Anda di halaman 1dari 8

Teknik Mengurangi Nyeri Persalinan

Teknik Relaksasi Pernapasan


1. Pengertian Teknik Relaksasi Pernafasan
Teknik relaksasi merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan
masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan
yang berlebihan pasca-persalinan. Ada pun relaksasi pernapasan selama proses
persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan
homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan
dan ketakutan agar ibu dapat beradapatasi dengan nyeri selama proses persalinan
(Mander, 2003).
Teknik relaksasi pernafasan merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan pada klien bagaimana cara melakukan
pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Bobak (2004), Teknik relaksasi pernafasan merupakan suatu
tindakan pengendalian nyeri non farmakologis yang dapat membantu ibu
mengendurkan seluruh tubuhnya kektika rahim berkontraksi.
2. Tujuan Teknik Relaksasi Pernapasan
Ada pun relaksasi pernapasan selama proses persalinan dapat
mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis
sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, menguragi 33 kecemasan dan
ketakutan agar ibu dapat beradapatasi dengan nyeri selama proses persalinan
(Mander, 2003). Relaksasi telah terbukti meningkatkan kemampuan individu untuk
menoleransi nyeri. Relaksasi dan pernapasan yang terkontrol dapat meningkatkan
kemampuan mereka mengatasi kecemasan dan meningkatkan rasa mampu
mengendalikan yang menimbulkan stres dan nyeri (Schott & Priest, 2008).
3. Prosedur Teknik Relaksasi Pernapasan
Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernafasan
diafragma yang mengacu pada pendataran bentuk diafragma selama inspirasi yang
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udaara
masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi pernafasan adalah sebagai berikut:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas
atas dan bagian bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
i. Pada saat kontraksi pusatkan pada daerah yang nyeri
j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
k. Ulangi sampai 15 kali, dengan seling istirahat singkat setiap 5 kali
l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat
(Priharjo, 2002)

4. Penelitian terkait
Penelitian tentang nyeri yang penulis temukan adalah penelitian milik irawati
dengan judul Perbedaan Intensitas Nyeri Kala 1 Persalinan Normal Sebelum dan
Sesudah diberikanTeknik Relaksasi Nafas Dalam di Puskesmas Srondol semarang
(Skripsi), Universitas Diponegoro Tahun 2003. Hasil penelitian yang dilakukan
adalah : Ada perbedaan secara bermakna intensitas nyeri kala 1 persalinan normal
sebelun dan setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam. Nyeri persalinan kala 1
yang dirasakan ibu sebelum pemberian teknik relaksasi nafas dalam yaitu tidak
nyaman (skala nyeri 2) 13,3 %, menderita (skala nyeri 3) 16,7%, sangat menderita
(skala 4) dan menyiksa (skala 5) 30%, sedangkan setelah pemberian teknik relaksasi
napas dalam yaitu kondisi tidak nyaman (skala nyeri 2) 6,7%, menderita (skala nyeri
3) 53,3%, sangat menderita (skala nyeri 4) 26,7%, dan menyiksa (skala nyeri 5)
13,3%.
Selain penelitian milik Irawati, penulis juga menemukan penelitian milik
hartanti dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien
Post Sectio Caesaria. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selisih rata-rata
skala nyeri adalah sebesar 1,57 dengan standart deviasi 0,57 dan nilai t sebesar 15,099
dengan nilai p sebesar 0,001 9 (<0,05). Oleh karena itu diambil kesimpulan bahwa
ada pengaruh relaksasi terhadap skla nyeri pada pasien post operasi sectio caesarean.
Peneliti Yuksel, Cayir, Kosan, dan Tastan (2017) menguji latihan
pernafasan pada ibu bersalin kala II dan menemukan bahwa kelompok
intervensi memiliki intensitas nyeri yang lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Intervensi diberikan dengan cara
a. Tarik nafas lalu isi bagian rongga perut dan paru-paru;
b. Rasakan adanya ekspansi dari rongga perut;
c. Pada saat mengeluarkan nafas pastikan otot-otot perut sampai dengan lutut
dalam keadaan rileks;
d. Pada saat terasa nyeri, lakukan latihan nafas perut yang dalam dan tahan nafas
selama mungkin;
e. Cobalah mendorong bayi ke bawah;
f. Hal tersebut dapat dilakukan saat menahan nafas atau saat mengeluarkan
nafas dengan perlahan melalui mulut;
g. Point penting pada tahap ini adalahjangan mengisi rongga perut dengan
udara dan lakukan gerakan mendorong ke bawah agar bayi lahir;
h. Teruskan dan lanjutkan gerakan mendorong sampai nyeri menghilang.
Nyeri pada kala II persalinan terlokalisai pada abdomen bagian bawah dan
dapat dikontrol dengan baik menggunakan teknik pernafasan yang tepat.
Pelaksanaan teknik bernafas yang tepat saat persalinan kala II akan
memfasilitasi kontrol nyeri sebagai metode yang efektif untuk mengurangi
tekanan yang mendesak pada perineum sekaligus mengurangi keinginan ibu
untuk mengejansebelum waktunya. Ketika Ibu melakukan teknik nafas yang
tepat akan memicu pergerakan janin.
Selanjutnya kepala janin akan mendorong dan melebarkan otot-otot
uterus sehingga timbul kontraksi yang kuat. Pada saat kontraksi tersebut ibu
melakukan nafas dalam dan gerakan mendorong (mengejan). Pada
kondisi ini otot uterus juga akan berkontraksi sehingga terbentuk mekanisme
pengalihan untuk mengurangi nyeri persalinan yang dirasakan ibu. Sejalan
dengan mekanisme tersebut, Yuksel, Cayir, Kosan, &Tastan (2017) juga
menyatakan bahwa teknik pernafasan yang tepat pada saat persalinan sangat
efektif memfasilitasi pergerakan turun janin sehingga dapat mengurangi
durasi kala II persalinan.

