Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Deteksi Dini, Manajemen Stress; Tarik Npas

Dalam, Pengalihan, Hypnosis Lima Jari, Relaksasi Progresif, Guide


Imagery, Latihan Fisik Yoga

A. Deteksi dini
Deteksi dini adalah upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi mental atau mengetahui
prevalensi gangguan kejiwaan, dengan cara mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan
gangguan mental dan gejala-gejalanya sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang
biasa dilakukan ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) pada mental
atau pada jiwa.

1. Macam deteksi dini


a. Deteksi dini 2 menit (M2M)
Metode ini dapat diandalkan sebagai alat deteksi dini, diagnosis dini dan terapi
gangguan kesehatan jiwa di pelayanan primer seperti puskesmas. Keluhan
psikosomatik banyak ditemukan pada pasien yang berobat ke puskesmas dengan
gangguan fisik.

.Dokter Puskesmas memeriksa, menegakkan diagnosis dan terapi dengan M2M,


dengan klasifikasi yang berlaku di Puskesmas. Psikiater memeriksa ulang semua
pasien yang telah diperiksa dokter Puskesma dengan menggunakan wawancara
psikiatrik konvensional (di atas 2 menit) dengan menggunakan pedoman diagnostik
PPDGJ-III.

Penegakan diagnosis berdasarkan M2M cukup sederhana yaitu dengan fokus pada
keluhan utama pasien.
1) Pada keluhan utama fisik (sebagian besar pasien Puskesmas datang dengan
keluhan fisik) selalu ditanyakan pula kemungkinan adanya keluhan kejiwaan
seperti kelompok keluhan psikosis (halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku
kacau),
2) kelompok ansietas (cemas, was was, khawatir, gelisah, disertai dengan keluhan
fisik seperti berdebar-debar, keringat dingin, pucat,dan hipertensi),
3) kelompok manik (gembira, banyak bicara, hiperaktif),
4) kelompok depresi (murung, sedih, tak banyak bicara dan pasif),
5) kelompok pengguna NAPZA (biasanya langsung menyebutkan zat yang
digunakan),
6) kelompok psikosomatik (keluhan fisik yang dilatarbelakangi oleh anxietas
dan/atau depresi).

b. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Puskemas dengan M2M


0801 Psikosis, GMO
0802 Neurosis (ansietas, depresi, psikosomatik)
0803 Retardasi mental
0804 G Keswa pada kanak, AADHD, G Perkembangn
0805 Lain-lain (G Kepribadian, G Napza)
0901 Epilepsi
2. Teknik Wawancara Psikiatrik Konvensional Berdasarkan pedoman Diagnostik
PPDGJ-III Oleh Psikiater

Wawancara ini dilakukan lebih dari 2 menit.

3. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi
psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri individu untuk
menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan jiwa (mental).

4. Fungsi
a. Fungsi pemahaman (understanding)
b. Fungsi pengendalian (control),
c. fungsi peramalan (prediction),
d. fungsi Pengembangan (development),
e. fungsi pencegahan (prevention), dan
f. Fungsi perawatan (treatment).

5. Manfaat
Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai dengan
penerimaan diri (self acceptance), membantu memahami tingkah laku manusia dan
membantu manusia untuk memperoleh kepuasan pribadi, dan dalam penyesuaian diri
secara maksimum terhadap masyarakat serta membantu individu untuk hidup seimbang
dalam berbagai aspek, fisik, mental dan sosial.

