Anda di halaman 1dari 10

MATERI

Terimakasih kepada ibu sisi selaku moderator atas kesempatan yang diberikan.
Assalamualaikum Wr. Wb
ALHAMDULILLAHI WASSHOLATU WASSALAM A’LA ROSULILLAHI WA
A’LA ALIHI WA SOBBIHI WA MAN WA LAHA, AMMA BA’ADU.
Yang saya hormati bapak/ibu………………………………..selaku dosen penguji dan yang
saya hormati ibu Nur Asiah S.KM.,M,Kes selaku dosen pembimbing yang sangat berjasa
dalam proses pembuatan proposal sampai skripsi saya. Perkenalkan saya Anisya Dias
Kusuma Dewi dengan nim 1905015054 akan mempersentasikan hasil skripsi saya yang
berjudul “Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri di SMPI YP3I kecamatan Bogor Tahun 2023”.
Yang dilatar belakangi oleh :
Dismenore adalah salah satu keluhan yang dialami oleh wanita saat berlangsungnya haid
l l l l l

disertai dengan kram perut, nyeri pinggang, dan perubahan perasaan.


menurut WHO angka kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia dengan rata rata
dinegara eropa sebesar 45-97% wanita yang mengalami dismenore, Amerika Serikat antara
20-90% remaja dilaporkan mengalami dismenore berat, dan pada Indonesia sebesar 64’25%
tidak berbeda jauh dengan prevalensi di Jawa Barat sebesar 54,95% wanita mengalami
dismenore.
Berdasarkan hasil studi penelitian yang sudah dilakukan dengan melakukan penyeberan
kuesioner serta wawancara didapatkan sebanyak 33 orang siswi dengan 30(91,7%) siswi
mengalami dismenore dan 3(8,3%) siswi tidak mengalami dismenore. pada saat dilakukan
wawancara kepada siswi SMPI YP3I kebanyakan dari mereka saat sedang mengalami nyeri
hanya melakukan pengobatan farmakologis seperti minum kiranti, obat menurunkan nyeri,
dan yang melakukan pengobatan non farmakologis seperti mengoleskan minyak kayu putih
diperut dan atau hanya istirahat (rebahan), kompres air hangat namun, belum ada yang
melakukan teknik relaksasi nafas dalam. padahal teknik relaksasi nafas dalam ini memiliki
keuntungan yang mudah dilakukan, tidak berbayar, dapat dilakukan secara mandiri dan tidak
harus mencari barang/alat dahulu.
Dari permasalahan yang sudah dijelaskan, maka dari itu saya sebagai peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di SMPI YP3I di kecamatan
Bogor tahun 2023.
TUJUAN
Tujuan Umum => untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Teknik Relaksasi Terhadap
penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri SMPI YP3I Kabupaten Bogor Tahun 2023
Tujuan Khusus => untuk mengetahui tingkat dismenore pre-test dan post-test pada
kelompok control dan kelompok eksperimen serta mengetahui efektivitas pemberian teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dismenore.
MANFAAT
Bagi peneliti => dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan
Bagi Tempat Peneliti => dapat memberikan wawasan dan masukan dalam peanganan lebih
awal terhadap remaja putri smpi yp3i
Bagi Uhamka => sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, serta dapat digunakan untuk
menambah wawasan khususnya terkait efektivitas pemberian teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri dismenore.

