Disususn Oleh :
Khotimatul Khusniah
(011191078)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Konsep Anatomi Dan Fisiologi
Energi untuk sel-sel tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat
(ATP) yang diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan
dipecah menjadi energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika
oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan
mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat,
siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida, dan
uap air.
Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP
dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu
sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP). Karena oksigen amat penting bagi
konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan
kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan
pembuangan karbondioksida dan uap air. Beberapa kondisi seperti anemia, syok
hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan dapat
mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat
gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk tubuh.
Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat
pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang.
Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan
anorganik. Tulang secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan
tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).
Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago lebih elastic
dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah,
dan osteon cenderung lebih keras tapi mudah patah. Jaringan tulang rawan dapat
dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastic.
Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda.
a. Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang rapuh
memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan saja dan
selanjutnya dapat menghalangi gerak.
b. Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda: sinartrosis
atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas tulang tengkorak);
amfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang
belakang); dan diartrosis atau sendi synovial yang mengizinkan gerakan
maksimal. Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas. Ligamen
merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang satu
dengan yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas sendi dan akan
merusak gerak.
c. Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur berbentuk
gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk menghasilkan gerak.
d. Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot tidak dapat
bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP mengendalikan krontraksi
dan relaksasi otot, yang pada gilirannya menyebabkan fleksi (bengkok) dan
ekstensi (lurus), yang pada akhirnya menghasilkan gerakan yang terkoordinasi
dengan baik.
1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan
kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek.
4) Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau
kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki
kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah penyakit
kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.
B. Definisi
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat
bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada
seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini
dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL
merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit
sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL
pada klien dengan intoleransiaktivitas harus diprioritaskan.
1) Osteoporosis
2) Degenerative arthritis of the spine
Ankylosing spondylitis
Connective tissue disorder
3) Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan
kerusakan sendi
4) Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan
memaksa tulang keluar dari posisi
5) Spina bifida
6) Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy, polio, dan
kaku tulang tulang belakang
6. Imobilitas
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua
kondisi penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Ada
bebetapa faktor yang berhubungan dengan gangguan , yaitu:
a. Tirah baring dan imobilitas
b. Kelemahan secara umum
c. Gaya hidup yang kurang gerak
d. Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
F. Penatalaksaan Medis
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas
dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.
Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan
masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2) Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian intervensi berasal
dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan
terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada
pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas
180
kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju
150
bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah. 80-90
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh
70-90
mungkin
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan
0-20
menghadap ke atas.
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak
30-50
tangan menghadap ke atas.
Tangan dan Jari
Fleksi: Buat Kepalan Tangan 90
Ekstensi: Luruskan Jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30
Abduksi: Kembangkan jari tangan 20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20
Skal Persentase
Karakteristik
a kekuatan normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau
1 10
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
4 75
melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
5 100
gravitasi dan tahanan penuh.