Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA REMAJA


YANG MENGALAMI DISMINORE
1. Dewi Yuliani (011191001)
2. Shella Selina (011191014)
3. Yuliana Putri W. (011191024)
4. Devi Triana (011191040)
5. I Gusti A P Wulandariyani (011191048)
6. Eka Martalia (011191076)
7. Khotimatul Khusniah (011191078)
8. Nur Septiyan Endaryanti (011191118)
LATAR BELAKANG
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10-19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa penting yang terjadi pada gadis
remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche (Marmi, 2013).
Menstruasi atau haid merupakan pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi,
mulai dari yang ringan hingga yang berat (Nugroho, Bertalina & Marlina 2016).
Dismenore merupakan suatu fenomena simptomatik pada saat menstruasi
meliputi nyeri perut, kram dan sakit punggung bawah (Kusmiran, 2012). Dismenore dibagi
menjadi 3 derajat yaitu ringan, sedang dan berat (Manuaba, 2009). Untuk mengetahui
gambaran derajat nyeri saat menstruasi dapat diukur menggunakan salah satu penilaian
yang dinamakan skala Numeric Rating Scale (NRS) klien dapat menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10 (Poter, P. A., & Perry, A. G, 2010)
1
a.

Dismenore primer
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya
setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus haid pada bulan pertama
setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan
rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama dan berlangsung untuk beberapa
jam (dalam beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari). Sifat rasa
nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah,
tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan
sebagainya (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
a. Dismenore sekunder
● Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired)
disebabkan oleh kelainan ginekologik (endometrosis, adenomiosis, dan lain-
lain) dan juga karena pemakaian IUD (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Dismenore sekunder seringkali mulai muncul pada usia 20 tahun dan lebih
jarang ditemukan serta terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore.
Tipe nyeri hampir sama dengan dismenore primer, namun lama nyeri dapat
melebihi periode menstruasi dan dapat juga terjadi saat tidak menstruasi
(Nugroho & Utama, 2014).

2
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik myometrium yang
menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut
bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha (Anurogo & Wulandari,
2011). Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan klasifikasinya:
a. Penyebab dismenore primer
1) Faktor endokrin
2) Faktor organic
3) Faktor kejiwaan atau psikis
4) Faktor konstitusi
5) Faktor alergi
a. Penyebab dismenore sekunder
1) Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid
2) Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik
3) Endometriosis
4) Retroflexio uteri fixate
5) Stenosis kanalis servikalis
6) Adanya AKDR : tumor ovarium

(Aspiani, 2017)
PATHWAY
TANDA GEJALA
a. Dismenore primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah
haid pertama. Pada dismenore primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan
bertahan atau menetap selama 1-2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau
paha atas atau tengah. Berhubungan dengan gejala-gejala umumnya yaitu seperti berikut :
➢ Malaise (rasa tidak enak badan)
➢ Fatigue (lelah)
➢ Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
➢ Diare
➢ Nyeri punggung bawah
➢ Sakit kepala
➢ Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan.
a. Dismenore sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya
berhubungan dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara klinis, nyeri meningkat secara
progresif selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah gejala klinis dismenore secara umum:
➢ Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
➢ Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
➢ Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan kemudian endometriosis, pelvic inflammatory
disease (penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
➢ Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti-inflamasi
non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.
CARA MENGUKUR DESMINORE

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Skala ini
menggunakan nomor (1-10) untuk menggambarkan peningkatan nyeri.

Untuk pengaplikasiannya, perawat dapat menunjukkan kepada klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Skala nyeri yang
digunakan untuk menentukan derajat dismenore yaitu dijelaskan sebagai berikut (Ridwan & Herlina,
2015)
UPAYA MENGATASI DESMINORE
a. Secara Farmakologis
Menurut Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan, 2012), penanganan nyeri yang
dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan
dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan
nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma
dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus
menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.
a. Secara Non Farmakologis
Menurut Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan 2012) penanganan nyeri secara
nonfarmakologis terdiri dari:
1) Stimulasi dan Masase kutaneus
2) Terapi es dan panas
3) Distraksi
4) Relaksasi
5) Pengobatan herbal
Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh masyarakat. Disamping
biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut Anurogo
(2011:85-96) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuh
tumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai
(mengandung phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit,
bubuk pala, jahe.
PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Disminore

1. Pengkajian Umum
2. Pengkajian Kebutuhan
Dasar
3. Pemeriksaan Fisik
4. Analisa Data
5. Diagnosa
6. Intervensi
7. Evaluasi
PENGKAJIAN
a. Pengkajian (Struktur dan Sifat Keluarga)
Identitas kepala keluarga
- Daftar anggota keluarga
Anggota keluarga yang meninggal
Struktur keluarga
- Fungsi keluarga
Tahap perkambangan keluarga
Hobi masing-masing anggota keluarga
Hubungan antar anggota keluarga
Kebiasaan anggota sehari-hari (Nutrisi, Pola istirahat, Polaeliminasi, Hygiene keluarga, dll).
b. Faktor sosial, ekonomi dan budaya
c. Faktor rumah dan lingkungan
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat kesehatan mental-psikososial-spiritual selama pendemi
PENGKAJIAN POLA KEBUTUHAN DASAR
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/
pengetahuan mengenai Dismenore.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan.
3. Pola Tidur dan Istirahat
Klien dengan disminore mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi terganggu,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara
4. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminore dianjurkan untuk istirahat.
5. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai adanya kelainan pada
sistem reproduksinya
6. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi
dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa
bibir
2. Dada: 1) Paru: peningkatan frekuensi nafas, 2) Jantung: peningkatan
denyut jantung, 3) Payudara dan ketiak: adanya nyeri pada payudara
3. Abdomen: nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri,
kualitas nyeri, region nyeri, skala nyeri, awitan terjadinya nyeri, sejak
kapan dan berapa lama
4. Genetalia: Kaji siklus menstruasi pasien
5. Integumen: Kaji turgor kulit
ANALISA DATA
Analisa data diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan
pasien maupun keluarga pasien. Analisa data dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data Obyektif: adalah hasil observasi atau pengukuran dari status


kesehatan pasien

2. Data Subyektif: adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah


kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


KESIMPULAN
Dismenore merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dicegah, yang dialami oleh
wanita pada saat menstruasi. Dismenore yang terjadi pada remaja sebagian besar tergolong
dismenore primer. Sebagian besar nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat menimbulkan
dampak konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan. Akibat dismenore mereka bahkan
tidak dapat pergi kesekolah, aktivitas belajar dalam pembelajaran terganggu, konsentrasi
menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang diberikan selama pembelajaran yang
berlangsug tidak bisa ditangkap oleh remaja yang sedang mengalami dismenore. Para remaja
juga kurang memiliki pengetahuan tentang dismenore sehingga sebagian besar mereka tidak
menangani nyeri yang dialami. Oleh sebab itu para remaja sebaiknya memperluas
pengetahuannya tentang dismenore sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi nyeri saat haid. Selain itu para orang tua juga perlu mencari informasi dan tidak
menganggap dismenore sebagai hal yang biasa. Mereka dapat mengajak putri mereka
mengunjungi dokter atau terapis untuk mendapatkan terapi baik secara farmakologis atau non
farmakologis.
KELOMPOK 6

Anda mungkin juga menyukai