Selanjutnya BAB II
Remaja => remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak menjadi dewasa. Setiap
remaja yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial berlangsung
pada usia 11-16 tahun pada laki-laki sedangkan usia 10-15 tahun pada wanita. Anak
perempuan tergolong lebih cepat pubertas dibandingkan pertumbuhan anak laki-laki karena
adanya pengaruh hormon seksual. Organ reproduksi sudah mulai berfungsi, salah satu
ditandai dgn menstruasi atau menarch.
Menstruasi => menstruasi merupakan proses keluarnya darah dari rahim dengan
normal berkisar 21-35 hari yang ditandai dengan keluar darah sebanyak 10 - 80 ml. Pada
saat menstruasi biasanya wanita mengalami gangguan gangguan yangmana dapat dibagi
menjadi 3 kelompok :
1. Kelainan siklus yang dibagi menjadi 3, yaitu
- Amenorrhea : Gangguan amenorea primer (wanita usia 16 tahun belum mengalami
menstruasi) dan amenorea sekunder (wanita yang sudah mendapatkan menstruasi
namun tidak mendapatkan menstruasi selama 3 bulan atau lebih)
- polimenorrhea : siklus menstruasi yang memendek kurang dari 21 hari
- oligomenorrhea : jarak waktu menstruasi lebih dari 35 hari
2. Kelainan jumlah dan lamanya menstruasi ada 4 kelompok, yaitu
- Menorrhea : keluarnya darah secara berlebihan sehingga mengharuskan mengganti
pembalut tiap jam
- metrorraghia
- hipermenore : kondisi jumlah menstruasi lebih banyak dan lama dari biasanya
- hipomenore : kondisi jumlah menstruasi lebih sedikit dan waktu haid lebih cepat dari
biasanya.
3. Gangguan lain yang berhubunagn dengan menstruasi dibagi menjadi 2, yaitu
- Premenstruasi syndrome (PMS) : gejala awal sebelum masa menstruasi
- Dismenore : salah satu masalah terkait haid yang paling umum dikeluhkan pada 1-3
hari menstruasi dengan menimbulkan sifat dan tingkat rasa nyeri yang bervariasi.

DISMENORE
Dismenore juga dikenal dengan istilah kram pada perut disertai dengan nyeri pinggang,
payudara terasa nyeri,malas bergerak dan terjadi perubahan emosianal. Dismenore dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu
1. Dismenore primer : dialami oleh perempuan usia subur tanpa adabya kelainan pada organ
genital dengan rentan usia 15-25 tahun.
2. Dismenore sekunder : ditandai adanya gangguan kelainan pada sistem reproduksi seperti
infeksi rahim, kista, polip, atau tumor dengan rentan usia 30 tahun keatas.
Nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Berdasarkan sumber dibagi menjadi 3 yaitu
- Somatic luar : rasa nyeri yang berasal dari kulit
- Somatic dalam : nyeri tumpul dan tidak teralokalisasi dengan baik
- Visceral : nyeri yang muncul akibat rangsangan pada organ somatic atau organ yang
menutupinya.
2. Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 3 yaitu
- Nyeri nosiseptif : nyeri yang sifatnya tajam, dan hilang timbul
- Nyeri neurogenic : nyeri sensasi seperti kesemutan, rasa terbakar dan ditusuk jarum
- Nyeri psikogenik : nyeri yang berhubungan dengan perasaan disertai dengan rasa
cemas dan depresi
3. Berdasarkan waktu
- Nyeri akut : nyeri yang timbul mendadak dan sementara
- Nyeri kronis : terjadi secara perlahan dengan jangka waktu yang lama
4. Berdasarkan derajat dibagi 3 yaitu
- Ringan : nyeri haid tanpa adanya pembatasan fisik, tidak memerlukan analgetik dan
dapat ditoleransi terjadi dengan skala 1-3
- Sedang : nyeri haid yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan berlangsung
selama 1-2 hari dengan skala 4-6
- Berat : nyeri dengan keterbatasan pada aktivitas fisik, membutuhkan analgetik dengan
skala 7-10
Adapun penanganan yang dapat dilakukan yaitu
1. Farmakologis : Penanganan yang dapat dilakukan dengan pemberian obat analgetik
(obat penurun sakit) atau obat NSAID (non-steroidanti inflamasi) untuk mengurasi
rasa nyeri yang dirasakan
2. Non-farmakologis : Penanganan ini dapat berupa pemberian kompres air hangat pada
area nyeri, melakukan teknik relaksasi nafas dalam, olahraga ringan, minum air
hangat, aromaterapi (mencium wangi-wangian)