Terapi Musik
Hasil penelitian dari Astuti, Rahayu, & Mulyani (2016)didapatkan adanya
penurunan rata-rata intensitas nyerinumerikdari 7,13 menjadi 4,88dan penurunan rata-
rata intensitas perilaku nyeri dari 6,72menjadi 2,66 setelah dilakukan terapi musik
instrumentalia. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatmala &Astuti (2017) yang
menjelaskan rata-rata intensitas nyeri persalinan sebelum dilakukan intervensi
sebesar 6,63 mengalami penurunan menjadi 5,47setelah diberikan terapi musik klasik.
Penelitian Surucu, Ozturk, Vurgec, Alan, & Akbas (2018) juga menyebutkan rata-rata
intensitas nyeri pada kelompok intervensi dari 4,32 menjadi 4,60mengalami penurunan
dan pada kelompok kontrol 3,72menjadi 7,40 tidak mengalami penurunan setelah
pemberian musik Acemasiranselama 30 menit. Sejalan dengan penelitian Dehcheshmeh
& Rafiei (2015) dengan memberikan musik piano selama 30 menit menghasilkan rata-
rata intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan musik pada pembukaan 4, 6,dan 8 cm
sebesar 4,43; 6,16; 7,31 dan pada kelompok yang tidak diberikan intervensi pada pembukaan
4, 6,dan 8 sebesar 6,48; 8,16; 8,53.
Murotal menjadi salah satu jenis musik yang juga diteliti dapat
menurunkan intensitas nyeri. Azis, Nooryanto, & Andarini (2015) dalam penelitiannya
melaporkan adanya perbedaan yang bermakna pada nilai p intensitas nyeri dari 0,074
sebelum menjadi 0,139 sesudah dan kadar β-Endrorphin dari 0,596 sebelum
menjadi 0,217 sesudah diberikan murotal Al-Qur’an surat Ar-Rahman selama 25
menit. Yana & Utami (2016) juga menemukan perubahan meanintensitas nyeri pada
kelompok eksperimen dari 7,47 menjadi 6,40 (p = 0,000) dan pada kelompok kontrol
dari 7,07 menjadi 7,40 (p = 0,055) setelahpemberian terapi murotal Al-Qur’an melalui
headset selama 15 menit.Pada saat seseorang mendengarkan musik ketikanyeri,maka
otak akan menerima dua persepsi. Impuls musikakandipersepsikan terlebih dahulu oleh
otak daripada impuls nyeri, sehingga musikdapat memberikan distraksi atau pengalihan
atau pengurangan konsentrasi terhadap nyeri (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines,
Brocklehurst, 2008).
Teori gate control merupakan teori yang mendasari mendengarkan musik dapat
menurunkan nyeri. Musik mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat pengatur emosi.
Sinyal yang diterima oleh korteks limbik melalui pendengaran kemudian dilanjutkan
ke hipokampus dan hipotalamus. Di hipotalamus yang merupakan pengaturan sebagian
fungsi vegetatif dan fungsi endokrin seperti aspek perilaku emosional, jaras pendengaran
diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf
otonom. Serat tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitusistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut mempengaruhi kontraksi dan
relaksasi organ-organ, sehingga melalui persarafan tersebut musik dapat memberikan
ketenangan (Tamsuri, 2007; Pedak, 2009; Ranggakayo, 2012).
Ritme musik dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh karena tubuh
akan bernafas lebih dalam dan lambat mengikuti irama musik, sehingga berpengaruhpada
aliran darah, denyut jantung lebih stabil, dan timbulrasa tenang.Mendengarkan musik
dengan pilihan irama yang tepat memberikan efek tenang bagi tubuh,sehingga
merangsang endorphine dalam mengurangi nyeri (Bassano, 2009).
Terapi musik tidak dapat sepenuhnya menghilangkan nyeri,tetapi dapat
menurunkan nyeri dan mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan (Yuliatun,
2008). Murotal sebagai bacaan AL-Qur’an yang dilantunkan dengan tempo lambat,
lembut, dan penuh penghayatan mengandung aspek spiritualitas yang dapat membantu
seseorang mengingat Tuhan, sehingga menimbulkan rasa keimanan, kecintaan, dan
kedekatan seseorang dengan Tuhan. Perasaan tersebut dapat membangkitkan semangat
dalam mengembangkan koping yang positif dalam menghadapi nyeri (Qadri, 2003).
Koping diperlukan sebagai antisipasi dalam menghadapi kecemasan dan stress akibat
nyeri.

