Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROYEK DESAIN INOVATIF

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

Disusun oleh:

RATNA HERMA YANTHI


NIM: 201133054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL DESAIN INOVATIF


PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

Singkawang, 21 November 2020


Telah di persiapkan dan disusun oleh :
RATNA HERMA YANTHI
NIM. 201133054

Telah Disetujui,
Pada tanggal, 21 November 2020
Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Suhariyanto, M. Kep Ns. Mira Puji Lestari, S. Kep


NIP : 19860720 201101 1 007 NIP : 19810612 200604 2 011
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Paradigma keperawatan konsep sehat sakit memandang bentuk pelayanan

keperawatan diberikan selama rentang sehat dan sakit. Status kesehatan digambarkan

mulai sehat normal, sehat sekali dan sejahtera, sebagai status sehat yang paling tinggi.

Batasan sehat yaitu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta dan

tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (Hidayat, 2008).

Karakteristik sehat antara lain, memiliki kemampuan merefleksikan perhatian pada

individu sebagai manusia, dan memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks

lingkungan, baik secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan

produktif (Hidayat, 2008).

Sakit pada dasarnya keadaan terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang

fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian

diri manusia atau bisa dikatakan sebagai gangguan fungsi yang normal di mana individu

sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial

(Hidayat, 2008).

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup

yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan

menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat

bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu
pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan

darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANSIETAS
1. Definisi
Ansietas merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan, pengalaman yang
mengganggu pasien secara emosional, fisik, dan psikologis (Guo, 2014). Ansietas
didefinisikan sebagai perasaan khawatir, gugup, atau tidak nyaman tentang sesuatu
dengan hasil yang tidak pasti (Mitchell, 2013).
Ansietas merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kekhawatiran yang
berlebihan, perasaan tertekan terhadap sesuatu yang akan dihadapi yang berhubungan
dengan berbagai peristiwa kehidupan sehari hari. Ansietas yang dirasaka sulit
dikendalikan dan berhubungan dengan gejala somatik, seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan. Ansietas akan berkurang dan menghilang
jika seseorang berhasil beradaptasi dengan baik pada kesulitan itu sendiri selain itu
ansietas juga pada sebagian orang dianggap sebagai motivator untuk berbuat sesuatu
(Utama, 2013; Yanti Erlamsyah, & Zikra, 2013).

2. Tingkat Ansietas
Ansietas terbagi atas 4 tingkatan yaitu (Stuart dalam Yusuf, Fitryasari & Nihayati,
2015):
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas ini berdampak menumbuhkan motivasi belajar serta
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang lebih fokus terhadap sesuatu yang
dianggap penting yang sedang dihadapi tanpa menghiraukan lingkungan
sekitarnya tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecendrungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifikasi serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan yang ada. Seseorang pada tingkat ansietas ini lebih memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.
d. Tingkat panik
Ansietas ini sudah pada tahap dimana seseorang merasa ketakutan dan diteror
sehingga tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar walaupun sudah ada
pengarahan. Pada tingkatan panik gejala yang dapat diamati meliputi peningkatan
aktivitas motorik, berkurangnya interaksi dengan orang lain, persepsi
menyimpang, tingkat konsentrasi menurun.
3. Fungsi Adaptif Ansietas
Ansietas sebagai suatu peringatan adanya ancaman eksternal dan internal serta
memiliki kualitas untuk menyelamatkan hidup. Pada tingkat yang lebih rendah,
keemasan memperingatkan ancaman cedera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan,
kemungkinan hukuman, atau frustasi dari kebutuhan sosial atau tubuh, perpisahan dari
orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan atau status seseorang, dan akhirnya
ancaman pada kesatuan atau keutuhan seseorang. Ansietas segera mengarahkan
seseorang untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah ancaman atau
meringakan akibatnya. Contoh menangkis ancaman didalam kehidupan sehari-hari
adalah belajar giat untuk mempersiapkan diri menghadapi suatu ujian, menjauhi
sebuah bola yang ditendang kearah kepala seseorang, menyelinap masuk ke asrama
setelah jam malam untuk menghindari hukuman, dan berlari untuk mendapatkan
kereta terakhir. Jadi ansietas mencegah kerusakan dengan cara menyadarkan
seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang mencegah bahaya (Kaplan,
Sadock, & Grebb, 2010).
4. Tanda dan Gejala Ansietas
Menurut Mulugeta, Ayana, Sintayehu, Dessie, & Zewdu (2018) tanda
gejala ansietas yaitu :
a. Pasien merasa cemas, khawatir, berfirasat buruk, takut dengan pikirannya sendiri
serta mudah tersinggung
b. Isolasi diri, gugup, merasa tidak aman
c. Perasaan tegang, gelisah, dan mudah terkejut
d. Pasien mengatakan takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak
orang.
e. Mengalami gangguan pola tidur, mimpi buruk
f. Gangguan konsentrasi dan mudah lupa
g. Gejala somatik berupa rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
tinitus, palpitasi, sesak napas, gangguan pencernaan, nyeri kepala dan
sering berkemih, hot-flush, hipertensi.