disini peneliti mengambil teknik relaksasi nafas dalam terhadap penanganan non
farmakologis yaitu teknik relaksasi nafas dalam
Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu Teknik relaksasi yang efektif dilakukan
untuk mengatasi nyeri, dengan menarik napas secara perlahan, berirama dan nyaman yang
dilakukan dengan mata terpejam. adapun tahapan yang dilakukan ;
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Atur posisi dengan nyaman
c. Letakkan satu tangan diatas perut dan satu tangan lainnya diletakkan ditengah dada
d. Menarik nafas melalui hidung lalu keluarkan secara perlahan dengan posisi mulut
mencucu (pursed lips)
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Lakukan secara berulang selama 3-5 kali dengan waktu kurang dari 15 menit.
manfaat dilaksanakannya teknik relaksasi nafas dalam ini dapat mengurangi nyeri,
Berkurangnya perasaan gelisah, dan cemas, dan Membuat hati lebih nyaman.
kelebihan pada relaksasi nafas dalam ini dapat dilakukan setiap saat dengan cara yang
sangat mudah tidak harus mencari terlebih dahulu dan tidak berbayar sehingga dapat
dilakukan secara mandiri tanpa bantuan apapun serta masih menjadi metode termudah
untuk dilakukan, sedangkan kekurangan yang ada pada Teknik relaksasi nafas dalam
yaitu memiliki kontraindikasi sehingga tidak dapat dilakukan bagi seseorang yang
menderita penyakit jantung dan pernapasan.

KERANGKA TEORI
masuk kepada kerangka teori, dimana teori yang saya gunakan yaitu modifikasi dari teori
Anitecu, Benzon, dan Wallace (2018) untuk mengetahui jenis nyeri yang dihasilkan oleh
Dismenorhea berdasarkan teori Putri I, M. (2022), yang mana nyeri ini masih dapat di
akomodir oleh tehnik pernafasan menurut Faisal (2022). yang dimana gangguan
menstruasi atau dismenore dapat menyebabkan nyeri antara lain nosiseptif, neurogonik,
dan psikogenik, dengan adanya nyeri tersebut penelitian akan memberikan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengetahui apakah pemberian teknik relaksasi nafas dalam ini dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan.

KERANGKA KONSEP
kerangka konsep penelitian yang disajikan dalam variable dependen (Dismenore) dan
independen (teknik relaksasi nafas dalam) penelitian ini akan memberikan edukasi terkait
relaksasi nafas dalam kepada siswi SMPI YP3I dan ada yang tidak diberikan. Masuk
kedalam bagian Definisi Operasional yang yang dimana
1. variable dependen dismenore dengan alat ukur penyebaran kuesioner dengan hasil
ukur tidak nyeri jika nilai skor 0, ringan : jika nilai skor 1-3, sedang : jika nilai skor 4-
6, dan berat : jika nilai skor 7-10
2. variable independen teknik relaksasi nafas dalam dengan alat ukur intervensi dengan
hasil dilakukan : diberi nilai 0 dan tidak dilakukan : diberi nilai 1
HIPOTESIS
H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pemberian Teknik relaksasi
nafas dalam X dengan penurunan dismenore.
Ha = Ada Hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pemberian Teknik relaksasi
nafas dalam X dengan penurunan dismenore

selanjutnya BAB IV yaitu metode penelitian


Desain penelitian yang digunakan yaitu pra-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitian ini adalah two group Pre-test and post-test di lokasi dan waktu
dilakukan si SMPI YP3I pada bulan Juni - Agustus 2023. dengan populasi 52 siswi dan
sampel 52 yang dimana penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh (digunakan pada
populasi yang relatif sedikit kurang dari 100 orang), dengan mengumpulan data yang
didapatkan dari data primer (data yang diperoleh langsung oleh peneliti yang berupa hasil
dari pengamatan, pengumpulan informasi mengenai responden melalui wawancara, dan
kuesioner.) sedangkan data sekunder (data yang dikumpulkan dari data yang sudah ada
sebelumnya).
selanjutnya disini ada pengolahan data dibagi menjadi 4
1. editing data : proses dimana peneliti melakukan pemeriksaan data yang sudah terkumpul
2. coding data : proses pengelompokan data guna untuk mempermudah tahapan selanjutnya.
- karateristik responden : diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner lalu
diinput menggunakan SPSS ( nama, usia, dan lama menstruasi)
- dismenore : diukur dengan memberikan 4 kode (kode 1 ; tidak nyeri, 2 : nyeri ringan,
kode 3 ; nyeri sedang, dan kode 4: nyeri berat)
- relaksasi nafas dalam : diukur dengan memberikan 2 kode ( kode 0 ; dilakukan, dan
kode 2 ; tidak dilakukan)
3. entry data : pemindahan data dari kuesioner ke tabel
4. cleaning data : tahapan dalam menampilkan kebenaran data yang akan dimasukkan.

