Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN RELAKSASI NAPAS DALAM

OLEH

Fenisia Prawita Sidabutar


(NIM 00320025)

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Sri Muharti, Ners., M.Kep)   (Ns. Rinna Erda, S.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN RELAKSASI NAPAS DALAM

A. Definisi

Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang

digunakan dalam penatalaksanaan nyeri. Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk

membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas

napas abdomen dengan frekuensi yang lambat dan berirama. Latihan napas dalam

yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan

pursed lip breathing (Andarmoyo, 2013).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan,yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara

melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Teknik relaksasi memberikan

individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan

emosi padanyeri. Dibutuhkan 5 sampai 10 sesi pelatihan sebelum klien dapat

meminimalkan nyeri dengan efektif. Kegiatan ini tidak hanya dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi

paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer &Bare, 2012).

B. Anatomi dan Fisiologi

Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk

melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan enkefalin
merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap

transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2012). Endorfin merupakan neurotransmitter yang

menghambat pengiriman rangsangan nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi

nyeri. Penurunan intensitas nyeri tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus

responden pada nyeri yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas

dalam sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa

berelaksasi. Pada kondisi yang relaks otak akan merangsang tubuh untuk

menghasilkan hormon endorfin untuk menghambat transmisi impuls nyeri ke otak

dan dapat menurunkan sensasi terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan

intensitas nyeri yang dialami responden berkurang (Widiatie, 2015).

Nyeri bergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil, keduanya berada

dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan

aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme

sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan

terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri.

Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medula spinalis melalui serat eferen

dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan

menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,

sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghambat rangsangan

nyeri (Widiatie, 2015).

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi napas dalam

terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf

perifer yang mempertahankan homeostasis lingkungan internal individu. Teknik


relaksasi napas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas

simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu meningkatkan aktivitas komponen saraf

parasimpatik vegetatif secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi

nyeri dan mengontrol intensitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri (Smeltzer & Bare,

2012).

C. Indikasi

1. Klien dengan nyeri ringan-sedang

2. Klien dengan distress pernapasan ringan sedang (asma, ppok, sindrom

hipo/hiperventilasi)

3. Klien dengan serangan panic atau ansietas ringan-sedang

D. Kontraindikasi

Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian tekhnik relaksasi napas dalam, pada

kasus distress pernapasan, nyeri atau ansietas yang berat teknhik relaksasi napas

dalam dapat dikombinasikan dengan terapi farmakologik dan atau terapi modalitas

lainnya.

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia)

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipo/hiperventilasi

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


F. Tujuan Tindakan Keperawatan

Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, meningkatkan efisiensi batuk, memelihara pertukaran gas, mencegah

atelektasi paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik maupun emosional

sehingga dapat menurunkan intesitas nyeri yang dirasakan oleh individu (Smeltzer

& Bare, 2012). Selain tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari teknik napas

dalam yaitu antara lain untuk mengatur frekuensi pola napas, memperbaiki fungsi

diafragma, menurunkan kecemasan, meningkatkan relaksasi otot, mengurangi udara

yang terperangkap, meningkatkan inflasi alveolar, memperbaiki kekuatan otot-otot

pernapasan, dan memperbaiki mobilitas dada dan vertebra thorakalis.

Prosedur Relaksasi Napas Dalam

1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan pencahayaan ruangan

rendah. 

2. Beri dorongan pada klien untuk mengambil posisi rileks yang nyaman dengan

tungkai dan kaki tidak menyilang dan lengan rileks dan mata terpejam.

3. Ajarkan klien untuk menarik napas dalam selama 4 hitungan, bernapas dengan

lambat melalui hidung, mengisi abdomen dengan udara sebelum mengisi paru-

paru.

4. Ajarkan klien untuk menahan napas selama 3 hitungan.

5. Ajarkan klien untuk mengeluarkan napas selama 4 hitungan.

6. Jelaskan klien tentang pentingnya menghembuskan napas perlahan melalui

mulut sampai abdomen terasa datar dan merasakan ekstrimitas dan bawah rileks.
7. Lanjutkan dengan bernapas lambat dan dalam.

8. Katakan pada klien untuk memfokuskan pikiran pada irama yang lambat ini

selama beberapa menit.

9. Minta klien merilekskan kepala, leher, dan bahu rileks selama setiap ekshalasi

G. Referensi

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruz.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2012). Fundamentals of nursing: Concepts, process,and

practice. 6 th Ed. St. Louis, Ml: Elsevier Mosby.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner

&Suddarth. Vol. 2. E/8. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Widiatie, Wiwiek. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Postseksio Sesarea Di Rumah Sakit

Unipdu Medika Jombang. Jurnal EduHealth, vol. 5, no. 2, 2015.

Anda mungkin juga menyukai