B. RELAKSASI GENGGAM JARI


1. Definisi
Teknik relaksasi genggam jari merupakan suatu prosedur yang sangat mudah dan
sederhana untuk dilakukan. Teknik genggam jari adalah cara yang mudah untuk
mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Emosi adalah seperti
gelombang energi yang mengalir di dalam tubuh, pikiran, dan jiwa. Saat kita
merasakan perasaan yang berlebihan, aliran energi di dalam tubuh kita menjadi
tersumbat atau tertahan, sehingga akan menghasilkan rasa nyeri. Terdapat titik
meridian energi yang ada di sepanjang jari-jari tangan kita yang terhubungkan dengan
berbagai organ dan emosi, dengan memegang setiap jari sambil bernafas dalam-
dalam, kita dapat memperlancar aliran energi emosional (Ma’rifah, Handayani &
Dewi, 2015).
Terapi genggam jari merupakan relaksasi sederhana yang dapat mudah dilakukan
oleh siapapun yang berkaitan dengan tangan dan aliran tubuh manusia yang dapat
mengontrol dari rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter
& Perry, 2013). Relaksasi genggam jari ini sangat mudah untuk dilakukan dan dapat
dilakukan oleh siapa pun (Sulung & Rani, 2017). Dilihat dari segi biaya dan
manfaat, terapi ini lebih ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping
(Ma’rifah, Handayani, & Dewi, 2015).
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa relaksasi genggam
jari merupakan suatu teknik yang mudah dan sederhana untuk dilakukan dengan
hanya menggunakan tangan dan jari tangan sehingga dapat mengontrol nyeri, stress
fisik, dan ansietas.
2. Mekanisme dan Manfaat
Pelaksanaan teknik ini adalah menggunakan sentuhan secara sederhana dari
tangan dan pernapasan untuk menyeimbangkan energi tubuh. Tangan yang terdiri dari
telapak tangan adalah alat bantu untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan tubuh
(Ramadina, Utami dan Jumaini, 2014 dalam Ambarwati, 2018).
Menggenggam jari yang disertai dengan menarik nafas dalam dapat mengurangi
ketegangan fisik dan emosi karena pada jarijari manusia terdapat titik-titik masuk dan
keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang apabila digenggam akan
menghasilkan stimulus yang langsung berhubungan dengan organ-organ di dalam
tubuh yang terletak pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada tangan
memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan
tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak pada
bagian hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan sebagian fungsi
vegetative dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku
emosional, stimulus ini kemudian diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur
impuls menuju serat otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu
saraf simpatis dan para simpatis. Saraf simpatis mempengaruhi kontraksi sedangkan
saraf parasimpatik mempengaruhi relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang
pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan. Relaksasi berusaha mengaktifkan
kerja saraf para simpatis sehingga menurunkan kerja saraf simpatis dan penurunan
hormon adrenalin. Regulasi sistem saraf para simpatis ini berupa penurunan detak
jantung dan melambatnya ritme frekuensi napas. Gerakan relaksasi dapat membantu
pengeluran hormon endorpin sehingga ketegangan dapat menurun dan
menimbulkan efek ketenangan (Pinandita, Purwanti, & Utoyo, 2012; Barus & Gea,
2018).
Setiap jari tangan memiliki karakteristik hubungan masingmasing seperti ibu jari
berhubungan dengan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari
tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan
dan jari kelingking berhubungan dengan rendah diri, kecil hati dan berusaha
terlalu keras. Sumbatan di jalur energi tersebut merupakan perasaan yang tidak
seimbang misalnya khawatir, ansietas, marah, takut dan kesedihan yang dapat
menghambat aliran energi yang dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman dalam
tubuh (Hill, 2011). Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan
emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks (Pinandita, Purwanti, & Utoyo,
2012). Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada otot berkurang
yang kemudian akan mengurangi ansietas (Yuliastuti, 2015). Beberapa manfaat
relaksasi dari genggam jari ialah memberikan rasa damai, fokus dan nyaman,
memperbaiki aspek emosi, menurunkan ansietas dan deprasi, serta menurunkan nyeri
(Astutik & Kurlinawati, 2017).
3. Cara Melakukan
Adapun prosedur pelaksanaan manajemen relaksasi genggam jari dapat dilakukan
dengan tahapan antara lain (Hill 2011; Wong, 2011):
a. Atur posisi yang nyaman, duduk atau baring dengan tenang.
b. Genggam ibu jari dengan telapak tangan sebelahnya, lakukan hal yang
sama pada telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Genggam
selama 2-5 menit pada masing-masing jari.
c. Anjurkan klien untuk menutup mata, fokus dan tarik nafas dalam dari
hidung dan hembuskan perlahan lewat mulut. Lakukan beberapa kali.
d. Kemudian lakukan metode longer sequence
e. Dimulai dari Satukan antara ibu jari dan jari tengah, tahan selama 2-5
menit, fokus dan lakukan sambil bernapas perlahan.
f. Posisikan ibu jari untuk menyentuh jari telunjuk dan jari tengah, tahan
selama 2-5 menit, fokus dan lakukan sambil bernapas perlahan.
g. Posisikan ibu jari untuk menyentuh jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis, tahan selama 2-5 menit, fokus dan lakukan sambil bernapas
perlahan.
h. Posisikan ibu jari untuk menyentuh jari tengah, dan jari manis, tahan
selama 2-5 menit, fokus dan lakukan sambil bernapas perlahan.
i. Lakukan secara bergantian pada tangan kanan dan kiri
BAB III
METODE

Teknik relaksasi genggam jari merupakan suatu tindakan relaksasi yang sangat mudah
dilakukan. Nama lain teknik relaksasi genggam jari yaitu teknik Jin Shin Jyutsu yang
merupakan teknik akuprasure dari jepang. Pelaksanaan teknik ini adalah menggunakan
sentuhan secara sederhana dari tangan dan pernapasan untuk menyeimbangkan energi tubuh.
Tangan yang terdiri dari telapak tangan adalah alat bantu untuk menyelaraskan dan
menyeimbangkan tubuh (Ramadina, Utami dan Jumaini, 2014 dalam Ambarwati, 2018).
Menggenggam jari dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi karena pada jari-jari
manusia terdapat titik-titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang
apabila digenggam akan menghasilkan stimulus yang langsung berhubungan dengan organ-
organ di dalam tubuh yang terletak pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada tangan
memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut
akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak pada bagian
hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetative dan fungsi
endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, stimulus ini kemudian
diteruskan ke formatio retikularissebagai penyalur impuls menuju serat otonom. Serat saraf
tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis dan para simpatis. Saraf simpatis
mempengaruhi kontraksi sedangkan saraf parasimpatik mempengaruhi relaksasi organ-organ.
Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan.
Setiap jari tangan memiliki karakteristik hubungan masing-masing seperti ibu jari
berhubungan dengan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah
berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan dan jari
kelingking berhubungan dengan rendah diri, kecil hati dan berusaha terlalu keras. Sumbatan
di jalur energi tersebut merupakan perasaan yang tidak seimbang misalnya khawatir, ansietas,
marah, takut dan kesedihan yang dapat menghambat aliran energi yang dapat mengakibatkan
perasaan tidak nyaman dalam tubuh (Hill, 2011).
Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan
membuat tubuh menjadi rileks (Pinandita, Purwanti, & Utoyo, 2012). Ketika tubuh dalam
keadaan rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang kemudian akan mengurangi
ansietas (Yuliastuti, 2015). Beberapa manfaat relaksasi dari genggam jari ialah memberikan
rasa damai, fokus dan nyaman, memperbaiki aspek emosi, menurunkan ansietas dan deprasi,
serta menurunkan nyeri (Astutik & Kurlinawati, 2017).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan relaksasi genggam jari kepada pasien hipertensi di dapatkan hasil
bahwa pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah melakukan relaksasi genggam
jari.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan, salah satunya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2016) tentang pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan ansietas didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat ansietas sebelum
dan sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan ansietas pada
pasien.
Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa respon ansietas sangat mungkin
terjadi pada pasien.
Menurut hasil penelitian ini pada kelompok perlakuan yang diberikan teknik
relaksasi genggam jari tingkat ansietas cenderung turun ke cemas ringan dan berpotensi
tidak cemas. Sedangkan pada kelompok kontrol tingkat ansietas masih tetap, rata-rata
cemas cenderung sedang atau meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang
diberikan berupa teknik relaksasi genggam jari mampu memberikan efek yaitu
menurunkan ansietas (Sari, 2016).
BAB V
KESIMPULAN

Ansietas merupakan suatu kondisi emosional yang dialami oleh seseorang berupa
perasaan khawatir yang berlebihan, perasaan tertekan, pengalaman yang tidak menyenangkan
terhadap suatu kondisi yang belum terjadi dan dengan hasil yang belum pasti, ditandai
dengan gejala seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan. Salah satu
cara untuk mengatasi ansietas adalah dengan cara melakukan relaksasi genggam jari.
Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan membuat
tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada otot
berkurang yang kemudian akan mengurangi. Beberapa manfaat relaksasi dari genggam jari
ialah memberikan rasa damai, fokus dan nyaman, memperbaiki aspek emosi, menurunkan
ansietas dan deprasi, serta menurunkan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A.A. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Genggam Jari Dan Dzikir Terhadap
Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Daerah Surakarta. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,proses, dan
praktik. Edisi 4, Volume 1, Alih Bahasa, Asih, Y., dkk. Jakarta: EGC.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yusuf, Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar KeperawatanKesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai