Anda di halaman 1dari 6

Teknik Distraksi

Distraksi merupakan sistem aktivasi retikular yang dapat menghambat stimulus


meyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan.
Stimulus yang menyenangkan dapat melepaskan hormon endorphin. Distraksi merupakan
kegiatan mengalihkan perhatian klien ke hal lain dan dengan demikian dapat menurunkan
ketakutan terhadap nyeri bahkan dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Potter &
Perry, 2012).
Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus satu ke fokus yang lainnya
atau perhatian pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memfokuskan
perhatian seseorang agar melupakan rasa nyerinya. Melalui teknik distraksi kita dapat
menanggulangi nyeri yang didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat
stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang banyak dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan sama sekali oleh
pasien). Stimulus yang membahagiakan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin,
sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien berangsur-angsur menurun. Oleh karena
itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan barangkali akan lebih berhasil dalam
menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Soeparmin, 2010).
Menurut Soeparmin (2010) teknik distraksi dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Distraksi visual dan audio visual. Cara yang sering di gunakan pada teknik ini adalah
dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang digemari seperti: melihat filem
keluarga, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan, melihat gambar-
gambar, dan melihat buku cerita bergambar, bermain game. Teknik audio visual adalah
salah satu teknik yang efektif dalam melakukan pendekatan pada anak. Cara ini digunakan
dengan cara mengalihkan perhatian anak pada hal – hal yangdisukai seperti menonton
animasi animasi.
2. Distraksi pendengaran. Seperti mendengarkan music, mendengarkan radio yang disukai
atau suara burung dan binatang yang lainnya serta gemercik air. Individu dianjurkan untuk
memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, bacaan ayat-ayat suci,
dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Pasien juga diperkenankan
untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama musik seperti, menggeleng-gelengkan
kepala, menggerakan jari-jemari atau mengayun-ayunkan kaki. Salah satu distraksi yang
efektif adalah dengan mendengarkan musik, cara ini dapat menurunkan nyeri fisiologis,
stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari rasa nyeri. Musik
terbukti dapat menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan
depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu
(Guzetta, 1989) dalam (Potter & Perry, 2012). Perawat dapat menerapkan teknik distraksi
dengan mendengarkanmusik di berbagai situasi klinis. Bernafas ritmik dianjurkan pada
pasien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan
inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan mundur 4 – 1 dan kemudian
mengeluarkan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitungan mundur 4 – 1
(dalam hati). Anjurkan pasien untuk fokus pada irama pernafasan dan terhadap gambar
yang memberi ketenangan, teknik ini di lakuhkan hingga terbentuk pola pernafasan yang
ritmik.
3. Distraksi intelektual. Kegiatan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, bermain catur
melakukan kegiatan yang di gemari (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko,
menggambar dan menulis cerita.
4. Imajinasi terbimbing. Adalah kegiatan seseorang membuat suatu hayalan yang
menyenangkan dan fokuskan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur
melupakan diri dari perhatian terhadap rasa nyeri. Imaginasi terbimbing membuat anak
sibuk memusatkan perhatiannya pada suatu aktivitas yang menarik dan menyenangkan,
dan merubah persepsi rasa sakit.