disini ada 2 analisis data berupa univariat (dilakukan secara deskriptif untuk melihat proporsi
variable, seperti nama, usia, dan lama menstruasi) dan bivariat (untuk melihat efektivitas
antara 2 variable, yaitu variable dependen (dismenore) dan variable independent (teknik
relaksasi nafas dalam dengan uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney).
selanjutnya masuk ke BAB V HASIL PENELITIAN
Pertama, Gambaran Lokasi Penelitian SMPI YP3I => yang terletak di Jl. Raya Cileungsi-
Jonggol Km 01, Cileungsi Kidul< Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
dengan Kode pos 16820. Sekolah SMPI YP3I ini berakreditas B dengan jumlah siswa &
siswi saat ini sebanyak 203 orang yang memiliki ruang kelas sebanyak 7 kelas, ruang
laboraturium, perpustakaan, praktik, UKS dan musholla.
Kedua kita masuk kepada analisis Univariat
Berdasarkan karateristik Usia SMPI YP3I Me nunjukkan responden yang berusia > 15 Tahun l l l l

paling banyak pada kelompok yang diberikan Intervensi (96,20%), sedangkan pada usia < 14
l l l l l

tahun paling banyak pada kelompok yang tidak diberikan intervensi (69,20%). Responden l l l l l l

usia < 14 Tahun paling sedikit pada kelompok yang diberikan intervensi (30,80%), l l l l l

sedangkan pada responden yang berusia > 15 Tahun paling sedikit pada kelompok yang tidak
l l l l l l

diberikan intervensi (3,80%).


l l l

Lalu berdasarkan karateristik kelas SMPI YP3I Menunjukkan responden yang menduduki l l l l

kelas 8 paling banyak pada kelompok yang tidak diberikan intervensi (100,00%), sedangkan
l l l l l l

pada responden yang menduduki kelas 9 paling banyak pada ke lompok yang diberikan
l l l l l l

intervensi (100,00%). Responden yang menduduki kelas 8 paling sedikit pada kelompok
l l l l l l l l

yang diberikan intervensi (0,0%), sedangkan pada responden yang menduduki kelas 9 paling
l l l l l l l l

sedikit pada kelompok yang tidak diberikan intervensi (0,0%).


l l l l l

Dan Berdasarkan karateristik Masa Haid SMPI YP3I menunjukkan responden masa haid > 7 l l l

hari paling banyak pada kelompok yang diberikan intervensi (68,6%), sedangkan pada l l l l l

responden masa haid < 7 hari paling banyak pada ke lompok yang diberikan intervensi
l l l l l l

(52,9%). Responden masa haid > 7 hari paling sedikit pada kelompok yang tidak diberikan
l l l l l

intervensi (31,4%), sedangkan responden masa haid < 7 hari paling se dikit pada kelompok
l l l l l l l

yang tidak diberikan intervensi (47,1%). l l l


Lalu disini ada diagram pie kelompok control / yang tidak diberikan perlakuan teknik
relaksasi nafas dalam.
Dari 19 siswi menjawab kuesioner pre-test maupun post-test item sikap sebanyak 10
(52,6%) orang yang menjawab baik dan ada 9 (47,4%) orang menjawab tidak baik,
sedangkan
Pada diagram pie pre-test dan post-test tingkat skala dari 19 siswi yang menjawab pada
skala 0 sebanyak 1 (5,3) orang, skala 1-3 (nyeri sedang) sebanyak 9 (47,4%) orang, skala 4-6
(nyeri sedang) sebanyak 8 (42,1%) orang dan skala 7-10 sebanyak 1(5,3%) orang yang
berarti tidak ada perubahan antara pre-test maupun post-test sikap dan tingkat nyeri pada
kelompok control/(kelompok yang tidak diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam).

