Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ELIMINASI URIN
Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas Pembekbagainalan PKKD

Dosen pembimbing : Umi Aniroh, S.Kp., Ns., M.Kes

Disususun Oleh :

Puji Lestari Abadiah

( 011191095 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUO

2021
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi

a. Ginjal

Merupakan organ terpenting dalam


mempertahankan homeostatis cairan tubuh secara baik.
Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan
homeostatic dengan mengatur volue cairan,
keseimbangan osmotic, asam basa, ekskresi sisa
metabolism, system pengaturan hormonal dan
metabolism. Ginjal terletak pada rongga abdomen,
retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat
dibelakang peritonium.

Tiap ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-


7 cm, tebal 2,5 cm namun ginjal kiri lebih panjang
daripada kanan. Berat ginjal pada laki-laki dewasa ialah
150-170 gr dan wanita dewasa 115-155 gr. Berbentuk
seperti kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra
torakalis, sisi luarnya cembung dan diatas setiap ginjal
terdapat sebuah kelenjar suprarenal.

1) Struktur Ginjal
a) Bagian dalam ( internal )
medulla.
Substansia medularis terdiri dari
pyramid renalis berjumlag 8-16 buah
yang memiliki basis sepanjang ginjal,
sedangkan apeksnya menghadap sinus
renalis.

b) Bagian luar ( eksterna ) korteks.

Substansia kortekalis
berwarna coklat merah,
konsistensi lunak dan bergranula.
Terletak tepat dibawah tunika
fibrosa, melengkung sepanjang
basis pyramid yang berdekatan
dengan sinus renalis, bagian
dalam diantara pyramid
dinamakan kolumna renalis.

2) Pembungkus Ginjal

Ginjal dibungkus oleh massa


jaringan lemak yang disebut kapsula
adipose. Bagian yang paling tebal
terdapat pada tepi ginjal yang
memanjang melalui hilus renalis. Ginjal
dan kapsula adipose tertutup oleh lamina
khusus dari fasia subserosa yang disebut
fasia renalis yang terdapat diantara
lapisan dalam dari fasia profunda dan
stratum fasia subserosa internus.

3) Fungsi Ginjal
a) Mengatur volume air dalam
tubuh.
b) Mengatur keseimbangan osmotic
dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal
dalam plasma.
c) Mengatur keseimbangan asam
basa cairan tubuh.
d) Ekskresi sisa-sisa hasil
metabolism ( ureum, asam urat,
kreatinin ), zat toksik, obat-
obatan, hasil metabolism Hb dan
bahan kimia asing ( pestisida ).
b. Ureter

Terdiri dari 2 saluran, yang masing-masing


bersambung dari ginjal ke kandung kemih, panjangnya
25-30 cm dengan penampang 0,5 cm memiliki 3 jepitan
di sepanjang jalan. Lapisan ureter terdiri dari :

1) Dinding luar jaringan ikat ( jaringan


fibrosa ).
2) Lapisan tengah ( otot polos )
3) Lapisan sebelah dalam ( mukosa )

Lapisan dinding ureter menimbulkan


gerakan peristaltic setiap 5 menit sekali
untuk mendorong air kemih masuk ke
kandung kemih. Pembagian ureter menurut
tempatnya :

1) Pars abdominalis ureter


2) Pars pelvis ureter

Ureter laki-laki terdapat di dalam visura


seminalis bagian atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh plekus vesikalis.

Ureter wanita terdapat di belakang fossa


ovarika, berjalan ke bagian medial dank e depan
bagian lateralis serviks uteri bagian atas vagina
untuk mencapai fundus vesika urinaria.

c. Vesika urinaria
Terletak dibelakang os.pubis. bagian ini tempat
menyimpan urin, berdinding otot kuat, bentuknya
bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandung.
1) Pengisian dan Pengosongan Vesika
Urinaria.
Dinding ureter mengandung otot
polos yang tersusun dalam berkas spiral
longitudinal dan sirkuler. Lapisan otot
yang tak terlihat. Kontraksi peristaltic
teratur 1-5 kali/menit menggerakkan urin
dari pelvis renalis ke vesika urinaria,
disemprotkan setiap gelombang
peristaltic dan mencegah urin tidak lagi
kembali ke ureter.

Kontraksi otot M detrusor


bertanggung jawab untuk pengosongan
vesika urinaria selama berkemih. Berkas
otot berjalan pada sisi uretra. Serabut ini
dinamakan sfingter uretra interna.
Sepanjang uretra terdapat sfingter uretra
membranosa ( eksterna ).

2) Berkemih

Merupakan suatu reflex spinalis


yang dipermudah dan dihambat oleh
pusat syaraf yang lebih tinggi
dikendalikan oleh pusat syaraf otak.

d. Uretra

Merupakan alur sempit yang berpangkal pada


kandung kemih dan fungsinya menyalurkan urin keluar.

