Anda di halaman 1dari 17

ETIK DAN ISSU CARING

DALAM KEPERAWATAN

NAMA : MEIRANI

NIM :

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN HANG TUAH


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut untuk semakin maju dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk salah satunya merambah pada bidang kesehatan
terutama keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah
sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan,
kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah
kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu
apa tidak.
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Dengan mengetahui
bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan perawat mampu melakukan pelayanan secara
totalitas terhadap kliennya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian caring secara umum dan teori caring menurut Watson.
2.      Memahami persepsi klien tentang caring.
3.      Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
4.      Memahami perbedaan caring dan curing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring Secara Umum


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A.
& Perry A. G. (2005). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. 6th Ed. St.
Luois, MI : Elsevier Mosby.) Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan
dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan.
Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai
berikut:(Sartika,Nanda.(2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com).

 Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas bahwa
caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

 Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan


kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal.Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999).

 Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu konsep
caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain
terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi
keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran
yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu
kepada resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan
melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh
hubungan antara perawat dengan pasien.
 Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan
komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu
sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka
ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).

 Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan


lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,
verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.

 Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan keputusan yang
bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan
status kesehatan.

 Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah sentral praktik
keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien dengan menunjukkan
perhatian, empati maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan
kesehatan klien.

2. Persepsi Klien Tentang Caring


Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses
Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
(Potter & Perry, 2005 : 110).

Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring menegaskan apa yang
klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat dalam
menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap
pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang
bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama, perawat masuk
ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan kontak mata, kemudian
duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada dipikiran klien lalu
mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman
tanda vital klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien
kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam
tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien kemudian pergi.

Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga klien merasa
nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga klien
merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua klien memiliki ciri
khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus terbesar dari tingkat
kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari bagaimana klien menggunakan sistem
pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan
klien.

Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan,
menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang
dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan
keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta
perilaku Caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi
juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali untuk
berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring membangun kepercayaan klien
terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Kepercayaan pada tindakan
keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan pendekatan
apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap Caring merupakan permulaan
yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan persepsi dan harapan khusus klien.
Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa
yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi
perawat dan klien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali klien
agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan klien.

3. Teori Caring Menurut Watson


Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting dalam kekacauan
lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam waktu
pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam lingkungan pelayanan
kesehatan berada dalam ruang kecil praktik caring yang membuat perawat dan profesi kesehatan
klien (Watson, 2006 a). (Potter dan Perry edisi 7 : P.140). Watson menjelaskan bahwa konsep
dia didefinisikan untuk membawa arti baru untuk paradigma keperawatan adalah “berasal dari
pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan latar belakang filsafat saya,
intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya muncul dari nila sendiri-
sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan persepsi tentang
kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan. ( Watson, 1997, P.49). (Tomey, AM,
Alligood, MR.2006).

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a whole, as
a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang utuh
dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri
yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat
dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:

 Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional,


yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
 Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
 Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu, tetapi
berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit dan
dibangun dari sepuluh faktor carativ, yang meliputi :
1. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat dipengaruhi
dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat didefinisikan sebagai kepuasan
melalui pemberian dan perpanjangan dari kesadaran diri.

2. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope


Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki
positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu
meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.

3. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain


Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa dari orang tersebut sehingga
dibutuhkan ketenangan untuk dapat mengembangkan sensitifitas dan kepekaan diri terhadap
orang lain.
4. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk
penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati,
kehangatan dan komunikasi efektif.

5. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi


perasaan positif maupun negative

6. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan

7. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat interpersonal

8. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau


memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual

9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-


kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)

10. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic

Dalam praktek keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan yang holistik
dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan.
Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori; yaitu:

 Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.

 Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.

 Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan
keluarga.

 Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini
tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.

 Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih


kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.

 Caring bersifat healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan


pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.

 Caring merupakan inti dari keperawatan. (Tomey, AM, Alligood, MR.2006).


Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:

1. Konsep tentang manusia


Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat,
dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada dasarnya ingin merasa
dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari
kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.

2. Konsep tentang kesehatan


Kesehatan merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial.
Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan
penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal
tersebut.