SOP Guided Imagery

Pengertian Salah satu teknik perilaku dengan memberikan petunjuk terbimbing kepada
klien dalam berimaginasi/ khayal/ membayangkan sesuai dengan
kemampuan dalam rangka menurunkan cemas dan depresi.
Tujuan 1. Relaksasi otot tubuh
2. Memberikan perhatan
3. Mengurangi rasa nyeri sakit
4. Mengurangi distress
Kebijakan 1. Dilakukan oleh semua perawat/mahasiswa keperawatan yang telah
mendapatkan teori dan praktek guided imgery
2. Indikasi : stress, cemas, depresi, nyeri.
Langkah-langkah 1. Mengambil posisi santai/rileks dengan duduk dikursi atau berbaring
relaksasi 2. Melonggarkan pakaian
3. Tarik nafas dalam dan merasakan tubuh dan pikiran benar-benar rileks
Persiapan alat 1. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
2. Matras
3. Musik penenang
Persiapan perawat Memiliki kemampuan menghadirkan-membimbing dalam melakukan
imaginasi yang positif bagi klien.
Persiapan pasien BAK/BAB terlebih dahulu, perut tidak lapar atau kekenyangan
Persiapan lingkungan 1) Ruangan yang tenang dan nyaman
2) Tertutup (minimalisir stimulus)
Prosedur kerja 1. Menyampaikan salam
2. Mengingatkan nama perawat
3. Menegaskan maksud pertemuan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Memberi kesempatan pasien bertanya/ menyampaikan sesuatu
7. Menanyakan keluhan utama
8. Tanggapi secukupnya
9. Atur posisi klien senyaman mungkin (duduk atau tiduran).
10. Perawat berada disamping klien
11. Melakukan bimbingan:
a. Klien menutup mata
b. Letakkan tubuh senyaman-nyamannya
c. Periksa otot-otot klien dalam keadaan rileks
d. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluar melalui
mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
e. Minta klien untuk membayangkan hal- hal yang menyenangkan
atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya
f. Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bisa dan gagal
g. Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan
imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat
h. Biarkan klien menikmati imaginasinya
i. Setelah terlihat adanya respin bahwa klien mampu, dan waktu
dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membukamata
Terminasi 1. Minta respon klien
2. Kesimpulan dan support
3. Memberikan follow up
4. Kontrak (bila diperlukan)
5. Salam
Dokumentasi 1. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2. Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan
Sumber Potter & Perry (2010)
Definisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Potter & Perry (2012) relaksasi adalah kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres. Teknik relaksasi dapat memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisikm dan emosi pada nyeri. Teknik ini dapat digunakan
pada kondisi sehat dan sakit. Pengertian teknik distraksi nafas dalam adalah bentuk asuhan
keperawatan, hal ini perawat mengajarkan cara teknik distraksi nafas dalam, nafas berlahan
dan menghembuskan nafas secara berangsur-angsur, hal tersebut dapat menurunkan rasa
nyeri, ventilasi paru dapat meningkat dan oksigen darah meningkat (Smeltzer & Bare, 2002).
Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan dari teknik relaksasi menurut Potter & Perry (2012) antara lain: menurunkan
nadi, tekanan darah, dan pernapasan, penurunan konsumsi oksigen, penurunan ketegangan
otot, penurunan kecepatan metabolisme, peningkatan kesadaran secara umum, mengurangi
perhatian terhadap stimulus lingkungan, tidak ada perubahan posisi yang volunter, perasaan
damai dan sejahtera, periode kewasapadaan yang santai, terjaga, dan dalam.
Tujuan teknik distraksi nafas dalam ialah agar dapat meningkatkan ventilasi alveoli,
menjaga pertukaran gas, mengurangi atelektasi paru, mengefektifkan batuk, mengurangi
stress dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002). Pernapasan yang di gunakan
iyalah pernafasan diafragma yang mengacu ke pendataran kubuh diafragma sampai abdomen
mengalami pembesaran bagian atas desakan udara masuk selama inspirasi.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dan dipercaya menurunkan
intensittas nyeri melelui mekanisme:
1. Dengan mengendurkan otot-otot sekelet yang mengalami spasme yang di
akibatkan meningginya prostaglandin dan menjadi vasodilatasi pembuluh darah
akan mengalirkan ke spasme dan iskemik.
2. Teknik relaksasi nafas dalam akan merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod
endogen
3. Gampang dilakukan, tidak memerlukan alat dan dapat di lakuhkan sewaktu-
waktu
Prinsip pokok yang mendasar turunnya nyeri oleh teknik distraksi nafas dalam terletak
pada fisiologis sistem saraf otonom yang merupakan dari sistem saraf perifer yang menahan
homestatis internal individu. Saat pelepasan mediator kimia seperti bradikinin yang akhirnya
metabolise otot dan menimbulkan pengiriamn implus nyeridari medulla spinalis ke otak
dan dan di rasakan sebagai nyeri

SOP Relaksasi Nafas Dalam

Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan


kepaerawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaiama cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan
Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Kebijakan Dilakukan oleh semua perawat/mahasiswa keperawatan yang telah
mendapatkan teori dan praktek relaksasi nafas dalam
Indikasi 1. Pasien yang mengalami stres
2. Pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut pada tingkat ringan
sampai tingkat sedang akibat penyakit yang kooperatif
3. Pasien yang mengalami kecemasan
4. Pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur seperti insomnia
Langkah-langkah Pra Interaksi
relaksasi 1. Membaca status klien
2. Mencuci tangan
Interaksi (Orientasi)
1. Salam (memberi salam sesuai waktu)
2. Memperkenalkan diri.
3. Validasi kondisi klien saat ini.
Persiapan alat 1. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
2. Matras
3. Musik penenang
Persiapan perawat Memiliki kemampuan menghadirkan-membimbing dalam melakukan
relaksasi menggunakan teknik nafas dalam.
Persiapan pasien BAK/BAB terlebih dahulu, perut tidak lapar atau kekenyangan
Persiapan lingkungan 1. Ruangan yang tenang dan nyaman
2. Tertutup (minimalisir stimulus)
Prosedur kerja 1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang dipahami/ jelas
2. Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik duduk
maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk, maka bantu pasien
duduk di tepi tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi. Posisi juga
bisa semifowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung tersangga
bantal.
3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga
paru berisi udara
4. Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan udara
membiarkannya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta klien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu
hal yang indah dan merasakan lega
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat
(1-2 menit)
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan dan merasakan saat ini udara
mulai mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru dan seterusnya,
rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki kemudian rasakan kehangatanya
8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa
nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
10. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali dalam sehari
dalam waktu 5-10 menit
Terminasi 1. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik ini
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan umpan balik
dari terapi yang dilakukan.
3. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik relaksasi banafas dalam
4. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi 1. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2. Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan
Sumber Potter & Perry (2010)

Anda mungkin juga menyukai