A. Deteksi dini
Deteksi dini adalah upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi mental atau mengetahui
prevalensi gangguan kejiwaan, dengan cara mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan
gangguan mental dan gejala-gejalanya sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang
biasa dilakukan ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) pada mental
atau pada jiwa.
Penegakan diagnosis berdasarkan M2M cukup sederhana yaitu dengan fokus pada
keluhan utama pasien.
1) Pada keluhan utama fisik (sebagian besar pasien Puskesmas datang dengan
keluhan fisik) selalu ditanyakan pula kemungkinan adanya keluhan kejiwaan
seperti kelompok keluhan psikosis (halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku
kacau),
2) kelompok ansietas (cemas, was was, khawatir, gelisah, disertai dengan keluhan
fisik seperti berdebar-debar, keringat dingin, pucat,dan hipertensi),
3) kelompok manik (gembira, banyak bicara, hiperaktif),
4) kelompok depresi (murung, sedih, tak banyak bicara dan pasif),
5) kelompok pengguna NAPZA (biasanya langsung menyebutkan zat yang
digunakan),
6) kelompok psikosomatik (keluhan fisik yang dilatarbelakangi oleh anxietas
dan/atau depresi).
3. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi
psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri individu untuk
menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan jiwa (mental).
4. Fungsi
a. Fungsi pemahaman (understanding)
b. Fungsi pengendalian (control),
c. fungsi peramalan (prediction),
d. fungsi Pengembangan (development),
e. fungsi pencegahan (prevention), dan
f. Fungsi perawatan (treatment).
5. Manfaat
Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai dengan
penerimaan diri (self acceptance), membantu memahami tingkah laku manusia dan
membantu manusia untuk memperoleh kepuasan pribadi, dan dalam penyesuaian diri
secara maksimum terhadap masyarakat serta membantu individu untuk hidup seimbang
dalam berbagai aspek, fisik, mental dan sosial.
B. Manajemen stres
1. Tarik napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan.
a. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yakni menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.
1) Tujuan Tarik napas dalam pada pasien gangguan jiwa
a) Mengurangi stress
b) Menurunkan rasa nyeri
c) Menurunkan kecemasan
b. Manfaat
Menurut Priharjo (2003) manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam;
Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah, Tekanan dan
ketegangan jiwa menjadi rendah, Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan
darah, Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit, Tidur lelap, Kesehatan
mental menjadi lebih baik, Daya ingat lebih baik, Meningkatkan daya berpikir
logis,
c. Persiapan Melakukan Tarik Nafas Dalam
1) Pastikan pasien dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
2) Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika pasien di kerjaan atau
di rumah).
3) Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau
sholawat.
d. Langkah-langkah Teknik Tarik Napas Dalam
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien.
3) Atur posisi nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk ditempat
tidur atau telentang.
4) Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal.
5) Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
6) Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dalam melalui
hidung dengan bibir tertutup.
7) Kemudian anjurkan klien untuk Tarik napas melalui hidung selama 7 detik
kemudian menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti
orang meniup ( purse lips breathing) selama 7 detik.
8) Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari.
9) Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam.
10) Cuci tangan.
2. Pengalihan atau Distraksi
a. Definisi
Distraksi adalah teknik pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulasi
yang lain. Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri
dengan stimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit
stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada
kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002, hlm. 233)
b. Jenis-Jenis Distraksi
1) Distraksi Visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi Pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai, individu dianjurkan untuk
memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik dan diminta
untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan
jari atau kaki.
3) Bernapas Ritmik
Melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase
pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
4) Distraksi Intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
5) Distraksi Imajinasi Terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur -angsur
membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri (Young & Koopsen, 2007).
Berdasarkan uraian dari teori ada 5 jenis teknik distraksi yang digunakan untuk
mengurangi nyeri, karna keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil 1 dari
5 jenis teknik tersebut. Salah satu teknik distraksi adalah terapi mendengarkan
musik bertujuan untuk menurunkan nyeri pada post operasi.
c. Indikasi
Klien dengan kecemasan ringan-sedang
Klien dengan nyeri ringan-sedang
4. Relaksasi progresif
a. Definisi
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Teknik relaksasi
otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010)
5. Guide Imagery
a. Definisi
Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan
kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan
tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi
(Kaplan & Sadock, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagery merupakan teknik
untuk menuntun individu dalam membayangkan sensasi apa yang dilihat,
dirasakan, didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai atau
pengalaman yang menyenangkan untuk membawa respon fisik yang diinginkan
(sebagai pengurang stres, kecemasan, dan nyeri).
Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada
klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien
didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan
bayangan untuk membuat damai dan tenang (Smeltazer and Bare, 2002). Teknik ini
sangat bermanfaat untuk mengurangi stess dan kecemasan.
b. Tujuan
Menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi
imun (Potter & Perry, 2009)
c. Manfaat
Manfaat teknik ini pada umumnya sama dengan teknik relaksasi lainnya;
Dossey, et al. (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis guided
imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan mengurangi
rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan (relaksasi) dan ketentraman dan
membantu dalam pengobatan; seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung
kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi yang dimana dapat mencegah
terjadinya gangguan psikis.
DAFTAR PUSTAKA
Novarenta, Affan. 2013. Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Vol. 01, No.02. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: Universitas
Muhamadiyah Malang.
Wijayanti Dwi, Afni. 2014. Pengaruh Relaksasi Progresif. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP.
Hidayat Dan, Et All. 2010. Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) Dalam
Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa Di Pelayanan Primer. Vol: 60, Nomor: 10.
Majalah Kedokteran Indonesia: Jakarta.
Strategi Pelaksanaan
A. Deteksi Dini
B. Tarik napas dalam
C. Pengalihan
D. Hypnosis 5 Jari
E. Relaksasi Progresif
Langkah melakukan teknik relaksasi progresif:
1. Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan bawah (sikap Charles
Atlas) selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksi selama 12 sampai 30 detik.
2. Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan dagu sejauh mungkin ke belakang,
putar searah jarum jam dan kebalikannya selanjutnya relakskan kembali kemudian
kerutkan otot muka seperti menari yaitu cemberut, mata dikedipkan, bibir
dimonyongkan kedepan lidah ditekan di langit-langit, dan bahu dibungkukkan. Di
lanjutkan selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks. Selama 12 sampai 30 detik.
4. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan relakskan Lipat ibu jari,
secara serentak kencangkan betis, paha, dan pantat selama lima sampai tujuh detik.
Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian
relaksasi selama 12 sampai 30 detik.
F. Guide Imagery
Menurut Snyder (2006) teknik guided imagery secara umum antara lain:
1. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara:
1) Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring)
2) Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu benda di
dalam ruangan
3) Fokus pada pernapasan otot perut, menarik napas dalam dan pelan, napas
berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap fokus pada
pernapasan dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin santai dan lebih
santai
4) Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala sampai
ujung kaki.
5) Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernapasan dalam dan pelan
2. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:
G. Latihan Fisik Yoga
http://eprints.umm.ac.id/23393/1/jiptummpp-gdl-evidwilara-38781-2-babi.pdf