3. Konsep tentang lingkungan


Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap
keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya,
akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan
mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.

4. Konsep tentang keperawatan


Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan
untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri
individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai
klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.

Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam beberapa cara, tetapi
terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain.
Aspek ini adalah aspek kontrak, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit
(Fry, 1988).
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban kontrak untuk
care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas profesional untuk memberikan
care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care
sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana membuat
keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan
memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat
memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide utama. Oleh
karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang yang care, bukan karena dia
seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan,
perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling
percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk
komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang
terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti
penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan
tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001; Dwidiyanti,1998;
Barnhart, etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat perlu
mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan
interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih
ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan seharusnya tercermin
dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang sulit
diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan
keperawatan ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
5. Perbedaan Caring dan Curing

Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan
fenomena universal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan
bersikap terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal yang mendasar.
Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi
asuhan (Carruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper & Burroughs, 1999).
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak.
Caring sebagai inti profesi keperawatan dan focus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat
universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam
konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989)
menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾
pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
difahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya, care merupakan
komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan cure merupakan dasar dari
ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan yang jelas
diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh penyakit
dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan
berdasarkan ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat
perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya.Begitu
pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai sebagi tugas sekundernya.
Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring termasuk salah satunya
adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu penyembuhan klien. Jadi, tetap
mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi,
dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan
mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di
dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit
yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit. Dalam caring lebih dititik-
beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan.
Berbeda dengan curing lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan
tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan,
dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan
pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat difahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing
menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.

Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek tujuan.
Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
 Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.

 Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi


kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan
fungsi dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring lebih kompleks
daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang menyangkut seluruh kebutuhan
pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari caring. Sebagai
seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan melakukan caring dengan sebaik-
baiknya. Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak
akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan itu
sendiri.
6. Sebuah Kasus Pada Caring

Tuan Jones, usia 59 dirawat di rumah sakit karena nyeri akut pada perut dengan muntahan
materi kopi. Dia memiliki sejarah panjang kecanduan alkohol dan diabetes tidak tekelola, serta ia
juga memiliki amputasi di bawah lutut kiri. Empat bulan lalu, istrinya meninggal setelah 40
tahun menikah. Bapak Jones menyatakan ini adalah alasan ia berhenti mengurus dirinya dan
mulai mabuk berat lagi. Menurut perawat yang melaksanakan catatan klinis Bapak Jones
menyatakan bahwa Bapak Jones meminta obat penghilang nyeri lebih sering daripada pasien lain
dengan kondisi ini. Karena perawat telah menyediakan perawatan untuk Bapak Jones pada
beberapa kesempatan, perawat mengetahui ia sering membutuhkan dosis analgesik yang lebih
tinggi dan perawat merespon penderitaan Bapak Jones dengan menghubungi dokter untuk
perubahan dosis. Dokter ragu-ragu untuk meningkatkan dosis morfin dan untuk menghindari hal
yang membahayakan pada pasien, perawat menganjurkan Bapak Jones terlibat langsung dalam
resolusi konflik ini dengan dokter. 

7. Penerapan Etika Caring pada Praktik Keperawatan      

Pada tingkat yang paling umum kami sarankan caring dapat dipandang sebagai sebuah
aktivitas pasien yang meliputi segala sesuatu yang kita lakukan untuk mempertahankan,
melanjutkan dan memperbaiki “dunia” kita sehingga kita bisa hidup di dalamnya sebaik
mungkin. Dunia yang termasuk tubuh kita, diri kita dan lingkungan kita dan semua itu kita
usahakan agar tetap terjalin kompleks.
Tronto menyarankan ada hubungan yang sudah ada pada hubungan moral antara orang-
orang, karena itu, pertanyaannya adalah, “Bagaimana saya memenuhi tanggung jawab caring
saya?”. Model Tronto ini mengusulkan empat fase peduli dan empat elemen perawatan. Fase-
fase itu belum tentu berurutan dan sering tumpang tindih. Unsur-unsur perawatan dianggap
fundamental diperlukan dalam rangka untuk menunjukkan caring. Empat fase peduli, temuan
Tronto tentang empat fase ini, merawat pasien melibatkan kognitif, emosional, dan tindakan
strategi :
1. Caring about