Selanjutnya pada kelompok eksperimen / (yang diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas
dalam). Disini ada diagram pie pre-test item sikap dari 33 siswi yang menjawab baik
sebanyak 16 (48,5%) orang dan yang menjawab tidak baik sebanyak 17 (51,5%) orang,
sedangkan pada post-test item sikap yang menjawab baik sebanyak 21 (63,6%) orang dan
yang menjawab tidak baik sebanyak 12 (36,4%) yang artinya ada perubahan pada item sikap
setelah diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam.
Lalu disini ada diagram pie pre-test item skala nyeri dari 33 orang yang menjawab pada
skala 0 (tidak nyeri) sebanyak 2(6,1%) orang, skala 1-3 (nyeri ringan) sebanyak 9 (27,3%),
skala 4-6 (nyeri sedang) sebanyak 18 (54,5%) orang dan skala 7-10 sebanyak 4 (12,1%)
orang, sedangkan pada post-test item skala nyeri yang menjawab pada skala 0 (tidak nyeri)
sebanyak 10 (30,3%) orang, skala 1-3 ( nyeri ringan) sebanyak 18(54,5%) orang, skala 4-6
(nyeri sedang) sebanyak 5 (15,2%) orang dan skala 7-10 (nyeri berat) sebanyak 0 (0%) orang,
yang artinya ada perubahan pada tingkat nyeri sebelum dan sesudah diperikan perlakuan
teknik relaksasi nafas dalam yang dimana pada pre-test ada siswi yang menjawab 4 pada
skala 7-10 (nyeri berat) dan pada post-test tidak ada yang menjawab pada skala 7-10(nyeri
berat).
ANALISIS BIVARIAT
Berdasarkan Uji Wilcoxon pada kelompok control
Didapatkan nilai pvalue sebesar 1,000 (pvalue > 0,05) yang artinya tidak hubungan antara
pre-test dan post-test terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore, sedangkan pada uji
wilcoxon kelompok eksperimen didapatkan nilai pvalue 0,00 (pvalue < 0,05) yang artinya
ada hubungan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore.
Lalu ada uji Mann Whitney
Pada perbedaan efektivitas pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok control
dan kelompok eksperimen tahun 2023 didapatkan nilai pvalie 0,00 (pvalue < 0,05) yang
artinya ada perbedaann efektivitas pada kelompok control dan eksperimen dalam penurunan
nyeri dismenore remaja putri SMPI YP3I.