B. Manajemen stres
1. Tarik napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan.

a. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yakni menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.
1) Tujuan Tarik napas dalam pada pasien gangguan jiwa
a) Mengurangi stress
b) Menurunkan rasa nyeri
c) Menurunkan kecemasan
b. Manfaat
Menurut Priharjo (2003) manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam;
Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah, Tekanan dan
ketegangan jiwa menjadi rendah, Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan
darah, Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit, Tidur lelap, Kesehatan
mental menjadi lebih baik, Daya ingat lebih baik, Meningkatkan daya berpikir
logis,
c. Persiapan Melakukan Tarik Nafas Dalam
1) Pastikan pasien dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
2) Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika pasien di kerjaan atau
di rumah).
3) Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau
sholawat.
d. Langkah-langkah Teknik Tarik Napas Dalam
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien.
3) Atur posisi nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk ditempat
tidur atau telentang.
4) Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal.
5) Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
6) Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dalam melalui
hidung dengan bibir tertutup.
7) Kemudian anjurkan klien untuk Tarik napas melalui hidung selama 7 detik
kemudian menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti
orang meniup ( purse lips breathing) selama 7 detik.
8) Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari.
9) Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam.
10) Cuci tangan.
2. Pengalihan atau Distraksi
a. Definisi
Distraksi adalah teknik pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulasi
yang lain. Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri
dengan stimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit
stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada
kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002, hlm. 233)

b. Jenis-Jenis Distraksi
1) Distraksi Visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi Pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai, individu dianjurkan untuk
memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik dan diminta
untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan
jari atau kaki.
3) Bernapas Ritmik
Melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase
pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
4) Distraksi Intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
5) Distraksi Imajinasi Terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur -angsur
membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri (Young & Koopsen, 2007).
Berdasarkan uraian dari teori ada 5 jenis teknik distraksi yang digunakan untuk
mengurangi nyeri, karna keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil 1 dari
5 jenis teknik tersebut. Salah satu teknik distraksi adalah terapi mendengarkan
musik bertujuan untuk menurunkan nyeri pada post operasi.

3. Hypnosis lima jari


a. Pengertian
Adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan dengan cara. Teknik
5 jari adalah dimana individu atau klien dibantu merubah persepsi ansietas, tegang,
dan takut dengan menerima saran-saran di bawah ambang kesadaran atau ddalam
keadaan rileks dengan menggerakan jari-jarinya sesuai perintah.

b. Tujuan Hipnosis Lima Jari


Untuk membantu mengurangi kecemasan.

c. Indikasi
Klien dengan kecemasan ringan-sedang
Klien dengan nyeri ringan-sedang

4. Relaksasi progresif
a. Definisi
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Teknik relaksasi
otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010)

Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi pembelajaran untuk


mengerutkan dan merilekskan kelompok otot secara sistemik, dimulai dengan
kelompok otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Tindakan ini biasanya
memerlukan waktu 15-30 menit., dapat disertai dengan intruksi yang mengarahkan
individu untuk memperhatikan kelompok otot yang direlaksasikan (Johnson 2005).

b. Tujuan Relasksasi Progresif


Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari teknik ini
adalah untuk:
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi,frekuensi jantung, laju metabolik.
2) Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks;
4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
7) Membangun emosi positif dari emosi negative.

c. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1) Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
2) Klien lansia yang sering mengalami stress.
3) Klien lansia yang mengalami kecemasan.
4) Klien lansia yang mengalami depresi.

d. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1) Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
2) Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).

e. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
relaksasi otot progresif.
1) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2) Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3) Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan
posisi berdiri.
4) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6) Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
7) Terus-menerus memberikan instruksi.
8) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

f. Pelaksanaan Relaksasi Progresif


1) Tahap persiapan
Peneliti memposisikan tubuh pasien secara nyaman mungkin. pasien
diinstruksikan untuk duduk semi fowler dengan rileks, mata tertutup,
melonggarkan pakaian disekitar leher dan pinggang.
2) Tahap pelaksanaan
Pada tahapan ini responden melaksanakan latihan relaksasi otot progresif
dengan dibimbing langsung oleh peneliti sendiri.
3) Tahap penutupan
Pada tahapan ini responden bersiap-siap untuk istirahat. Sesudah latihan
relaksasi otot progresif.
4) Tahap pengukuran tingkat intensitas nyeri
Pengukuran dilakukan di kamar masing-masing pasien setelah
dilakukan intervensi latihan relaksasi otot progresif selama satu minggu yaitu
setelah 7 kali latihan relaksasi otot progresif.
5) Tahap evaluasi
Pada tahapan ini peneliti menanyakan kembali perasaan responden dan
menjelaskan bahwa intervensi telah selesai dilakukan.
g. Langkah melakukan teknik relaksasi progresif:
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi. Persiapan klien:
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
pada klien;
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantaldibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.
Prosedur Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaanantara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
1) Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-
jari menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan
belakang ditunjukkan pada gambar.
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas
pangkal lengan).
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua


telinga.
2) Fokuskan atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot


dahi, mata, rahang, dan mulut).
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
dan kulitnyakeriput.
2) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yangmengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun


belakang.
Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
1) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
2) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepa.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaksasi.