Latihan Birthball
Birthball memiliki arti bola lahir yang dapat digunakan ibu inpartu kata I ke posisi
yang membantu kemajuan persalinan. Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan posisi tubuh
yang menunjang gravitasi dan posisi yang mempercepat dilatasi serviks seperti berjalan,
berjongkok, berlutut dan duduk. Dengan menggunakan birthball akan mendukung ibu untuk
menggunakan posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan membantu janin turun ke
dalam rongga panggul dan ibu lebih sedikit merasakan nyeri. (Mathew A, Nayak, K Vandana,
2012) 
Penggunaan birthball akan memposisikan ibu tegak lurus dengan posisi tersebut
kontraksi akan lebih kuat dan lebih efisien. Gaya gravitasi akan membantu bagian terendah
janin turun menekan serviks dan membantu dilatasi servik lebih cepat.  Birthball membantu
kala I persalinan menjadi lebih pendek. Dengan duduk di bola  perempuan akan menggerakan
paha, memutar.  Hal ini akan mendorong kepala bayi menekan cerviks dan membantu
dilatasi.
Penggunaan birthball pada awal persalinan dapat dimulai dalam posisi duduk. Bola
bergerak dinamis, artinya dapat bergerak bersama ibu bersalin saat uterus berkontraksi.
Gerakan selama persalinan diantaranya memiringkan panggul, memutar panggul, memutar
paha dan menggoyang panggul.  Ibu dapat bergerak sesuai instingnya, Pasangan dapat
mensupport dari depan atau belakang. Pada fase akhir persalinan bola dapat digunakan untuk
mensupport  tungkai saat terlentang atau istirahat.
Selain memberikan manfaat saat persalinan birthball dapat digunakan untuk
memberikan kenyamanan selama kehamilan. Bola karet besar  ini cukup kuat untuk
mensupport berat dan besar orang dewasa dan didesain untuk digunakan pada terapi fisik
untuk meningkatkan latihan kekuatan, peregangan dan ketahanan
Selama Kehamilan birthball dapat digunakan untuk mengurangi nyeri punggung yang
biasa terjadi pada kehamilan. Duduk di bola saat kehamilan  akan membantu perempuan
untuk memelihara dan memperbaiki postur yang kurang baik. Birthball membantu
memperkuat punggung dan otot abdomen yang dapat mencegah terjadinya masalah nyeri
punggung selama kehamilan. Duduk di bola sebelum melahirkan bayi juga dapat mengurangi
kram tungkai dan memberi ketenangan dan kenyamanan. Penggunaan birthball selama
kehamilan dapat