2. Taking care of

3. Care giving

4. Care receiving

Dalam kasus Bapak Jones, perawat pada fase satu (caring about) menyadari kebutuhan untuk
obat sakit meningkat dalam penilaian nyeri pasien. Pada tahap dua (taking care of), perawat
melihat tanggung jawab untuk merespon tingkat nyeri yang dialami pasien. oleh karena itu, pada
fase ke tiga(care giving), perawat mengambil tindakan memanggil dokter untuk perubahan dosis
analgesik, dan dosis morfin meningkat. Ini termasuk pengambilan tindakan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. menghadapi konflik dengan dokter merupakan bagian terpenting dari
perawatan(Kohlen, 2011; Lachman, 2009). Akhirnya, pada fase empat (care recaiving), perawat
menilai keberhasilan intervensi dengan pasien (receiver of care). Ini tahap terakhir yang
membantu terjalinnya hubungan antara pasien dengan perawat, dan merupakan aspek yang khas
untuk etika perawatan (Edwars, 2011).
Contoh ini menggambarkan proses keperawatan dalam tindakan, dan metode pemecahan
masalah diperlukan untuk praktik keperawatan yang efektif. Namun, pelaksanaan proses yang
menentukan apakah pasien mendapatkan caring atau tidak. Caring mendefenisikan keperawatan,
seperti menyembuhkan seperti mendefenisikan obat. Perawat hadir pada kerentanan pasien,
terutama karena kebutuhan pasien ini memiliki potensi untuk menciptakan ketergantungan
(Edwars, 2009).
Dalam kasus Bapak Jones, fokus dokter pada pengobatan yang terlibat amputasi, sementara
perawat yang dibutuhkan untuk menerapkan empat fase merawat untuk praktik keperawatan
yang efektif. Empat unsur caring, keempat unsur atau fundamental diperlukan untuk efektif
caring yang membutuhkan sikat tertentu dan keterampilan. Perawatan yang baik menggabungkan
kegiatan tertentu, sikap, dan pengetahuan tentang kebutuhan pasien dan situasi. Dalam hal ini,
pengalaman masa lalu perawat dengan pasien memberikan pengetahuan tentang kebutuhan
manajemen nyeri pasien, yang membantu perawat menghindari sikap menghakimi tentang
permintaan obat penghilang rasa nyerinya dan motivasi tindakan (aktivitas) untuk meminta
peningkatan dosis analgesiknya. Teori Tronto terdiri dari empat unsur caring meliputi berikut :
 Perhatian
 Tanggung jawab
 Kompetensi
 Respon dari penerima pelayanan