5. Guide Imagery
a. Definisi
Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan
kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan
tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi
(Kaplan & Sadock, 2010).

Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat,


peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra. Saat berimajinasi individu
dapat membayangkan melihat sesuatu, mendengar, merasakan, mencium, dan atau
menyentuh sesuatu (Snyder, 2006).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagery merupakan teknik
untuk menuntun individu dalam membayangkan sensasi apa yang dilihat,
dirasakan, didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai atau
pengalaman yang menyenangkan untuk membawa respon fisik yang diinginkan
(sebagai pengurang stres, kecemasan, dan nyeri).

Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada
klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien
didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan
bayangan untuk membuat damai dan tenang (Smeltazer and Bare, 2002). Teknik ini
sangat bermanfaat untuk mengurangi stess dan kecemasan.

b. Tujuan
Menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi
imun (Potter & Perry, 2009)

c. Manfaat
Manfaat teknik ini pada umumnya sama dengan teknik relaksasi lainnya;
Dossey, et al. (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis guided
imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan mengurangi
rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan (relaksasi) dan ketentraman dan
membantu dalam pengobatan; seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung
kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi yang dimana dapat mencegah
terjadinya gangguan psikis.

d. Langkah-langkah Guide Imagery


Untuk persiapan; mencari lingkungan yang nyaman dan tenang, bebas dari distraksi
(Kozier & Erb, 2009). Lingkungan yang bebas dari distraksi diperlukan oleh subjek
guna berfokus pada imajinasi yang dipilih.
Untuk pelaksanaan;
1. Subjek harus tahu rasional dan keuntungan dari teknik imajinasi terbimbing.
Subjek merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus
memahami secara lengkap tentang apa yang harus dilakukan dan hasil akhir
yang diharapkan.
2. Memberikan kebebasan pada subjek. Membantu subjek ke posisi yang nyaman
dengan cara: membantu subjek untuk bersandar dan meminta menutup
matanya. Posisi nyaman dapat meningkatkan fokus subjek selama latihan
imajinasi.
3. Menggunakan sentuhan jika hal ini tidak membuat subjek merasa terancam.
Bagi beberapa subjek, sentuhan fisik mungkin mengganggu karena
kepercayaan budaya dan agama mereka.
4. Menimbulkan relaksasi. Dengan cara memanggil nama yang disukai. Berbicara
jelas dengan nada suara yang tenang dan netral. Meminta subjek menarik nafas
dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua otot. Untuk mengatasi nyeri
atau stres, dorong subjek untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan.
Setelah itu membantu subjek merinci gambaran dari bayangannya. Mendorong
subjek untuk menggunakan semua indranya dalam menjelaskan bayangan dan
lingkungan bayangan tersebut.
5. Langkah berikutnya meminta subjek untuk menjelaskan perasaan fisik dan
emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya. Dengan mengarahkan subjek
untuk mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan
memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya. Respons negatif dapat
diarahkan kembali untuk memberikan hasil akhir yang lebih positif.
6. Memberikan umpan balik kontinyu kepada subjek. Dengan memberi komentar
pada tanda-tanda relaksasi dan ketenteraman.
7. Membawa subjek keluar dari bayangannya. Setelah pengalaman imajinasi dan
mendiskusikan perasaan subjek mengenai pengalamannya tersebut. Serta
mengidentifikasi setiap hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi.
8. Memotivasi subjek untuk mempraktikkan teknik imajinasi.