mempersiapkan tubuh dalam menghadapi persalinan. Hal ini  dengan memperlebar dan
membuat fleksi tulang dan sendi-sendi panggul, membantu bayi turun ke dalam rongga
panggul lebih mudah. Latihan ini juga dapat memperkuat otot-otot dasar panggul yang
bertanggung jawab untuk memberi dorongan pada kala dua persalinan. Birthball bermanfaat
jika ibu merasa yakin dan termotivasi dengan menggunakan bola kelahiran ini dan latihan
dilakukan secara rutin dan teratur selama kehamilan dan persalinan
Penelitian Kurniawati, Dasuki, & Kartini (2016) melaporkan bahwa dari 38
sampel dalam penelitian ini, rata-rata tingkat nyeri ibu bersalin kala I fase aktif pada
kelompok yang mendapat latihan birthball lebih rendah daripada rata-rata tingkat nyeri
pada kelompok kontrol yang tidak mendapat latihan birthball. Demikian juga
penelitian Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, &Ghavi (2016) yang menyatakan latihan
Birthball pada 30 ibu bersalin fase aktif dapat menurunkan respon nyeri persalinan
dibandingkan 30 ibu bersalin fase aktif yang tidak mendapatkan latihan birthball.
Latihan birthball posisi upright (berdiri, berjalan, berjongkok) sangat membantu ibu
untuk mengurangi nyeri pada awal fase persalinan. Posisi seperti ini akan mengurangi respon
nyeri pada area lumbar dengan berkurangnya tekanan pada saraf di sendi iliosakral dan
sekitarnya. Maka dari itu, ibu bersalin dengan posisi ini pada umumnya hanya
memerlukan sedikit narkose atau analgesik epidural dibandingkan posisi supine
saat bersalin (Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, dan Ghavi, 2016). Namun, terdapat
faktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan intensitas nyeri persalinan, yaitu
kecemasan dan dukungan suami/keluarga terdekat (Kurniawati, Dasuki, &Kartini,
2016).

Daftar Pustaka
Andriya, Eni. Nyeri Persalinan. Diunduh dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-eniandriya-6027-2-babii.pdf
pada tanggal 16 Agustus 2020

Solehati, Tetti, dkk. Terapi Non Farmakologi Nyeri Persalinan: Systematic. Review. Jurnal
online Universitas Muhamadiyah Surabaya. Diunduh dari:
https://core.ac.uk/reader/229573640 pada tanggal 16 Agustus 2020.

Astuti, K. E. W., Rahayu, R. D., & Mulyani, N. H. S. (2016). Pengaruh Terapi Musik
Instrumentalia Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Aktif Di 3
Bidan Praktek Mandiri Ngemplak Boyolali. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Tradisional,1(2)
Maryani, Tri. Dwianan Estiwidani. 2016. Terapi Birth Ball Berpengaruh Terhadap Lama
Kala li Dan lntensitas Nyeri Persalinan Pada lbu Bersalin Primigravida Di Rb Kasih lbu
Yogyakarta. Jurnal Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. Diunduh
dari:http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/426/1/TERAPI%20BIRTH%20BALL
%20BERPENGARUH%20TERHADAP%20LAMA%20KALA%20II%20DAN
%20INTENSITAS%20NYERI%20PERSALINAN%20PADA%20IBU%20BERSALIN
%20PRIMIGRAVIDA%20DI%20RB%20KASIH%20IBU%20YOGYAKARTA.pdf pada
tanggal 16 Agustus 2020

Fitria. 2019. Pemanfaatan Bola Kelahiran (Birth Ball) Terhadap Pengaruh Nyeri,
Kecemasan, dan Memperpendek Kala I Persalinan. Artikel Stikes Surabaya. Diunduh dari:
https://stikessurabaya.ac.id/2019/03/11/pemanfaatan-bola-kelahiran-birth-ball-terhadap-
pengurangan-nyeri-kecemasan-dan-memperpendek-kala-i-persalinan/ pada tanggal 16/8/2020

Anda mungkin juga menyukai