Tua
begitu kuat.

Beberapa detik pun berlalu, dan Pak Tua melepaskan pegangan tangannya. Blassshhh... laki-
laki itu mendongakkan kepalanya ke atas. Napasnya begitu memburu dengan cepat... hossh...
hossh... hossh...

Ketika napas si laki-laki mulai tenang, Pak Tua bertanya kepadanya, “Apa kebahagiaan yang
paling hakiki di dunia ini?”

Laki-laki itu menjawab, “Ketika aku masih bernapas.”

Makna: bersyukur

4. Diskusi Nilai Sikap Mindfulness dalam Metafora (waktu: 10’)


Pembicara: fasilitator
Fasilitator memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menuliskan dan mengemukakan
pendapat, yaitu mengenai nilai yang terkandung dalam metafora di masing-masing workbook
dan secara langsung di depan partisipan lainnya, fasilitator, ko-fasilitator dan peneliti. Semua
nilai yang diungkapkan partisipan tidak ada yang salah.

67
Poin Penting:
Manusia sering mencari kebahagiaan dengan beragam cara, namun kadang lupa bahwa
sebenanrnya kebahagiaan hidup itu dekat, yang tiada lain diberikannya kehidupan oleh Tuhan.
Pada saat menyadari napas, maka di saat itu pula manusia kembali pada pusat kehidupan, dan
bersyukur telah banyak diberikan anugerah sejak lahir hingga saat ini.

Fasilitator dapat mengajak kepada partisipan untuk berterima kasih dan mencintai kehidupan.
Saat bersyukur dan mencintai kehidupan, maka sesungguhnya seseorang sedang bersyukur atas
pemberian Tuhan.

5. Post-test (waktu: 20’)


Pembicara: peneliti
Post-test merupakan pengukuran akhir setelah pelaksanaan ProMuP yang terdiri dari aktivitas
mengisi Skala Kesejahteraan Subjektif dan KIMS. Waktu yang disediakan untuk mengisi
masing-masing skala adalah 10 menit. Instruksi tes dibacakan terlebih dahulu oleh peneliti dan
dipastikan seluruh partisipan memahami instruksi tersebut sebelum mengisinya.

6. Evaluasi (waktu: 10’)


Pembicara: peneliti
Partisipan diminta untuk memberikan evaluasi terhadap ProMuP. Ko-fasilitator membagikan
lembar evaluasi yang terdiri dari tiga pertanyaan, yaitu: 1) seberapa penting ProMuP bagi
kehidupan Anda, baik sebagai seorang perawat dan individu secara umum? (skala 1-10); 2) apa
yang dirasakan/ didapatkan dari ProMuP?; dan 3) sejak mengikuti program mindfulness hingga
saat ini, apa yang Anda rasakan pada kehidupan Anda secara umum dan pada kehidupan
pekerjaan Anda? Setelah mengisi, beberapa partisipan dapat bercerita tentang apa yang telah
ditulisnya di lembar evaluasi.

7. Penutupan (waktu: 7,5’)


Pembicara: fasilitator dan peneliti
Bagian penutup kali ini, menutup pertemuan secara keseluruhan. Sebelum fasilitator menutup
pertemuan, partisipan menuliskan dan mengungkapkan hal yang telah dipelajari, hal yang
dirasakan, dan manfaat yang diperoleh pada sesi delapan di workbook dan secara langsung di
depan partisipan lainnya, fasilitator, dan tim peneliti. Setelah itu workbook dapat dikumpulkan

68
kepada peneliti. Peneliti lalu mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan proses
pembelajaran yang telah dilalui sejak sesi pertama hingga terakhir, dan mengucapkan salam.

69
Daftar Pustaka

Baer, R.A. (Ed.). (2014). Mindfulness-based treatment approaches: Clinician’s guide to


evidence base and applications (2nd ed.). New York: Springer Science & Business Media.

Bazarko, D., Cate, R. A., Azocar, F., & Kreitzer, M. J. (2013). The impact of an innovative
mindfulness-based stress reduction program on the health and well-being of nurses
employed in a corporate setting. Journal of Workplace Behavioral Health, 28(2), 107-133,
doi: 10.1080/15555240.2013.779518.

