TEKNIK RELAKSASI
OLEH:
AINUL FITRI, S.Kep
NIM: 21.300.0184
OLEH:
AINUL FITRI, S. Kep
NIM: 21.300.0184
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan (Manumba, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Nurarif, A.H,
2015).
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi
lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan
memejamkan mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Proses fisiologi terapi
nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas
baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan
terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang,
sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan
hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi
kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam Khayati et all, 2016).
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan
enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Smeltzer
and Bare (2002) endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat
pengiriman rangsangan nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri.
Penurunan intensitas nyeri tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus
responden pada nyeri yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi
napas dalam sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak
bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi itulah yang akan merangsang tubuh
untuk menghasilkan hormon enderfin untuk menghantarkan transmisi impuls
nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi terhadap nyeri yang akhirnya
menyebabkan intensitas nyeri yang dialami responden berkurang (Widiatie,
2015).