Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang atau nyeri selama menstruasi dialami oleh hampir dua pertiga wanita remaja
pasca menarche di Amerika Serikat, menurut Survey Pemeriksaan Kesehatan Nasional.
Beberapa penderita merasa cocok dengan pengobatan kontrasepsi oral, sedangkan pada kasus
yang lebih parah diobati dengan danazol, suatu antigonadropin. Mereka yang menderita
dismenore, terdapat senyawa-senyawa dalam kadar tinggi dan pengalaman medis
menyarankan agar diberi zat penghambat (inhibitor) prostaglandin-sintesis untuk
menghilangkan gejalanya. Jika zat tersebut diberikan sebelum masa menstruasi (atau segera
setelah mulai) pemberian zat penghambat prostaglandin sintesis, seperti natriumm-naproksen,
yang dengan cepat akan diserap, efektif dalam memecahkan prostaglandin sebelum
menimbulkan rasa sakit (misalnya 2 tablet 275mg diminum begitu menstruasi berlangsung
dan satu tablet diminum 6-8jam setelahnya selama 24 jam pertama). Bagi wanita yang
memerlukan kontrasepsi, terapi dengan kontrasepsi oral dapat dilakukan (Waldo E. Nelson,
MID 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit dari disminore?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawaatan pada pasien disminore?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakir disminore
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bagi pasien disminore
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Dismenore yakni nyeri menstruasi, dikarakteristikan sebagai nyeri singkat diperut


bagian bawah selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung satu sampai beberapa hari selama
menstruasi. Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling sering terjadi
mempengaruhi lebih dari 50% wanita dan menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas harian selama 1 sampai hari setiap bulannya pada sekitar 10% dari wanita tersebut.
Ketidak-hadiran remaja di sekolah akibat dismenore mencapai kurang lebih 25%.
Prostaglandin F2 dan E2 yang dihasilkan oleh endometrium, merangsang miometrium untuk
berkontraksi, sehingga menimbulkan rasa nyeri(Dunnihoo, 1992).

B. Etiologi
1) Disminore primer : sejak menarche, haid nyeri dan tidak ada kelainan dari alat
kandungan.
a. Penyebab:
 Psikogen
 Konstitusionil: anemia, tbc, kelelahan
 Obstruksi: cervix sempit, hiperantefleksio, retrofleksio, hipoplasia uteri
b. Terapi:
 Analgesik
 Hormonal: pada siklus yang amuvulator tidak ada disminore jadi
menggunakan obat-obat yang mencegah ovulasi
2) Dismenore sekunder : terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan.
a. Penyebab:
 Kelainan struktural serviks atau uterus
 Benda asing seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
 Endometriosis dan Endometritis
b. Terjadi pada:
 Infeksi: nyeri sudah terasa sebelum haid
 Myoma submukosa, polip corpus uteri: nyeri bersifat kolik
 Endometriosis: nyeri disebabkan tekanan oleh tumor atau perlekatan. Nyeri
masih ada setelah haid berhenti
 Retrofleksio uteri fixata
 Ginatresi
c. Terapi:
 Psikoterapi
 Causal
3) Faktor resiko:
a. Faktor Kejiwaan
Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi
hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua system neuroendokrin, yaitu
system simpatis dan system korteks adrenal. Meningkatkan hormone adrenalin,
tiroksin dan kortisol penyebabkan vasokontriksi sehingga menimbulkan efek
penekanan pembuluh darah.
b. Faktor Konstitusi
 Anemia: pasokan darah yang mengangkut oksigen dalam darah berkurang hal
ini menyebabkan difusi atau gangguan pada pertumbuhan sel
 Penyakit menahun: menyebabkan tubuh kehilangan suatu penyakit atau rasa
nyeri contohnya migraine dan asma
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Aliran darah menstruasi yang tidak lancar sehingga otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut
d. Faktor Alergi
Menurut (Smeltzer & Bare 2002) faktor resiko terjadinya dismenore primer
adalah:
 Menarche usia muda
 Belum pernah hamil dan melahirkan
 Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
 Umur

Sedangkan menurut (Hendrik 2006) wanita yang mempunyai resiko menderita


dismenore adalah:

a. Mengkonsumsi alcohol
b. Perokok
c. Tidak pernah berolahraga
d. Stress
C. Patofisiologi

Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons produksi progesteron asam lemak akan
meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega
lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam
uterus. Adanya respon inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps) dan molimina
menstruasi lainnya (Hillirad 2006).

Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2-alfa yang


merupakan suatu siklooksigenase (COX) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstruksi
pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga
terdapat PGE-2 yang menyebabkan dismenore primer. Peningkatan level PGF2-alfa dan
PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenore primer juga. Selanjutnya, peran
leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer adalah meningkatkan sensivitas serabut saraf
nyeri uterus.