BAB VI PEMBAHASAN
Dismenore dalam kedokteran disebut dysmenorrhea. Dimana dismenore ini berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu “dys” yang berarti nyeri, “Meno” artinya bulan, dan “orrhea” yaitu
aliran (Putri I. M., 2022). Dismenore sering dikenal dengan kram pada bagian perut yang
dialami oleh setiap wanita sebelum atau setelah menstruasi.
Pengaruh tingkat dismenore pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok
control
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 remaja di SMPI YP3I berdasarkan teknik
relaksasi nafas dalam yang sudah diteliti terdapat 18 orang (94,7%) tidak melakukan teknik
relaksasi nafas dalam dan 1 orang (5,3) menjawab kadang - kadang
Berdasarkan hasil uji univariat tingkat skala nyeri haid yang dirasakan sebelum dan sesudah
penyebaran kuesioner memiliki hasil yang sama, untuk siswi yang paling banyak menjawab
terdapat pada tingkat skala 1-3 (nyeri ringan) sebesar 9 orang (47,4%) dan responden paling
banyak yang menjawab pada tingkat skala 4-6 (nyelri selang) sebesar 8 orang (42,1%).
Sedangkan responden paling sedikit menjawab pada tingkat skala 0 (tidak nyeri) pada tingkat
skala 7-10 (nyeri berat) sebesar 1 orang (5,3%). Pada Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p-
valuel 1,000 (pvalue > 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa tidak adanya pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dismenore.
Pengaruh tingkat dismenore pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok
eksperimen
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 remaja di SMPI YP3I berdasarkan teknik
relaksasi nafas dalam yang sudah dilakukan pengamatan dan penelitian terdapat 5 orang
menjawab selalu, responden yang menjawab sering sebesar 23 orang (69,7%), dan responden
yang menjawab kadang-kadang sebesar 5 orang (15,2%).
berdasarkan hasil uji univariat tingkat skala nyeri haid yang dirasakan sebelum diberikan
intervensi, untuk siswi yang paling banyak menjawab terdapat pada tingkat skala 4-6 (nyeri
sedang) sebesar 18 orang (54,5%) dan responden paling banyak yang menjawab pada tingkat
skala 1-3 (nyeri ringan) sebesar 9 orang (27,3%). Sedangkan responden paling sedikit
menjawab pada tingkat skala 0 (tidak nyeri) sebanyak 2 orang (6%), dan responden paling
sedikit menjawab pada tingkat skala 7-10 (nyeri berat) sebesar 4 orang (12,1%). Sedangkn
pada hasil uji univariat tingkat skala nyeri haid yang dirasakan setelah diberikan intervensi,
untuk responden yang paling banyak menjawab terdapat pada tingkat skala 1-3 (nyeri ringan)
sebelsar 18 orang (54,5%), dan responden yang paling banyak menjawab pada tingkat skala 0
(tidak nyeri) sebesar 10 orang (30,3%). Responden yang paling sedikit menjawab pada
tingkat skala 7-10 (nyeri berat) tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%, dan responden
yang sedikit menjawab pada tingkat skala 4-6 (nyeri sedang) sebesar 5 orang (15,2%).
Dari Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p-value 0,00 (pvalue < 0,05) sehingga dapat
diartikan bahwa ada pengaruh penurunan teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri
dismenore.
Perbedaan Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore
Dari 2 kelompok yang digunakan ini ada yang diberikan perlakuan relaksasi nafas dalam dan
ada yang tidak. Pada kelompok control tidak ada penurunan tingkat nyeri dismenore yang
dapat dilihat dari pada kuesioner sebelum atau sesudah pemberian teknik relaksasi nafas
dalam paling banyak menjawab pada tingkat nyeri 4-6 (nyeri sedang. sedangkan, pada
kelompok eksperimen terdapat penurunan t9ingkat nyeri dismenore yang dapat dilihat dari
kuesioner sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam paling banyak menjawab pada
tingkat skala 4-6 (nyeri sedang), namun setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam siswi
paling banyak menjawab pada tingkat skala 1-3 (nyeri ringan). Sehingga Berdasarkan hasil
Uji Mann Whitney doidapatkan nilai pvalue 0,00 (pvalue < 0,005), yang artinyaada
perbedaan efektivitas antara kelompok control dan kelompok eksperimen dalam menurunkan
intensitas nyeri dismenore remaja putri si SMPI YP3I Kabupaten Bogor.

BAB VII
KESIMPULAN
1. tidak ada perbedaan antara pre-test dan post-test terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore secara signifikan dengan nilai pvalue 1,000 (pvalue > 0,05).
2. Ada perbedaan antara pre-test dan post-test terhadap penurunan intensitas nyeri
dismenore secara signifikan dengan nilai pvalue 0,00 (pvalue < 0,05).
3. Terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara pemberian teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore siswi smpi yp3i dengan nilai
pvalue0,05 (pvalue < 0,05).