1) Uretra Pria

Dimulai dari orifisium uretra


interna didalam vesika urinaria sampai
orifisium uretra eksterna pada penis yang
panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri
dari :

a) Uretra prostatika
b) Uretra pars membranasea
c) Uretra pars kavernosus
d) Orifisium uretra eksterna

2) Uretra Wanita

Terletak dibelakang simfisis,


berjalan sedikit miring kea rah atas.
Salurannya dangkal dengan panjang 4
cm mulai dari orifisium uretra interna
sampai ke orifisium uretra eksterna.
Lapisan uretra wanita terdiri dari :

a) Tunika muskularis
b) Lapisan spongeosa
c) Lapisan mukosa sebelah dalam

2. Fisiologi Urin
a. Pola Eleminasi Urine Normal
Seseorang berkemih sangat tergantung pada
individu dan jumlah cairan yang masuk, Orang-orang
biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, setelah berkerja dan makan.

b. Frekuensi
Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang berkemih kira-kira 70% dari
urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.

c. Karakteristik Urine normal


Untuk mengetahui warna urine normal adalah
kuning terang. disebabkan adanya pigmen oruchrome,
juga tergantung intake cairan. Seseorang dalam keadaan
dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan
kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna
urine menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak.
merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian
pengobatan akan mempengaruhi bau urine.Jumlah urine
yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan
dan status kesehatan. Pada orang dewasa jumlah urine
yang dikeluarkan sekitar 1.200 – 1.500 atau 150 sampai
600 ml / sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa protein)
berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa
protein) berkisar 1,015 -1,020.

B. Definisi
Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem
perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dan zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zatzat yang masih di pergunakan
oleh tubuh, Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin.

C. Factor Risiko dan Faktor Yang Mempengaruhi


1. Gaya hidup
2. Aktivitas fisik
3. Psikologis
4. Social kultural
5. Intake cairan dan makanan
6. Obat-obatan
7. Kondisi penyakit
8. Usia
9. Pemeriksaan diagnostic

D. Masalah Yang Muncul


1. Inkontenensia Urin
Seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
pengeluaran urine.

2. Retensi Urin
Terjadi karena penumpukan urine dalam bladder dan
ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung
kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat
dalam bladder melebihi 400 ml.
3. Enuresis
Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk
mengendalikan spinter eksterna.

4. Perubahan pola berkemih

E. Pemeriksan Penunjang
1. Pielogram Intravena
2. Computerized Axlal Tomography
3. USG
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
b. Anteriogram
c. Biopsy ginjal
5. Sitoure Terogram Pengosongan
6. Anteriogram ginjal
7. Pemeriksaan urin
8. Tes darah

F. Penatalaksanaan Medis
1. Menggunakan urinal untuk berkemih, dalam memenuhi kebutuhan
eliminasi perkemihan
2. Kateterasi Perkemihan, untuk menghilangkan ketidaknyamanan
karena distensi kandung kemih.
3. Memasang kondom kateter bagi pasien pria, untuk
mempertahankan hygene parincal pasien inkontinensia.
G. Konsep MAP Asuhan Keperawatan

Gangguan Eliminasi Urin ( D. 0040 ) Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin ( D.0048 )

Latihan Berkemih ( i.04149 ) Edukasi Latihan Berkemih ( I.12388 )

1. Obsrevasi 1. Observasi
a. Periksa kembali penyebab a. Identifikasi kemampuan
gangguan berkemih pasien dan keluarga
b. Monitor pola dan menerima informasi
kemampuan berkemih 2. Terapeutik
2. Terapeutik a. Persiapkan materi dan alat
a. Hindari penggunaan kateter peraga latihan berkemih
indwelling b. Tentukan waktu yang tepat
b. Siapkan area toilet yang untuk memberikan
aman pendidikan kesehatan
3. Edukasi sesuai kesepakatandengan
a. Anjurkn intake cairan Gangguan Eliminasi Urin pasien dan keluarga
adekuat untuk mendukung 3. Edukasi
output urin overdistensi kandung a. Jelaskan hal-hal yang
kemih, kesulitan mencapai harus dilakukan untuk
Status Cairan ( L.03028 ) toilet, pengeluaran urin mendorong eliminasi
tidak terkendali saat normal, pemantauan jatuh,
1. Output urin membaik dan keamanan lingkungan
volume kandung kemih
2. Intake cairan membaik
tercapai, urin tidak dapat toilet.
3. Oliguria membaik
dikendalikan karena b. Demonstrasikan latihan
tekanan intrabdominal berkemh
meningkat
Status Cairan ( L.03028 )

1. Output urin meningkat


2. Konsentrasi urin menurun
3. Intake cairan membaik

Inkontinensia Urin Berlebih ( D.0043 )

Manajemen Inkontinensia Urin


Retensi Urin ( D.0050 )
1. Observasi Inkonti
a. Identifikasi penyebab Perawatan Retensi Urin ( I.04165 )
inkontinensia urin
b. Identifikasi perasaan dan persepsi 1. Observasi
terhadap inkontinensia urin a. Identifikasi ppenyeba retensi urin
2. Terapeutik b. Monitor intake dan output cairan
a. Sediakan pakaian dan lingkungan c. Monitor tingkat distensi kandung kemih
yang mendukung program dengan palpasi/perkusi
inmontinensia urin 2. Terapeutik
b. Ambil sampel urin untuk a. Sediakan privasi untuk berkemih
pemeriksaan urin lengkap atau b. Pasang kaateter urin jika perlu
kultur c. Fasilitasi berkemih dengan interval yang
3. Edukasi teratur
a. Jelakan definisi, jenis dan 3. Edukasi
penyebab inkontinensia urin a. Jelaskan penyebab retensi urin
b. Diskusikan program inkontinensia b. Ajarkan cara melakukan rangsangan
urin berkemih
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan medis dan Status Cairan ( L.03028 )
fisioterapi untuk mengatasi
inkontinensia urin jika perlu 1. Output cairan meningkat
2. Konsentrasi urin menurun
3. Intake cairan membaik

Anda mungkin juga menyukai