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya yaitu:
Sakit datang secara tidak teratur, tajam dan kram dibagian bawah perut yang
biasanya menyebar ke bagian belakang, kaki, pangkal paha dan vulva (bagian luar alat
kelamin wanita). Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Meliputi
tingkah laku seperti gelisah, depresi, iritabilitas/sensitive, lekas mamrah, gangguan tidur,
kelelahan, lemah, mengidam makanan dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang
sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau bengkak,
perut kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare
atau sembelit, dan masalah kulit seperti jerawat.

E. Klasifikasi
Menurut (Prawiroharjo 2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore antara lain:
1) Dismenore Primer
Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang terjadi dalam
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung
untuk beberapa jam dan bahkan sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang
berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke
daerah pinggang dan paha. Bersama rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan sesitifitas.
2) Dismenore Sekunder
Adalah kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomeiosis uteri,
dan lain-lain).

F. Penatalaksanaan
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien ditenangkan bahwa
menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif.
Jika pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan diberikan
pengetahuan mengenai hal ini. Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan
mengalami periode haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka mengalaminya juga. Keram
yang tidak nyaman dapat diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala
tersebut dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan latihan fisik
karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan.

Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya :


1. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi darah,
mengurangi rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang peristaltik usus
dan memberikan rasa nyaman klien.

2. Therapy Relaksasi Progresif :


a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut. Arahkan
nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut, kemudian
hembuskan
b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan
relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan
relaksasi dari ujung kaki ke atas.
c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan.
Hembuskan nafas.
d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan.
e. Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan nafas.
f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun, rasakan
kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini menyebar ke
otot leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas.
h. Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.

3. Imagery Guided
Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan gambaran
mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru yang ingin kita bentuk.
Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental tersebut,
sehingga diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari
dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun tidur pagi hari, akan
mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15
menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman, boleh
dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar pada dinding atau
duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan diletakkan di paha atau di lutut.
Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin sehingga fokus perhatian dapat dilakukan
secara penuh tertuju pada gambaran mental yang ingin diciptakan.
4. Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian
pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30 menit dengan
kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif) sebagai berikut:
a. Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
b. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan selama 2 menit)
c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan selama
2 menit.
d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1 menit.
e. Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk dengan kedua
tangan ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit.
Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.
f. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut, tangan
memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
g. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke depan,
lakukan selama 2 menit.
h. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua lengan,
lakukan selama 2 menit.
i. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang tangan
kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
j. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2 menit.
k. Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala melingkar,
lakukan selama 3 menit.
l. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan disamping
badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas : Nama, Umur, Alamat, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama,Kewarganegaraan.
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan      : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien
mengenai menstruasi
Pekerjaan        : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga mempengaruhi
terjadinya gangguan menstruasi.

Keluhan yg saat ini dirasakan


Keluhan utama : Nyeri pada perut bagian bawah
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : Keluhan utama yang dirasaakan saat ini, seperti nyeri pada
perut bagian bawah.
a. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid.

b. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang–ulang

c. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.

3. Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)


a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi
minum klien juga mengalami penurunan.

c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

d. Pola Tidur dan Istirahat


Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien
menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum)

e. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di anjurkan untuk
istirahat.

f. Pola Hubungan dan Peran


Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
tidak harus menjalani rawat inap.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.

h. Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada indera yang
lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.
Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian bawah.

i. Pola Reproduksi Seksual


Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai adanya
kelainan pada sistem reproduksinya.

k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan


Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien.

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas nyeri,
Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama
4) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
5) Integumen : kaji turgor kulit

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : normal.
2) Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
- Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.

6. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b/d peluruhan dinding rahim
 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum

7. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Luaran utama dan tambahan : Tingkat nyeri,
Setelah dilakukan intervensi keprawatan selama 3 hari maka tingkat nyeri meningkat
dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat.

b. Intervensi Utama : menejemen nyeri


Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi skala nyeri non verbal
- Monitor keberhasilan terapi

Terapeutik
- Berikan terapi non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- jelaskan penyebab, periode serta pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- ajarkan teknik non farmakologi untuk meredakan nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dismenore adalah nyeri selama mentruasi yang disebabkan oleh kejang atau
uterus,dismenore primer apabila terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab hanya terjadi
selama siklus – siklus ovalotorik.penyebabnya adalah jumlah prostaglandin F2a yang
berlebihan pada darah mentruasi,yang meransang hiperaktivitas uterus,gejala utamanya
adalah nyeri ,terjadi pada saat awitan mentruasi,nyeri tajam ,tumpul,siklik,atau menetap dapat
berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari.kadang – kadang ,gejala tersebut dapat lebih
lama dari satu hari tapi jarang melebihi 72 jam.gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa
mual,diare,sakit kepala,dan perubahan emosional.

Anda mungkin juga menyukai