6. Latihan Fisik Yoga


a. Definisi
Senam yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran
untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan yang berarti
mengendalikan, mengatur, dan berkonsentrasi, yang berfungsi menyelaraskan
tubuh, jiwa dan pikiran kita, selain itu, senam yoga dapat melancarkan aliran
oksigen didalam tubuh sehingga tubuh pun menjadi lebih sehat (Viklund (2010)
dalam Andreanne, 2012).

Yoga merupakan sitem kesehatan menyuluruh (holistic) yang terbentuk dari


kebudayaan india kuno sejak 3.000 SM yang lalu, yoga atau “yuj” dalam bahasa
sansekerta kuno berarti union (penyatuan), penyatuan antara atman (diri) dan
brahman (Yang Mahakuasa) intinya, melalui yoga seseorang akan lebih baik
mengenal tubuhnya, mengenal pikirannya, dan mengenal jiwanya, semakin
seseorang mengenal seluruh aspek dirinya itulah maka semakin dekat pula ia
dengan Sang Pencipta (Shindu, 2014:30).

b. Manfaat Latihan fisik Yoga


1) Mengurangi risiko akibat penyakit kronis
2) Sarana relaksasi
3) Membangun fleksibilitas dan kekuatan tubuh
4) Menurunkan berat badan.
5) Meningkatkan massa otot dan memperbaiki postur tubuh
6) Meningkatkan keseimbangan

c. Jenis-jenis latihan fiisk yoga


1) Bikram Yoga (Bikram Choudory)
Dilakukan dengan dalam ruangan tertutup bersuhu tinggi, 32-42°C. Ruangan
bersuhu tinggi, durasi latihan 90 menit sampai 45 menit denan pose-pose berdiri,
45 menit setelah itu melakukan gerakan di lantai. ada dua latihan pernapasan, 26
latihan gerakan.
2) Prenatal yoga
3) Vinyasa
4) Hatha
5) Astanga
6) Iyengar
7) Kundauni
8) Power
9) Istha
https://www.ayoksinau.com/pengertian-yoga-manfaat-dan-jenis-jenis-yoga/

DAFTAR PUSTAKA
Novarenta, Affan. 2013. Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Vol. 01, No.02. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: Universitas
Muhamadiyah Malang.
Wijayanti Dwi, Afni. 2014. Pengaruh Relaksasi Progresif. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP.
Hidayat Dan, Et All. 2010. Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) Dalam
Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa Di Pelayanan Primer. Vol: 60, Nomor: 10.
Majalah Kedokteran Indonesia: Jakarta.
Strategi Pelaksanaan

A. Deteksi Dini
B. Tarik napas dalam
C. Pengalihan
D. Hypnosis 5 Jari
E. Relaksasi Progresif
Langkah melakukan teknik relaksasi progresif:
1. Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan bawah (sikap Charles
Atlas) selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksi selama 12 sampai 30 detik.
2. Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan dagu sejauh mungkin ke belakang,
putar searah jarum jam dan kebalikannya selanjutnya relakskan kembali kemudian
kerutkan otot muka seperti menari yaitu cemberut, mata dikedipkan, bibir
dimonyongkan kedepan lidah ditekan di langit-langit, dan bahu dibungkukkan. Di
lanjutkan selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks. Selama 12 sampai 30 detik.

3. Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas dalam


masuk, tekan keluar lambung, ditahan dan Relaks, kemudian tarik
nafas dalam tahan dalam perut lalu relaksasI.

4. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan relakskan Lipat ibu jari,
secara serentak kencangkan betis, paha, dan pantat selama lima sampai tujuh detik.
Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian
relaksasi selama 12 sampai 30 detik.

F. Guide Imagery
Menurut Snyder (2006) teknik guided imagery secara umum antara lain:
1. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara:
1) Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring)
2) Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu benda di
dalam ruangan
3) Fokus pada pernapasan otot perut, menarik napas dalam dan pelan, napas
berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap fokus pada
pernapasan dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin santai dan lebih
santai
4) Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala sampai
ujung kaki.
5) Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernapasan dalam dan pelan
2. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:
G. Latihan Fisik Yoga
http://eprints.umm.ac.id/23393/1/jiptummpp-gdl-evidwilara-38781-2-babi.pdf

Anda mungkin juga menyukai