Anda di halaman 1dari 7

ANALISA SINTESA/LOG BOOK

TEKNIK RELAKSASI

OLEH:
AINUL FITRI, S.Kep
NIM: 21.300.0184

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA SINTESA/LOG BOOK
TEKNIK RELAKSASI

OLEH:
AINUL FITRI, S. Kep
NIM: 21.300.0184

Banjarmasin, 15 Januari 2022


Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Noormailida Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep Nurdiana, S.Kep., Ns


ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN/LOG BOOK

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan:


Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
2. Nama pasien : Ny. D
3. Diagnosa medis : Post Sectio Caesarea (SC) indikasi Ketuban Pecah
Dini (KTD)
4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
5. Justifikasi tindakan :

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan (Manumba, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Nurarif, A.H,
2015).
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi
lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan
memejamkan mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Proses fisiologi terapi
nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas
baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan
terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang,
sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan
hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi
kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam Khayati et all, 2016).
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan
enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Smeltzer
and Bare (2002) endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat
pengiriman rangsangan nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri.
Penurunan intensitas nyeri tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus
responden pada nyeri yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi
napas dalam sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak
bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi itulah yang akan merangsang tubuh
untuk menghasilkan hormon enderfin untuk menghantarkan transmisi impuls
nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi terhadap nyeri yang akhirnya
menyebabkan intensitas nyeri yang dialami responden berkurang (Widiatie,
2015).

6. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :

No. Prinsip Tindakan Rasional

1. Cuci tangan. Mencegah transmisi


mikroorganisme.

2. Beri salam kepada pasien. Menerapkan etika


keperawatan.

3. Memperkenalkan diri. Membina hubungan saling


percaya dengan pasien.

4. Memverifikasi identitas pasien. Memastikan kebenaran


tindakan yang akan dilakukan.

5. Jelaskan maksud dan prosedur Pasien memahami tujuan


melakukan latihan napas dalam. tindakan yang akan dilakukan.

6. Memberi kesempatan kepada Menghindari kesalahpahaman


pasien untuk bertanya bila ada tentang penjelasan perawat.
sesuatu yang kurang jelas.
7. Atur posisi pasien agar rileks tanpa Posisi yang nyaman dapat
adanya beban fisik. menambah rasa rileks pasien.

8. Instruksikan pasien untuk Memaksimalkan tarinas


melakukan tarik napas dalam napas/memaksimalkan
melalui hidung sehingga rongga ekspansi paru. Secara
paru berisi udara. fisiologis, keadaan relaksasi
ditandai dengan penurunan
kadar epinefrin dan non
epinefrin dalam darah,
penurunan frekuensi denyut
jantung, penurunan tekanan
darah, penurunan frekuensi
napas, penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun,
vasodilatasi dan peningkatan
temperature pada ekstrimitas
(Rahmayati,2010).

9. Instruksikan pasien dengan cara Teknik relaksasi napas dalam


perlahan dan menghembuskan akan lebih efektif bila
udara membiarkannya keluar dari dikombinasikan dengan
mulut, pada saat bersamaan minta beberapa teknik lainnya,
pasien untuk memusatkan seperti guided imagery. Guided
perhatiannya pada sesuatu hal yang imagery merupakan teknik
indah. yang menggunakan imajinasi
seseorang untuk mencapai efek
positif tertentu (Smeltzer, Bare,
Hinkle, & Cheever, 2010).
10. Instruksikan pasien untuk bernapas Pasien melakukan napas dalam
dengan irama normal beberapa saat yang efektif.
(1-2 menit).

11. Instruksikan pasien untuk kembali Teknik relaksasi napas dalam


menarik napas dalam, kemudian akan lebih efektif bila
menghembuskan dengan cara dikombinasikan dengan
perlahan dan mulai mengalir dari beberapa teknik lainnya,
tangan, kaki, menuju ke paru-paru seperti guided imagery. Guided
seterusnya rasakan udara mengalir imagery merupakan teknik
ke selurug bagian anggota tubuh. yang menggunakan imajinasi
seseorang untuk mencapai efek
positif tertentu (Smeltzer, Bare,
Hinkle, & Cheever, 2010).

12. Minta pasien untuk memusatkan Pasien dapat merasakan aliran


perhatian pada kaki dan tangan, udara yang dihirup sehingga
udara yang mengalir dan merasakan menambah rasa tenang.
ke luar dari ujung-ujung jari tangan
dan kaki dan rasakan
kehangatannya.

13. Instruksikan pasien untuk Pasien dapat terlatih untuk


mengulang teknik ini apabila rasa melakukan tindakan relaksasi
nyeri kembali lagi. napas dalam.

14. Setelah pasien mulai merasakan Pasien dapat melakukan latihan


ketenangan, minta pasien untuk ini secara mandiri jika
melakukan secara mandiri. mengalami nyeri.

15. Berpamitan dengan pasien. Menerapkan etika


keperawatan.

16. Cuci tangan. Mencegah transmisi


mikroorganisme.

7. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya:
Bahaya yang mungkin terjadi ialah pasien kurang memahami penjelasan
perawat menyebabkan ketidaksesuaian dalam mempraktekkan latihan napas
dalam. Bahaya tersebut dapat dicegah dengan mengevaluasi bagaimana klien
mempraktekkan latihan napas dalam.
8. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan
efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare,
2002).
9. Hasil yang didapat dan maknanya
Setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam pasien merasa nyerinya
berkurang dan lebih tenang.

Anda mungkin juga menyukai