Bowen, S, Chawla, N, & Marlat, G. W. (2011). Mindfulness based relapse prevention for
addictive behaviors: A clinician’s guide. New York: The Guilford Press

Brown, K. W., Ryan, R. M., & Creswell, J. D. (2007). Mindfulness: Theoretical foundations and
evidence for its salutary effects. Psychological Inquiry, 18(4), 211-237, doi:
10.1080/10478400701598298.

Chen, Y., Yang, X., Wang, L., & Zhang, X. (2013). A randomized controlled trial of the effects
of brief mindfulness meditation on anxiety symtoms and systolic blood pressure in Chinese
nursing students. Nurse Education Today, 33, 1166-1172, doi: 10.1016/j.nedt.2012.11.014.

Davis, D., & Hayes, J. A. (2011). What are the benefit of mindfulness? A practice review of
psychotherapy-related research. American Psychological Association, 48(2), 198-208, doi:
10.1037/a0022062.

Didonna, F. (Ed.). (2009). Clinical handbook of mindfulness. New York: Springer Science &
Business Media.

Dwoskin, H. (2009). The Sedona Method. Jakarta: Penerbit Ufuk.

Fortney, L., Luchterhand, C., Zakletskaia, L., Zgierska, A., & Rakel, D. (2013). Abbreviated
mindfulness intervention for job satisfaction, quality of life, and compassion in primary care
clinicians: A pilot study. Annals of Family Medicine, 11(5), 412-420. doi:
10.1370/afm.1511.

Garcia-Banda, G., & Martin-Asuero, A. (2010). The mindfulness-based stress reduction program
(MBSR) reduce stress-related psychological distress in healthcare professonals. The Spanish
Journal of Psychology, 13(2), 895-903.

Grossman, P., & Van Dam, N. T. (2011). Mindfulness, by any other name...: Trials and
tribulations of sati in western psychology and science. Contemporary Buddhism, 12(1), 219-
239, doi: 10.1080/14639947.2011.5648 41.

Haryanti, Aini, F., & Purwaningsih, P. (2013). Hubungan antara beban kerja dengan stres kerja
perawat di instalasi gawat darurat RSUD kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen
Keperawatan, 1(1), 48-56.

Hartono, V. E. K. (2015). Modul program peningkatan regulasi diri. Tidak diterbitkan.

70
Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living: Using the wisdom of your body and mind to face
stress, pain, and illness. New York: Bantam Dell.

Kabat-Zinn, J. (2012). Mindfulness 9 attitudes. http://www.mindfulnessgruppen.se diakses


tanggal 1 September 2015.

Keune, P. M., & Forintos, D. P. (2010). Mindfulness meditation: A preliminary study on


meditation practice during everyday life activities and its association with well-being.
Psychological Topic, 19(2), 373-386.

Mace, C. (2008). Mindfulness and mental health: Therapy, theory, and science. New York:
Routledge.

Redaksi Jowonews. (2015, Januari). Banyak perawat bergaji dibawah UMR. Jowonews.com.
http://www.jowonews.com/2015/01/17/banyak-perawat-bergaji-dibawah-umr/ diakses
tanggal 3 September 2015.

Rosen, S. (1982). My voice will go with you. New York: Norton & Company.

Shapiro, S. L., Astin, J. A., Bishop, S. R., & Cordova, M. (2005). Mindfulness-based stress
reduction for health care professional: Result from a randomized trial. International Journal
of Stress Management, 12(2), 164-176, doi: 10.1037/1072-5245.12.2.164.

Shapiro, S. L., & Carlson, L. E. (2010). The art and science of mindfulness: Integrating
mindfulness into psychology and the helping professions. Washington DC: American
Psychological Association.

Stahl, B., & Goldstein, E. (2010). A mindfulness-based stress reduction workbook. Oakland:
New Harbinger Publications.

Tarwanti, S. (2012). Pengaruh pelatihan mindfulness terhadap peningkatan kesejahteraan


subjektif pada perawat. Tesis. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

White, L. (2013). Mindfulness in nursing: An evolutionary concept analysis. Journal of


Advanced Nursing, 70(2), 282-294, doi: 10.1111/jan.12182.

71
72

Anda mungkin juga menyukai