SARAN
1. SMPI YP3I => diharapkan sebagai salah satu informasi dan referensi kesehatan bagi
remaja khususnya smpi yp3i untuk terus mempraktikan teknik relaksasi nafas dalam
ketika mengalami dismenore
2. Bagi responden => diharapkan responden dapat mengerti dan memahami terkait
penanganan awal yang dapat dilakukan saat dismenore.
3. Peneliti selanjutnya => diharapkan dapat melakukan penelitian terkait teknikl relaksasi
nafas dalam pada variable yang berbeda dan melibatkan lebih banyak responden lagi.

NOTE
CARA UJI VALIDITAS DAB REALIBITAS (R tabel = 0,3610)
1. Entry data sesuai koding
2. Skoring apabila ada pertanyaan negatif
Transfrom => recode into different => old and new value => merubah value yang lama ke
yang baru => continue => oke
3. Pembuatan skor
Compute variable => menjumlahkan semua variable => oke
4. Langkah uji validitas
Analze => corelate => bivariate => masukan item yang sudah diskor dan total skor =>oke
(dikatakan valid apabila hasil total skor / R tabel lebih dari 0,361).
5. Uji reliabilitas
( Analzie => scale => rellability analysis =>masukan item skor => oke

CARA UJI UNIVARIAT


1. Analze => Deskriptif => Frekuensi => masukan item yang sudah dikelompokkan => oke

BIVARIAT
1. Uji Mann Whitney
Analze => non – parametik test => legacy => 2 independent sampel => hasil intervensi =>
test variable => item yang sudah dikelompokkan => grouping variable => define group =>
isi kotak group 1 => isi kotak group 2 => continue => oke
- Uji mann whitney (uji sampel tidak berpasangan) => alternative dari uji T dan uji Z
untuk variable independent, hanya berjumlah 2 sampel, dan keduanya tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
- Merupakan bagian dari statistic non-parametik sehingga saat melakukan uji ini data
tidak diwajibkan normal. Dengan kata lain apabila pada saat akan menuji normalitas
datanya tidak normal maka alternatifnya bisa memakai uji mann whitney.
- Dasar keputusan uji mann whitney
a. Jika nilai asymp signifikan (2-tailed) < 0,05 mka H0 ditolak dan Ha diterima
b. Jika nilai asypm signifikan (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
c. Dikatakan data berdistribusi normal apabila apha > 0,05 ( apabila ada salah satu
data normal dan ada yang tidak normal maka alangkah baiknya pakai mann
whitney).
- Mean rank (hasil eksperimen lebih baik dari pada kelas control).
2. Uji Wilcoxon
Analze => non – parametic test => legacy => 2 relate sampels => masukan pre-test ke
variable 1 => masukan post-test ke variable 2 => oke.
- Uji Wilcoxon ( uji sampel berpasangan) => uji non parametis. Yang bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara 2 sampel ( 2 kelompok) yang
saling berpasangan
- Merupakan bagian dari statistic non parametik yang merupakan uji alternative dari uji
pairedsampel t-test apabila tidak memenuhi normalitas
- Dasar pengambilan keputusan uji Wilcoxon
a. Jika nilai asymp signifikan (2-taile)d < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima
b. Jika nilai asymp signifikan (2-tailed) > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak
- Negative ranks atau selisih (negative) antara hasil tidak diberikan perlakuan untuk
pre-test dan post-test adalah 0, baik itu pada nilai N, mean rank maupun sum rank.
Nilai 0 ini menunjukkan tidak adanya penurunandari nikai pre-test dan post-test
- Positif rank atau selisih (positif) antara hasil perlakuan untuk pre-test dan post-test.
Disini terdaapat 33 siswi mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan. Mean
rank atau rata-rata peningkatan sebesar … sedangkan jumlah rangking positif (sum of
rank) sebesar …
- Ties => kesamaan nilai pre-test dan post-test. Pada tabel nilai ties adalah 0, sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak ada nilai yang sama antara pre-test dan post-test.

Cara mengetahui pembuatan diagram pie


Apabila nilai normal pake mean dan apabila tidak normal pake nilai median ( transform =>
recod into different => masukan item => old and value (missal mean 13,4 berarti dibawah
13,4) oke

Anda mungkin juga menyukai