Pertama, caring memerlukan pendeteksian kepada pasien dan /keluarga. Jika perawat gagal
dalam mengenali kebutuhan pasien atau keluarga maka tidak akan terjalin caring. Perhatian
perawat memiliki peranan penting dalam menerima dan menghormati pasien, mereka ditantang
untuk melangkah keluar sistem preferensi pribadi mereka agar dapat mengerti pasien, sehingga
mereka dapat lebih memahami keadaan pasien dalam kehidupan sehari-hari (Gastman, 2006, hal.
136). Rumah sakit juga telah menerapkan kebijakan untuk mendorong perhatian pada kebutuhan
pasien. Beberapa rumah sakit memiliki tanda-tanda yang menunjukkan “Tidak ada kawasan yang
cocok” (Hendren, 2010). Hal ini memperkuat anggapan bahwa perawat tidak pernah aktif dalam
memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan , implementasi klasik lainnya
mendukung hal ini Maret-April 2012. Vol.21/No.2. Pemerintahan yang melakukan penetapan per
jam (Meade, Bursell, & Ketelsen, 2006). Kedua strategi ini dapat membantu memastikan bahwa
tidak ada pasien yang di abaikan pada saat yang paling dibutuhkan.
Menurut kode etik perawat (ANA, 2001) semua perawat profesional memiliki tanggung
jawab untuk merawat pasien di bawah perawatan mereka. Oleh karena itu, ada ketidakpastian
seputar tanggung jawab sebagai elemen kedua dari kepedulian. Dalam konteks etika
keperawatan, ada ambiguitas bahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk ditugaskan oleh
pasien (Edwars, 2009). Namun,ruang lingkup kepedulian mereka dapat menimbulkan
pertanyaan, apakah keperawatan medikal bedah memiliki tanggung jawab untuk merawat Bapak
Jones hanya sekali setelah ia dipindahkan ke ruang operasi?. Penulis ini percaya bahwa perawat
memiliki tanggung jawab untuk melakukan pemindahan ke dan dari ruang operasi   untuk
mendukung Bapak Jones. Unsur ketiga adalah kompetensi (Tronto, 1993), jika perawat
melaksanakan strategi pengelolaan rasa sakit yang efektif, baik karena kurangnya pengetahuan
atau organisasi protokol, maka perawat ini tidak akan terlihat memberikan kepedulian menurut
sudut pandang pasien administrato memiliki kewajiban untuk menyediakan perawat dalam
mengelola rasa sakit dengan pendidikan efektif, berbasis bukti nyeri manajemen protokol.
Perawat mmiliki tanggung jawab untuk memperbarui kompetensi secara terus menerus dengan
profesional, khususnya dalam pengetahuan dan keterampilan, memerlukan komitmen seumur
hidup (ANA, 2001).
Perawatan yang baik membutuhkan kompetensi untuk individu dalam memberikan
perawatan yang didasarkan pada fisik, psikologis, budaya, dan spiritual berdasarkan berdasarkan
kebutuhan pasien dan keluarga (Vanlaere & Gastmans, 2011).
 Perawatan yang baik bertujuan untuk memnamtu pasien menjadi seseorang yang
mandiri. Perawatan yang baik perlu diberikan secara kompeten, sementara juga harus ada
pertimbangan konteks pasien (misalnya, kematian istri etelah 40 tahun menikah). Unsur terakhir
adalah pasien atau keluarga tanggap terhadap perawatan (Tronto, 1993).
Pasien rentan terhadap tindakan atau kurangnya tindakan perawat. Dalam beberapa
situasi, pasien yang kurang tanggap terhadap analgesik memiliki penilaian yang berbeda dalam
menentukan rencana perawatan. Perawat perlu memverifikasi bahwa kepedulian kebutuhan
pasien dapat terpenuhi.
Perawatan merupakan praktek timbal balik, terjadi dalam kerangka kerja dalam hubungan
antara perawat (care giver) dan pasien (penerima pelayanan) (Gastmans, 2006).
Timbal balik tersebut terdiri dari memverifikasi bahwa perawatan yang diberikan adalah
kebutuhan pasien.Timbal balik ini harus selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan perawatan
dari pasien atau keluarga, sehingga tidak ada penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi (misalnya,
paternalisme).
Watson (2001) juga difokuskan pada hubungan timbal balik dalam hubungan antara
perawat dan pasien, yang menunjukkan pentingnya perawatan yang diberikan oleh perawat,
pasien tidak pernah untuk digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dari kepuasan diri
sendiri.
Meringkas Gilliganide (1982), perawat perlu mengurus diri agar mampu merawat orang
lain. Oleh karena itu, perawat harus terlibat dalam strategi perawatan diri sehingga ia akan
memiliki energi dan motivasi untuk melaksanakan empat unsur perawatan : perhatian, tanggung
jawab, kompetensi dan responsif (Tronto, 1993).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam caring terdapat tiga makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu
memberi perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di
bawah kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari
perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik,
melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih
dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus keperawatan dalam
promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di antaranya yaitu pembentukan sistem
humanistic dan altruistic, penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan
sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik
keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat
dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk
menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat ditunjukan oleh perawat
melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
6. Dan lain-lain
Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan antara caring dan curing
dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat
diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis
yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Untuk itu sebagai
seorang perawat kita harus bangga karena kita melakukan tindakanyang mulia yaitu care,
merawat. Namun, sebagai professional, kita harus melakukan semua itu dengan penuh rasa
ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA

https://kesehatankeperawatanterkini.blogspot.com/2017/05/etika-caring-dalam-
keperawatan.html

http://makalahcaring.blogspot.com/2016/05/makalah-tentang-caring.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai