Anda di halaman 1dari 7

Dismenore

A. Definisi
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat haid. Istilah dismenore (dysmenorrhea)
berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang
berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau
arus. Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit
atau menstruasi yang mengalami nyeri (Kamaruddin, 2020)

B. Etiologi
Menurut Anurogo dan Wulandari (2011), dismenore primer disebabkan:
1. Faktor endokrin karena adanya prostaglandin F2α, yang merupakan stimulan
miometrium poten dan vasokonstriktor pada endometrium. Kadar prostaglandin yang
meningkat selalu ditemui pada wanita yang mengalami dismenore dan tentu saja
berkaitan erat dengan derajat nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat
mencapai 3 kali dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin
bertambah ketika menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang
meningkatkan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Adapun
hormon yang dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin yang terlibat dalam
penurunan aliran menstrual dan terjadinya dismenore.
2. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah anatomis rahim),
hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis
servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak
yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
3. Faktor konsitusional, dimana faktor-faktornya seperti anemia dan penyakit menahun.
4. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut
hamil dan imaturitas (belum mencapai kematangan).
5. Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada hubungan antara
dismenore dengan artikaria (biduran), migrain, dan asma.
6. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan retrofleksi terfiksasi
sehingga uterus harus bekerja ekstra untuk mengeluarkan darah sehingga hal ini dapat
menimbulkan rasa nyeri.

C. Tanda dan gejala


Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang di
bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah,
gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung
terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini datang
sehari sebelum haid dan berlangsung 2 hari sampai berakhirnya masa haid (Larasa,
2016).
Sedangkan menurut (Nugroho,2014), dismenore menyebabkan nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah. Nyeri yang
dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi
D. Pencegahan
Pencegahan dismenore menurut (Priyanti,2014) dalam penelitiannya menyeburtkan
adalah :
1. Menghindari stres
2. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna
3. Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang cenderung asam
dan pedas
4. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras
energi secara berlebihan
5. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam sehari
6. Lakukan olahraga ringan secara teratur
Adapun cara lain untuk menghindari atau mencegah dismenore dengan tidak tersugesti
atau terpengaruh oleh perkataan maupun cerita dari orang yang pernah mengalami
dismenore pada saat mentruasi.

E. Penatalaksanaan Dismenore
Penanganan dismenore terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologis dan
non farmakologis (Nurrianingsih et al, 2015).
A). Penanganan Farmakologi
1. Pemberian obat analgesik
Obat-obatan farmakologi dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi
prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang
menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan
sebelumnya. Obat farmakologi yang sering digunakan adalah analgesik dan anti
inflamasi seperti asam mefenamat, ibuprofen, dan lain-lain
2. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan benarbenar dismenore primer. Tujuan ini dapat
dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
3. Dilatasi kanalis servikalis.
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat memudahkan
pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral
(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah
dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lainnya gagal.
(Wiknjosastro, 2012 dalam Wulandari 2018)

B). Penanganan Non-Farmakologi


1. Tekhnik Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik
relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama (teknik relaksasi nafas dalam). Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.
Teknik relaksasi melalui olah nafas merupakan salah satu keadaan yang mampu
merangsang tubuh untuk membentuk sistem penekan nyeri yang akhirnya
menyebabkan penurunan nyeri. Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan
produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres
(Nurrianingsih et al, 2015). Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas
nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme akibat
peningkatan prostaglandin, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik (Novita
Sari et al, 2015).
2. Kompes Hangat
Pemberian kompres hangat yang memakai prinsip penghantaran panas melalui cara
konduksi yaitu dengan menggunakan botol yang dibungkus kain atau handuk hangat
pada daerah yang nyeri akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan
ketegangan otot sehingga menurunkan nyeri pada wanita dengan dismenore primer,
karena wanita nyeri haid mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos. Panas
dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan
otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai
kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dalam waktu 20-30 menit, melakukan kompres lebih dari 30 menit
akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka bakar
karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak mampu membuang panas secara
adekuat melalui sirkulasi darah (Maidartati, 2018).
3. Terapi Pijat
Terapi pemijatan dengan memberikan manipulasi pada bagian tubuh menggunakan
sentuhan ataupun pemberian penekanan secara lembut menggunakan jari tangan,
lengan bawah, atau siku, bahkan dengan kaki. Kerja mielinisasi serabut saraf
penghantar nyeri menuju otak berkurang sehingga nyeri dihantarkan lebih lama
bahkan terhambat, dan stimulus pijatan dapat mencapai otak lebih cepat
sehingga “menutup gerbang” masuknya persepsi nyeri. Pada kasus dismenore,
penerapan pijat juga langsung dapat dilakukan pada area abdomen, dilakukan dengan
teknik yang lembut. Teknik pijatan pada abdomen adalah dengan
memposisikan otot perut rileks, selanjutnya hangatkan tangan dan usap perut dengan
mengaplikasikan minyak pada area di atas simpisis dan di atas umbilikus dengan
pijatan melingkar searah jarum jam dengan menggunakan telapak tangan kanan yang
disatukan dengan tangan kiri selama 15 menit dilakukan sejak dua hari sebelum
perkiraan menstruasi. Pijatan lembut pada perut bawah selama 15 menit dan
dipadukan menggunakan minyak esensial dinyatakan dapat meningkatkan sirkulasi
oksigen pada jaringan serta meningkatkan produksi endorphin lebih baik
(Sanjiwani, 2017).
4. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu teknik Complementary Alternative Medicine yang
menggunakan minyak esensial dari tumbuhan yang dapat diperoleh khasiatnya
melalui aplikasi topikal atau secara inhalasi. Aroma minyak yang terhirup akan
bereaksi pada saraf penciuman yang akan dihantarkan hingga saraf pusat dan
memengaruhi pikiran untuk mencapai relaksasi. Sementara aplikasi pada kulit
memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori menuju pembuluh darah
dan memberikan efek relaksasi otot. Jenis minyak yang dapat mengurangi kram
perut yaitu jenis lavender, cary sage, dan rose. Jenis minyak yang dapat digunakan
untuk diusapkan pada perut adalah campuran cinnamon oil, rose, clove, juga lavender
pada minyak almond. Pemberian aplikasi minyak lavender pada permukaan kulit
dapat meningkatkan relaksasi otot, memperlancar suplai darah ke jaringan
sekitarnya serta meningkatkan elastisitasnya (Atarha, Vakilian, Ruzbehani, Bekhradi,
2009) dalam (Sanjiwani, 2017).
5. Terapi Musik
Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai
media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan
kesejahteraan emosi. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi
denyut jantung, mengurangi kecemasan, dan depresi, menghilangkan nyeri,
menurunkan tekan darah dan mengubah persepsi waktu. Musik juga menghasilkan
perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu musik harus
didengarkan minimal 15 menit agar mampu memberikan efek terapeutik. Cara ini
dapat menyebabkan pelepasan endorpin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri
(Amalia, 2017).
6. Aktivitas Fisik/Olahraga
Salah satu faktor yang mempengaruhi dismenore adalah latihan olahraga. Olahraga
yaitu latihan fisik seperti joging, berenang, senam, dan bersepeda. Latihan-latihan
olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Membiasakan
olahraga ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari, bersepeda,
ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid dapat membuat aliran darah
pada otot sekitar rahim menjadi lancar sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau
berkurang. Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu.
Olahraga/ senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/ senam tubuh akan
menghasilkan endorphin. Senam dapat menyebabkan tubuh menjadi relaks dengan
menghasilkan hormon endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan saraf tulang
belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai zat penenang alami sehingga
menimbulkan rasa nyaman. Latihan olahraga mampu meningkatkan produksi
endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dan dapat meningkatkan kadar
serotonin. Latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stres dan kelelahan
sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri (Oktobriariani, 2015).
7. Nutrisi
Pengaturan diet pada kasus dismenore dapat dilakukan dengan mengurangi
konsumsi makanan dengan kandungan asam arakidonat yang berlebihan seperti
mentega, minyak, kelapa, dan ayam, karena dapat memicu produksi prostaglandin.
Konsumsi makanan manis juga dianjurkan tidak berlebihan karena memperlambat
penyerapan vitamin dan mineral yang berdampak kasus nyeri haid yang lebih
sering. Nutrisi yang dibutuhkan dalam memberikan solusi nyeri haid adalah makanan
yang mengandung omega 3 dan omega 6 yang terkandung dalam ikan, telur, kedelai
ataupun dalam bentuk suplemen makanan karena dapat memberikan efek
relaksasi pada otot. Konsumsi makanan berlemak dan makanan cepat saji dengan
porsi seminggu tiga kali atau lebih meningkatkan risiko terjadinya dismenore.
Bahan lain bersumber dari biji-bijian, kacang-kacangan, sayur dan buah juga
penting karena mengandung magnesium, kalsium, potasium, serat, vitamin E dan B
kompleks yang dapat membantu sintesis Gama–Linolenic acid (GLA) yang
selanjutnya memberikan efek relaksasi otot. Konsumsi vitamin B1, E, Zink dan
magnesium dapat membantu mengatasi nyeri haid. Makanan yang berserat dari
sayur dan buah-buahan penting dikonsumsi setiap hari untuk mencegah
dismenore. Konsumsi sayuran dan buah yang kurang dapat meningkatkan kasus
dismenore. Konsumsi air putih paling tidak delapan gelas perhari ketika menstruasi
dan ditambah dengan melakukan peregangan perut dapat menurunkan intensitas nyeri
(Sanjiwani, 2017).
8. Bahan-Bahan Herbal
1) Kunyit (Curcuma longa)
Nyeri dismenore dapat dikurangi dengan minuman herbal. Kunyit memiliki
kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai analgetik, antipiretik, dan
anti inflamasi. Minuman herbal semacam kunyit mengandung curcumine yang
sangat baik untuk mengurangi rasa nyeri ketika menstruasi. Curcumenol sebagai
analgetik akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan melalui
jaringan epitel uterus dan akan menghambat kontraksi uterus sehingga akan
mengurangi terjadinya dismenore. (Novita Sari et al, 2015)
2) Jahe (Zingiber officinale)
Sumber herbal lainnya yang dimanfaatkan untuk mengatasi dismenore yaitu jahe.
Jahe juga diketahui bekerja sebagai penghambat enzim COX dan lipooxygenase,
dan menghalangi sintesis prostaglandin. Jahe tergolong aman dikonsumsi oleh
perempuan dengan dismenore sejak tiga hari sebelum menstruasi dengan dosis
satu sendok bubuk jahe yang dilarutkan dalam 200 cc air hangat dan dapat
diminum sebanyak tiga kali sehari. Konsumsi jahe dapat mengurangi keluhan
nyeri haid yang dirasakan. Jahe memiliki efek yang sama efektifnya dengan
konsumsi ibuprofen atau asam mefenamat pada kasus dismenore primer
(Sanjiwani, 2017).
3) Lidah Buaya (Aloe Vera)
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung antrakuinon dan kuinon yang memiliki
efek menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan menghilangkan pusing.
Antrakuinon mengandung aloin dan emodin yang berfungsi sebagai analgesik.
Antrakuinon cenderung membantu dalam pengurangan rasa sakit melalui
stimulasi sistem kekebalan tubuh dan penurunan prostaglandin yang bertanggung
jawab untuk rasa sakit. Antrakuinon berfungsi sebagai anti inflamasi, sedangkan
aloin dan emodin dalam antrakuinon berfungsi sebagai analgesik (Sukini et al,
2017).
4) Air Kelapa (Cocos nucifera L.)
Nyeri haid diakibatkan oleh ketidakseimbangan kadar prostaglandin. Nyeri haid
berkurang karena efek sekunder dari peran elektrolit dan asam folat yang
erkandung didalam air kelapa. Cara pemanfaatan air kelapa untuk mengurangi
rasa sakit saat haid yaitu 1 gelas air kelapa hijau dan 1 potong gula aren dicampur
dan diaduk sampai merata kemudian diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore,
selama 3 hari berturut-turut.
5) Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb).
Kandungan bahan alami temulawak bisa mengurangi keluhan dismenore primer.
Temulawak mengandung curcumin dan curcumenol. Curcumenol berfungsi
sebagai analgetik, sedangkan curcumin berfungsi sebagai antiinflamasi dan
antipiretik. (Sukini et al, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik terhadap Nyeri Disminorea. Jurnal Riset
Kebidanan Indonesia, 1(2), 56-62.

Hastuti, P., Sumiyati, dan Aini, N.F. 2016. Pengaruh Pemberian Air perasan Wortel Terhadap
Berbagai Tingkat Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi. Jurnal Riset Kesehatan. ISSN: 2252-
5068 Vol:5, No. 2, 79-82.http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk(diakses pada
tanggal 8 November 2018)

Kamaruddin, M., Ningsih, S., & Anjeli, A. M. R. (2020). Deskripsi Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Dismenore Di Kelurahan Benjala Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba.

Larasa Ta dan Alatas Faridah. 2016. Dismenore Primer Dan Faktor Risiko Dismenore Primer
Pada Remaja. Majority Jurnal. Vol: 5, No.3, 79-84

Maidartati, M., Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Bandung. Jurnal Keperawatan
BSI, 6(2), 156-164.

Novita Sari, KS; Sumaryani, S and Trisetyaningsih, Y. (2015). Pola Perilaku Remaja untuk
Menangani Keluhan Dysmenorrhoea di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman
Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 4 (1), 30-6.
Nugroho, et.al. 2014. Masalah Kesehatan Remaja. Jakarta: Salemba Medika

Nurrianingsih, P., Nurhidayati, E. (Oktober 2015). Teknik Relaksasi Terhadap Tingkat


Dismenorea Pada Siswi SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Prosiding Seminar dan Call
for Paper “Moving Towards New Scientific Research in Midwifery Practice”. (pp. 181-185).
Jakarta Timur: AIPKIND.

Oktobriariani, RR. (2015). Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Olahraga Dengan Kejadian
Dismenore Primer Pada Mahasiswi DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Prosiding Seminar dan Call for Paper “Moving Towards New Scientific Research in
Midwifery Practice” (pp. 341-6). Jakarta Timur: AIPKIND.

Priyanti, S., Mustikasari, D.A. 2014. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Dismenore Pada
Remaja Di Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum Awang-awang Mojosari Mojokerto. Hospital
Majapahit. Vol: 6, No. 2, 1-10

Sanjiwani, Ida Arimurti. (2017). Literature Review Dismenore Primer dan Penatalaksanaan
Non Farmakologi Pada Remaja. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Sukini, T; Yuniyanti, B and Aryanti, A. (2017). Efektivitas Pemberian Lidah Buaya (Aloe
Vera) dan Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb) Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore
Primer. Jurnal Ilmiah Bidan, II (1), 41-7.

Wulandari, D. A., & Muawanah, A. (2018). Brain Gym dapat Meringankan Nyeri
Dismenore. Jurnal SMART Kebidanan, 5(1), 21-28.

Anda mungkin juga menyukai