Anda di halaman 1dari 10

Tindakan Distraksi dan Relaksasi Terhadap Pasien Paliatif

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal

Dosen Pengampu: Ns. Biyanti Dwi Winarsih, M.Kep

Di Susun Oleh :

Fuji Lestari (202101016)

M. Yusuf Romadhon (202101032)

Rizka Shofiyani (202101039)

Rizky Trilestari (202101040)

Fitri Noviyanti (202101045)

Laily Mukarromatus Sa’idah (202101051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah diberikan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Makalah ini
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan kepada pembaca dan memenuhi tugas dari dosen
pengampu. Makalah dapat diselesaikan semata karena penulis menerima banyak bantuan dan
dukungan. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Biyanti
Dwi Winarsih, S.Kep., Ns., M.Kep. yang telah memberikan arahan untuk menyusun makalah ini,
serta berbagai pihak yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang bersifat membangun
akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Kudus, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi teknik distraksi


Teknik distraksi adalah strategi yang mengalihkan fokus atau perhatian dari rasa
sakit ke stimulus lain. Tujuan dari distraksi adalah untuk memusatkan perhatian agar
menghiraukan rasa nyeri. Melalui teknik distraksi kita dapat mengatasi nyeri yang
didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri (Potter &
Perry, 2012). Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien).
Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang. Oleh karena itu, stimulasi
penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan
nyeri dibanding stimulasi satu indera.
Penggunaan teknik distraksi pada anak akan sangat efektif dalam mengurangi
nyeri. Sentuhan dapat menjadi teknik distraksi yang baik melalui usapan, tepukan dan
mengayun bayi dan juga anak yang sedang dalam stres. Pernafasan dalam adalah teknik
yang termudah digunakan pada anak kecil. Anak diinstruksikan mengambil nafas dalam
melalui hidung dan meniup keluar melalui mulut. Sambil menghitung respirasi, perhatian
anak dapat dipusatkan pada pernafasannya. Bagi anak usia sekolah, dengan meminta
mereka menahan nafas sewaktu prosedur yang menyakitkan akan memindahkan
perhatian mereka pada pemafasannya dan bukan pada prosedurnya.
Mertajaya. (2018) menunjukkan bahwa terjadinya penurunan skala nyeri pada
anak usia toddler saat pengambilan darah intravena setelah diberikan intervensi teknik
distraksi menonton kartun edukasi, anak yang lebih muda memiliki tingkat nyeri yang
lebih tinggi dan semakin bertambah usia tingkat nyerinya menjadi lebih rendah.
Teknik distraksi berupa menonton kartun animasi juga jarang dilakukan untuk
mengurangi nyeri saat pengambilan darah intravena pada anak. Padahal,
manajemen nyeri sangat penting dilakukan oleh seorang perawat terutama pada
anak – anak. Manajemen nyeri atau tindakan untuk mengatasi nyeri yang biasa
dilakukan perawat ruangan pada anak yaitu teknik nafas dalam dan mengalihkan anak
dengan bercerita, namun tidak semua perawat menerapkan teknik tersebut.
(Sarfika, Yanti, & Winda, 2015)

Ketika anak lebih fokus pada kegiatan menonton film kartun, hal tersebut
membuat impuls nyeri akibat adanya cedera tidak mengalir melalui tulang
belakang, pesan tidak mencapai otak sehingga anak tidak merasakan nyeri
(Brannon dkk, 2013).

B. Jenis teknik distraksi


Menurut Soeparmin teknik distraksi dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Distraksi Visual cara yang sering di gunakan pada teknik ini adalah dengan
mengalihkan ke tindkan – tindakan visual perhatian pasien pada indera penglihatan
hal-hal yang digemari seperti melihat film keluarga, menonton televisi, membaca
koran, melihat pemandangan, melihat gambar-gambar, dan melihat buku cerita
bergambar, bermain game.
2. Distraksi pendengaran merupakan tindakan pengalihan perhatian selain nyeri yang
diarahkan kedalam tindakantidakan melalui organ pendengaran. Seperti
mendengarkan music, mendengarkan radio yang disukai atau suara burung dan
binatang yang lainnya serta gemercik air. Individu dianjurkan untuk memilih musik
yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, bacaan ayat ayat suci, dan
diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. (Safari, G dan Azhar, H.
(2019).
Pasien juga diperkenankan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama musik
seperti, menngeleng gelengkan kepala, menggerakan jari-jemari atau mengayun
ayunkan kaki Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan mendengarkan musik,
cara ini dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan
mengalihkan perhatian seseorang dari rasa nyeri. Musik terbukti dapat menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri,
menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. (Potter & Perry, 2012).
3. Distraksi pendengaran Bernafas ritmik dianjurkan pada pasien untuk memandang
fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
melalui hidung dengan hitungan mundur 4 – 1 dan kemudian mengeluarkan nafas
melalui mulut secara perlahan dengan menghitungan mundur 4 – 1 (dalam hati).
Anjurkan pasien untuk fokus pada irama pernafasan dan terhadap gambar yang
memberi ketenangan, teknik ini di lakuhkan hingga terbentuk pola pernafasan yang
ritmik.
4. Distraksi intelektual yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan kedalam
tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang klien miliki. Kegiatan
mengisi teka-teki silang, bermain kartu, bermain catur melakukan kegiatan yang di
gemari (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menggambar dan menulis
cerita
5. Imajinasi terbimbing Adalah kegiatan anak membuat suatu hayalan yang
menyenangkan dan fokuskan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur
melupakan diri dari perhatian terhadap rasa nyeri. Imaginasi terbimbing membuat
anak sibuk memusatkan perhatiannya pada suatu aktivitas yang menarik dan
menyenangkan, dan merubah persepsi rasa sakit.

C. Definisi teknik relaksasi nafas dalam

Teknik relaksasi nafas dalam yaitu proses yang dapat melepaskan ketegangan dan
mengembalikan keseimbangan tubuh. Teknik nafas dalam bisa meningkatkan konsentrasi
pada diri, mempermudah untuk mengatur nafas, meningkatkan oksigen dalam darah,
memberikan rasa tenang sehingga membuat diri seseorang menjadi lebih rileks sehingga
membantu untuk memasuki kondisi tidur, karena dengan cara meregangkan otot-otot
akan membuat suasana hati menjadi lebih tenang dan juga lebih santai yang dapat
membantu mencapai kondisi gelombang alpha yang merupakan suatu keadaan yang
sangat diperlukan seseorang untuk dapat memasuki frase tidur lebih awal.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakam bentuk asuhan keperawatan untuk


mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam ini juga
dapat membuat ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas (Arfa, 2013).

D. Tujuan teknik relaksasi nafas dalam

Menurut Bare dan Smeltzer (2002) teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan.

Dalam teknik relaksasi nafas dalam sangat berperan penting dalam kesehatan dan
dapat dilakukan mandiri oleh seseorang saat dimana saja dan kapan saja, teknik ini dapat
merilekskan otot-otot yang tegang.

E. Faktor yang mempengaruhi teknik distraksi nafas dalam


Teknik distraksi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dan di percaya menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme:
1. Mengendurkan otot-otot sekelet yang mengalami spasme yang di akibatkan
meningginya prostagladin dan menjadi vasodilatasi pembuluh darah akan
mengalirkan ke spasme serta iskemik
2. Teknik distraksi nafas dalam akan merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod
endogen
3. Mudah dilakukan, tidak memerlukan alat dan dapat dilakukan sewaktu-waktu
Prinsip pokok yang mendasar turunya nyeri oleh teknik distraksi nafas dalam terletak
pada fisiologis sistem saraf otonom yang merupakan dari sistem saraf perifer yang
menahan homestatis internal individu. Saat pelepasan mediator kimia misalnya bradikinin
yang akhirnya metabolisme otot dan menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan di rasakan sebagai nyeri

F. Mekanisme kerja relaksasi nafas dalam


Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas baroreseptor
kemudian mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga menstimulasi respons saraf
otonom yang berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan aktivitas
tubuh) dan merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau
relaksasi). Apabila kondisi ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer
contro center (CCC) yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume,
sehingga menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan
darah (Johan 2000 dalam Tahu, 2015).

Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan
aktivitas baroreseptor sehingga dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan
terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga
volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu
menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam
Khayati et all, 2016).

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Mertajaya, M. (2018). Analisis intervensi teknik distraksi menonton kartun edukasi terhadap
skala nyeri pada anak usia toddler saat pengambilan darah intravena di ruang cempaka
anak rumah sakit pelni Jakarta.

Sarfika, R., Yanti, N., dan Winda, R. 2015. Pengaruh Teknik Distraksi Menonton Kartub
Animasi Terhadap Skala Nyeri Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang. Ners Jurnal
Keperawatan, Volume 11, Nomor 1: 32 – 40.
Brannon, R., Feist, J., and Updegraff, J.A. 2013. Health Psycology : an introduction to
behavior and health, eight edition. USA: Wadsworth.
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Anda mungkin juga menyukai